Anda di halaman 1dari 88

FORMULASI SEDIAAN TOPIKAL LOTION ETOSOM DARI FRAKSI

ETIL ASETAT DAUN UBI JALAR UNGU (Ipomoeabatatas L.) SEBAGAI


PENUMBUH RAMBUT

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat


Memperoleh Derajat Sarjana (S-1)

Oleh :
Wa Ode Rizky Ayu Ningsih
O1A1 18 011

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
AGUSTUS 2022
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Kendari, 25 Agustus 2022

Wa Ode Rizky Ayu Ningsih

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang
berjudul “Formulasi Sediaan Topikal Lotion Etosom Dari Fraksi Etil Asetat Daun
Ubi Jalar Ungu (Ipomoeabatatas L.) Sebagai Penumbuh Rambut” dapat
terselesaikan sebagaimana mestinya. Sholawat dan salam senantiasa tercurah
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya, sebagai pembawa kebenaran sepanjang zaman dan menjadi panutan
terbaik bagi umat manusia. Selama penulisan skripsi ini penulis mengalami
banyak kendala dan tantangan, namun berkat hidayah-Nya dan semangat penulis
serta bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam
kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada orang tua penulis ayahandaku Hendri dan ibundaku Wa
Morunga atas segala do’a, restu, semangat, bimbingan, arahan, nasehat yang
memberikan kedamaian hati serta ketabahan dan kesabaran dalam mendidik,
membesarkan dan menitipkan harapan besar kepada penulis. Serta keluarga
terdekat yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.
Semoga Allah SWT selalu melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya kepada
orang-orang yang penulis sayangi. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang terdalam kepada Ibu Hj. Apt. Fery Indradewi Armadany, S.Si., M.Si.
selaku pembimbing pertama dan Bapak Prof. Dr. Ruslin, S. Pd., M. Si. selaku
pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, tidak
pernah lelah dalam mengarahkan dan membimbing penulis selama perkuliahan
maupun dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sahidin, M. Si., Ibu Apt.
Suryani, S.Farm., M.Sc., dan Ibu Apt. Nurramadhani A. Sida, S. Farm., M.
Pharm., Sci. selaku dewan penguji yang telah banyak memberikan arahan dan

iv
masukan serta saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penghargaan
dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis haturkan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun, M.Si., M.Sc. selaku Rektor
Universitas Halu Oleo.
2. Bapak Prof. Dr. Ruslin, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Halu Oleo.
3. Bapak Dr. rer. nat. Adryan Fristiohady, S.Farm., M.Sc., Apt. selaku Ketua
Senat Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
4. Ibu Suryani, S.Farm, M.Sc., Apt. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
5. Ibu Dr. Henny Kasmawati, S.Farm., M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan Bidang
Umum, Keuangan dan Perencanaan Fakultas Farmasi Universitas Halu
Oleo.
6. Bapak Sunandar Ihsan, S.Farm., M.Sc., Apt. selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
7. Ibu Nuralifah, S.Farm., M.Kes., Apt. selaku Ketua Jurusan Fakultas Farmasi
Universitas Halu Oleo.
8. Bapak Muh. Handoyo Sahumena, S. Pd., M. Sc. selaku Sekretaris Jurusan
Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
9. Ibu Wa Ode Sitti Zubaydah, S.Si., M.Sc. selaku Ketua Program Studi
Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
10. Ibu Dr. Irnawati, S.Si., M.Sc selaku Kepala Laboratorium Penelitian dan
Praktikum serta Laboran Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo atas
segala bantuan selama penulis melakukan penelitian.
11. Ibu Hj. Fery Indradewi Armadany, S.Si., M.Si., Apt selaku pembimbing
pertama yang banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
berdiskusi dengan penulis.
12. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Farmasi Universitas Halu
Oleo atas semua ilmu yang telah diberikan kepada penulis serta seluruh Staf
Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo atas segala fasilitas dan pelayanan

v
yang telah diberikan selama penulis menjalani proses perkuliahan di
lingkungan Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
13. Ibu Lisnawati, SKM. Atas segala bantuan yang diberikan pada penulis
khususnya dalam administrasi pengurusan tugas akhir.
14. Keluarga besar H. Ralia dan Keluarga besar La Isa, terimakasih untuk
semangat dan motivasi yang tidak ada henti-hentinya diberikan kepada
penulis.
15. Teman-teman angkatan Capsul18 yang tidak bisa saya sebutkan satu per
satu terima kasih atas pengalaman hidup yang begitu berharga dan kenangan
yang tidak mungkin terlupakan selama perkuliahan.
16. Teman-teman kelas A 2018 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu
terima kasih atas waktu, tenaga, kerja sama, kebersamaan, pengalaman
hidup yang begitu berharga yang tidak akan penulis lupakan.
17. Teman-teman tim penelitian daun ubi jalar ungu Sukma, Dedew, Ririn,
Anita, Lia, Diki dan Sofyan. Terima kasih untuk semangat dan dukungan
selama menjalani penelitian, saling membantu satu sama lain.
18. Kak Gayuh Agastia S.Si yang banyak memberikan bantuan selama
penelitian terimakasih banyak telah meluangkan banyak waktu untuk
penulis.
19. Untuk teman-teman Tidak Jadi Ribet Asma, Ilin, Aris, Asti, Leni, Sekar,
Nini dan Sukma yang selalu memberikan dukungan dari semester awal
sampai akhir. Terima kasih sudah menjadi teman yang baik sejak awal
kuliah sampai terbentuk grup Tidak Jadi Ribet, saling mengingatkan,
mengajari, dan menyemangati satu sama lain.
20. Sahabat-sahabat terkasih Nopi, Dian, Sintha, Bunga, Hanum, Uci, dan
Fitrah yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan motivasi yang tidak
ada henti-hentinya kepada penulis.
21. Anak-anak laboratorium penelitian farmasi kak Agung, pak Asrul, kak
Jeims, kak Taulid, kak Tonge, kak Fadli, kak Yanto, Tirta, Asrun, Febri, dan
Abdil yang sudah banyak membantu pada saat penelitian.

