Anda di halaman 1dari 9

Nadia Fahira D

1806194624
OGK-C (Senin, 10.00-11.40)

Nona Manis (35 tahun) datang ke poliklinik untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung dan pembuluh
darah terkait hasil pemeriksaan laboratorium yang diperolehnya 2 hari yang lalu. Hasil menunjukkan kadar
kolesterol total 250 mg/dL, LDL 195 mg/dL, HDL 35 mg/dL, TG 278 mg/dL, Hscrp 7 mg/L. Nona Manis punya
riwayat diabetes gestasional 2 tahun yang lalu.

1. Jelaskan kemungkinan kondisi patofisiologi dari Nona Manis!


Jawab:
Nona Manis kemungkinan mengalami kondisi hiperlipidemia (peningkatan kadar lipid dalam darah).
Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaaan profil darah. Tingginya kadar lipid (kolesterol, TG, LDL,
dan VLDL) dapat memicu pembentukan plak aterosklerosis pada dinding pembuluh arteri yang dapat
menghambat laju alir darah. Pembentukan plak aterokslerosis merupakan salah satu faktor penyebab infark
miokard.
Selain itu, Nona Manis memiliki riwayat diabetes gestasional yang kemungkinan menjadi pemicu lain
infark miokard selain hiperlipidemia. Diabetes gestasional merupakan gangguan toleransi karbohidrat yang
mengakibatkan kadar gula darah meningkat pada periode kehamilan. Kadar gula darah tinggi
(hiperglikemia) dalam darah dapat merusak endotel pembuluh darah sehingga mengiduksi pembentukan
plak aterosklerosis. Plak aterosklerosis dapat terbentuk dari akumulasi kolesterol, lipid, dan sisa-sisa
metabolisme tubuh yang mengalir melalui darah.

2. Apa yang dapat dijelaskan dari adanya hasil Hscrp di atas!


Jawab:
CRP (C-Reactive Protein) merupakan protein fase akut yang disintesis di hati dan kadarnya akan
meningkat dalam serum jika terjadi respon inflamasi. Pada orang normal, kadar CRP adalah sebesar < 5
mg/L dan dapat meningkat 30 kali lipat jika terdapat inflamasi akut. Peningkatan kadar hsCRP berkaitan
dengan radang pembuluh darah (aterosklerosis) pada pasien dengan penyakit jantung coroner. Perbedaan
CRP dan hs-CRP adalah sensitivitas analitiknya dimana kemampuan hs-CRP untuk dapat mengukur kadar
yang sangat rendah sehingga digunakan sebagai penanda inflamasi kronis sedangkan CRP hanya dapat
digunakan untuk penanda inflamasi akut.
Pada beberapa penelitian telah ditentukan bahwa kadar hs-CRP <1 mg/L menandakan resiko rendah
untuk penyakit kardiovaskular, hs-CRP 1-3 mg/L menandakan resiko sedang untuk terjadi penyakit
kardiovaskular di masa mendatang, sedangkan >3 mg/L menunjukkan resiko besar terjadinya penyakit
kardiovaskular.
Berdasarkan hasil tes hsCRP, dapat disimpulkan bahwa pasien kemungkinan memiliki resiko penyakit
kardiovaskular dikarenakan kadar hsCRP 7 mg/L (kadar tinggi).
Nadia Fahira D
1806194624
OGK-C (Senin, 10.00-11.40)

3. Apakah hasil laboratorium Nona Manis dapat menunjukkan adanya plak pada pembuluh darah?
Jawab:
Hasil laboratorium tidak secara langsung menunjukkan adanya plak dalam pembuluh darah. Namun
nilai hs-CRP yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat peradangan di pembuluh darah juga tinggi. Dengan
begitu pembentukan plak aterosklerosis yang didominasi dengan respon inflamasi dapat menimbulkan hs-
CRP yang tinggi pula.

4. Jelaskan mekanisme terbentuknya plak pada aterosklerosis!


Jawab: Pembuluh darah arteri terdiri dari 3 lapisan:
a. tunica intima (smooth layer), yang berada pada bagian paling dalam arteri membantu dalam
proses aliran darah
b. tunica media (muscular layer), yang berada pada bagian tengah membantu merangsang sirkulasi
darah
c. tunica adventitia (outer layer), yang berada pada bagian luar untuk melindungi arteri
Mekanisme terbentuknya plak:
(1) Akumulasi LDL-C di daerah intima (dinding arteri)
(2) Oksidasi LDL menyebabkan elaborasi lokal sitokin (respon inflamasi)
(3) Sitokin memfasilitasi peningkatan ekspresi molekul adhesive yang mengikat leukosit dan moleukul
chemoattractant (Monocyte Chemoattractant Protein 1/MCP-1) yang mengarahkan migrasi leukosit
ke intima.
(4) Setelah masuk ke intima, monosit mengaktifkan fungsi makfrofagnya yang meningkatkan ekspresi
reseptor scavenger
(5) Reseptor scavenger menelan kolesterol LDL dan membentuk foam cell
(6) Akumulasi foam cells mengakibatkan terbentuknya plak. Plak kemudian mengeras dan menebal ke
daerah elastis arteri. Penebalan plak mengakibatkan arteri tidak bisa meregang seperti sebelumnya
sehingga mengurangi laju alir darah.
(7) Pada waktu yang bersamaan, smooth muscle di daerah media mulai memperbanyak diri dan sebagian
akan berpindah menuju daerah plak (daerah intima)
(8) Smooth muscle akan membentuk fibrous cap keras yang menyelimuti plak. Selain perpindahan smooth
muscle ke daerah plak, kalsium juga bisa terdeposit di plak dan mengakibatkan penurunan elastisitas
arteri.
(9) Seiring berjalannya waktu, fibrous cap akan pecah dan melepaskan plak ke dalam aliran darah
(10) Plak yang masuk ke aliran darah akan menghambat laju alir dan menyebabkan clotting (penyumbatan)
Nadia Fahira D
1806194624
OGK-C (Senin, 10.00-11.40)

(11) Penyumbatan pembuluh darah mengakibatkan transport darah ke jantung dan organ lain terhambat
sehingga menyebabkan kematian

5. Bagaimana plak aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular?


Jawab:
Plak arterosklerosis yang dapat mengakibatkan penyakit kardiovaskular adalah plak yang sudah
menebal dan mengeras. Plak yang menebal dan mengeras akan menurunkan elastisitas arteri sehingga arteri
tidak bisa dengan mudah berdilatasi saat laju alir darah sedang deras. Otot polos membantu proses
pengerasan plak dengan membentuk fibrous cap. Seiring berjalannya waktu, kapsul akan pecah dan
mengakibatkan plak masuk ke aliran darah. Plak yang telah masuk ke aliran darah dapat menyumbat dan
mengakibatkan blood clotting sehingga menyumbat laju alir darah baik ke jantung, otak maupun organ lain.
Penyakit kardiovaskular yang dapat terjadi akibat plak aterosklerosis, adalah:
Nadia Fahira D
1806194624
OGK-C (Senin, 10.00-11.40)

a. Stroke
 Stroke embolik
 Stroke trombotik
a. Coronary artery disease
 Miokard sistemik
 Angina
 Infark miokard
 Gagal jantung
b. Renal artery disease
 Penyakit ateroembolik
ginjal
 Stenosis arteri ginjal
c. Aneurisma
d. Peripheral artery disease
 Iskemik
e. Kram pada anggota gerak (tangan dan kaki)

6. Jelaskan faktor resiko yang terlibat dalam patogenesis aterosklerosis!


 Faktor resiko yang dapat dimodifikasi (modiffable risk factor)
a. Dislipidemia (abnormalitas kadar lipid dalam darah)
Kadar LDL, VLDL, kolesterol, dan trigliserida yang tinggi dan terakumulasi dapat
mengakibatkan penumpukan lemak kolesterol di daerah intima arteri. Sedangkan kadar HDL yang
rendah menyebabkan HDL tidak bisa mengambil kelebihan kolesterol dari arteri dan membawanya
kembali untuk dimetabolisme di hati. Pasien dengan hiperkolesterolemia familial yang diturunkan
secara genetic tidak dapat menyingkirkan LDL dari darah secara efisien.
b. Tobacco Smoking
Merokok dapat menyebabkan aterosklerosis dengan beberapa cara, yaitu dengan meningkatkan
modifikasi oksidatif LDL, menurunkan kadar HDL, disfungsi endothelium yang mengakibatkan
hipoksia jaringan dan stress, meingkatkan adhesi platelet, meningkatkan ekspresi LAM terlarut,
stimulasi saraf simpatis oleh nikotin, dan penggantian oksigen menjadi dengan karbon monoksida.
Asap rokok menyebabkan peningkatan kadar CO dalam darah yang dapat meningkatkan terjadinya
cedera dinding arteri (sel endotel). Bahan-bahan kimia dalam rokok juga dapat mempersempit arteri
yang sebelumnya telah terkena aterosklerosis dan mengurangi jumlah darah ke jaringan.
Nadia Fahira D
1806194624
OGK-C (Senin, 10.00-11.40)

c. Hipertensi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko aterosklerosis dengan cara melukai endotel
vaskular dan meningkatkan permeabilitas dinding arteri terhadap lipoprotein. Peningkatan stress
hemodinamik dapat memperbanyak jumlah reseptor scavenger pada makrofag yang meningkatkan
perkembangan foam cell.
d. Diabetes Mellitus dan Gangguan Metabolik
Diabetes dapat memengaruhi nonenzimatik glycation lipoprotein yang meningkatkan uptake
kolesterol oleh makrofag scavenger. Selain itu tingginya kadar gula dalam darah dapat
mempercepat pembentukan plak karena gula dalam darah dapat merusak sel endotel di dinding
arteri sehingga kolesterol dan sisa metabolit lain dapat masuk dan muncul respon inflamasi.
e. Intensitas olahraga yang kurang
f. Obesitas
Obesitas dapat menyebabkan disregulasi adiponektin yang akan mengarah pada disfungsi
endotel sebagai awal dari terjadinya aterosklerosis.

 Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi


a. Usia
Atrosklerosis adalah sebuah kondisi inflamasi kronis yang prosesnya bisa terbentuk pada usia
dini. Dengan bertambahnya usia dan ditambah dengan adanya faktor resiko akan memicu
aterosklerosis dan komplikasinya. Resiko akan meningkat pada wanita di atas 55 tahun dan pria di
atas 45 tahun.
b. Jenis kelamin
Aterosklerosis kebanyakan terjadi pada laki-laki. Hal ini dikarenakan hormon estrogen
berfungsi sebagai pelindung.
c. Riwayat keluarga
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita aterosklerosis atau diabetes dan
kolesterol kemungkinan besar dapat mewarisi penyakit tersebut juga.

7. Jelaskan terapi preventif yang dapat diberikan kepada Nona Manis!


a. Terapi lipid alter
Dengan cara diet kolesterol/ puasa lipid setiap 5 tahun sekali untuk orang dewasa. Diet
kolesterol/lipid dengan cara mengganti konsumsi lemak jenuh dngan polyunsaturated fat seperti asam
linoleat/asam lemak omega-3. Polyunsaturated fatakan mengaktifkan faktor transkripsi (PPAR-α) dan
Nadia Fahira D
1806194624
OGK-C (Senin, 10.00-11.40)

akan meningkatkan ekspresi apoprotein HDL (apoA1) dan lipoprotein lipase, serta menghambat sitokin
dalam mengekspresikan LAM di sel endotel.

b. Terapi antihipertensi
Dengan cara mengubah gaya hidup dan makanan yang dikonsumsi. Pengonsumsian buah dan
sayur, produk susu rendah lemak, serta pengurangan konsumsi garam dapat membantu menurunkan
tekanan darah.
c. Membatas konsumsi alkohol
d. Meningkatkan intensitas olahrga
e. Mempertahankan berat badan ideal

8. Kaitkan agen terapi tersebut dengan patofisiologi aterosklerosis!


 Obat antihipertensi golongan ACE inhibitor seperti kaptopril dapat digunakan untuk mencegah
penyempitan pembuluh arteri.
 Antiplatelet seperti aspirin clopidrogel dapat menghambat ikatan ADP dengan reseptor ADP di
platelet yang akan menginduksi penghambatan agregasi platelet.
 Antihiperlipidemia golongan statin dan fibrat dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol
sehingga mengurangi kadar kolesterol dalam darah
 Antihipertensi golongan beta blocker, CCB, dan diuretic dapat digunakan unruk menurunkan
tekanan darah
 Obat diabetes untuk mengendalikan faktor resiko diabetes yang dapat menyebabkan aterosklerosis
dan menjaga kadar gula darah

9. Berikan contoh obat-obat yang termasuk ke dalam agen terapi!


a. Antihipertensi

Golongan Obat Contoh Obat Dosis

Diuretik Hidroklortiazid 12.5 – 50 mg (1x sehari)


Spironolactone 25 – 50 mg (1x sehari)
Furosemid 20 – 80 mg (2x sehari)
ACE Inhibitor Kaptopril 12.5 – 50 mg (2-3x sehari)
(mencegah penyempitan arteri) Lisinopril 10-4- mg (1x sehari)
ARBs Valsartan 80 – 320 mg (1x sehari)
Losartan 50 – 100 mg (1x sehari)
Nadia Fahira D
1806194624
OGK-C (Senin, 10.00-11.40)

Beta blocker Propanolol 40 – 120 mg (2x sehari)


Bisoprolol 5 – 10 mg (1x sehari)
Labetalol 100 – 300 mg (2x sehari)
CCB Amlodipin 5 – 10 mg (1x sehari)
Nifedipin 30 – 90 mg (1x sehari)

b. Antihiperlipidemia

Golongan Obat Contoh Obat Dosis Efek

Inhibitor Kompetitif Atorvastatin 40-80 mg Mengurangi LDL


HMG-KoA Simvastatin
Reduktase Rosuvastatin 20-40 mg
(STATIN)
 Lini pertama
Niasin (Asam - Menurunkan kadar VLDL,
Nikotinat) LDL, Lp(a)
- Meningkatkan kadar HDL
Fibrat Gemifibrozil, 900 mg (1x sehari) Menurunkan kadar VLDL
 Lini kedua Fenofibrat 150 mg (1x sehari) (sebagian pasien LDL ikut
turun)
Resin Peningkat Kolestipol, Meningkatkan klirens LDL
Asam Empedu Kolestiramin, dan VLDL
Kolesevelam
Inhibitor Absorbsi Ezetimib 10 mg/hari Menurunkan kadar LDL
Kolesterol (di usus)

c. Antiplatelet
 Aspirin, menghambat trombosit untuk saling menempel dan membentuk gumpalan darah
 Clopidrogel
 Ticlopidine

10. Jelaskan hal-hal spesifik dari agen terapi yang menjadi pertimbangan dalam terapi aterosklerosis!
 Antihipertensi
Nadia Fahira D
1806194624
OGK-C (Senin, 10.00-11.40)

Pada aterosklerosis karotis, pemberian ACE inhibitor dan CCbB perlu dipertimbangkan karena
kedua golongan obat ini terbukti lebih efektif dalam memperlambat proses aterosklerosis dibandingkan
dengan golongan diuretic dan beta blocker
 Antihiperlipidemia
a. Fibrat digunakan saat terapi statin dan modifikasi gaya hidup tidak berhasil. Fibrat juga dapat
digunakan pada pasien dengan kadar TG tinggi yaitu >200 mg/dL
 Antiplatelet
Penggunaan antiplatelet seperti aspirin dan clopidrigel diberikan dalam dosis tunggal setelah
makan dan dikonsumsi jangka panjang serta perlu dilakukan pemantauan tiap 3-6 bulan. Perlu
diperhatikan juga tanda-tanda gastritis atau fese yang menjadi hitam. Namun obat antiplatelet hanya
dapat digunakan dalam jangka waktu satu tahun karena dapat menimbulkan pendarahan di masa
mendatang.

Referensi:

1. Budiman, Sihombing R, Pradian P. (2015). Hubungan Dislipidemia, Hipertensi, dan Diabetes Mellitus
dengan Kejadian Infark Miokard Akut. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas vol. 10(1)35-37.
2. Dewi, TP. (2018). C-Reactive Protein (CRP) vs High-Sensitivity CRP (hs-CRP). Diakses 23 Februari
2020 pada https://www.researchgate.net/publication/327690708_C-reactive_protein_CRP_Vs_high-
sensitivity_CRP_hs-CRP
3. JF PF. (2015). HS-CRP as Biomarker of Coronary Heart Disease. Medical Journal of Lampung
University vol. 4(4). Lampung: Lampung University.
4. Kalma. (2018). Studi Kadar C-Reactive Protein (CRP) pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Media Analis Kesehatan vol. 1(1).
5. Lily LS. (2011). Pathophysiology of Heart Disease 5th edition. Boston: Wolters Kluwer.
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada
Penyakit Kardiovaskular Edisi Pertama. Diakses 23 Februari 2020.
http://www.inaheart.org/upload/image/Pedoman_TataLaksna_hipertensi_pada_penyakit_Kardi
ovaskular_2015.pdf
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia. (2015). Perbedaan Kadar
Prolylcarboxypeptidase di Pasien Sindrom Koroner Akut dengan Pasien Angina Stabil. Indonesian
Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory vol. 22(1).
8. Sargowo D. (2015). Patogenesis Aterosklerosis. Malang: Universitas Brawijaya Press. Diakses 23
Februari 2020
Nadia Fahira D
1806194624
OGK-C (Senin, 10.00-11.40)

https://books.google.co.id/books?id=P_dRDwAAQBAJ&pg=PA95&lpg=PA95&dq=pemeriksaan+hs
crp+aterosklerosis&source=bl&ots=W7tUm_bmJv&sig=ACfU3U3iZvXrEZp9kUbS1jyxT3Tjo9OhY
w&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwi4oaWg5-
bnAhWlkOYKHReOD7I4ChDoATACegQIChAB#v=onepage&q=pemeriksaan%20hscrp%20aterosk
lerosis&f=false

Anda mungkin juga menyukai