Anda di halaman 1dari 5

VASKULARISASI

Paper Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisioterapi Komprehensif


Kardiovaskuler dan Pulmonal II

Disusun Oleh :
Citradewi Ratnadilla
J120150071

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
JUDUL:
Varicose Veins/Varises
DEFINISI:
Varises adalah kondisi dimana pembuluh darah menjadi melebar (lebih dari 3 mm)
berkelok dan menggembung karena kelemahan dinding atau katup vena, yang biasanya
terjadi di vena superfisial ekstremitas bawah (Yamany & Hamdy, 2016).
PREVALENSI:

Setengah dari populasi orang dewasa memiliki permasalahan pada vena. Sekitar 25%
dari populasi tersebut mengalami varises ekstremitas bawah. Prevalensi varises adalah
lebih besar pada wanita (26-32%) dibandingkan pada pria (10-40%) (Yamany &
Hamdy, 2016). Di India penderita varises mencapai 15-20%, dan lebih banyak terjadi
pada wanita daripada pria (Diwan et al., 2018). Masalah varises lebih dari sekedar
masalah kosmetik, varises meningkatkan risiko pengembangan thrombosis vena
superfisial dan gangguan tromboemboli vena (Jacobs et al., 2017).
ETIOLOGI:

Pada umumnya vena pada tungkai memiliki katup satu arah. Dalam kondisi normal
saat otot berkontraksi darah mengalir kesatu arah. Sedangkan pada kasus varises, katup
tidak berfungsi dengan baik dimana terjadi kegagalan katup dalam menutup sehingga
darah mengalir ke dua arah. Darah yang kembali ini disebut dengan venous reflux.
Akumulasi darah inilah yang kemudian menyebabkan varises (Diwan et al., 2018).
PATOFISIOLOGI:

Menurut (Jacobs et al., 2017), varises disebabkan oleh dua faktor yaitu: faktor
hemodinamik dan dinding vena.
Faktor Hemodinamik

Aliran darah dalam sistem vena bergantung pada katup dan pompa otot untuk
memungkinkan kembalinya darah ke jantung melawan gravitasi. Pada keadaan
fisiologis aliran darah di vena dari vena superfisial ke vena dalam dan dari kaudal ke
arah kranial. Pada vena superfisial, perforantes, dan dalam terdapat katup yang
menjaga aliran darah ke kranial dan mencegah kembalinya darah (venous reflux).
Pelebaran pembuluh darah vena pada varises disebabkan karena kegagalan dalam
mejaga aliran darah agar tidak kembali dari vena dalam ke superfisial melalui
saphenofemoral junction (SFJ) dan perforating collaterals. Studi anatomi, ultrasound,
dan plethysmorgraphic menunjukkan ketidakmampuan katup berpengaruh pada
individu. Lokasi yang sering ditemukan kegagalan pada katup adalah di percabangan
pembuluh darah ekstremitas bawah, dengan lokasi yang paling sering ditemui adalah
di bawah lutut (saphenous vein). Studi menujukkan bahwa aliran darah yang kembali
pada saphenofemoral junction atau saphenofemoral junction reflux berperan dalam
terjadinya varises. Hipotesis ini diperkuat dengan data pendukung yang menunjukkan
bahwa obesitas, multiparitas, dan pekerjaan yang mengharuskan berdiri dalam jangka
waktu lama adalah faktor risiko terkuat dalam menyebabkan varises ekstremitas
bawah: peningkatan tekanan intra-abdominal berpengaruh pada ekstremitas bawah,
menyebabkan distensi vena ekstremitas bawah dan memberi dampak kelemahan pada
katup.
Faktor Dinding Vena

Hipotesis bahwa kelemahan dinding vena menyebabkan kegagalan pada katup vena
didasarkan hasil observasi bahwa area yang mengalami histologic abnormality atau
kelainan sel terbesar, sering ditemukan pada area katup vena kearah kaudal daripada
kranial. Dinding pembuluh darah vena pada penderita varises mengalami dilatasi dan
diameter luminal lebih besar daripada vena normal. Studi histologi pada dinding vena
yang mengalami varises, menunjukkan bahwa ada penebalan dan fibrosis di beberapa
daerah serta tipis dan hancur di daerah lainnya. Perubahan rasio normal dan fungsi
komponen Extracellular matrix (ECM) serta sel-sel otot polos berkontribusi dalam
menyebabkan dilatasi pada varises. Pada varises juga mengalami penurunan daya
elastic recoil dinding pembuluh vena.
TREATMENT:

