Anda di halaman 1dari 52

Ardhona Irani (1806194372)

Cynthia Dewi (1806194044)


Nadia Fahira D (1806194624)
Syifa Ananda (1806185733)
Wilbert Wylie (1806194246)
Outline
- Penjelasan Teknik Ekstraksi
- Penggolongan Teknik ekstraksi
- Penjelasan Ekstraksi Padat-Cair
- Mekanisme Ekstraksi Padat- Cair
- Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekstraksi Padat-Cair
- Penggolongan Eeknik Ekstraksi Padat-Cair (pengertian, prinsip,
kelebihan dan kekurangan ekstraksi, alat, prosedur, dan contoh
senyawa )
EKSTRAKSI
EKSTRAKSI

Salah satu teknik pemisahan kimia untuk memisahkan atau menarik satu
atau lebih komponen atau senyawa/analit dari suatu sampel (simplisia
nabati/hewani ) dengan menggunakan pelarut tertentu yang sesuai.

Teknik ekstraksi yang ideal adalah teknik ekstraksi yang mampu


mengekstraksi bahan aktif yang diinginkan sebanyak mungkin, cepat,
mudah dilakukan, murah, ramah lingkungan dan hasil yang diperoleh selalu
konsisten jika dilakukan berulang-ulang.

(Leba, Maria aloisia uron. 2017. Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish
Berdasarkan fase-fase yang terlibat:
1. Ekstraksi Padat-Cair
a. Maserasi
b. Perkolasi

Penggolongan
c. Refluks
d. Sokhlet
2. Ekstraksi Cair-Cair

teknik a. Sinambung
b. Bertahap / corong pisah
3. Ekstraksi superkritis
ekstraksi
Zhang, Q. W., Lin, L. G., & Ye, W. C. (2018). Techniques for Extraction and Isolation of
Natural Products: A Comprehensive Review. Chinese Medicine, 13, art. ID PMC3440018.
Proses transfer secara difusi analit dari sampel yang
berwujud padat ke dalam pelarutnya.

Ekstraksi sampel padatan dapat dilakukan jika analit yang


diinginkan larut dalam pelarut pengekstraksi

prinsip Ektraksi padat


Pemisahan didasarkan pada cair
- Perbedaan kemampuan melarut komponen dalam
pelarut.
- “driving force” yaitu perbedaan konsentrasi solut di
padatan dengan pelarut.

Leba, Maria Aloisia Uron. 2017. Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish
MEKANISME EKSTRAKSI
PADAT-CAIR
1. Solvent berdifusi ke dalam sampel ( simplisia,
sel tanaman)
2. Solvent melarutkan senyawa metabolit/solut
dalam matriks padat
3. Senyawa metabolit yang terlarut berdifusi
dari simplisia ke dalam solvent.
4. Senyawa metabolit terekstraksi (dimana
terjadi keseimbangan/equilibrum antara solut
di dalam sel dengan pelarut ) dan diproses
lebih lanjut.
1. Ukuran Partikel
fAKTOR-FAKTOR
2.
3.
Pemilihan pelarut
Suhu
YANG
4.
5.
Pengadukan
Waktu ekstraksi
MEMPENGARUHI
EKSTRAKSI padat-
cair

Leba, Maria Aloisia Uron. 2017. Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi . Yogyakarta: Deepublish
1. Urutan partikel
Kecepatan transfer massa berbanding lurus dengan luas permukaan
partikel (menurut rumus Noyes-Whitney).

Semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaan partikel semakin


besar. Sehingga pelarut yang berdifusi bertambah banyak.

2. Pemilihan Pelarut
Menggunakan prinsip “ like dissolve like”
Selektif pada komponen target yang diekstraksi
Inert , ekonomis, tidak berbahaya bagi manusia, dan ramah linkungan
Dapat menguap sempurna
Memiliki viskositas rendah
Leba, Maria Aloisia Uron. 2017. Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi . Yogyakarta: Deepublish
3. Suhu
Peningkatan suhu dapat mengakibatkan peningkatan laju ekstraksi.
Akan tetapi, suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pada beberapa komponen yang terdapat dalam bahan.

4. Pengadukan

Pengadukan dilakukan untuk meratakan konsentrasi larutan zat aktif


diluar sel sehingga tetap terdapat perbedaan konsentrasi yang
sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar matriks padat.

Leba, Maria Aloisia Uron. 2017. Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi . Yogyakarta: Deepublish
5. Waktu ekstraksi

Semakin lama waktu retensi, maka semakin lama kontak antara


pelarut dan bahan. Sehingga, memaksimalkan penarikan senyawa
aktif dalam matriks padat.

Leba, Maria Aloisia Uron. 2017. Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi . Yogyakarta: Deepublish
Jenis ekstraksi padat-cair
Berdasarkan suhu ekstraksinya:
1. DINGIN 2. PANAS

- Maserasi - Soxhlet
- Perkolasi - Reflux

Putri, Widya Dwi Rukmi , Kiki Fibrianto. 2018. Rempah untuk Pangan dan Kesehatan. Malang:
Universitas Brawijaya Press
1. maserasi
maserasi
Teknik pengekstraksi matriks bahan alam dalam pelarut yang
sesuai melalui proses perendaman selama beberapa hari pada
suhu kamar dengan sesekali dilakukan pengadukan.

Tujuan perendaman: untuk melunakkan dinding sel tanaman


untuk melepaskan fitokimia tersebut.

Putri, Widya Dwi Rukmi , Kiki Fibrianto. 2018. Rempah untuk Pangan dan Kesehatan. Malang: Universitas Brawijaya Press
maserasi
PRINSIP:

a. Ekstraksi zat aktif yg dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam


pelarut yg sesuai selama beberapa hari pada suhu kamar, terlindungi dari
cahaya, pelarut akan masuk kedalam sel tanaman melalui dinding sel.
b. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di
dalam sel dan di luar sel.
c. Larutan yg konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
pelarut dengan konsentrasi rendah.
d. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Leba, maria aloisia uron. 2017. Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish
Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik . Jakarta: Depkes RI.
Alat yang
digunakan
Ditempatkan pada wadah atau
bejana yang bermulut lebar, ditutup
rapat, dan isinya diaduk berulang
selama beberapa hari.

Dipercepat dengan menggunakan


mesin pengaduk yang terus-menerus
berputar sehingga mempersingkat
waktu maserasi menjadi 6-24 jam

Yuni, Veronika Candra. 2010, OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES MASERASI DAUN SINGKONG (Manihotis Folium) DENGAN APLIKASI SIMPLEX LATTICE DESIGN. Diakses dari
https://repository.usd.ac.id/17200/2/068114051_Full.pdf pada 7 Februari 2020.
-
-
-
-
-

netral
non toksik

dan kuman
daya absorpsi baik
bersifat lebih selektif
Pelarut yang digunakan

dapat menghambat pertumbuhan kapang


Penggunaan etanol sebagai penyari karena bersifat:
Farmakope Indonesia edisi IV menetapkan bahwa
sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air, atau eter.

Indraswari, Arista. 2008. OPTIMASI PEMBUATAN EKSTRAK DAUN DEWANDARU


(Eugenia uniflora L.) MENGGUNAKAN METODE MASERASI DENGAN PARAMETER KADAR TOTAL
SENYAWA FENOLIK DAN FLAVONOID. Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/983/1/K100040093.pdf pada 7
Februari 2020
Diakses dari http://eprints.umbjm.ac.id/120/3/BAB%20II.pdf pada 7 Februari 2020.
Prosedur percobaan
Bejana ditutup rapat
Simplisia ditimbang dan Tambahkan penyari dan disimpan dari
dimasukkan ke dalam sampai terendam dan tempat terlindung
bejana diaduk cahaya matahari sambil
sesekali diaduk

Filtrat digabungkan dan


Ampas ditambahkan
diuapkan diatas di atas
Saring setelah waktu dengan penyari dan
cawan dengan waterbath
yang ditentukan diamkan kembali seperti
untuk menghasilkan
tahap awal (remaserasi)
ekstrak kental
video
contoh
maserasi
Kelebihan Kekurangan

1. Peralatan sederhana 1. Memerlukan banyak waktu


2. Pengerjaan relatif 2. Proses penyarian tidak sempurna karena
sederhana dan mudah zat aktif hanya mampu terekstraksi 50%
3. Biaya operasional relatif 3. Ada kemungkinan beberapa senyawa
rendah hilang saat ekstraksi
4. Dapat digunakan untuk 4. Beberapa senyawa sulit di ekstraksi pada
ekstraksi senyawa yang suhu kamar
termolabil 5. Penggunaan pelarut air membutuhkan
bahan tambahan (misal: pengawet untuk
mencegah pertumbuhan bakteri dan
kapang)
(Marjoni, 2016) Diakses dari http://eprints.umbjm.ac.id/120/3/BAB%20II.pdf pada 7 Februari 2020.
Digunakan untuk
senyawa: tidak
tahan panas
Sampel: biji kelor

• Sampel biji kelor yang didapatkan dbersihkan dari


kotoran dan dikeringkan
• Sampel yang telah kering dihaluskan dengan
blender dan dihitung kadar airnya
• Masukkan 20-25 gram sampel kering yang telah
dihaluskan
• Maserasi dengan heksana sampai bebas lemak,
ulang sebanyak 4 kali ulangan lalu disaring
• Filtrat dipekatkan dengan labu penguap pada suhu
40 oC sehingga diperoleh ekstrak kasar
• Ampasnya dikeringkan lalu dimaserasi kembali
dengan metanol 80%
• Filtrat didapatkan dan diperoleh ekstrak kasar
ejournalunb.ac.id › index.php › JSN › article › download SKRINING SENYAWA KIMIA DAN PENGARUH METODE ...
Kesimpulan: pada beberapa sampel, terdapat sifat senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan,
maka dari itu metode maserasi sangat cocok sebagai metode yang dipilih untuk senyawa-seyawa yang
tidak tahan terhadap pemanasan
2. perkolasi
perkolasi
Teknik pengekstraksi sampel yang dilakukan dengan
mengalirkan pelarut secara perlahan dan terus-menerus
menggunakan suatu perkolator.

Leba, maria aloisia uron. 2017. Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish
perkolasi
PRINSIP:

a. Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori.
b. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari
akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
c. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya
dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung untuk menahan.
d. Proses ekstraksi ini dilakukan dengan pelarut yang baru sampai sempurna “exhaustive
extraction” pada temperatur ruangan.
e. Indikasi bahwa semua analit telah terekstraksi sempurna adalah pelarut yang
digunakan tidak warna
f. Untuk memastikan semua analit telah terekstraksi dengan sempurna , dilakukan uji
kromatografi lapis tipis (KLT) atau spektrofotometri UV.
Leba, maria aloisia uron. 2017. Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish
JENIS PERKOLATOR

Bentuk silinder dengan sedikit Bentuk silinder dengan meruncing


meruncing pada bagian bawah pasti pada bagian bawah

Bentuk kerucut/corong
KELEBIHAN KEKURANGAN

1. Waktu ekstraksi lama


1. Tidak terjadi kejenuhan
2. Membutuhkan pelarut dalam
2. Pengaliran meningkatkan difusi
jumlah banyak
(dengan dialiri cairan penyari
3. Resiko cemaran mikroba
sehingga zat seperti terdorong
untuk penyari air karena
untuk keluar dari sel)
dilakukan secara terbuka

Sulaiman, T., 2011, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, diterjemahkan Padmawinata, K., Edisi IV, ITB, Bandung
PROSEDUR PERKOLASI
1. Bagian bawah perkolator diberi sekat berpori (kapas/glass wool)
2. Buka keran perkolator agar udara dapat keluar
3. Masukkan serbuk simplisia yang telah dibasahi/dimaserasi selama
1-2 jam (konsistensi seperti pasir basah) ke dalam perkolator
dengan cara ditekan tekan sedikit hingga merata
4. Tuangkan solvent ke dalam perkolator
5. Biarkan keran perkolator terbuka hingga satu tetes perkolat jatuh
ke wadah tampung lalu tutup keran perkolator
6. Diamkan selama 12-24 jam (menstruum/cairan penyari akan
menarik zat dalam simplisia)
7. Buka kran perkolator dan biarkan cairan menetes dengan
kecepatan 1mL/menit
8. Tambahkan berulang cairan penyari hingga selalu berada selapis di
atas lapisan simplisia
9. Lakukan hingga seluruh metabolit tersari
10. Pindahkan ke bejana tertutup dan biarkan selama 2 hari, saring
11. Uapkan menggunakan rotary evaporator/cawan penguap di atas
waterbath hingga didapatkan ekstrak kental
APLIKASI

● Digunakan untuk: senyawa tidak tahan panas, contoh


oleoresin
● Penggunaan suhu tinggi dapat mempercepat proses ekstraksi
dan menyebabkan kerusakan terhadap komponen yang
terkandung dalam bahan.
● Penggunaan suhu dalam proses ekstraksi harus diperhatikan
agar tidak merusak komponen oleoresin bahan.
● Pemanasan yang melebihi suhu 100oC akan menyebabkan
penguraian komponen penyusun oleoresin (perubahan bau
dan minyak atsiri banyak yang menguap).
(Sabel dan Warren, 1973)

Fauzana, Dianita Laila. 2010. Perbandingan Metode Maserasi, remaserasi, Perkolasi, dan
Reperkolasi terhadap Rendemen Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).
Diakses dari
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61916/8/F10dlf.pdf pada
tanggal 9 Februari 2020
VIDEO
PROSEDUR
PERKOLASI
3. soxhlet
soxhlet
Teknik ekstraksi pada sampel menggunakan pelarut yang selalu baru
dengan alat khusus melalui pemanasan pelarut sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dan berkesinambungan.
Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama
sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi
sempurna.

Leba, maria aloisia uron. 2017. Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish
Sarker, S. D., dan Nahar, L. (2012) Natural Product Isolation 3rd Edition. Heidelberg, London:
Springer Science+Business Media
soxhlet
PRINSIP:

- Sampel (simplisia) dan pelarut diletakkan pada wadah yang berbeda


(sampel diletakkan kedalam wadah berpori dari kertas saring) .
- Menggunakan pelarut yang lebih sedikit karena pelarut tersebut akan
dipakai untuk mengulang ekstraksi.
- Ekstraksi sampel secara kontinyu dengan pemanasan pelarut
(Pelarut yang mudah menguap/ titik didih rendah )
- Uap pelarut mengalami pendinginan dalam kondensor dan secara
kontinyu membasahi sampel sekaligus melarutkan zat aktifnya
kemudian kembali ke labu .
Leba, maria aloisia uron. 2017. Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish
Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter StandarEkstrak TumbuhanObat. Jakarta: Departemen Kesehatan
SOXHLET
Alat yang digunakan :

1. Stirrer
2. Boiling flask
3. Distillation
4. Thimble
5. Siphon arm
6. Extraction chamber
7. Condensor

Handa, S. S., Khanuja, S. P. S., Longo, G., & Rakesh, D. D. (2008). Extraction
technology for medicinal and aromatic plants. Trieste: ICS UNIDO
PROSEDUR SOXHLET
1. Masukkan sampel (padatan) ke dalam thimble
2. Masukkan thimble ke dalam soxhlet chamber
3. Pasang soxhlet chamber dengan kondensor dan labu yang berisi pelarut
4. Uap pelarut terkondensasi, lalu menetes ke thimble
5. Uap pelarut melewati distillation path, lalu ke kondensor
6. Panaskan pelarut
7. Pengosongan Soxhlet chamber oleh sifon
8. Masuk ke dalam labu bulat
9. Siklus berulang
SOXHLET
KELEBIHAN KEKURANGAN
● Jumlah sampel yang diperlukan Tidak dapat digunakan untuk
sedikit mengekstraksi bahan yang
● Proses soklatasi berlangsung tidak tahan panas
cepat
● Pelarut dapat digunakan
berulang kali
● Sampel terekstraksi dengan
sempurna karena pemisahan
dilakukan secara berulang

Handa, S. S., Khanuja, S. P. S., Longo, G., & Rakesh, D. D. (2008). Extraction technology for
medicinal and aromatic plants. Trieste: ICS UNIDO
Aplikasi
Judul : Ekstraksi Minyak Dari Biji Kurma dengan Metode Soxhlet Extraction dengan
Menggunakan Etil asetat
Penulis : Taslim, Muhammad Rizky Agung, Sigit Purwanto
Tujuan : Untuk mengetahui keefektifan pelarut etil asetat pada proses ekstraksi biji
kurma (Phoenix dactylifera L.) serta mengamati karakteristik minyak yang
dihasilkan sebagai edible oil dengan metode Soxhlet extraction.
Sampel : Biji Kurma

Agung, M. R., & Purwanto, S. (2016).


Ekstraksi Minyak dari Biji Kurma (Phoenix
dactylifera L.) dengan Metode Soxhlet
Extraction dengan Menggunakan Etil Asetat.
Jurnal Teknik Kimia USU, 5(2), 55-60.
PROSEDUR PERCOBAAN
Penyiapan sampel biji
kurma Analisis
Sampel biji kurma dicuci bersih dan
05 Analisis bilangan peroksida, analisis
dikeringkan. Setelah dikeringkan, sampel bilangan iodin, analisis specific gravity
dihaluskan menggunakan blender. Sampel (SG), analisis asam lemak bebas
diayak dengan ayakan 50 mesh

01 04 Evaporasi
Pelarut dipulihkan dari campuran minyak
dengan cara evaporasi di bawah
temperatur titik didih pada 70 derajat
Celcius. Ekstrak kemudian disimpan di
Proses Ekstraksi dalam freezer sebelum dianalisis

Sampel yang telah halus dimasukkan ke dalam


thimbel. Pelarut etil asetat digunakan untuk
proses ekstraksi dimasukkan ke dalam labu 02 03 Destilasi dan Penyaringan
dengan variasi berat bahan baku : pelarut 1:2.
Pelarut etil asetat didestilasi dari labu alas
bulat dengan menggunakan hot plate.
Ekstrak minyak yang diperoleh disaring
dengan kertas Whatman No 1.
Agung, M. R., & Purwanto, S.
(2016). Ekstraksi Minyak dari Biji
Kurma (Phoenix dactylifera L.)
dengan Metode Soxhlet Extraction
dengan Menggunakan Etil Asetat.
Jurnal Teknik Kimia USU, 5(2), 55-
60.
VIDEO METODE SOXHLET
4. reflux
reflux
Teknik pengeskstraksi pada sampel melalui pelarut pada temperatur
titik didihnya, selama waktu tertentu, dan jumlah pelarut terbatas
dan konstan dengan adanya kondensor.

Jaya, Firman. 2017. Produk-produk Lebah Madu dan Hasil Olahannya. Malang: Universitas Brawijaya
Press
reflux Heating
(pemanasan)
PRINSIP:
Evaporating
- Untuk ekstraksi komponen yang termostabil (penguapan)
- Bahan dan pelarut selektif dalam wadah
yang sama dan terjadi pencampuran dan
pemanasan suhu tertentu.
Kondensasi
- Melibatkan proses pemanasan pelarut pada
titik didih dan kondensasi uap secara terus-
menerus, serta pelarut kembali ke labu
sebagai kondensat (menjamin suhu reaksi
Pendinginan
tetap konstan)

Jaya, Firman. 2017. Produk-produk Lebah Madu dan Hasil Olahannya. Malang: Universitas Brawijaya
Press
ALAT YANG DIGUNAKAKAN
● Magnetic stir bar
● Hotplate
● Sumber arus listrik
● Heating mantle
● Labu alas bulat
● Reflux condenser
● Two rubber tubings
● Klem dan statif
● Termometer
● Sand bath
● Boiling chip
Metode
1. Menyiapkan Heating Mantle
● Pilih ukuran heating mantle yang tepat dengan labu alas
bulat yang digunakan
● Tambahkan pasir sebanyak 2/3 bagian dari heating mantle
1. Menyiapkan Tubes
● Hubungkan salah satu ujung rubber tubing dengan
sumber air, dan ujung yang lainnya dihubungkan dengan
saluran bagian bawah kondensor refluks
● Gunakan rubber tubing yang berbeda, pasang salah satu
ujungnya pada saluran kondensor bagian atas dan ujung
yang lain diletakkan pada saluran pembuangan air
Metode
3. Mengoperasikan Apparatus
● Nyalakan magnetic stirring plate
● Nyalakan sumber air. Pastikan kondensor selalu
terisi air
● Pasang alarm untuk mengindikasikan
selesainya reaksi
Kelebihan dan kekurangan
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Pemanasan biasa dengan menggunakan beaker 1. Masih diperlukan metode pemisahan
glass sehingga pelarut akan menguap sebelum lanjutan untuk mendapatkan ekstrak yang
reaksi berjalan sampai selesai sehingga metode bebas dari pelarut.
refluks ini lebih hemat pelarut.
2. Dibutuhkan monitoring menggunakan TLC
2. Ekstraksi dapat berlangsung dengan efisien dan untuk memastikan progres eksperimen.
senyawa dalam sampel secara lebih efektif
dapat ditarik oleh pelarut relatif terhadap metode 3. Kurang baik untuk ekstrak yang bersifat
maserasi (ekstraksi dingin) termolabil karena akan terjadi proses
penguraian.
3. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk
mengekstrak zat aktif dalam sampel karena
adanya pengaruh pemanasan
Contoh APLIKASI

● Metode Ekstraksi : Refluks (ekstraksi


panas)
● Sampel : tongkol
jagung halus 20 gr
● Pelarut : Etanol
75 % Rotary Vacuum Evaporator

● Suhu ekstraksi : 50 °C
● Lama ekstraksi : 2 jam
● Alat pemekat ekstrak : rotary vacuum evaporator
● Kadar yang dihasilkan : 396,768 mg/kg
Prosedur percobaan
1. Tongkol jagung halus ditimbang sebanyak 20 gram lalu dimasukkan ke dalam labu alas bulat
2. Tambahkan pelarut etanol 75 % dan rangkai alat refluks, kemudian sampel diekstraksi pada suhu 50 °C
selama 2 jam.
3. Larutan yang sudah selesai diekstraksi disaring dengan menggunakan kain kasa steril dan kertas saring yang
telah disterilisasi, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
4. Larutan ekstrak dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan dipasangkan ke alat rotary vacuum evaporator.
5. Tambahkan aquades pada wadah air hingga batas normal dan nyalakan pompa vakum dan mengatur alat
rotary vacuum evaporator pada suhu 50 °C tekanan 20 Psi dan putaran 120 rpm.
6. Proses pemekatan dihentikan pada saat mulai terlihat batas garis tebal pada dasar labu dan larutan mulai
kental berwarna kuning jingga.
7. Larutan ekstrak dioven sampai kering pada suhu 50 °C sehingga diperoleh ekstrak pekat tongkol jagung.
Kemudian timbang ekstrak pekat.
Daftar Pustaka
● Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter Standar Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen
Kesehatan
● Leba, maria aloisia uron. (2017). Buku Ajar: Ekstraksi dan Real KromatografI. Yogyakarta: Deepublish)
● Putri, Widya Dwi Rukmi , Kiki Fibrianto. (2018). Rempah untuk Pangan dan Kesehatan. Malang: Universitas
Brawijaya Press
● Sarker, S. D., dan Nahar, L. (2012). Natural Product Isolation 3rd Edition. Heidelberg, London: Springer
Science+Business Media
● Sitepu, Joice Sola Gratia. (2010). Jurnal “Pengaruh variasi metode ekstraksi secara maserasi dan dengan alat
soxhlet terhadap kandungan kurkuminoid dan minyak atsiri dalam ekstrak etanolik kunyit.
https://repository.usd.ac.id/17253/2/068114103_Full.pdf/7februari2020
● Zhang, Q. W., Lin, L. G., & Ye, W. C. (2018). Techniques for Extraction and Isolation of Natural Products: A
Comprehensive Review. Chinese Medicine, 13, art. ID PMC3440018.
● Susanti, Bachmid F. Jurnal “Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan refluks terhadap kadar fenolik dari
ekstrak tongkol jagung (Zea mays L)”.
● Fauzana, Dianita Laila. 2010. Perbandingan Metode Maserasi, remaserasi, Perkolasi, dan Reperkolasi
terhadap Rendemen Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Diakses dari
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61916/8/F10dlf.pdf pada tanggal 9 Februari 2020
Daftar Pustaka
● Ekstraksi Metode Refluks : http://www.academia.edu/35220469/EKSTRAKSI_METODE_REFLUKS
● How to set up a reflux apparatus : http://sites.psu.edu/mfl5156/wp-
content/uploads/sites/58670/2016/08/Mengying-Li-Instruction_set-new.pdf
● Handa, S. S., Khanuja, S. P. S., Longo, G., & Rakesh, D. D. (2008). Extraction technology for medicinal and
aromatic plants. Trieste: ICS UNIDO
● Agung, M. R., & Purwanto, S. (2016). Ekstraksi Minyak dari Biji Kurma (Phoenix dactylifera L.) dengan
Metode Soxhlet Extraction dengan Menggunakan Etil Asetat. Jurnal Teknik Kimia USU, 5(2), 55-60.
● Yuni, Veronika Candra. 2010, OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES
MASERASI DAUN SINGKONG (Manihotis Folium) DENGAN APLIKASI SIMPLEX LATTICE
DESIGN. Diakses dari https://repository.usd.ac.id/17200/2/068114051_Full.pdf pada 7 Februari
2020.
● Indraswari, Arista. 2008. OPTIMASI PEMBUATAN EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia
uniflora L.) MENGGUNAKAN METODE MASERASI DENGAN PARAMETER KADAR TOTAL
SENYAWA FENOLIK DAN FLAVONOID. Diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/983/1/K100040093.pdf pada 7 Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai