Anda di halaman 1dari 47

FARMAKODINAMIKA

DAN TARGET OBAT


Nur Mulzimatus Syarifah / 1806194340
Della Aprilia / 1806194486
Qonita Nabihah / 1806239660
Phillip/1806194681
Raysa Yunda Pratiwi / 1906408863
Annisa Fitriana L / 1806194416
Firyal Fairuztsana Nugraha / 1806194321
Salsabila / 1806194441
Aliya Yasmina K / 1806194391
Figel Ilham/1806239641
MEKANISME KERJA
DOSIS / KADAR OBAT OBAT

RESEPTOR

EFEKTOR

TARGET OBAT

EFEK YANG
DITIMBULKAN
KURVA DOSIS-RESPON
Hubungan antara % individu yang diperiksa yang
memberikan suatu efek pada dosis tertentu.

FAKTOR PENGARUH
1. Potensi: Mengacu pada ED50.
Semakin rendah ED50 suatu
obat, semakin poten obat
tersebut
2. Efikasi Maksimal:
Respon(efek) maksimal dari
suatu obat pada dosis
tertentu
3. Kurva Ikatan Dosis-Respon
4. Kurva Quantal Dosis-Respon
KURVA EMAX DAN KURVA ED50
● Emax: Dosis yang menyebabkan respon maksimal
● ED50 : Dosis yang menyebabkan efek terapi 50% dari
respon maksimal.
KURVA DOSIS-IKATAN RESEPTOR
Hubungan obat yang terikat pada reseptor (B) dengan konsentrasi
obat bebas (tidak terikat) (C)

Bmax : konsentrasi total situs reseptor yang


terikat obat pada konsentrasi obat bebas
yang sangat tinggi

Kd (konstanta disosiasi kesetimbangan)


mewakili konsentrasi obat bebas di mana
pengikatan setengah-maksimal diamati.
Konstanta ini mencirikan afinitas reseptor
untuk mengikat obat:
Jika Kd rendah, mengikat afinitas tinggi,
dan sebaliknya.
KURVA QUANTAL-DOSIS RESPON
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH OBAT DAN BESARNYA
EFEK (RESPON) YANG DITIMBULKAN

KARAKTERISTIK :

1. Dosis obat dalam plasma diplot dalam sumbu horizontal sedangkan


persentase individu (hewan atau manusia) yang menanggapi atau
menunjukkan efek toksik direpresentasikan dalam sumbu vertikal.
2. Data diperoleh dari banyak individu / suatu populasi
KURVA TD-50
Dosis yang menimbulkan toksik pada 50 % populasi individu
KURVA LD-50
Dosis yang menimbulkan kematian pada 50 % populasi individu

LD50 adalah dosis tertentu yang dinyatakan dalam miligram berat bahan uji per
kilogram berat badan (BB) hewan uji yang menghasilkan 50% respon kematian pada
populasi hewan uji dalam jangka waktu tertentu.

contoh : Untuk bahan KCl atau potassium Chloride yang berupa serbuk. memiliki LD50 =
1500 mg/kg; Oral , Mouse . Apa maksud dari tulisan tersebut ?

Maksudnya secara Oral (masuk lewat mulut) , dan untuk Tikus(mouse) di butuhkan
sebanyak 1500 mg/kg dari total berat badan tikus untuk membunuh 50% dari populasi
tikus.

Lebih jelasnya, jika ada 100 ekor tikus, masing masing berat tikus 0,5 kg. maka di
perlukan 750 mg untuk membunuh 50 dari tikus tersebut
fungsinya untuk mengetahui
batas bahaya dari suatu bahan
obat
CONT’D

https://encrypted-
tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcROB34KUlfvfdh0fqBhAIaU3H7Pp6um
INDEKS TERAPI OBAT
Indeks terapeutik obat adalah rasio dari dosis yang menghasilkan kematian
(letal) dengan dosis yang menghasilkan suatu respons yang efektif dan
diinginkan secara klinik dalam suatu populasi individu

Therapeutic Index (TI) =


(LD 50)/(ED 50)
https://farmasi.unud.ac.id/ind/wp-content/uploads/Hubungan-
dosis-respon-dosis-kerja-dan-waktu-kerja.pdf
EFIKASI DAN
POTENSI
Potensi → jumlah obat (mg)
yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu efek
farmakologis tertentu.
Efikasi → respons
terapeutik maksimum yang
potensial dapat dihasilkan
suatu obat. https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/drug-potency
Jika 5mg obat A dapat meredakan nyeri sama efektifnya
dengan 10mg obat B. Maka dapat dikatakan bahwa obat A
lebih poten daripada obat B.

