Anda di halaman 1dari 1

Peranan Fisioterapi terhadap Disabilitas akibat Masa Pandemi COVID 19

Jika kita berbicara soal disabilitas maka tidak hanya merujuk pada orang-orang dengan kursi roda, kruk
ataupun alat bantu lainnya. Dewasa ini pemahaman disabilitas telah beralih, tidak hanya dari perspektif
fisik atau medis kini juga dari aspek sosial bahkan politik seseorang. The International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF) mendefinisikan disabilitas adalah sebuah istilah yang mengacu
pada impairment, activity limitations dan participation restrictions.

Selama masa pandemi ini telah terjadi perubahan yang cukup besar pada berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan. Selain penerapan physical distancing, pelayanan kesehatan yang bersifat non-emergency
termasuk fisioterapi dibatasi, lalu bagaimanakah nasib pasien stroke yang harus melewati begitu saja
periode emas pemulihannya, anak-anak Cerebral Palsy yang terpaksa tidak mendapatkan pelayanan
fisioterapi, para lansia yang apabila dibiarkan akan mengalami penurunan ADL (activity daily living),
serta para atlet pasca cidera yang ingin segera pulih dan kembali ke lapangan. Hal ini dikhawatirkan akan
menimbulkan permasalahan baru yaitu potensi ledakan angka disabilitas.

Lalu bagaimanakah peran fisioterapi dalam mencegah terjadinya ledakan angka disabilitas?

Sepertinya konsep “telehealth” yang dikemukakan The Australian Physiotherapy Association dan asosiasi
fisioterapi nasional lainnya menjadi salah satu alternatif terbaik saat ini bagi fisioterapis untuk tetap
dapat memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalan. Pelayanan klinik virtual dapat diberikan
tentunya dengan persetujuan pasien yang bersangkutan. Kerja tim dan kolaborasi baik dalam profesi
kita sendiri maupun antar profesi menjadi lebih penting dari sebelumnya untuk memberikan pelayanan
yang terbaik kepada pasien di masa pandemi ini.

Pelayanan fisioterapi yang mengharuskan untuk kontak langsung dengan pasien baik di rumah sakit
maupun klinik tentu saja tetap ada dan harus mematuhi protokol pencegahan COVID-19 yang ketat dari
pemerintah demi keamanan pasien dan fisioterapis. Namun konsep klinik virtual ini menjadi solusi yang
baik untuk membatasi kontak langsung dengan pasien dan mencegah terjadinya peningkatan angka
disabilitas. Peran aktif baik pasien maupun keluarga pasien sangat dibutuhkan dalam hal ini, misalnya
saja pasien dapat diminta menuliskan dosis latihan mereka di rumah pada sebuah buku catatan atau
exercise diary. Selain exercise secara virtual, edukasi dan home program sangatlah penting diberikan
kepada pasien. Fisioterapis tetap memonitoring jalannya program latihan dan mengevaluasi
perkembangan pasien termasuk konsistensi dan kepatuhan pasien dengan mencatat pada rekam medis
pasien mencakup setiap latihan yang dilakukan, jumlah pengulangan, setiap variasi dalam latihan yang
dilakukan dan alasan untuk variasi seperti efek samping yang dapat merugikan. Selain itu fisioterapis
juga harus memberikan layanan konsultasi terkait kendala yang mungkin muncul selama program ini
berlangsung, sehingga diharapkan terciptanya komunikasi dua arah yang baik antara fisioterapis dan
pasien/keluarga pasien dengan demikian tujuan terapi pun dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai