SKRIPSI
OLEH
ii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Penulis
KATA PENGANTAR
Penulis juga tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun, M.Si., M.Sc. selaku Rektor Universitas
Halu Oleo.
2. Bapak Dr. Ruslin, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Halu Oleo.
3. Bapak Dr. rer. nat. apt. Adryan Fristiohady Lubis, S.Farm., M.Sc. selaku
Ketua Senat Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
4. Ibu apt. Suryani, S.Farm., M.Sc. selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi
Universitas Halu Oleo.
5. Ibu apt. Henny Kasmawati, S.Farm., M.Sc. selaku Wakil Dekan II Fakultas
Farmasi Universitas Halu Oleo.
6. Bapak apt. Sunandar Ihsan, S.Farm., M.Sc. selaku Wakil Dekan III Fakultas
Farmasi Universitas Halu Oleo.
7. Ibu apt. Nuralifah, S.Farm., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Fakultas Farmasi
Universitas Halu Oleo.
8. Bapak Yamin, S.Si., M.Sc. selaku Sekretaris Jurusan Fakultas Farmasi
Universitas Halu Oleo.
9. Ibu Wa Ode Zubaydah, S.Si., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Jurusan
Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
10. Bapak Dr. Muhammad Arba, S.Si., M.Si. selaku Kepala Laboratorium
Penelitian dan Praktikum serta Laboran Fakultas Farmasi Universitas Halu
Oleo.
11. Ibu dr. Arimaswati, M.Sc. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo, yang telah memberikan izin penelitian kepada
penulis.
12. Ibu. apt. Suryani, S.Farm., M.Sc. selaku Penasehat Akademik yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
13. Ibu Dr. Wa Ode Salma.,SST.G.,M.Kes, ibu apt. Suryani, S.Farm., M.Sc. dan
Bapak Yamin, S.Pd.,M.Sc. selaku dewan penguji. Terima kasih untuk semua
kritik, saran serta bantuan yang diberikan kepada penulis.
14. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo
atas semua ilmu yang telah diberikan kepada penulis serta seluruh staff tata
usaha di ruang jurusan dan akademik atas segala fasilitas dan pelayanan yang
telah diberikan selama penulis menjalani proses perkuliahan di lingkungan
Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
15. Saudara-saudara penulis Wa Ode Egri Dian, Dhean Raya, dan Abizar Altan
Mutaqin yang selalu memberi dukungan dansemangat kepada penulis selama
menjalani proses perkuliahan.
16. Terima kasih kepada sahabat-sahabat “SEPEDA” yang sudah seperti saudara:
Heris, Yamin, Agus, Citra, Syifa, Rusni dan Yulita yang telah banyak
membantu dan memberikan semangat kepada penulis mulai awal perkuliahan
hingga skripsi ini selesai.
17. Terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuangan saya “MARONE” yang
sudah seperti saudara sendiri : Arifin, Mucan, Elsa dan Denis yang telah
banyak membantu penulis dari proses perkuliahan semester 1 sampai
semester akhir, yang selalu mau direpotkan ada dari tahap proposal sampai
sidang skripsi dan memberikan semangat kepada penulis mulai awal
perkuliahan hingga skripsi ini selesai
18. Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya : Livia, Jumarni, Dinar, Ayu, Umi,
Suleng, Feni, Nunu, Risma, Ika, Syani, Irma Lastri yang selalu membantu
penulis ketika dalam kesusahan selama perkulihaan.
19. Seluruh rekan-rekan seperjuangan kelas A: Ais, Afifa, Indra, Alma, Amel,
Arifin, Anisa, Arnika, Iva, Darsia, Elsa, Dinar, Erin, Fanny, Feni, Pipi,
Yanto, Imam, Jum, Arlan, Livia, Fadli, Suleng, Mumut, Nelisa, Nilu, Ayu,
Nining, Puput, Inun, Ica, Umi, Yani, Firah, Lia Dan Ijah yang telah banyak
berperan dan membantu penulis dalam masa-masa perkuliahan hingga bisa
sampai pada tahap penulisan skiripsi ini.
20. Terima kasih kepada TIM seninku: Nining dan Ayu yang selalu membantu
penulis dalam segala pengurusan.
21. Terima kasih kepada sobat-sobat seperjuangku Ikra, Lidya, Bekti dalam
mengurus dari maju proposal sampai sidang dalam segalah pengurusan dan
selalu mendukung penulis.
22. Solutio untuk kelas B,C dan D yang juga telah berjuang bersama selama
masa-masa perkuliahan dan membantu penulis dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini.
23. Tim farmakologi IMUN (kak Fitrah, kak Rani, kak Insan, kak Dila, kak
Dianty, kak Khanza, kak Ayu, Ria, Sri dan Adit) yang telah saling membantu
dan memberi semangat dalam menjalani masa-masa penelitian serta
penyelesaian penulisan skripsi ini.
24. Tim rimpang Etlingera rubroloba : Ria, Sri dan Adit yang telah banyak
membantu penulis dari awal hingga akhirnya penelitian ini selesai.
25. Tim CD8: kak Insan dan kak Finty yang telah banyak membantu penulis dari
awal hingga akhirnya penelitian ini selesai.
26. Pihak yang membantu dalam penelitian: Kak Gayu Agastia, S.Si., Kak
Saripuddin, S.Si., Ending dan Yanto yang telah membantu dan menemani
penulis dan tim untuk melakukan penelitian.
27. Seluruh mahasiswa farmasi yang lain (kakak tingkat dan adik tingkat) yang
juga telah membantu dan berperan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
28. Seluruh pihak yang membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
terima kasih atas segala keikhlasannya dalam membantu penulis.
Akhir kata penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak dan apabila masih terdapat kesalahan dalam skripsi ini,
sudilah kiranya memberikan koreksi untuk lebih baiknya tulisan ini. Semoga
Allah subhanahu wa ta’ala memberi taufik kepada kita semua untuk mencintai
ilmu yang bermanfaat dan amalan yang shalih serta memberikan ridho balasan
yang sebaik-baiknya. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya
bidang ilmu pendidikan.
Kendari, 21 April
2021
Penulis.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiii
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN..............................................................xiv
ABSTRAK.............................................................................................................xv
ABSTRACT..........................................................................................................xvi
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................4
1. 4 Manfaat Penelitian....................................................................................4
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Sistem Imun...............................................................................................5
2.2 Makrofag...................................................................................................8
2.3 Sel T Sitotoksik (CD8).............................................................................9
2.4 Interferon Gamma...................................................................................10
2.5 Hubungan CD8 dan Makrofag................................................................12
2.6 Imunomodulator......................................................................................13
2.7 Etlingera rubroloba A.D Poulsen..........................................................15
2.9 Stimuno®..................................................................................................20
2.10 Metabolit Sekunder.................................................................................21
2.12 Bakteri Staphylococcus aureus.................................................................33
2.13 Kerangkah Konsep....................................................................................35
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................36
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................36
ix
3.2 Jenis Penelitian........................................................................................36
3.3 Bahan Penelitian......................................................................................36
3.4 Alat/Instrumen Penelitian........................................................................36
3.5 Variabel...................................................................................................37
3.6 Definisi Operasional................................................................................37
3.7 Prosedur Penelitian..................................................................................38
3.8 Analisis Data...........................................................................................48
3.9 Jadwal Penelitiaan...................................................................................50
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................51
4.1 Determinasi Sampel................................................................................51
4.2 Penyiapan Sampel...................................................................................51
4.3 Ekstraksi..................................................................................................52
4.4 Skrining Fitokimia...................................................................................53
4.5 Karateristik Ekstrak.................................................................................55
4.2. Hasil Karakterisasi ekstrak E. rubroloba................................................55
4.6 Penentuaan Kadar Fenolik dan Flavonoid Total.....................................56
4.7 Uji Aktivitas Imonomdulator..................................................................60
BAB V. PENUTUP...............................................................................................78
5.1 Kesimpulan..................................................................................................78
5.2 Saran.............................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................79
LAMPIRAN..........................................................................................................94
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks Halaman
Gambar
Gambar 2.1 Diagram Respon Imun Innate Dan Adaptif 5
Gambar 2.2 Proses Fagositosis Makrofag 9
Gambar 2.3 Mekanisme Efektor Litik Dan Non-Litik Sel T CD8 10
Gambar 2.4 Mekanisme Kerja Interferon Gamma 11
Gambar 2.5 Hubunan CD8 Dan Fagositosis Makrofag 13
a. Tanaman Etlingera rubroloba A.D Poulsen
Gambar 2.6 15
b. Rimpang tlingera rubroloba A.D Poulsen
Gambar 2.7 Tikus Putih (Rattus norvegicus) 19
Teknik Enzyme-linked Immunosorbent Assay
Gambar 2.8 30
(ELISA)
Gambar 2.9 Protokol indirect ELISA 31
Gambar 2.10 Protokol Direct ELISA 32
Gambar 2.11 Protokol sandwich ELISA 32
Gambar 2.12 Protokol Competitive ELISA 33
Gambar 2.13 BakteriStaphylococcus aureus 33
Gambar 2.14 Kerangkah Konsep 34
Gambar 4.1 Kurva Standar Kuersetin 57
Gambar 4.2 Kurva Standar Asam Galat 58
Apusan Darah Tipis Perbesaran 1000x
Gambar 4.3 a. Makrofag Aktif 63
b. Makrofag Tidak Aktif
Gambar 4.4 Grafik Rata-Rata Aktivitas Fagositosis Sel Makrofag 66
Gambar 4.5 Grafik Rata-Rata Kadar CD8 71
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks Halaman
Tabel
Tabel 2.1 Kandungan Kimia Spesies Etlingera 17
ABSTRAK
ABSTRACT
Immunomodulators play an important role in maintaining the balance of the
immune system. The immune system is responsible for protecting the body
against invading foreign agents capable of infection through the phagocytosis of
macrophages. Macrophages that are unable to fight microorganisms require help
from a specific immune system, such as CD8. CD8 is able to activate interferon
gamma so that it will increase the activity of macrophage phagocytosis. One of
the plants that has the potential as an immunomodulator is E. rubroloba. This
study was conducted to determine the effect of E. rubroloba rhizome ethanol
extract on macrophage cell phagocytosis and CD8 levels. Twenty-four male
Wistar rats were divided into 6 treatment groups, namely positive control
(commercial meniran extract), negative control (Na-CMC 0.5%), normal control
(without treatment), treatment I (dose 200 mg / kgBW) , treatment II (dose 300
mg / kgBB) and treatment III (dose 400 mg / kgBB). The treatment was given
orally for seven consecutive days. On the eighth day, each rat was injected with
the bacteria Staphylococcus aureus 150 x 106 CFU / mL as much as 0.5 mL intra-
peritonial. Observation of macrophage phagocytosis using microscopic method
with magnification of 100x to 1000x, while the measurement of CD8 levels was
measured using the sandwich ELISA method and the data obtained were analyzed
by one way ANOVA. The results of the above research showed that the highest
percentage of macrophage activity was in treatment II (77.25%) when compared
to the positive control treatment (76.5%). The highest average CD8 level was in
treatment II (650.71 ng / mL) when compared to positive control (604.88 ng /
mL). Based on the results of the post-tukey statistical test, it showed that the
ethanol extract of E. rubroloba A.D. rhizomes. Poulsen compared with positive
control had the same effectiveness as an immunomodulator to increase
macrophage cell phagocytosis activity and CD8 levels (p> 0.05).
1
menghilangkan mikroorganisme dan presentasi mikroorganisme ke sel-sel sistem
imun adaptif (Rosales dan Eileen, 2017).
Makrofag mempresentasikan ikatan antara antigen peptida yang telah
beriktaan kompleks dengan major histocompatibility complex kelas (MHC) I
ataupun II ke resepetor sel T. MHC-1 akan berikatan koreseptor CD4 sehingga
sel T- helper akan aktif. Ikatan MHC-2 dengan koreseptor CD8 akan
mengaktifkan sel T sitotoksik (Hirayama dkk., 2017).
CD8+ yang telah aktif kemudiaan akan mensekresikan sitokin interferon
gamma, dimanan sitokin ini yang akan mengaktifkan makrofag naif, dengan
aktifnya makrofag naif maka terjadi peningkatan proses fagositosis (Patricia dkk.,
2015). Limfosit T sitotoksik (CTL) adalah nama lain dari sel T sitotoksik, juga
dikenal sebagai sel T-killer, sel T sitolitik, CD8 selT atau sel T pembunuh. CD8+
berperan penting dalam proses sitotoksik sel mikroorganisme (Chakraborty
dkk., 2017).
Berbagai agen sintetik digunakan sebagai agen imunostimulant seperti
levamisol, thalidomide, namun terdapat berbagai efek samping dari agen-agen
tersebut seperti nefrotoksisitas, hepatotoksisitas, gangguan sumsum tulang,
gangguan saluran cerna dan sebagainya. Karena kertersediaanya sedikit dan efek
sampingnya relatif banyak, pengunanan imomodulator dari bahan alam menjadi
altenatif lain sebagai imunomodulator karena efek samping yang dihasilakan
lebih relative kecil (Savan dkk., 2014).
Hasil uji skrining fitokimia buah Etlingera rubroloba menunjukan bahwa
buah E. rubroloba memiliki kandungan senyawa flavonoid yang memiliki
kemampuan meningkatkan sistem imunomodulator dengan meningkatkan kadar
CD4 dan efektivitas proliferasi limfokin yang dihasilkan oleh sel T sehingga akan
merangsang sel- sel fagosit untuk melakukan respon fagositosis, sehingga
tanaman E. rubroloba bisa dijadikan sebagai imunomudulator (Yusuf dkk,
2020., Wahyuni dkk., 2017). E. rubroloba merupakan famili dari Zingiberaceae
yang dapat ditemukan di Indonesia. Senyawa aktif yang dapat ditemukan pada
buah E. rubroloba adalah tanin, terpenoid, saponin, dan flavonoid. Hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa wualae yang memiliki aktivitas
sebagai imunostimulan karena ada kandungan flavonoid, alkaloid, saponin,
terpenod dan tanin (Yusuf dkk., 2020).
Kandungan flavonoid di dalam tumbuhan dapat mengaktivasi sel NK
untuk merangsang produksi IFN- γ. IFN- γ yang diproduksi oleh berbagai sel
imun merupakan sitokin utama dari Macrophage Activating Cytokine (MAC)
yang berperan dalam imunitas non spesifik seluler. Makrofag dapat diaktifkan
oleh IFN- γ dengan cepat dan efisien sehingga mengalami peningkatan aktivitas
fagositosis dalam menghancurkan antigen (Baratawidjaya, 2006).
SMAF (Spesific Makrofag Activating Factor) merupakan molekul-
molekul multipel, salah satunya adalah IFN-γ. IFN-γ (Interferon-γ) akan
mengaktifkan makrofag, sehingga makrofag akan mengalami peningkatan
aktivitas fagositosis. Hal ini akan menyebabkan makrofag dapat membunuh
bakteri lebih cepat. Flavonoid juga memiliki mekanisme kerja dengan cara
mengaktivasi sel NK untuk merangsang produksi IFN-γ. IFN-γ (Interferon-γ)
merupakan sitokin utama MAC (Macrophage Activating Cytokine) yang akan
mengaktifkan makrofag dan memacu peningkatan aktivitas fagositosis (Sulistiani
dan Hesti, 2015).
Kajian mengenai aktivitas imonomodulator mengenai rimpang E.
rubroloba A.D Poulsen belum pernah dilakukan, sehingga penulis tertarik untuk
mendalami lebih lanjut mengenai aktivitas imunomodulator ekstrak rimpang E.
rubroloba A.D. Poulsen dan pengarunya terhadap fagositosis sel makrofag dan
kadar CD8 pada tikus putih jantan galur wistar.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak
etanol rimpang E. rubroloba A.D Poulsen.
2. Untuk mengetahui aktivitas imunomodulatorekstrak etanol rimpang E.
rubroloba A.D Poulsen terhadap fagositosis sel makrofag pada tikus jantan
galur wistar.
3. Untuk mengetahui aktivitas imunomodulatorekstrak etanol rimpang E.
rubroloba A.D Poulsen terhadap kadar CD8 pada tikus jantan galur wistar.
1. 4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi antara lain
sebagai berikut :
1. Bagi peneliti sendiri, dapat menambah ilmu pengetahuan, keterampilan serta
keahlian mengenai pengujian pada tumbuhan yang berpotensi pengobatan
dengan menggunakan hewan coba tikus.
2. Bagi ilmu pengetahuan, dapat memberikan informasi penelitian lebih lanjut
mengenai aktivitas imunomodulatorekstrak rimpang E. rubrolobaA.DPoulsen
terhadap fagositosis sel makrofag dan kadar CD8 pada tikus jantan galur
wistar.
3. Bagi institusi, mewujudkan peranan Universitas Halu Oleo dalam mengkaji
permasalahan yang terjadi di masyarakat khususnya permasalahan terkait
sistem imunitas tubuh.
4. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat
mengenai aktivitas imunomodulatorrimpang E. rubrolobaA.D Poulsen
terhadap sistem imun tubuh ditinjau dari CD8.
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum sistem imun dibagi menjadi dua lini: imunitas alamiah dan
imunitas adaptif. Imunitas alamiah (innate) adalah pertahanan lapis pertama,
berupa mekanisme non spesifik (antigen independent) untuk melawan dan
mengatasi patogen yang menerobos masuk ke dalam tubuh kita. Imunitas
adaptif bersifat spesifik terhadap antigen (antigen dependent), dan memiliki
memori sehingga tubuh kita mampu bereaksi dengan lebih cepat serta lebih
efisien pada saat terpapar ulang dengan antigen yang sama (Levani, 2018).
2.1.1 Respon Sistem Imun Innate
Pertahanan imunitas innate atau bawaan merupakan lini pertama dari
pertahanan non spesifik untuk melawan mikroorganisme.Respons imun innate
atau respons imun non-spesfik atau respons imun alami sudah ada sejak lahir
dan merupakan komponen normal yang selalu ditemukan pada tubuh sehat.
Respons ini meliputi: pertahanan fisik/mekanik, pertahanan biokimia,
pertahanan humoral, dan pertahanan selular. Dinamakan non spesfik karena
tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada, dan siap berfungsi sejak
lahir. Respons ini merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan
mikroba dan dapat memberikan respons langsung, siap mencegah mikroba
masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya. Jumlahnya dapat
ditingkatkan oleh infeksi, misalnya sel leukosit meningkat selama fase akut
penyakit (Sudiono,2014).
2.1.2 Sistem Imun Spesifik (Adaptive immune)
Sistem imun spesifik mengenali antigen membutuhkan waktu yang cukup
lama.Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali direspon dengan
tubuh segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan
senitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk ke tubuh untuk kedua kalinya
akan dikenali lebih cepat dan mudah untuk dihancurkan (Bratawidjaja dan Iris,
2014 ). Respon imun adaptif merupakan respon imun yang didapat (acquired),
yang timbul akibat dari rangsangan antigen tertentu, sebagai akibat tubuh pernah
terpapar sebelumnya. Respon imun spesifik dimulai dengan adanya aktivitas
makrofag atau Antigen Precenting Cell (APC) yang memproses antigen
sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan respon sel-sel imun (Suardana,
2017).
Sistem imun adaptif terdiri atas sistem humoral dan sistem seluler. Pada
imunitas humoral, sel B melepaskan antibodi untuk menyingkirkan mikroba
ekstraseluler. Pada imunitas seluler sel T mengaktifkan makrofag sebagai efektor
untuk menghancurkan mikroba (Bratawidjaja dan Iris, 2014 ). Sistem imun
spesifik diperankan oleh limfosit B dan limfosit T dengan perbandingan 1:5.
Limfosit B bertanggung jawab terhadap respon imun yang dimediasi antibodi
(Syahrana dkk., 2017).
2.3.2.1 Limfosit B
Sel limfosit B termasuk dalam imunitas adaptif. Selain memiliki
kemampuan mengenali antigen secara spesifik, imfosit B bertanggung jawab
membentuk antibodi humoral dalam darah yang juga dikenal sebagai
immunoglobulin (Tiara dkk., 2016).
Sel limfosit B (bursal atau bone marrow) merupakan kumpulan populasi
sel yang mengekspresikan berbagai reseptor immunoglobulin (Ig) di permukaan
sel nya untuk mengenali berbagai macam epitop spesifik dari antigen. Sel
limfosit B diproduksi di hati janin (fetal liver) saat di dalam kandungan dan di
sumsum tulang belakang. Perkembangan sel limfosit B kemudian berlanjut di
organ limfoid sekunder seperti kelenjar getah bening (lymph node), limpa
(spleen), jaringan limfoid sekunder pada mukosa (mucosal associated lymphoid
tissue / MALT), jaringan limfoid sekunder pada usus (gut associated lymphoid
tissue / GALT) dan tonsil untuk menjadi sel plasma ataupun sel limfosit B
memori. Sel limfosit B memiliki lima kelas antibodi yaitu Ig-A, Ig-D, Ig-E, Ig-M
dan Ig-G (Levani, 2018).
2.3.2.2Limfosit T
Limfosit "T" berasal dari kata timus, yaitu suatu kelenjar dalam rongga
dada di atas jantung yang berperan dalam pematangan limfosit T setelah
diproduksi di sumsum tulang. Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan
seluler yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T
juga ikut membantu produksi antibodi oleh sel B plasma.Sel T dapat dibedakan
menjadi dua jenis berikut.
a. Sel T sitotoksik, berfungsi menyerang patogen yang masuk ke tubuh, sel tubuh
yang terinfeksi, serta sel kanker secara langsung.
b. Sel T helper, berfungsi menstimulasi pembentukan jenis sel T lainnya dan sel
B (Aripin, 2019).
Limfosit T berfungsi dalam berbagai respon imunologi seluler, misalnya
reaksi hipersensitifitas, pertahanan terhadap sel ganas dan banyak virus (Tiara
dkk., 2016). Fungsi Sel CD4+ mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya
mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba (Bratawidjaja dan Iris,
2014 ).Limfosit T akan memproduksi interferon dan meningkatkan kemampuan
makrofag sehingga dapat memfagosit antigen yang masuk kedalam tubuh
(Resmawati dkk., 2016).
2.2 Makrofag
Makrofag adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna
mikroba, antigen dan zat-zat lainnya (Pratiwi dan Tri, 2017). Makrofag
merupakan sel fagosit mononuklear utama di jaringan dalam proses fagositosis
terhadap mikroorganisme dan kompleks molekul asing lainnya. Makrofag
diproduksi di sumsum tulang belakang dari sel induk mieloid yang mengalami
proliferasi dan dilepaskan ke dalam darah sesudah atau satu periode melalui fase
monobla - fase promonosit - fase monosit. Monosit yang telah meninggalkan
sirkulasi darah akan mengalami perubahan- perubahan untuk kemudian menetap
di jaringan sebagai makrofag (Susanti dkk., 2012).
Melalui mekanisme ini, makrofag berperan penting peran dalam respons
imun spesifik tubuh. Bahkan, makrofag dapat mengeluarkan molekul sitotoksik,
berfungsi sebagai sel pembunuh alami. Makrofag bisa mengeluarkan sitokin yang
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Dengan demikian, makrofag adalah
mediator penting dari berbagai jenis fungsi kekebalan di dalam tubuh (Yu dkk.,
2012).
Makrofag memiliki kemampuan dalam melakukan proses fagositosis dan
merupakan antigen presenting cells (APCs) untuk mengaktivasi sel T. selama
aktivasi, makrofag berdiferensiasi menjadi dua subset yang secara fenotip dan
fungsinya berbeda, yaitu M1 dan M2. Makrofag M1 menggunakan mekanisme
pembunuhan mikroorganisme dengan cara oksidatif dan nitrosatif mekanisme
makrofag M1 merupakan mikrobisidal dan proinflamatori, sementara makrofag
M2 melalui sintesis RNS, NO melalui aksi iNOS sehingga dapat membunuh
mikrorganisme yang terfagositosis (Tania, 2020).
Makrofag berperan dalam proses peradangan sebagai reaksi tubuh
terhadap benda asing atau mikroba. Pada pertumbuhan neoplastik, makrofag
ditemukan pada ruang ekstraselular. Makrofag yang berada pada ruang
ekstraselular ini dikenal dengan tumor associated macrophages (TAMs)
(Chirstina dkk., 2015). Makrofag juga mempunyai peran yang penting dalam
imun adaptif, dalam hal ini makrofag akan mengambil antigen dan
mengantarkannya untuk dihancurkan oleh imun adatif (Taurina, 2016).
2.6 Imunomodulator
Imunomodulator adalah suatu zat yang dari bahan alam maupun sintetik
yang bisa merangsang, menekan, atau memodulasi sistem kekebalan tubuh baik
sistem kekebaln non spesifik maupun yang spesifik (Shantila dkk., 2018).
Imunomodulator merupakan suatu senyawa yang dapat digunakan untuk
meningkatkan fungsi dari sistem imun pada manusia. Imunomodulator adalah
bahan yang dapat memodulasi sistem imun tubuh Imunomodulator terdiri dari
imunostimulator, imunorestorator, dan imunosupresor (Sulistiawi dan maksum,
2014).
1. Imunorestorasi
Imunorestorasi, suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun
yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun, seperti:
immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum Globulin (ISG), Hyperimmune
Serum Globulin (HSG), plasma, plasmapheresis, leukopheresis, transplantasi
sumsum tulang, hati dan timus (Haeria dkk., 2017).
2. Imunosupresi
Imunosupresi merupakan suatu tindakan untuk menekan respon imun.
Kegunaannya di klinik terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi
penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan
atau gejala sistemik, seperti autoimun atau auto-inflamasi
3. Imunostimulan
Imunostimulan adalah bahan yang dapat merangsang sistem imun tubuh
melalui mekanisme respon imun non spesifik dan melalui respon imun spesifik
(Rauf dkk., 2016). Imunostimulan dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi patogen seperti bakteri dan virus. Imunostimulan dapat bertindak melalui
respons imun bawaan dan melalui respons imun adaptif. Pada individu sehat
imunostimulan diharapkan berfungsi sebagai agen profilaksis (pencegahan) yaitu
sebagai imunopotensiator dengan meningkatkan respon imun (Shantila dkk.,
2018). Imunostimulasi, yang disebut juga imunopotensiasi adalah cara
memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang merangsang
sistem tersebut.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa tumbuhan dari familia
zingiberaceae berpotensi sebagai imunomodulator seperti kunyit (Curcuma
longa), jahe (Zingiber officinale var Rubrum) dan temulawak (Curcuma
zanthorrhiza). Pada kunyit dan temulawak senyawa metabolit sekunder yang
dapat digunakan sebagai imunomodulator adalah curcuma, metabolit sekunder
pada jahe yang dapat memberikan efek imumodulator adalah gingerol (Hartanti
dkk., 2020). Selain itu, tumbuhan yang masih tergolong dalam zingiberaceaeyaitu
E. elatior terbukti memberikan efek imunomodulator dikarenakan kandungan
metabolit sekundernya berupa flavonoid (Adryan dkk., 2019).
2.7 Etlingera rubroloba A.D Poulsen.
2.7.1 Morfologi
(a) (b)
Gambar 2.6 (a) Tanaman E. rubroloba, (b) Rimpang E. rubroloba.
(Sumber Dokumentasi Pribadi)
di bagian puncak daun.Tangkai daun 1,5 sampai 2,5 cm. berwarna hijau, lembut
dengan rambut cokelat keemasan. Perbungaan tanaman berukuran 8 sampai 14 cm
dengan jumlah 46 bunga , 6 bunga membuka sekaligus, tangkai tanaman memiliki
panjang 5 sampai 7 cm, memiliki buah berwarna merah dengan 3-8 duri/kait
berukuran 2,7 2,3 cm, dan buah berbentuk bulat (Ardiyani ddk., 2012).
2.7.2 Klafikasi
Klasifikasi tumbuhan Etlingera sp. adalah sebagaiberikut(Tjitrosoepomo,
2005).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Etlingera
Spesies : Etlingera rubroloba A.D Poulsen
2.7.3 Kandungan Kimia
Tumbuhan Etlingera sp mengandung senyawa bioaktif seperti polifenol
(seperti tannin) , alkaloid, flavonoid, steroid, saponin dan minyak. Hasil analisis
senyawa kimia dengan GC-MS menunjukkan adanya 39 senyawa kimia yang
terkandung dalam E. elatior dengan komponen utamanya adalah 1-dodecanol
(13.82%), dodecanal (12.10%), dan 17-pentatriaconten (10.52%) (Suwarni dan
Kadek, 2015). Hasil penelitian menunjukkan adanya beberapa jenis minyak
esensial yang bersifat bioaktif pada daun, batang, bunga dan rimpang tumbuhan
ini. Kandungan minyak esensial pada daun sebesar 0.0735%, bunga 0.0334%,
batang 0.0029% dan rimpang 0.0021% (Rusanti dkk., 2017).
Beberapa kandungang kimia spesies Etlingera:
Tikus (Rattus norvegicus) albino atau yang dikenal sebagai “tikus putih”
adalahhewan yang paling sering digunakan sebagai model dalam penelitian
biomedis. Oleh karena dapat mewakili sistem biologis mammal, maka hewan ini
tepat untuk dijadikan sebagai hewan coba dalam kajian praklinik. Salah satu
galur yang paling banyak digunakan adalah tikus Wistar (Fitria dkk., 2015).
Data biologis tikus putih galur wistar (R. norvegicus) sebagai berikut
(Gad, 2016) :
Masa hidup : 2,5 – 3,0 tahun
Konsumsi air : 10 – 12 mL/100 gram/hari
Konsumsi makanan : 20 – 40 gram/hari
Rata-rata suhu tubuh : 37,5 ºC
Pubertas (jantan dan betina) : 50 ± 10 hari
Masa pembiakan : sepanjang tahun
Panjang siklus estrus : 4 – 5 hari
Durasi estrus : 10 – 20 jam
Mekanisme ovulasi : spontan
Waktu ovulasi : 7 – 10 jam setelah onset estros
Waktu kehamilan : 21 – 23 hari
Berat lahir : 5 – 6 gram
Tekanan darah : 116/76 mmHg – 145/97 mmHg
Denyut jantung : 296 – 388 kali/menit
Volume darah : 64 mL/kg
Laju pernapasan : 100 – 140 kali/menit
Volume urin : 15 – 30 mL/ 24 jam.
2.9 Stimuno®
Stimuno merupakan salah satu obat yang dapat digunakan sebagai
imunomodulator. Stimuno dapat digunakan untuk meningkatkan sistem imun dan
merupakan salah satu jenis fitofarmaka yang mengandung extrak herbal meniran
(Maramis, 2016). Herba meniran mudah tumbuh dan cepat menyebar terutama
di tempat yang lembap dan terlindung, seperti di tepi jalan atau dekat sungai
sungai dan danau. Seluruh bagian tumbuhan meniran dapat digunakan yaitu daun,
batang, bunga, buah dan akar yang secara umum disebut herba meniran.
Tumbuhan meniran merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, sebagai diuretik, ekspektoran, peluruh haid,
penambah nafsu makan, obat demam, diare dan obat sakit kuning. Secara klinis,
ekstrak meniran telah terbukti bersifat immunomodulator atau mampu
merangsang daya tahan tubuh seseorang sehingga kebal terhadap serangan
penyakit (Tambuna dkk., 2019).
Meniran merupakan jenis herba dari famili Euphorbiaceae yang tumbuh
liar di tempat lembab dan berbatu, seperti semak- semak dan tanah di antara
rerumputan. Ciri dari herba meniran yaitu tumbuh tegak dengan tinggi 30 – 60
cm, batang hijau; daun bentuk bulat telur hingga memanjang, ujung daun
tumpul, pangkal membulat, permukaan bawah berbintik dan tepi daun rata; buah
terletak di bawah daun dan letak tertata sepanjang tangkai utama daun (Fitri dan
Widyawati, 2017).
Herbal meniran mengandung kandungan kimia herba minyak atsiri,
flavonoid, alkaloid, arbutin, glikosida, antrakuinon, senyawa golongan fenol,
dan tannin. senyawa flavoniod seperti kuersetin pada daun niruri, niruritenin, rutin
pada seluruh batang lignin seperti filantin, hipofilantin pada seluruh tanaman ,
triterpen seperti lupeol asetat dan betasitosterol (Rivai dkk., 2013).
1. Indirect ELISA
Prinsip dari indirect ELISA seperti halnya ELISA kompetitif langsung,
kompetisi akan terjadi antara standar dan sampel untuk berikatan dengan antibodi.
Setelah pencucian ditambahkan antibodi sekunder yang dilabel dengan enzim.
Adanya reaksi komplek antara antigen dengan antibodi akan memberikan warna
setelah penambahan substrat, yang dapat diukur dengan menggunakan ELISA
reader (Spektrofotometer) (Bunyamin dkk., 2015).
Gambar 2.9 Protokol indirect ELISA
(Sumber :Shah dan Maghsoudlou, 2016)
2. Direct ELISA
Prinsip direct ELISA adalah jenis ELISA ini hanya membutuhkan antigen,
antibodi, enzim dan substrat (Rohima dan Ina, 2018). Jenis Elisa ini merupakan
dasar untuk jenis ELISA lainnya. Dimana, antigen atau antibodi diimobilisasi
pada permukaan lempeng mikrotiter. Setelah permukaan dihalangi dengan protein
lain (misalnya albumin, gelatin, kasein, dan susu skim) untuk menghindari
adsorpsi non-spesifik dari protein lain, antibodi atau antigen berlabel enzim yang
sesuai dibiarkan bereaksi dengan target, diikuti oleh pengembangan warna dengan
substrat yang sesuai (Sakamoto dkk., 2018).
Prinsip dari metode ini yaitu antigen target dideteksi melalui lapisan
antara dua antibodi, yang mengenali epitop yang berbeda, atau yang disebut
sistem sandwich. Sandwich ELISA dimulai dari imobilisasi antibodi, yang
disebut antibodi tangkap, pada lempeng mikrotiter. Setelah memblokir
permukaan pelat untuk menghindari adsorpsi protein lain yang tidak spesifik,
antigen dalam sampel dibiarkan bereaksi dengan antibodi tangkap yang
diimobilisasi, dan antigen yang terikat pada antibodi tangkap kemudian diapit
dengan antibodi berlabel enzim untuk perubahan warna (Sakamoto dkk., 2018).
4. Competitive ELISA
Prinsip ELISA kompetitif adalah adanyareaksi kompetitif antara target
(antigen atau antibodi) dalam sampel dan target berlabel enzim (antigen atau
antibodi) terhadap antibodi atau antigen yang sesuai. Untuk mendeteksi antigen
pada ELISA kompetitif, antigen berlabel enzim digunakan untuk bersaing dengan
antigen target terhadap antibodi yang diimobilisasi. Oleh karena itu, semakin
tinggi jumlah antigen dalam sampel, maka semakin rendah jumlah antigen
berlabel enzim yang berikatan dengan antibodi. Artinya, dengan meningkatnya
jumlah antigen target, maka sinyal berkurang (Sakamoto dkk., 2018).
Gambar 2.12 Protokol Competitive ELISA
(Sumber :Shah dan Maghsoudlou, 2016).
: Variabel Terikat
3.5 Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas 3 variabel yaitu variabel bebas,
variabel terikat dan variabel kontrol.
1. Variabel bebas : Konsentrasi ekstrak etanol rimpang Etlingera rubroloba
A.D Poulsen
2. Variabel terikat : Aktivitas fagositosis sel makrofag dan kadar CD8 tikus
putih jantan galur wistar
3. Variabel kontrol : Berat badan, kandang, makanan tikus, jenis kelamin dan
umur
3.7.3 Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan yaitu metode maserasi. Serbuk
rimpang Etlingera rubroloba A.D. Poulsen sebanyak 2,8 kg dimasukan ke dalam
wadah tertutup dan direndam dengan menggunakan pelarut etanol 96% selama 3 x
24 jam. Perbandingan 1 : 2 (jumlah pelarut yang digunakan dua kali dari jumlah
serbuk halus tanaman) (Harborne, 1996). Setiap 1 x 24 jam dilakukan penyaringan
dan penggantian pelarut baru. Filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan
menggunakan rotary vacum evaporator pada suhu 50ºC hingga diperoleh ekstrak
kental. Ekstrak ditimbang untuk mengetahui bobotnya (Wahyuni dkk., 2017).
3.7.4 Uji Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder
a. Senyawa Flavonoid
Disiapakan sebanyak 1 mL ekstrak ditambahkan ke dalam 3 mL etanol
70% kemudian dikocok, dipanaskan dan dikocok kembali. Lalu disaring dan
diambil filtratnya. Filtrat ditambahkan serbuk magnesium dan 3 tetes HCl pekat.
Apabila terbentuk warna merah bata pada sampel menunjukkan adanya senyawa
flavonoid (Rohma dkk., 2019).
b. Senyawa Alkaloid
Disiapkan 1 mL ekstrak ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendrof, reaksi
positif ditandai dengan terbentuknya endapan menggumpal berwarna coklat
hingga jingga (Ikalinus dkk., 2015).
c. Senyawa Saponin
Disiapkan sebanyak 1 mL ekstrak ditambah 10 mL aquades dan didihkan
dalam penangas air. Kemudian campuran tersebut dikocok dan dibiarkan 15
menit. Adanya senyawa saponin ditunjukkan dengan terbentuknya busa yang
stabil (Rohma dkk., 2019).
d. Senyawa Tanin
Ekstark diambil 1 mL dan didihkan beberapa menit.Ditambahkan beberapa
tetes FeCl3 1% dan terbentuknya warna coklat kehijauan atau ungu kehitaman
menunjukkan adanya tannin (Rohma dkk., 2019).
e. Senyawa Terpenoid (Uji Liebermann-Burchard)
Ekstrak maserasi sebanyak 1 ml masing-masing ditambahkan 2 Ml
kloroform dan 3 mL H2SO4pekat. Reaksi positif adanya terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan (Rohma dkk., 2019).
n≥ 4
Keterangan
:
n = Jumlah subyek tiap kelompok
t = Jumlah kelompok perlakuan
Berdasarkan rumus Federer, untuk 6 kelompok uji, setiap kelompok uji
minimal terdiri dari 4 hewan uji namun untuk meminimalkan terjadinya kesalahan
yang tidak diinginkan saat pengujian maka hewan uji yang digunakan sebanyak 5
ekor tiap kelompok. Kelompok tersebut terdiri dari kelompok normal, kelompok
perlakuan, kelompok kontrol positif (ekstrak meniran komersial®) dan kelompok
kontrol negatif (Na-CMC 0,5%). Kelompok kontrol positif digunakan sebagai
kelompok pembanding untuk melihat perbandingan pengaruh ekstrak dengan
obat/suplemen yang telah diketahui efektif dalam meningkatkan daya tahan tubuh,
sedangkan kelompok kontrol negatif digunakan untuk melihat perbandingan kadar
CD8 pada hewan uji antara kelompok yang diberikan perlakuan dan yang tidak
diberikan perlakuan.
.
b. Pembuatan Media
Pembuatan media dilakukan dengan cara menyiapkan bahan-bahan untuk
medium yaitu dengan menimbang media Nutrient Agar (NA) sebanyak 2,3 g
kemudian dilarutkan dengan akuades sebanyak 100 mL dalam erlenmeyer
kemudian ditutup dengan alumunium foil. Selanjutnya dipanaskan dan diaduk
menggunakan magnetik stirer hingga mendidih. Kemudian disterilkan dalam
autoklaf pada suhu 121°C dengan tekanan 15 Psi selama 15 menit (Irdawati dkk.,
2010).
c. Penyiapan Bakteri Uji
Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus yang
dibiakkan dari stok bakteri ke media Nutrient Agar (NA) miring yang masih baru.
Kemudian diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24 jam (Santoso dkk., 2014).
d. Pembuatan standar kekeruhan larutan (Mc. Farland)
Larutan Mc. Farland dibuat dengankomposisi larutan asam sulfat
sebanyak 9,95 mL dicampurkan dengan larutan BaCl2 1% sebanyak 0,05 mL
(Ginting, 2012; Assidqi, dkk., 2012). dimana larutan standar tersebut setara
dengan kepadatan bakteri 150 x 106 CFU/mL (Ilyas, dkk., 2019). Larutan tersebut
dimasukkan kedalam Erlenmeyer kemudian dikocok sampai terbentuk larutan
yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai standar kekeruhan suspensi bakteri uji.
e. Penyiapan Suspensi Bakteri Uji
Bakteri Staphylococcus aureus yang telah diinkubasi selama 24 jam,
disuspensikan dalam NaCl fisiologis 0,9%. Kekeruhan bakteri diukur sesuai
dengan standar Mc Farlan 0,5. (Wahyuni dkk., 2017; Arista dkk., 2013).
4.3 Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitiaan ini adalah metode
maserasi. Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.
Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri . Metode maserasi
dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil
(Mukhriani, 2014). Maserasi dilakukan dengan memasukkan simplisia tanaman
dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar
(Amelinda dkk., 2018). Ekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan
etanol 96% selama 3x24 jam pada suhu kamar (Saputra dkk., 2018).
Pemilihan etanol 96% sebagai pelarut karena etanol merupakan pelarut
organik dengan polaritas medium dengan sifat mudah menguap. Etanol
merupakan pelarut paling aman karena tidak beracun (Amelinda dkk., 2018).
Pelarut etanol 96% tidak mudah ditumbuhi mikroorgansime seperti kapang dan
kuman, tidak beracun dan netral netral. Selain itu metabolit sekunder yang
berefek farmakologis sebagai imunomodulator yaitu flavonoid larut dalam etanol
96% (Endrawati dan Feni, 2016). Hasil maserasi berupa maserat diuapkan dengan
rotary evaporator pada suhu 50oC hingga diperoleh ekstrak yang dapat dituang
dan masih mengandung pelarut dalam volume yang sedikit. Penguapan pelarut
ekstrak dilanjutkan dengan menggunakan waterbath dengan suhu 50oC hingga
diperoleh ekstrak kental (Cahyani, dkk., 2019).
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
0246810 12
Konsentrasi (ppm)
0246
Konsentrasi (ppm)
81.5
76.5 77.25
Aktivitas Fagositosis Makrofag (%)
90 74.5
80
70
60 45
50
40
30
20
10
0
KontrolKelompok Kelompok
Kontrol Kelompok PositifDosis 200 Dosis 300 Dosis 400 mg/kg BB mg/kg BB mg/ k
Negatif
Perlakuaan
Ket. : Nilai Sig > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan signifikan
Nilai Sig < 0,05 artinya terdapat perbedaan signifikan
Berdasarkan pengujiaan tukey pada kelompok dosis 200, 300 dan 400
mg/kgBB dibandingkan dengan kontol positif memiliki nilai signifikan > 0,05
(tidak terdapat perbedaan signifikan) ini menujukkan bawah rimpang Etlingera
rubroloba memiliki efektivitas fagositosis sama dengan kontrol positif. Berbeda
halnya antara kelompok dosis 200, 300 dan 400 mg/kgBB dibandingkan dengan
kontrol negatif memiliki nilai signifikan < 0,05 (terdapat perbedaan signifikan)
hal ini menunjukkan aktivitas fagositosis antara ekstak Etlingera rubroloba A.D.
Poulsen dengan kontrol negatif tidak sama, sehingga kelompok ekstrak berpotensi
sebagai imunomodulator melalui aktivitas fagositosis makrofag.
B. Kadar CD8
Pengukuran kadar CD8 menggunakan metode ELISA. ELISA merupakan
tes serologi yang bergantung pada deteksi antigen dengan antibodi, dan perubahan
enzimatik warna berkorelasi dengan kehadiran antigen dan sangat sensitif.
Akurasi terhadap hasil ELISA ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
ditentukan cara preparasi dan konsentrasi antigen yang digunakan dan metode
preparasi antigen (Sumianti dkk., 2015).
Prinsip dasar ELISA adalah analisis interaksi sampel mengandung antigen
dengan menggunakan konjugat antibodi yang dilabel enzim. Enzim ini akan
bereaksi dengan substrat dan menghasilkan warna. Warna yang timbul dapat
ditentukan secara kualitatif dengan pandangan mata atau kuantitatif dengan
pembacaan nilai absorbansi (OD) pada ELISA plate reader. (Iromo dan Nuril,
2014). Hasil kadar CD8 pada tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.7
Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh nilai rata-rata kadar CD8 untuk masing
masing kelompok yaitu kelompok kontrol normal 684.16 ng/mL, kontrol negatif
sebesar 357.78 ng/mL, kontrol positif sebesar 604.88 ng/mL, dosis 200 mg/kgBB
sebesar 612.66 ng/mL, dosis 300 mg/kgBB sebesar 650.71 ng/mL, dan dosis 400
mg/kgBB sebesar 593.49 ng/mL. Grafik rata-rata kadar CD8 dapat dilihat pada
Gambar 4.6
684.16
650.71
700
604.88 612.66 593.49
600
Kadar CD8 (ng/mL)
500
400 353.77
300
200
100
0
KontrolKontrolKontrolKelompok Kelompok Kelompok NormalNegatifPositifDosis 200Dosis 300Dosis 400
mg/kg BB mg/kg BB mg/ kg BB
Perlakuaan
(I) kelompok (J) kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
*
K+ K- ,226000 ,036317 ,000
KN -,071250 ,036317 ,400
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut
1. Kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam rimpang Etlingera
rubroloba A.D Poulsen adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan
triterpenoid.
2. Pemberian ekstrak rimpang Etlingera rubroloba A.D Poulsen memiliki
aktivitas sebagai imunomodulator berdasrkan peningkatan aktivitas fagositosis
sel makrofag pada tikus jantan galur wistar.
3. Pemberian ekstrak rimpang Etlingera rubroloba A.D Poulsen memiliki
aktivitas sebagai imunomodulator berdasarkan kadar CD8 pada tikus jantan
galur wistar.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh ekstrak rimpang Etlingera rubroloba A.D
Poulsen terhadap kadar CD8 dengan memperhatikan lama waktu penginfeksian
lebih dari 12 jam untuk mengetahui peningkatan kadar CD8.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas AK, Litchman AH, Pillai S, 2016, Basic immunology: Function and
Disorders of the Immune System, Edisi 5, Elsevier Inc.
Ahmad, Juwita, Siti A DR, Abdul M,2015, Penetapan Kadar Fenolik dan
Flavonoid Total Ekstrak Metanol Buah dan Daun Patikala (Etlingera
elatior (Jack) R.M.SM) Aktsar Roskiana, Pharm Sci Res, Vol. 2 (1).
Amalia A, Irma S, Risa N, 2017, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun
Sembung(Blumea Balsamifera (L.) Dc.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Prosiding Seminar
Nasional Biotik ISBN: 978-602-60401-3-8387.
Amelia K, Iqbal S, Daniel, 2016, Uji Kinerja Alat Perajang Rimpang, Jurnal
AgriTechno, Vol. 9 (2).
Andriyani M, Yessi S, Jin HP, Anshary M, Axel DP, 2012, Gingers of Lombok.
Jurnaal Floribunda, Vol. 4 (5).
Arbi TA, Putri DSN, Novita, Vindy V, 2019, Gambaran Perlekatan Bakteri
Staphylococcus Aureus Pada Berbagai BenangBedah (Studi Kasus Pada
Tikus Wistar) Cakradonya Dent J, Vol. 11 (1).
Aripin I, 2019, Pendidikan Nilai Pada Materi Konsep Sistem Imun, Jurnal Bio
Educatio, Vol. 4 (1).
Arikalang TG, Sri S, Johnly AR, 2018, Optimasi Dan Validasi Metode Analisis
Dalam Penentuan Kandungan Total Fenolik Pada Ekstrak Daun Gedi
Hijau (Abelmoschus manihot L.) Yang Diukur Dengan Spektrofotometer
UV-VIS, Pharmaconjurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 2 (1).
Bratawidjaja, K.G., dan Rengganis, Iris, 2014, Imunologi Dasar, Badan Penerbit
Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta.
Cahyani NP, Susiarni KC, Dewi NL, Melyandri, Putra DA, 2019, Karakteristik
Dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol70% Batang Kepuh (Sterculia
Foetida L.), Jurnal Kimia, Vol. 13 (1).
Celis FP, Natalia AT, Maria T. R., 2019, CD8+ T-Cell Response to HIV Infection
in the Era of Antiretroviral Therapy, Frontiers In Immunology, Vol.10 (1).
Chakraborty dkk., 2017, Cytotoxic T Cells And Cancer Therapy,Journal Of
Experimental Biology And Agricultural Sciences,Vol. 5 (4).
Chan EWC, Lim YY, Ling SK, Tan SP, Lim KK, Khoo MGH, 2009,
Caffeoylquinic Acids from Leaves of Etlingera spesies (Zingiberaceae),
LWT - Food Science and Technology,Vol. 42 (1).
Endrawati S, Feni I, 2016, Uji Efek Tonikum Ekstrak Etanol Daun Sambiloto
(Andrographis paniculata, Nees.) Terhadap Mencit Jantan (Mus musculus
L.) Galur Swiss, Jurnal Photon, Vol. 6 (2).
Felistiani, V., 2017, Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea americana
Mill.) Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar dan Limpa pada Mencit
(Mus musculus) yang diinfeksi Staphylococcus aureus, Skripsi, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim,
Malang.
Fiana FM, Naelaz ZWK, Ery P, 2020, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Sukun (Artocarpus altilis) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli, Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. 1 (1).
Fitri, Widiyawati, 2017, Efektivitas Antibakteri Ekstrak Herba Meniran
(Phylanthus Niruni) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella Sp. Dan
Propionibacterium Acnes, Jurnal Sains Dan Teknologi,Vol. 6(2).
Fitria, Mulyati, Cut MT, dan Andreas SB, 2015, Profil Reproduksi Jantan Tikus
(Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) Galur Wistar Stadia Muda
Pradewasa dan Dewasa, Jurnal Biologi Papua, Vol.7(1).
Fu,L, Xu, BT, Gan, RY, Zhang, Y. 2011, Total Phenolic Contents and
Antioxidant Capacities o Herbal and Tea Infusion, International Journal
of Molecular Sciences. 12: 2112-2124.
Gad SC, 2016, Animal Models in Toxicology 3rd Edition, CRC Press, United
States.
Habibi AI, Arizal F, Sitti MS, Skrining Fitokimia Ekstrak N- Heksana Korteks
Batang Salam (Syzygium polyanthum), Indo. J. Chem. Sci. Vol. 7 (1).
Harmita dan Maksum R., 2006, Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3, EGC, Jakarta
Hartanti D, Binar AD, Shintia LC, Retno W, 2020, The Potential Roles of Jamu
for COVID-19: A Learn from the Traditional Chinese Medicine,
Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), Vol. 7 (1).
Haryati NA, Chairul S, Erwin, 2015, Uji Toksisitas Dan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Merah Tanaman Pucuk Merah (Syzygium Myrtifolium
Walp.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli,
Jurnal Kimia Mulawarman ,Vol. 13 (1).
Ikalinus R, Sri KW, Ni Luh, 2015, Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol KulitBatang
Kelor (Moringa oleifera), Indonesia Medicus Veterinus, Vol. 4 (1).
Ilyas MY, Firdayanti, Wahyuni, 2019, Peningkatan Imunitas Non Spesifik (Innate
Immunity) Mencit Balb/C yang Diberi Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan
Galing (Cayratia trifolia L. Domin), Medical Sanis, Vol 3 (2).
Jambun DD, Dwiyanto J, Lim YY, Tan JBL, Muhamad A, Yap SW, Lee SM,
2017, Investigation on The Antimicrobial Activities of Gingers (Etlingera
coccinea (Blume) S. Sakai & Nagam and Etlingera sessilanthera R. M.
Sm.) Endemic to Borneo, Journal of Applied Microbiology,Vol. 123 (4).
Janis, J., A., 2019, Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Dari
Ekstrak Metanol Rimpang Etlingera rubroloba A.D. POULSEN Dan Uji
Aktivitasnya Sebagai Antimikroba, Skripsi, Universitas Halu Oleo.
Kawiji, Windi A, Agung AN , 2010, Kajian Kadar Kurkuminoid, Total Fenol Dan
Aktivitas Antioksidan Oleoresin Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza
Roxb) Dengan Variasi Teknik Pengeringan Dan Warna Kain Penutup,
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 3 (2).
Lee SM, Young DJ Dan Su KL, 2009, Expression and Function of TLR2 on
CD4 Versus CD8 T Cells, Immune Network, Vol. 9 (4).
Mawan AR, Sri IE, Suhadi, 2018, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Buah
Syzygium polyanthum terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherchia coli,
Bioeksperimen, Vol. 4 (1).
Murwani, Dahliatul, Indah, 2017, Penyakit Bakterial pada Ternak Hewan Besar
dan Unggas, UB Press, Malang.
Nurfaat DL, Wiwiek I, 2016, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Benalu Mangga
(Dendrophthoe petandra) Terhadap Mencit Swiss Webster, IJPST, Vol. 3
(2).
Octaviani M, Syafrina, 2018, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Dan
Kulit Batang Sawo (Manilkara Zapota (L.) Van Royen), Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, Vol. 16 (2).
Patin EW, Mohammad AZ, Yeni S, 2018, Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan
Terhadap Sifat Fisiko Kimia Teh Daun Sambiloto (Andrographis
paniculata), Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 4 (1).
Putra B, Rizqi NA, Eka MN, 2020, Efek Imunomodulator Ekstrak Etanol Herba
Krokot (Portulaca oleracea L.) terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Jantan dengan Parameter Delayed Type Hypersensitivity (DTH) Jurnal
Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy), Vol. 6 (1).
Qiao J, Zhida L, Chunbo D,Chuanhui H., Ting X, Yang-Xin F., 2019, Targeting
Tumors With IL-10 Prevents Dendritic Cell- Mediated CD8+ T Cell
Apoptosis, Cancer Cell Journal, Vol.1 (1).
Radam RR, Erni P, Uji Fitokimia Senyawa Kimia Aktif Akar Nipah (Nyfa
Fruticans Wurmb) Sebagai Tumbuhan Obat Di Kalimantan Selatan,
Jurnal Hutan Tropis, Vol. 4 (1).
Rahman FA, Tetiana H, Trianna WU, 2017, Skrining Fitokimia Dan Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Pada
Streptococcus mutans ATCC 35668, Majalah Kedokteran Gigi Indonesia,
Vol 3 (1).
Rahmawati AS, Richie E, Rancangan Acak Lengkap (Ral) Dengan Uji Anova
Dua Jalur Optika: Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 (1).
Rangaraj, N., Vaghasiya, K., Jaiswal, S., Sharma, A., Shukla, M., dan Lal, J.,
2014, Do Blood Sampling Sites Affect Pharmacokinetics, Chemistry and
Biology Interface,Vol. 4 (3).
Rauf A, Haeria, Dina, DA, 2016, Efek Imunostimulan Fraksi Daun Katuk
(Sauropus Androgynus L. Merr.) Terhadap Aktivitas Dan Kapasitas
Fagositosis Makrofag Pada Mencit Jantan (Mus Musculus),Jf Fik Uinam,
Vol. 4 (1).
Resmawati MB, Woro H.S., dan Hari Suprapto,2016, Pemberian Ekstrak Air
Panas Spirulina platensis melalui Perendaman Terhadap Total leukosit,
Indeks fagositosis dan konsentrasi TNF-α Osphronemous gouramy ,JBP
Vol. 18 (3).
Rissa LV, Yustisia DA, 2018, Skrining Fitokimia, Karakterisasi, dan Penentuan
Kadar Flavonoid Total Ekstrak dan Fraksi-Fraksi Buah Parijoto (Medinilla
speciosa B.), Prosiding Seminar Nasional Unimus, Vol. 1 (1).
Rohima IE, Ina SN, 2018,Identifikasi Protein Hewani Pada Produk Bumbu Instan
dengan Metode Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay), Pasundan
Food Technology Journal,Vol. 5 (3).
Rohmah J, Chylen SR, Fitria, EW, 2019, Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Selada
Merah (Lactuca Sativa Var.Crispa)Padaberbagaipelarutekstraksidengan
Metode Bslt (Brine Shrimp Lethality Test),Jurnal Kimia Riset, VoL. 4 (1).
Rojihah, Lusy AA, Nur H, 2015, Perbedaan Political Awareness Dilihat Dari
Peran Gender Pemilih Pemula, Jurnal Mediapsi Vol. 1 (1).
Rosidah AN, Pujiana EL, Pudji A, Daya Antibakteri Ekstrak Daun Kendali
(Hippobroma longiflora LG. Don) terhadap Pertumbuhan Streptococcus
mutans, Jurnal Pustaka Kesehatan Vol. 1 (1).
Rosnizar, Eriani K, Iskandar MR, Fajar M,2015, Uji Efek Imunostimulan Buah
Kurma (Phoenix Dactylifera) Pada Mencit Jantan (Mus musculus) Galur
BALB/C, Prosiding Seminar Nasional Biotik, ISBN: 978-602-18962-5-9.
Serli W, 2019, Uji aktivitas antioksidan kombinasi ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera) dan daun Ghoenu (Abelmoscus manihot) serta penetapan kadar
flavonoid dan fenolik total Skripsi, Universitas Halu Oleo.
Setiadi DR, Iman, Supriatna, Muhammad, Agil, 2014, Validasi Kit Enzyme-
Linked Immunosorbent Assay Komersial Untuk Analisis Hormon Estradiol
Dan Progesteron Darah Kambing Kacang, Jurnal Veteriner Desember,Vol.
15 (4).
Setiawan H, Jusak N, 2016, Analisis Kadar IFN-γ dan IL-10 pada PBMC
Penderita Tuberkulosis Aktif, Laten dan Orang Sehat, Setelah di Stimulasi
dengan Antigen ESAT-6, JBP, Vol. 18 (1).
Simanjuntak HA, Kasta G, 2020, Uji Aktivitas Antibakteri Dari Sediaan Krim
Ekstrak Etanol Herba Tumbuhan Balsem (Polygala Paniculata L.)
Terhadap Bakteri Propionebacterium acnes Penyebab Jerawat, Jurnal
Penelitian dan Pembelajaran MIPA, Vol. 2 (5).
Sinata N, Erniza P, Nisa A, Uji Efek Analgetik Infusa Daun Sukun (Artocarpus
Altilis Forst) Terhadap Mencit Putih (Mus Musculus L) Jantan Yang
Diinduksi Asam Asetat 1%, Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia,Vol. 8
(1).
Siregar FM, 2019, Immunosenescence : Penuaan Pada Sel Makrofag, JIK, Vol, 13
(1).
Sudarmi K, Ida BGD, Ketut M, Uji Fitokimia Dan Daya Hambat Kstrak Daun
Juwet (Syzygium Cumini) Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli DAN
Staphylococcus aureus ATCC, Jurnal Simbiosis V0L. 5 (2 ).
Sukmayadi AE, Sri AS, Melisa IB, 2014, Aktivitas Imunomodulator Ekstrak
Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis Linn.) terhadap Peningkatan
IL-2 pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar, IJPST, Vol. 1 (2).
Syahrana NA, Akrom , dan Endang D, 2017, Efek Serbuk Bunga Rosella Merah
(Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Ekspresi IL-10 Pada Sukarelawan
Sehat, Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol. 4 (1).
Tambunan RM., Greesty, FS, Sarah, Zaidan, 2019, Uji Aktivitas Antioksidan
Dari Ekstrak Etanol 70% Herba Meniran (Phyllanthus Niruri L.)
Terstandar,Sainstech Farma, Vol. 12 ( 2).
Tandah, Muhamad R, 2016 Daya Hambat Dekokta Kulit Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L.) Terhadap Bakteri Escherichia Coli. Jurnal Kesehatan
Tadulako, Vol. 2 (1).
Tania, Putu, PA, 2020, Mekanisme Escape Dan Respon Imun Innate Terhadap
Candida Albicans ,Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. Vol. 9 (1).
Tiara, D, Murniati, Tiho, Yanti MM, 2016, Gambaran kadar limfosit pada pekerja
bangunan, Jurnal e-Biomedik,Vol. 4 (2).
Tufan A, Aslihan AG, Marco MC, 2020, Covid-19 Immune System Response,
Hyperinflammation And Repurposing Antirheumatic Drugs,Turkish
Journal Of Medical Sciences, Vol. 1 (1).
Uppal, Shashi V, Dhot, 2003, Normal Values Of CD4 And CD8 Lymphocyte
Subsets In Healthy Indian Adults And The Effects Of Sex, Age, Ethnicity,
And Smoking, Clinical Cytometry, Vol. 1 (1).
Wibowo dkk., 2017, 201Ekspresi IFN-Γ oleh Sel T CD4+ dan CD8+ Setelah
Stimulasi Antigen Fusi ESAT-6- CFP-10 pada Pasien Tuberkulosis Paru
Aktif, Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45 (2).
Wirasti, 2019, Penetapan Kadar Fenolik Total, Flavonoid Total, dan Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Benalu Petai (Scurrula atropurpurea Dans.)
Beserta Penapisan Fitokimia, Journal of Pharmaceutical and Medicinal
Science, Vol. 4 (1).
Yu, dkk, 2015,Immunomodulatory Effects of Cinobufagin on Murine
Lymphocytes and Macrophages,Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine Journal,Vol. 1 (1).
Zikriah, 2014, Uji Imunomodulator Ekstrak Etanol Jinten Hitam (Nigellas sativa
L.) Terhadap Jumlah Total Leukosit, Persentase Limfosit, Persentase
Monosit, dan Kadar Interleukin-1β, Skripsi,UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
LAMPIRAN
94
Lampiran 2. Hasil Determinasi Sampel Rimpang Etlingera rubroloba A.D. Poulsen
Lampiran 3. Hasil Kelayakan Etik (Ethical Clearance) Hewan Uji Tikus
Lampiran 4. Skema Alur Penelitian
Ekstrak kental
Hasil
1. Diagram Alur Pembuatan Ekstrak Kental Etlingera rubroloba A.D Poulsen
1.Disortasi basah
2.Dicuci dengan air dingin
3.Dipisahkan dari pengotor
4.Dilakukan perajangan
5.Disimpan dalam wadah untuk dimaserasi
Potongan kecil
Rimpang Etlingera rubroloba A.D
Ekstrak kental
Rimpang Etlingera rubroloba A.D
2. Uji Efek Imunomodulator
a. Perlakuan Hewan Uji
Tikus Jantan
Tikus
Cairan Peritonium
Cairan Peritonium
Hasil
102
c. Uji Kadar CD8
Hasil
Lampiran 5. Perhitungan Rendamen
Perhitungan Rendamen
80,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
2.006 gram 𝑥 100 %
=
= 4,01%
Lampiran 6. Skrining Fitokimia
b. Pereaksi FeCl3 1 %
FeCl3
- Ditimbang 1 gram
- Dimasukan dalam labu takar 100 mL
- Ditambahkan samapi tanda tera
Pereaksi FeCl3 1%
c. Lieberman- Buchard
5 ml Asam Asetat
𝟏,𝟎𝟔𝟐𝟕−𝟎,𝟗𝟓𝟏𝟒
= 𝟏,𝟎𝟓𝟐𝟗
= 7,33 %
𝟎,𝟏𝟏𝟏𝟐
= 𝟐 𝒙100%
= 5,56 %
= 67,48 %
= 56.3%
Lampiran 8. Penetapan Kadar Total
1. Penetapan Kadar Total Fenolik
a. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum dan Operating Time
Tabel 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
600 0.215
620 0.273
640 0.277
660 0.392
680 0.431
700 0.479
720 0.437
740 0.452
760 0.432
780 0.385
800 0.357
Absorbansi
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
Absorbansi
Waktu Rata-rata
1 2 3
10 0.258 0.261 0.26 0.260
Panjang 20 0.264 0.261 0.263 0.263
Gelombang 30 0.267 0.267 0.267 0.267
(700 nm)
40 0.259 0.259 0.259 0.259
50 0.258 0.26 0.258 0.259
60 0.257 0.259 0.26 0.259
Konsentrasi Absorbansi
10 0.199
20 0.267
30 0.327
40 0.414
50 0.433
0.400
y = 0.061x + 0.143 R² = 0.975
0.300
0.200
0.100
0.000 0 2 4 6
Konsentrasi (ppm)
c. Hasil Pengukuran Absorbansi Sampel
Absorbansi Rata-
Sampel
1 2 3 rata
Rimpang 0,716 0,742 0,728 0,729
𝑐 x 𝑣 x 𝑓𝑝
PH = 𝑚
mg
9.606 x 0,01 L x 10
L
= 0,01 g
Absorbansi
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0 100 200 300 400 500 600 700
0
Tabel 2. Data Operating Time
Panjang Absorbansi
Gelombang Waktu Rata-rata
1 2 3
(nm)
10 0.270 0.272 0.271 0.271
20 0.273 0.274 0.273 0.273
30 0.277 0.275 0.276 0.276
40 0.273 0.273 0.274 0.273
50 0.273 0.273 0.272 0.273
60 0.271 0.271 0.272 0.271
Konsentrasi Absorbansi
2 0.099
4 0.128
6 0.160
8 0.206
10 0.242
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
024681012
konsentrasi (ppm)
c. Hasil Pengukuran Absorbansi Sampel
Absorbansi
Sampel Rata-rata
1 2 3
Rimpang 0.098 0.094 0.097 0.096
Tabel 2. Volume Maksimum Larutan Sediaan Uji yang dapat diberikan pada
beberapa hewan uji (Harmita dan Maksum, 2006)
Keterangan :
i.v. = Intra vena
i.m. = Intra muskular
i.p. = Intra peritoneal
s.c. = Subkutan
p.o. = Pemberian oral
Lampiran 11. Pembuatan Sediaan Pembanding
Sediaan banding yang digunakan adalah obat stimuno dengan dosis 50 mg
untuk manusia dewasa. Maka perlu dilakukan konversi dosis untuk pemberian pada
tikus. Perhitungan konversi sebagai berikut :
50 𝑚𝑔
Dosis untuk manusia = 60 𝑘𝑔𝐵𝐵
= 0,833 𝑚𝑔/kgBB
𝐾𝑀 𝑇𝑖𝑘𝑢𝑠
Dosis untuk tikus = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑥
𝐾𝑀 𝑀𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎
6
= 0,833 𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵 𝑥
37
= 0,135 𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵
= 0,135 𝑚𝑔 𝑥 161,18 𝑔
1000 𝑔
= 0,02177 𝑚𝑔
Jadi, dosis obat stimuno untuk tikus dengan berat rata-rata 161,18 gram
adalah 0,02177 mg
Menentukan jumlah obat stimuno yang dibutuhkan untuk membuat 150 mL
= 1,05 𝑚𝑔
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛
Berat yang ditimbang = 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑡𝑖𝑚𝑢𝑛𝑜
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡
1,05 𝑚𝑔
= 𝑥 0,327 𝑚𝑔
50 𝑚𝑔
= 0,006867 𝑚𝑔
akuades diaduk sambil dipanaskan di atas hot plate. Didinginkan selama 15 menit
Dosis suspensi ekstrak etanol yang akan dibuat adalah dosis 200 mg/kgBB ,
300 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB.
Berat badan tikus rata-rata :
200 𝑚𝑔
= 1000 𝑔 = 0,2 mg/g BB
= 27,87 mg
150 𝑚𝐿
= 𝑥 27,87 mg𝑚𝑔
3 𝑚𝐿
= 1,3939 mg
b. Kelompok dosis 300 mg/kgBB
300 𝑚𝑔
= 1000 𝑔 = 0,3 mg/gBB
= 33,88 mg/ekor
150 𝑚𝐿
= 𝑥 33, 88mg
3 𝑚𝐿
= 1,694 mg
- Konversi dosis kg ke
g
=
400 𝑚𝑔 = 0,4 mg/gBB
1000 𝑔
= 72,056 mg
= 3,602 mg
Lampiran 13. Hasil Uji Aktivitas Fagositosis Sel Makrofag dan Hasil Analisis Data
81.5
76.5 77.25
Aktivitas Fagositosis Makrofag (%)
90 74.5
80
70
60 45
50
40
30
20
10
0
KontrolKelompok
Kontrol
Kelompok
Negatif
Kelompok PositifDosis 200 Dosis 300 Dosis 400 mg/kg BB mg/kg BB mg/ k
Perlakuaan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KELOMPOK Statistic df Sig. Statistic df Sig.
HASIL K+ ,294 4 . ,851 4 ,230
K- ,250 4 . ,961 4 ,783
Kelompok dosis 200 mg/Kg
,237 4 . ,939 4 ,650
BB
Kelompok dosis 300 mg/kg
,314 4 . ,854 4 ,240
BB
Kelompok dosis 400 mh/Kg
,192 4 . ,971 4 ,850
BB
a. Lilliefors Significance Correction
- Hasil Uji Homogenitas
ANOVA
HASIL
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3471,200 4 867,800 68,601 ,000
Within Groups 189,750 15 12,650
Total 3660,950 19
- Hasil Uji Aktivitas Fagositosis Sel Makrofag menggunakan Post Hoc Tukey
Multiple Comparisons
Dependent Variable: HASIL Tukey HSD
Mean Difference
(I) KELOMPOK (J) KELOMPOK (I-J) Std. Error Sig.
K+ K- 31,500* 2,515 ,000
Kelompok dosis 200 mg/Kg BB -,750 2,515 ,998
Kelompok dosis 300 mg/kg BB -5,000 2,515 ,317
Kelompok dosis 400 mh/Kg BB 2,000 2,515 ,928
*
K- K+ -31,500 2,515 ,000
*
Kelompok dosis 200 mg/Kg BB -32,250 2,515 ,000
*
Kelompok dosis 300 mg/kg BB -36,500 2,515 ,000
*
Kelompok dosis 400 mh/Kg BB -29,500 2,515 ,000
Kelompok dosis 200 K+ ,750 2,515 ,998
mg/Kg BB K- 32,250* 2,515 ,000
Kelompok dosis 300 mg/kg BB -4,250 2,515 ,468
Kelompok dosis 400 mh/Kg BB 2,750 2,515 ,807
Kelompok dosis 300 K+ 5,000 2,515 ,317
*
mg/kg BB K- 36,500 2,515 ,000
Kelompok dosis 200 mg/Kg BB 4,250 2,515 ,468
Kelompok dosis 400 mh/Kg BB 7,000 2,515 ,087
Kelompok dosis 400 K+ -2,000 2,515 ,928
mh/Kg BB K- 29,500*
2,515 ,000
Kelompok dosis 200 mg/Kg BB -2,750 2,515 ,807
Kelompok dosis 300 mg/kg BB -7,000 2,515 ,087
Lampiran 14. Hasil Pengukuran Kadar CD8 dan Hasil Analisis Data Menggunakan
Aplikasi SPSS
absorbansi
0.9 y = 0.0009x + 0.0626
0.8 R² = 0.989
0.7
Axis Title
0.6
0.5
0.4
0.3 absorbansi
0.2 Linear (absorbansi )
0.1
0
02004006008001000
Axis Title
- Tabel Rata-Rata Hasil Peningkatan Kadar CD8
Rata-rata
Kadar CD8 kadar
Kelompok Absorbansi
(ng/mL)
(ng/mL)
0.557 549.33
0.596 592.66
Kontrol Positif 604.88
0.691 698.22
0.584 579.33
0.353 323
0.452 432.666
Kontrol Negatif 353.777
0.348 317.111
0.371 342.666
0.712 722
0.685 691.55
Kontrol Normal 684.16
0.581 576
0.735 747.11
0.595 591.55
Kontrol Dosis 200 mg/ 0.653 656
612.66
kg BB 0.585 580.44
0.623 622.66
0.612 610.44
Kontrol Dosis 300 mg/ 0.597 573.77
650.71
kg BB 0.742 754.88
0.66 663.77
0.582 577.11
Kontrol Dosis 400 mg/ 0.62 619.33
593.49
kk BB 0.595 591.55
0.59 586
128
- Grafik Rata-Rata Hasil Peningkatan Kadar CD8
684.16
650.71
700
604.88 612.66 593.49
600
Kadar CD8 (ng/mL)
500
400 353.77
300
200
100
0
KontrolKontrolKontrolKelompok Kelompok Kelompok
NormalNegatifPositifDosis 200Dosis 300Dosis 400
mg/kg BB mg/kg BB mg/ kg BB
Perlakuaan
- Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hasil K+ ,325 4 . ,867 4 ,288
K- ,332 4 . ,791 4 ,087
KN ,290 4 . ,878 4 ,331
K1 ,233 4 . ,942 4 ,666
K2 ,234 4 . ,906 4 ,462
K3 ,292 4 . ,900 4 ,432
a. Lilliefors Significance Correction
- Uji Homogenitas
Multiple Comparisons
Dependent Variable: hasil Tukey
HSD
(I) kelompok (J) kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
*
K+ K- ,226000 ,036317 ,000
KN -,071250 ,036317 ,400
1. Pembuatan simplisia
Pengambilan
Sortasi basah Pencuciaan
Sampel
Perajangan
Penjemuran Sortasi kering
Sampel
Sampel
2. Ekstraksi
Kadar Sari
Larut Air
Penimbangan
Kadar Air Kadar Abu
Ekstrak
- Pengujian Kadar Fenolik Dan Flavonoid Total
-
5.Pengujian Aktivitas Fagositosis Sel Makrofag dan Pengujian Imunomodulator
Pengamatan Aktivitas
Fagositosis Makrofag
Pembedahan Thoraks
Pada Hewan Uji Pengambilan Darah Penyimpanan Darah
secara Intra Cardial pada Tabung EDTA