Furosemida (pada dosis optimalnya) dapat menyebabkan


keluarnya air dan garam melalui urin lebih banyak
daripada klorotiazida. Maka dapat dikatakan bahwa
furosemida memiliki efikasi lebih besar daripada
klorotiazida.
EFIKASI POTENSI
A=B A>B>C
A&B>C

Obat dengan Efikasi lebih besar akan lebih


menguntungkan dalam efek
terapeutiknya dibandingkan obat dengan
Potensi lebih besar
AGONIS PENUH,
AGONIS PARSIAL, &
AGONIS TERBALIK
AGONIS
Ligan yang berikatan dengan reseptor dan
mengubah keadaan reseptor sehingga
menghasilkan respons biologis
Contoh agonis : adrenalin
katekolamin adalah agonis
pada β-adrenoceptor. Ketika
berikatan dengan β-
adrenoceptor di jantung
akan meningkatkan denyut
jantung.
AGONIS PENUH
Mampu menghasilkan respon maksimal dari setiap
agonis yang diketahui bekerja pada reseptor yang
sama.
Contoh : Midazolam menye-
babkan hampir seluruh
sensivitas reseptor GABA (ℽ-
aminobutyric acid) mening-
kat.
AGONIS PARSIAL
Memiliki aktivitas intrinsik yang rendah sehingga
menimbulkan efek yang tidak maksimal.
Contoh : Bretazenil juga
sama tetapi tidak sekuat
midazolam. Bahkan ketika
seluruh reseptor
benzodiazepin terisi oleh
bretazenil, hanya sedikit
reseptor GABA dalam bentuk
yang sensitif.
AGONIS TERBALIK (INVERSE)
Berikatan dengan reseptor akan menghasilkan
kebalikan dari efek yang akan dihasilkan ketika
agonis mengikat reseptor yang sama
Contoh : Ketika flumazenil
berikatan, tidak mempe-
ngaruhi kemungkinan
reseptor untuk berubah
bentuk. Flumazenil hanya
menghalangi obat lain untuk
berikatan.
EFEK AGONIS PARSIAL TERHADAP
AGONIS PENUH
Jika agonis parsial digunakan pada saat yang
sama dengan agonis penuh, dan keduanya
bekerja pada reseptor yang sama, maka agonis
parsial akan bertindak sebagai antagonis,
bersaing dengan agonis penuh untuk mengisi
reseptor. Jika reseptor ditempati oleh agonis
parsial, beberapa tidak akan diaktifkan, yang
mengurangi efek total obat.
Contoh : Butorphanol adalah agonis pada reseptor
μ opioid. Ketika diberikan tunggal, butorphanol
memberikan efek analgesik yang sedang. Ketika
diberikan dengan fentanyl, maka akan
membalikan separuh efek analgesik dari fentanyl,
dan pada pasien yang menggunakan opioid
kronik maka akan menimbulkan withdrawal (putus
obat).
ANTAGONISME
Antagonis Kompetitif
1. Saat obat dengan afinitas untuk reseptor tetapi
tidak memiliki kemanjuran intrinsik
berkompetisi dengan antogonis untuk situs
pengikat primer (primary binding site) pada
reseptor.
2. Ciri-ciri utamanya adalah terjadinya
perpindahan (shift) secara paralel ke kanan
dengan tidak ada perubahan respons obat
maksimal.
3. Contoh: naloxone dan semua reseptor
golongan opioid
Antagonis Nonkompetitif
1. Terjadi saat antagonis mendisosiasi agonis
dengan sangat lambat terhadap reseptor
sehingga kerja obat tersebut menjadi lebih
lama
2. Dapat dibentuk oleh antagonis alosterik:
afinitas reseptor untuk agonis berkurang oleh
antagonis
3. Tidak dapat diatasi dengan penambahan dosis
karena situs pengikat antagonis dan agonis
berbeda
4. Contoh: ketamin terhadap reseptor NMDA-
glutamat
Antagonis Fisiologis
1. Antagonisme fisiologis merupakan interaksi dari dua
obat yang menghasilkan efek yang saling berlawanan
di dalam tubuh karena dua obat tersebut bekerja pada
dua macam reseptor yang berbeda, sehingga
cenderung meniadakan efek satu sama lain.

1. Contoh: adrenalin meningkatkan tekanan arteri,


sedangkan histamin menurunkan tekanan arteri atau
insulin meningkatkan menurunkan kadar glukosa
darah, sedangkan glukagon meningkatkan kadar
glukosa darah.
Antagonis Kimia
1. Antagonisme kimia adalah suatu keadaan ketika antagonis
berikatan langsung dengan agonis dan menginaktivasi agonis
tersebut, sehingga efek dari agonis atau obat aktif menjadi
hilang.
2. Contoh: protamin menghilangkan efek antikoagulan dari
heparin atau kalsium mengurangi efektivitas dari antibiotik
tetrasiklin.
REGULASI RESEPTOR
Variasi dalam Responsivitas
Obat
•Satu orang dapat memberikan respons yang berbeda pada satu obat
di waktu yang berbeda selama pengobatan.
•Pada sebagian obat, intensitas respons terhadap suatu dosis dapat
berubah selama pengobatan. Responsivitas biasanya menurun sbg
konsekuensi dari pemberian obat yang terus menerus.
•Toleransi: penurunan respon terhadap obat karena pemakaian
berulang.
•Takifilaksis: apabila responsivitas cepat berkurang setelah
pemberian obat.
•Down-regulation: berkurangnya jumlah reseptor karena kadar yang
berlebih dan menyebabkan sel target kurang sensitive
•Up-regulation: peningkatan jumlah reseptor karena kadar yang
menurun sehingga sel target menjadi lebih sensitive
Mekanisme down-
regulation
Signaling transduction

signaling transduction
adalah proses
menstrasfer signal ke
seluruh organisme
Signaling transduction
pathway
reseptor umum dalam obat
terdapat 4 reseptor umum ditemui dalam signaling obat :

1. Transmembrane G-protein-coupled receptors


2. Intracellular receptors
3. enzym linked receptor
4. ligand gate receptor
1.Transmembrane G-
protein-coupled receptors
2. intraseluler receptor
3.Enzim linked receptor
4. Ligand gate ion
channel receptor
REFERENSI
KatzungBG, Masters SB, Trevor AJ. 2015. Basic & Clinical Pharmacology. 11th ed. Mc Graw-Hill.
Goodman & Gilman. 2011. The pharmacological basics of therapeutics 12thedition. New York: McGraw-Hill.Page 46-48
Farmasi.unud.ac.id. (2019). [online] Available at: https://farmasi.unud.ac.id/ind/wp-content/uploads/Hubungan-
dosis-respon-dosis-kerja-dan-waktu-kerja.pdf [Accessed 13 Sep. 2019].
Ikawati, Z. Unknown. [Online] Available at: http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/drug-receptor-
interaction-bw.pdf [Accessed 15 September 2019]
Lambert, D. G. (2004). Drugs and receptors. Continuing Education in Anaesthesia Critical Care & Pain, 4(6), 181–184.
doi: 10.1093/bjaceaccp/mkh049
Marc J . 2013.pharmacogenetics of drugs receptors. avaible at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4975341[acessed at 15 september 2019]
Yartsev, A. 2019. Full agonists, Partial agonists and Inverse agonists. [online] Available at :
https://derangedphysiology.com/main/cicm-primary-exam/required-reading/pharmacodynamics/Chapter%20417/full-
agonists-partial-agonists-and-inverse-agonists (accessed 15 September 2019)
Pramita, RD, Subagiartha, IM. Prinsip Dasar Farmakologi. [online] Availabe at :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f7b9df04ff99e9d55d73e117e78f7d61.pdf (accessed 15 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai