1806194624
OGK-C (Senin, 10.00-11.40)
Nona Manis (35 tahun) datang ke poliklinik untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung dan pembuluh
darah terkait hasil pemeriksaan laboratorium yang diperolehnya 2 hari yang lalu. Hasil menunjukkan kadar
kolesterol total 250 mg/dL, LDL 195 mg/dL, HDL 35 mg/dL, TG 278 mg/dL, Hscrp 7 mg/L. Nona Manis punya
riwayat diabetes gestasional 2 tahun yang lalu.
3. Apakah hasil laboratorium Nona Manis dapat menunjukkan adanya plak pada pembuluh darah?
Jawab:
Hasil laboratorium tidak secara langsung menunjukkan adanya plak dalam pembuluh darah. Namun
nilai hs-CRP yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat peradangan di pembuluh darah juga tinggi. Dengan
begitu pembentukan plak aterosklerosis yang didominasi dengan respon inflamasi dapat menimbulkan hs-
CRP yang tinggi pula.
(11) Penyumbatan pembuluh darah mengakibatkan transport darah ke jantung dan organ lain terhambat
sehingga menyebabkan kematian
a. Stroke
Stroke embolik
Stroke trombotik
a. Coronary artery disease
Miokard sistemik
Angina
Infark miokard
Gagal jantung
b. Renal artery disease
Penyakit ateroembolik
ginjal
Stenosis arteri ginjal
c. Aneurisma
d. Peripheral artery disease
Iskemik
e. Kram pada anggota gerak (tangan dan kaki)
c. Hipertensi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko aterosklerosis dengan cara melukai endotel
vaskular dan meningkatkan permeabilitas dinding arteri terhadap lipoprotein. Peningkatan stress
hemodinamik dapat memperbanyak jumlah reseptor scavenger pada makrofag yang meningkatkan
perkembangan foam cell.
d. Diabetes Mellitus dan Gangguan Metabolik
Diabetes dapat memengaruhi nonenzimatik glycation lipoprotein yang meningkatkan uptake
kolesterol oleh makrofag scavenger. Selain itu tingginya kadar gula dalam darah dapat
mempercepat pembentukan plak karena gula dalam darah dapat merusak sel endotel di dinding
arteri sehingga kolesterol dan sisa metabolit lain dapat masuk dan muncul respon inflamasi.
e. Intensitas olahraga yang kurang
f. Obesitas
Obesitas dapat menyebabkan disregulasi adiponektin yang akan mengarah pada disfungsi
endotel sebagai awal dari terjadinya aterosklerosis.
akan meningkatkan ekspresi apoprotein HDL (apoA1) dan lipoprotein lipase, serta menghambat sitokin
dalam mengekspresikan LAM di sel endotel.
b. Terapi antihipertensi
Dengan cara mengubah gaya hidup dan makanan yang dikonsumsi. Pengonsumsian buah dan
sayur, produk susu rendah lemak, serta pengurangan konsumsi garam dapat membantu menurunkan
tekanan darah.
c. Membatas konsumsi alkohol
d. Meningkatkan intensitas olahrga
e. Mempertahankan berat badan ideal
b. Antihiperlipidemia
c. Antiplatelet
Aspirin, menghambat trombosit untuk saling menempel dan membentuk gumpalan darah
Clopidrogel
Ticlopidine
10. Jelaskan hal-hal spesifik dari agen terapi yang menjadi pertimbangan dalam terapi aterosklerosis!
Antihipertensi
Nadia Fahira D
1806194624
OGK-C (Senin, 10.00-11.40)
Pada aterosklerosis karotis, pemberian ACE inhibitor dan CCbB perlu dipertimbangkan karena
kedua golongan obat ini terbukti lebih efektif dalam memperlambat proses aterosklerosis dibandingkan
dengan golongan diuretic dan beta blocker
Antihiperlipidemia
a. Fibrat digunakan saat terapi statin dan modifikasi gaya hidup tidak berhasil. Fibrat juga dapat
digunakan pada pasien dengan kadar TG tinggi yaitu >200 mg/dL
Antiplatelet
Penggunaan antiplatelet seperti aspirin dan clopidrigel diberikan dalam dosis tunggal setelah
makan dan dikonsumsi jangka panjang serta perlu dilakukan pemantauan tiap 3-6 bulan. Perlu
diperhatikan juga tanda-tanda gastritis atau fese yang menjadi hitam. Namun obat antiplatelet hanya
dapat digunakan dalam jangka waktu satu tahun karena dapat menimbulkan pendarahan di masa
mendatang.
Referensi:
1. Budiman, Sihombing R, Pradian P. (2015). Hubungan Dislipidemia, Hipertensi, dan Diabetes Mellitus
dengan Kejadian Infark Miokard Akut. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas vol. 10(1)35-37.
2. Dewi, TP. (2018). C-Reactive Protein (CRP) vs High-Sensitivity CRP (hs-CRP). Diakses 23 Februari
2020 pada https://www.researchgate.net/publication/327690708_C-reactive_protein_CRP_Vs_high-
sensitivity_CRP_hs-CRP
3. JF PF. (2015). HS-CRP as Biomarker of Coronary Heart Disease. Medical Journal of Lampung
University vol. 4(4). Lampung: Lampung University.
4. Kalma. (2018). Studi Kadar C-Reactive Protein (CRP) pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Media Analis Kesehatan vol. 1(1).
5. Lily LS. (2011). Pathophysiology of Heart Disease 5th edition. Boston: Wolters Kluwer.
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada
Penyakit Kardiovaskular Edisi Pertama. Diakses 23 Februari 2020.
http://www.inaheart.org/upload/image/Pedoman_TataLaksna_hipertensi_pada_penyakit_Kardi
ovaskular_2015.pdf
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia. (2015). Perbedaan Kadar
Prolylcarboxypeptidase di Pasien Sindrom Koroner Akut dengan Pasien Angina Stabil. Indonesian
Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory vol. 22(1).
8. Sargowo D. (2015). Patogenesis Aterosklerosis. Malang: Universitas Brawijaya Press. Diakses 23
Februari 2020
Nadia Fahira D
1806194624
OGK-C (Senin, 10.00-11.40)
https://books.google.co.id/books?id=P_dRDwAAQBAJ&pg=PA95&lpg=PA95&dq=pemeriksaan+hs
crp+aterosklerosis&source=bl&ots=W7tUm_bmJv&sig=ACfU3U3iZvXrEZp9kUbS1jyxT3Tjo9OhY
w&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwi4oaWg5-
bnAhWlkOYKHReOD7I4ChDoATACegQIChAB#v=onepage&q=pemeriksaan%20hscrp%20aterosk
lerosis&f=false