Buerger’s Exercise dan pengobatan konvensional (stoking kompresi dan pengobatan


medis) serta Faradism under pressure (FUP) dan pengobatan konfensional.
HASIL PENELITIAN/KESIMPULAN:

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kelompok A yang diberikan Buerger’s


Exercise dan pengobatan konvensional (stoking kompresi dan pengobatan medis)
menunjukkan perbaikan kondisi yang sangat signifikan dibandingkan kelompok B
yang diberikan Faradism under pressure dan pengobatan konvensional.
Perkembangan subjek:

1. Penurunan nyeri pada ekstremitas bawah


2. Peningkatan jarak berjalan pada subjek
3. Pengurangan pembengkakan lokal pada ekstremitas bawah
4. Peningkatan aktivitas fungsional subjek
5. Subjek dapat melakukan latihan secara mandiri
ANALISA:
Sebuah studi perbandingan dilakukan pada 40 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok.
Kelompok A diberkan Buerger’s Exercise dan pengobatan konvensional. Kelompok B
diberkan Faradism under pressure (FUP) dan pengobatan konvensional. Subjek dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
1. Subjek laki-laki atau perempuan dan bersedia mengikuti penelitian
2. Subjek berusia 35-55 tahun
3. Subjek didiagnosis varises
4. Subjek mengalami odema grade 2
Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:

1. Subjek menderita Deep vein thrombosis (DVT)


2. Subjek baru saja menjalani operasi paru-paru dan intervensi pada ekstremitas
bawah
3. Subjek baru saja mengalami patah tulang pada ekstremitas bawah
4. Subjek berusia di bawah 34 tahun
5. Subjek tidak kooperatif
6. Terdapat neuropati atau ulcer di ekstremitas bawah

Evaluasi menggunakan Visuale Analogue Scale (VAS), Grades of Oedema, dan 6


minutes walking test. Protokol penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Kelompok A diberikan Buerger’s Exercise, stoking kompresi, dan pengobatan
medis
2. Kelompok B diberikan Faradism under pressure (FUP), stoking kompresi, dan
pengobatan medis

Protokol penelitian tersebut dijalani oleh subjek selama sebulan, dengan frekuensi
terapi 6 hari selama seminggu.

Kelemahan pada jurnal penelitian perbandingan terapi menggunakan Buerger’s


Exercise dan Faradism under pressure adalah dalam jurnal hanya mengatakan bahwa
latihan dilakukan 6 hari dalam seminggu selama satu bulan, tidak disertakan dosis
setiap kali latihannya. Selain itu dalam jurnal tersebut juga tidak dijelaskan secara rinci
gerakan atau latihan dalam Buerger’s Exercise yang digunakan, serta tidak ada dosis
yang jelas (frekuensi, intensitas, dan waktu) yang digunakan dalam penggunaan terapi
Faradism under pressure. Pada jurnal tersebut menampilkan tabel hasil masing-masing
evaluasi yang digunakan, namun tidak membahas hasil masing-masing evaluasi
tersebut melainkan hanya membahas hasil evaluasi secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA
Diwan, N., Patil, P., & Jagtap, V. (2018). EFFICACY OF BUERGER’S EXERCISE
VERSUS FARADISM UNDER PRESSURE IN VARICOSE VEINS. GJRA -
GLOBAL JOURNAL FOR RESEARCH ANALYSIS, 7(3), 27–28.
https://doi.org/10.1503/cmaj.131281
Jacobs, B. N., Andraska, E. A., Obi, A. T., & Wakefield, T. W. (2017).
Pathophysiology of varicose veins. Journal of Vascular Surgery: Venous and
Lymphatic Disorders, 5(3), 460–467. https://doi.org/10.1016/j.jvsv.2016.12.014
Yamany, A., & Hamdy, B. (2016). Effect of sequential pneumatic compression
therapy on venous blood velocity, refilling time, pain and quality of life in
women with varicose veins: a randomized control study. The Journal of Physical
Therapy Science, 28(7), 1981–1987.

Anda mungkin juga menyukai