vi
22. Untuk teman-teman Ngabuburit Asma, Ilin, Sukma, Ici, Ati, kak Diki, dan
kak Zul yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
23. Kepada seluruh pihak yang telah membantu melancarkan penelitian dan
penulisan ini yang tidak tersebutkan namanya, ucapan terima kasih yang tak
terhingga dari penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis sadar bahwa
dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan ketidak
sempurnaan. Penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat
membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Semoga Allah SWT memberi ridho dan semoga tugas akhir
ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan menjadi ladang pahala yang
tiada putus-putusnya.
24. Ucapan terakhir terima kasih kepada diri sendiri yang tidak menyerah
sampai akhir. Alhamdulillah, terima kasih atas kerja kerasnya.
Teriring do'a dan harapan semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis, mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT Aamiin. Akhirnya
dengan segala kekurangan dari skripsi ini, sangat diharapkan saran dan kritik yang
bersifat konstruktif dari semua pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Semoga
Allah SWT memberi taufik kepada kita semua untuk mencintai ilmu yang
bermanfaat dan amalan yang shalih serta memberikan ridho balasan yang sebaik-
baiknya.
Kendari, 25 Agustus 2022

Wa Ode Rizky Ayu Ningsih

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
PERNYATAAN .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiii
ABSTRAK ...................................................................................................... xix
ABSTRACT .................................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
2.1 Rambut ..................................................................................................... 5
2.2 Tanaman Uji (Ipomoea batatas L.) .......................................................... 8
2.3 Ekstraksi dan Fraksinasi........................................................................... 10
2.4 Etosom ..................................................................................................... 11
2.5 Sedian Lotion ........................................................................................... 12
2.6 Instrumental Software Design Expert® ................................................... 18
2.7 Kerangka Konsep ..................................................................................... 20
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 21
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 21
3.2 Jenis Penelitian ......................................................................................... 21
3.3 Bahan Penelitian....................................................................................... 21
3.4 Alat/Instrumen Penelitian......................................................................... 21
3.5 Variabel Penelitian ................................................................................... 21

viii
3.6 Definisi Operasional ................................................................................ 22
3.7 Prosedur Penelitian................................................................................... 22
3.8 Analisis Data ............................................................................................ 27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 29
4.1 Determinasi Tanaman .............................................................................. 29
4.2 Penyiapan Sampel .................................................................................... 29
4.3 Ekstraksi ................................................................................................... 30
4.4 Fraksinasi ................................................................................................. 30
4.5 Etosom ..................................................................................................... 31
4.6 Optimasi dan Formulasi Sediaan ............................................................. 32
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 49
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 49
5.2 Saran ......................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 50
LAMPIRAN .................................................................................................... 58

ix
DAFTAR TABEL
TABEL TEKS HALAMAN
3.1 Formula Etosom Fraksi Etil Asetat Daun Ubi 23
Jalar Ungu
3.2 Master Formula Lotion 24
3.3 Variabel Bebas dan Varibel Terikat pada 25
Faktorial
3.4 Rancangan Formula Optimum 25
4.1 Variabel Bebas dan Variabel Terikat pada 32
Metode Faktorial Untuk Menentukan Formula
Optimum
4.2 Hasil 8 Run Formula Lotion Berdasarkan 32
Design Expert®
4.3 Solusi Formula Berdasarkan Nilai Desirability 33
4.4 Formula Sediaan Lotion Berdasarkan Hasil 41
Optimasi Design Expert®
4.5 Hasil Uji Organoleptis Cycling Test 44
4.6 Hasil Uji Homogenitas Cycling Test 44
4.7 Hasil Uji pH Cycling Test 45
4.8 Hasil Uji Viskositas Cycling Test 46
4.9 Hasil Uji Daya Sebar Cycling Test 46
4.10 Hasil Uji Tipe Lotion Cycling Test 47

x
DAFTAR GAMBAR
TABEL TEKS HALAMAN
2.1 Anatomi Rambut 5
2.2 Siklus Rambut 6
2.3 Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) 9
2.4 Struktur Etosom 12
2.5 Rumus Struktur Asam Stearat 13
2.6 Rumus Struktur Trietanolamin 14
2.7 Rumus Struktur Setil Alkohol 14
2.8 Rumus Struktur Dimetikon 15
2.9 Rumus Struktur Minyak Zaitun 15
2.10 Rumus Struktur Petrolatum 16
2.11 Rumus Struktur BHT 16
2.12 Rumus Struktur Gliserin 17
2.13 Rumus Struktur Metil Paraben 17
2.14 Rumus Struktur Propil Paraben 18
2.15 Rumus Struktur Air Suling 18
4.1 Grafik Interaction pH 36
4.2 Contour Plot pH 37
4.3 Grafik Interaction Daya Sebar 38
4.4 Contour Plot Daya Sebar 39
4.5 Grafik Interaction Viskositas 40
4.6 Contour Plot Viskositas 41

xi
DAFTAR LAMPIRAN
NO. TEKS HALAMAN
1. Surat Izin Penelitian Laboratorium Penelitian 58
Farmasi
2. Determinasi Tanaman 59
3. Diagram Alur Penelitian 60
4. Pembuatan Ekstrak dan Fraksi Daun Ubi Jalar 61
Ungu (Ipomoea batatas L.)
5. Perhitungan Rendemen Ekstrak dan Fraksi 63
6. Pembuatan Etosom Fraksi Etil Asetat Daun Ubi 64
Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)
7. Formulasi Sediaan Lotion Etosom 65
8. Perhitungan Bahan dan Nilai HLB 66
9. Evaluasi Sediaan Lotion 67
10. Pembuatan Ekstrak dan Fraksi, Formulasi Etosom 69
dan Lotion serta Evaluasi Sediaan Lotion
11. Data Hasil Optimasi Menggunakan Design Expert® 72

xii
DAFTAR SINGKATAN
LAMBANG ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
L. : Linnaeus
% : Persen
mm : Milimeter
°C : Derajat Celcius
m : Meter
cm : Centimeter
α : Alfa
IC : Inhibition Concentretion
FDA : Food and Drug Administration
M/A : Minyak dalam air
A/M : Air dalam Minyak
TEA : Trietanolamin
C6H15NO3 : Trietanolamin
pH : Potential of Hydrogen
BHT : Butylated Hydroxytoluene
C3H8O3 : Gliserin
g/mol : Gram per mol
H2O : Air
kg : Kilogram
mL : Mililiter
Rpm : Revolutions per minute
dPas : Densitas Paskal Sekon
g : Gram
± : Kurang Lebih/Lebih Kurang

xiii
FORMULASI SEDIAAN TOPIKAL LOTION ETOSOM DARI FRAKSI
ETIL ASETAT DAUN UBI JALAR UNGU (Ipomoeabatatas L.) SEBAGAI
PENUMBUH RAMBUT

Wa Ode Rizky Ayu Ningsih


O1A1 18 011

ABSTRAK
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu famili Convolvulaceae
yang dilaporkan memiliki aktivitas penumbuh rambut atau untuk perawatan
rambut rontok. Kandungan senyawa seperti flavanoid di dalam daun ubi jalar
ungu diperkirakan dapat memicu pertumbuhan rambut dan dapat diekstraksi
dengan cara fraksinasi pada ekstrak daun ubi jalar ungu. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui formula yang optimal dalam bentuk sediaan lotion fraksi
etil asetat daun ubi jalar ungu dengan pembawa etosom sehingga didapatkan sifat
fisik dan stabilitas yang baik berdasarkan design expert®. Formula optimal yang
diperoleh memiliki nilai desirability yaitu 0,890 dan gambar contour plot dengan
konsentrasi bahan asam stearat (15%), trietanolamin (2%), dan setil alkohol (5%).
Formula optimum ini kemudian diuji stabilitas fisiknya. Hasil pengujian stabilitas
memenuhi stabilitas fisik lotion dengan parameter organoleptik dengan
konsistensi kental, berwarna kuning pucat dan berbau khas, homogen, pH 6,16-
6,49, viskositas 5-7,5, daya sebar 5,5-6,5 dengan tipe lotion M/A.
Kata Kunci : Ipomoea batatas L., fraksi etil asetat, etosom, sediaan lotion, design
expert®, stabilitas fisik, penumbuh rambut.

xiv
TOPICAL FORMULATION OF ETHOSOMAL LOTION FROM THE
ETHYL ACETATE FRACTION OF PURPLE SWEET POTATO LEAVES
(Ipomoea batatas L.) AS HAIR GROWTH

Wa Ode Rizky Ayu Ningsih


O1A1 18 011

Sweet potato (Ipomoea batatas L.) is one of the family Convolvulaceae


which is reported to have hair growth activity or for hair loss treatment. The
content of compounds such as flavonoids in purple sweet potato leaves is
estimated to provoke hair growth which can be extracted by fractionation in the
purple sweet potato leaf extract. The purpose of this study was to determine the
optimal formula for the lotion preparation of the ethyl acetate fraction of purple
sweet potato leaves with ethosomal carriers to obtain good physical properties and
stability based on design expert®. The optimal formula is seen from
the desirability value of 0.860 and the contour plot image with the concentration
of stearic acid (15%), triethanolamine (2%), and cetyl alcohol (5%). This
optimum formula was then tested for its physical stability. The results of the
stability test met the physical stability of the lotion with organoleptic parameters
with thick consistency, pale yellow color and characteristic odor, homogeneous
lotion, pH 6.16-6.49, viscosity 5-7.5, spreadability 5.5-6.5 with lotion type M/A.

Keywords: Ipomoea batatas L., ethyl acetate fraction, ethosomes, lotion


preparation, design expert®, physical stability, hair growth.

xv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rambut memegang peranan penting dalam menunjang penampilan, serta
memainkan peran dalam meningkatkan kepercayaan diri baik pria maupun wanita
(Sari dan Adityo, 2016). Rambut melewati siklus pertumbuhan dan kerontokan
yang berbeda berdasarkan setiap helainya. Rambut rontok dianggap normal jika
60-100 helai rambut rontok per harinya, tetapi jika frekuensi kerontokan rambut
meningkat atau melebihi batas normal dapat menyebabkan kebotakan (Widyastuti
dkk., 2019).
Kerontokan rambut bukanlah kondisi yang serius, namun dapat berdampak
pada kesehatan mental dan kualitas hidup seseorang (Albaihaqi dan Resmi, 2020).
Masalah kerontokan rambut diatasi dengan menggunakan berbagai kosmetik
seperti minoxidil, namun penggunaan topikal minoxidil dapat menyebabkan efek
samping seperti alergi, peradangan kulit, ruam kulit, sensasi terbakar, serta
perubahan warna dan tekstur rambut. Sehingga, konsep back to nature lebih
digemari yang didukung juga oleh sumber daya alam Indonesia yang melimpah
(Nurjanah dan Maria, 2014).
Pemilihan tanaman herbal dalam pembuatan sediaan penumbuh rambut
adalah salah satu pilihan yang aman dan efektif untuk mengatasi kerontokan
rambut. Salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan
rambut adalah ubi jalar ungu (Kenta dkk., 2018). Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa ubi jalar dapat bermanfaat dalam perawatan rambut (Fongnzossie dkk.,
2017). Ubi jalar ungu mengandung senyawa flavonoid (Kurniasih dan Dina,
2019). Flavonoid diketahui dapat merangsang pertumbuhan rambut dengan
mengendurkan otot-otot pembuluh darah di sekitar folikel rambut, sehingga
meningkatkan suplai darah yang mengandung nutrisi secara konstan ke sel-sel
folikel rambut (Rambwawasvika dkk., 2019). Untuk memperoleh kandungan
metabolit sekunder dari daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) seperti senyawa
flavonoid maka perlu dilakukan isolasi senyawa dengan menggunakan metode
fraksinasi.

1
Fraksinasi adalah proses pemisahan senyawa menurut tingkat kepolarannya
yang bertujuan memisahkan senyawa dengan tingkat kepolaran yang berbeda
dalam dua pelarut (Pratiwi dkk., 2016). Fraksi diharapkan mampu memiliki
kandungan flavonoid, dibandingkan dengan aktivitas dari ekstrak (Maravirnadita,
2019). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kandungan flavonoid yang paling
tinggi diperoleh dari fraksi etil asetat, jika dibandingkan dengan fraksi n-heksan
dan ekstrak etanol. Ini berarti pelarut etil asetat menjadi pelarut yang paling
efektif dalam mengikat senyawa yang aktif yang dapat berfungsi sebagai
antioksidan (Wala dkk., 2015). Hasil fraksinasi etil asetat dari daun ubi jalar ungu
(Ipomoea batatas L.) dapat dibuat menjadi sediaan herbal yang digunakan untuk
penumbuh rambut. Salah satu sediaan herbal yang dapat dibuat dari fraksi daun
ubi jalar ungu adalah sediaan topikal.
Menurut penelitian, masalah kerontokan rambut dapat diatasi dengan
inovasi formula, salah satu bentuk sediaan yang efektif adalah formulasi lotion
yang diformulasikan dalam bentuk M/A. Lotion adalah suatu sediaan dengan
viskositas yang rendah bila dibandingkan dengan krim dan gel, sehingga lebih
mudah digunakan (dibandingkan krim, lotion memiliki penyebaran yang lebih
merata), lotion juga cocok untuk daerah kulit yang berbulu seperti kulit kepala
(Luliana dkk., 2019). Pemilihan formulasi minyak dalam air (M/A) disebabkan
karena mampu menimbulkan efek dingin pada kulit dan dapat meningkatkan
gradien konsentrasi zat aktif yang menembus ke dalam kulit, sehingga
memberikan efek yang optimal untuk meningkatkan penyerapan (Sulistianingsih
dkk., 2019). Namun, penggunaan sediaan lotion dari bahan alam masih memiliki
kekurangan, misalnya dalam sistem penghantarannya.
Formulasi obat herbal mengandung banyak bahan aktif hidrofilik. Untuk
formulasi topikal, hal ini menjadi masalah utama dalam proses penghantaran obat
dan penetrasi ke dalam kulit. Kulit terdiri dari lapisan hidrofobik, lapisan terluar
dari stratum korneum adalah lapisan keratin yang sulit ditembus dan sel-sel mati.
Untuk mengatasi masalah ini, etosom digunakan sebagai sistem penghantaran
obat (Azzahra dan Ida, 2018). Vesikel etosom merupakan alternatif pembawa
yang dapat digunakan pada sediaan yang berasal dari alam (Bonita dkk., 2013).

2
Etosom adalah sistem pembawa berbentuk vesikel yang lunak dan elastis
yang komponen utamanya adalah fosfolipid, alkohol dengan konsentrasi yang
cukup tinggi (20-45%), dan air (Ramadon dan Abdul, 2016). Biasa disebut
nanovesikel elastis karena ukuran etosom berkisar antara 150 hingga 200 nm
(Azzahra dan Ida, 2018). Etosom adalah pembawa yang sangat menarik karena
memiliki kemampuan untuk menembus kulit. Deformabilitas tinggi diperoleh
karena kandungannya adalah fosfolipid dan etanol (Ramadon dan Abdul, 2016).
Dalam mengatasi kesalahan pada proses formulasi perlu dikembangkan sebuah
pendekatan baru yang disebut Design of Experiments (DOE) yaitu Design
Expert®.
Design of Experiments (DOE) atau desain eksperimen merupakan metode
statistika yang digunakan untuk peningkatan kualitas produk dan proses. Design
Expert® menawarkan beberapa pilihan desain dengan fiturnya masing-masing.
Salah satunya adalah desain faktorial (Hidayat dkk., 2021; Muttaqin, 2019).
Keuntungan dari desain faktorial, diantaranya adalah memiliki efisiensi
maksimum yang mampu memperkirakan efek dominan dalam penentuan respon,
dapat digunakan untuk identifikasi efek dari masing-masing faktor ataupun
interaksi efek antar faktor (Entyna, 2009). Desain faktorial yang digunakan adalah
23 yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara batas maximum dan
minimum terhadap 3 faktor yang digunakan (Wahyuningtyas, 2010). Respon yang
diukur dalam penelitian ini adalah pH, daya sebar, dan viskositas. Untuk variabel
bebas yang digunakan adalah asam stearat, trietanolamin, dan setil alkohol.
Penggunaan setil alkohol dalam pembuatan lotion berperan sebagai pengemulsi
dan pengental. Kombinasi setil alkohol dan asam stearat dalam produksi lotion
memiliki fungsi pengental yang dapat menjaga kestabilan lotion. Tujuan
penggunaan trietanolamin (TEA) adalah untuk menurunkan pH atau keasaman
dari asam stearat yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Irmayanti dkk.,
2021).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian, mengenai formulasi sediaan topikal lotion etosom dari fraksi etil asetat
daun ubi jalar ungu (Ipomoeabatatas L.) sebagai penumbuh rambut.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah formula yang optimal untuk sediaan lotion
fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu dengan pembawa etosom sehingga
didapatkan sifat fisik dan stabilitas yang baik berdasarkan design expert®?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formula yang optimal untuk
sediaan lotion fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu dengan pembawa etosom
sehingga didapatkan sifat fisik dan stabilitas yang baik berdasrkan design
expert®.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini diantaranya :
1. Bagi peneliti, dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, informasi
dan keahlian khususnya dalam bidang formulasi sediaan lotion dengan
pembawa etosom berdasarkan design of experiment menggunakan design
expert®.
2. Bagi industri, dapat dijadikan acuan untuk pengembangan sediaan kosmetik
berupa lotion penumbuh rambut dalam pembawa etosom dengan
memanfaatkan bahan alam dari fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu.
3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai salah satu sambungan
pemikiran mengenai formulasi lotion dengan pembawa etosom sebagai
penumbuh rambut dari fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu.
4. Bagi masyarakat, memberikan alternatif dalam pengobatan kerontokan
rambut dan membuat rambut menjadi subur dengan pencapai terapi yang
baik.

4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rambut
a. Definisi rambut
Rambut adalah untaian seperti benang halus yang tumbuh di bawah
permukaan kulit (Amri dkk., 2018). Rambut melakukan berbagai fungsi, salah
satunya adalah fungsi estetika. Bagi wanita, rambut adalah mahkotanya, dan bagi
pria rambut memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepercayaan diri (Krisnawati,
2020). Ada tiga tipe rambut, yaitu rambut lanugo yang berbulu halus dan lembut
hadir selama kehamilan dan menghilang ketika janin mencapai 8 bulan; rambut
velus yang tipis dan menutupi sebagian besar tubuh, kecuali jika ada bulu; rambut
terminal berbulu tebal berwarna yang ditemukan di kulit kepala, alis, dan bulu
mata yang tumbuh sebelum pubertas di bawah pengaruh androgen (Graham dan
Tony, 2005).

b. Anatomi rambut
Anatomi rambut terdiri atas folikel rambut, kutikula rambut, korteks rambut,
dan medulla rambut.

Gambar 2.1. Anatomi Rambut (Harris, 2021)


1. Folikel rambut
Akar rambut atau folikel rambut terletak di lapisan dermis kulit. Folikel
rambut dikelilingi oleh pembuluh darah yang memasok nutrisi. Dalam folikel
rambut, kelenjar sebasea mengeluarkan minyak (sebum) ke batang rambut dan
kulit di sekitarnya. Produksi sebum yang berlebihan membuat rambut dan kulit
kepala berminyak (greasy hair atau seborrhea).

5
2. Kutikula rambut
Kutikula rambut terdiri dari sel-sel keratin yang datar dan bertumpuk,
seperti sisik ikan dan ubin rumah. Lapisan ini keras dan mencegah rambut
mengering serta mencegah benda asing menembus batang rambut.
3. Korteks rambut
Korteks rambut adalah lapisan yang lebih dalam, terdiri dari sel-sel yang
memanjang dan padat. Lapisan ini terdiri dari pigmen rambut dan rongga-rongga
udara. Struktur korteks rambut menentukan jenis rambut lurus, bergelombang,
atau keriting. Lapisan korteks merupakan lapisan yang cukup lunak dan mudah
rusak oleh bahan kimia yang menembus rambut.
4. Medulla rambut
Medulla rambut dapat dibandingkan dengan sumsum rambut. Ini terdiri dari
tiga atau empat lapisan sel kubus, termasuk keratohyalin, gumpalan lemak, dan
rongga udara. Rambut lurus tidak memiliki medula (Latifah dan Retno, 2013).

c. Siklus pertumbuhan rambut


Siklus pertumbuhan folikel rambut akan terjadi terus menerus dan terbagi
dalam 3 fase yaitu :

Gambar 2.2. Siklus Rambut (Harris, 2021)


1. Fase pertumbuhan (anagen)
Sel matriks membentuk sel baru dengan mitosis, yang mendorong sel tua
yang tumbuh ke atas. Kegiatan ini berlangsung 2 sampai 6 tahun. Sekitar 85%
hingga 100.000 folikel rambut normal di kulit kepala melalui tahap pertumbuhan
pada saat yang bersamaan.

6
2. Fase istirahat (katagen)
Masa transisi dimulai dengan penebalan jaringan ikat di sekitar folikel
rambut. Bagian tengah akar rambut tipis, bagian bawah lebar, dan berbentuk gada
(club). Fase ini berlangsung selama satu minggu. Pada waktu tertentu, sekitar 1%
rambut diremajakan selama fase katagen.
3. Fase kerontokan (telogen)
Tahap ini berlangsung 3-5 bulan dan 14% rambut selalu diremajakan.
Rambut melepas 50-100 helai per hari dan kemudian memulai fase anagen baru
lagi. Setelah kembali ke anagen, rambut tua atau menggumpal yang sudah berada
di atas folikel rambut dikeluarkan oleh pertumbuhan rambut baru (Sinaga dkk.,
2013).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut


1. Hormon
Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen, tiroksin, dan
kortikosteroid. Masa pertumbuhan rambut adalah 0,35 mm/hari, yang lebih cepat
untuk wanita daripada pria. Pada kulit kepala pasien dengan androgen alopecia,
hormon androgen akan mengurangi diameter batang rambut dan mempersingkat
waktu pertumbuhan rambut selama fase anagen. Pada wanita, aktivitas hormon
androgen menyebabkan hirsutisme, sedangkan hormon estrogen dapat
memperlambat pertumbuhan rambut tetapi memperpanjang fase anagen.
2. Nutrisi
Malnutrisi mengganggu pertumbuhan rambut, terutama kekurangan protein
dan kalori. Dalam kondisi ini, rambut menjadi kering dan kusam. Warna rambut
berbeda karena hilangnya pigmen. Kekurangan vitamin B12, asam folat, asam
amino, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan zat besi juga dapat menyebabkan
rambut rontok.
3. Kehamilan
Pada kehamilan muda, yaitu tiga bulan pertama, jumlah rambut telogen
masih dalam batas normal, tetapi pada kehamilan tua menurun sampai 10%.

7
4. Vaskularisasi
Vaskularisasi dapat mengganggu pertumbuhan rambut, tetapi bukan
merupakan penyebab utama gangguan pertumbuhan rambut karena dua pertiga
bagian bawah folikel rambut dihancurkan sebelum susunan pembuluh darah
berubah (Sari dan Adityo, 2016).

2.2 Tanaman Uji (Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.))


a. Deskripsi
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan tanaman yang tumbuh secara
alami dan banyak digunakan sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia.
Dalam kondisi optimal, kelembaban relatif 85-90% dan suhu 13-16°C, ubi jalar
dapat disimpan selama 6 bulan. Ubi jalar dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah,
bahkan pada tanah yang kesuburannya rendah (Sunarti, 2008). Berdasarkan
warna umbinya, ubi jalar terbagi menjadi beberapa kelompok, antara lain ubi jalar
putih, kuning, jingga, dan ungu. Ubi jalar ungu merupakan ubi jalar dengan umbi
berwarna ungu sampai ungu muda (Juanda dan Cahyono, 2000).
Ubi jalar ungu termasuk jenis Ipomoeabatatas L. Poir. Warna ungu pada ubi
jalar disebabkan oleh adanya pigmen antosianin berwarna ungu yang menyebar
dari kulit hingga daging umbi. Ubi jalar tergolong perdu bercabang, dengan
batang yang tidak berbulu atau berbulu, kadang berkelok-kelok, kenyal, berwarna
ungu, hingga panjang 5 m. Panjang tangkai daun mencapai 4,20 cm. Daunnya
lebar, lonjong hingga bulat, berbentuk hati atau cembung di pangkal, dengan
sudut berlekuk dan panjangnya bisa 35 inci. Daun pelindung kecil, kelopak
memanjang, lonjong, runcing. Mahkota berbentuk lonceng sampai berbentuk
terompet, ungu tua, panjang 3-4,5 cm (Iis dkk., 2021).

8
b. Klasifikasi
Klasifikasi tanaman ubi jalar ungu adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Gambar 2.3. Daun Ubi Jalar Ungu Genus : Ipomea
(Ipomoea batatas L.) (Dokumentasi
Spesies : Ipomoea batatas L.
Pribadi, 2021)
(Fatimatuzahro dkk., 2019).

c. Kandungan senyawa
Daun ubi ungu merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mengandung
antosianin. Tanaman ini mengandung metabolit sekunder flavonoid dan tanin
yang memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan tokoferol/vitamin
E. Daun ubi jalar ungu juga mengandung senyawa fenolik seperti asam kafeat,
asam klorogenat, asam 3,5-di-okafeoilkuinat dan asam 3,4-di-okafeoilkuinat
(Sembiring dkk., 2020). Ubi jalar ungu mengandung vitamin (A, B1, B2, C, dan
E), mineral (kalsium, kalium, magnesium, tembaga, dan seng), serat, dan non
serat karbohidrat (Fatimatuzahro dkk., 2019). Daun ubi jalar ungu juga
mengandung saponin dan polifenol (Susanto dkk., 2019). Selain itu, ubi jalar ungu
mengandung steroid glikosida, triterpenoid glikodisa, dan flavonoid glikosida
(Rambwawasvika dkk., 2019).

d. Aktivitas farmakologi
Secara empiris, daun ubi jalar memiliki khasiat menyembuhkan bengkak.
Berdasarkan hal tersebut, daun ubi jalar dapat memiliki efek anti inflamasi. Daun
ubi jalar mengandung beberapa senyawa seperti flavanoid, saponin dan polifenol.
Kandungan senyawa tersebut dapat membuatnya efektif sebagai obat anti
inflamasi, anti kanker, demam berdarah dan diabetes (Setiawati dkk., 2017).

9
Daun ubi jalar ungu secara empiris diketahui berkhasiat sebagai obat bisul,
penurun demam, dan mampu mengobati luka bakar (Susanto dkk., 2019). Selain
itu, daun ubi jalar ungu mengandung metabolit sekunder flavonoid dan tanin yang
memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan α tokoferol/vitamin E
(Sembiring dkk., 2020). Kelompok etnis Gbaya di Kamerun Timur juga
menggunakan ubi jalar ungu dalam perawatan rambut (Fongnzossie dkk., 2017).

2.3 Ekstraksi Dan Fraksinasi


a. Ektraksi
Ekstraksi adalah penarikan senyawa kimia yang dapat larut dengan
penggunaan pelarut cair untuk memisahkannya dari zat yang tidak larut (Tambun
dkk., 2016). Proses ekstraksi didasarkan pada prinsip like dissolves like. Artinya,
senyawa non polar larut dalam pelarut non polar dan senyawa polar larut dalam
pelarut polar (Sayuti, 2017). Ekstraksi terdiri atas beberapa metode yaitu metode
dingin dan metode panas. Metode dingin meliputi maserasi dan perkolasi,
sedangkan metode panas refluks, soxhletasi, infusa, dekokta dan digesti (Wijaya
dkk., 2018). Pilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa
yang akan diisolasi.
Maserasi adalah proses merendam sampel dalam pelarut organik pada suhu
kamar (Handayani dan Heti, 2015). Kelebihannya praktis, menggunakan lebih
sedikit pelarut dan tidak memerlukan pemanasan (Putra dkk., 2014). Metode
maserasi dilakukan dengan mencelupkan serbuk simplisia ke dalam pelarut.
Prinsip maserasi adalah pelarut menembus dinding sel dan memasuki rongga sel
yang berisi zat aktif. Zat aktif akan larut karena perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel, sehingga larutan pekat akan dipaksa
keluar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel. Pengadukan dilakukan agar cepat mendapat
kesetimbangan antara bahan yang diekstraksi dalam bagian sebelah dalam sel
dengan yang masuk ke dalam cairan (Sukeksi dkk., 2017).

10
b. Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses pemisahan yang bertujuan untuk memisahkan
senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya. Senyawa polar masuk ke pelarut polar
dan senyawa non polar masuk ke pelarut non polar. Fraksinasi dengan ekstraksi
cair-cair dilakukan dengan pengocokan (Pratiwi dkk., 2016). Salah satu metode
fraksinasi adalah triturasi. Triturasi adalah suatu bentuk pemurnian suatu
senyawa. Pelarut non-polar seperti n-heksan, n-pentana, dan dietil eter biasanya
digunakan untuk menghilangkan pengotor non-polar (Zala dkk., 2012).
Pelarut etil asetat merupakan pelarut semi polar yang dapat melarutkan
senyawa semi polar pada dinding sel seperti flavonoid. Pelarut etil asetat sering
disebut sebagai pelarut semi polar yang mudah menguap, tidak beracun, tidak
higroskopis (Purwanto, 2015). Fenol dan flavonoid dianggap sebagai kelas
senyawa yang memberikan aktivitas antioksidan pada fraksi etil asetat. Senyawa
flavonoid berperan sebagai antioksidan karena memiliki gugus hidroksil yang
dapat melepaskan proton dalam bentuk ion hidrogen. Fraksi etil asetat pada daun
memiliki nilai IC50 yang paling rendah yang berarti memiliki aktivitas
penghambatan tertinggi terhadap radikal bebas (Pratiwi dkk., 2016). Dalam
penelitian ini digunakan fraksi etil asetat karena salah satu senyawa metabolit
sekunder yang memberikan aktivitas antioksidan saat menggunakan fraksi etil
asetat adalah senyawa flavonoid (Ramadenti dkk., 2017).

2.4 Etosom
Etosom pertama kali dikembangkan oleh Touitou dan rekanya pada tahun
1997. Etosom sangat mudah dibentuk dan mampu menembus kulit,
menjadikannya pembawa yang sangat menarik. Sifat fisikokimia etosom dapat
digunakan sebagai pembawa untuk mengangkut jumlah dan kedalaman zat aktif
melalui kulit. Selain itu, etosom dapat digunakan untuk mengantarkan obat
hidrofilik, lipofilik, atau amfifilik (Ramadon dan Abdul, 2016). Biasanya disebut
nanovesikel elastis karena ukuran etosom 150-200 nm (Azzahra dan Ida, 2018).
Komponen utama etosom adalah air, fosfolipid, dan etanol dengan konsentrasi
yang relatif tinggi (Andriani dkk., 2021). Secara umum etosom dapat

11
diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal (Mardikasari dkk., 2020). Adapun
struktur dari etosom dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Struktur Etosom (Abdulbaqi dkk., 2016)


Etosom dapat meningkatkan pengiriman molekul obat secara transdermal
baik secara in vitro maupun in vivo (Prasanthi dan Lakshmi, 2012). Etosom secara
signifikan meningkatkan ekskresi preparat transdermal dan ketika diberikan
secara oral, dapat mengatasi efek samping obat dalam bentuk peradangan
gastrointestinal (Ramadon dan Abdul, 2016; Akib dkk., 2014). Keuntungan
etosom dibandingkan vesikel pembawa lainnya adalah dapat meningkatkan
penetrasi molekul obat melalui kulit (Ramadon dan Abdul, 2016; Bragagni dkk.,
2012).
Etosom dapat menghantarkan molekul obat dengan berbagai sifat
fisikokimia, mulai dari hidrofilik, lipofilik, atau makromolekul lainnya.
Komponen etosom telah terbukti aman dan telah disetujui oleh FDA untuk
digunakan dalam obat-obatan dan kosmetik. Umumnya etosom diformulasikan
dalam bentuk sediaan patch dan semipadat untuk meningkatkan kepatuhan pasien,
dan etosom diterapkan pada kulit baik dalam kondisi obstruktif maupun non-
obstruktif yang dapat meningkatkan penghantaran obat, ukuran etosom relatif
lebih kecil dibandingkan vesikel obat konvensional, etosom dapat meningkatkan
permeasi obat karena dapat membawa obat melewati stratum korneum menuju
lapisan kulit yang lebih dalam (Andriani dkk., 2021).

2.5 Sediaan Lotion


a. Lotion
Lotion adalah larutan atau suspensi obat dalam air dan adakalanya
mengandung alkohol yang dapat mendinginkan kulit berkat penguapan cairan.
Lotion digunakan untuk merawat permukaan tubuh dan lipatan kulit, termasuk

12
bagian kulit yang memiliki rambut (Tan dan Kirana, 2013). Sediaan ini
memungkinkan pengaplikasian yang cepat dan merata pada permukaan kulit,
sehingga mudah dioleskan dan dikeringkan segera setelah diaplikasikan, dan
meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit (Megantara dkk., 2017).
Komposisi lotion adalah pelembab, pengemulsi, bahan aktif, pelarut, pewangi dan
pengawet (Iskandar dkk., 2021).
Lotion dapat berupa suspensi padat yang mengandung zat pensuspensi yang
sesuai atau emulsi minyak dalam air yang mengandung surfaktan yang sesuai.
Pada penelitian ini bentuk lotion yang dipilih adalah emulsi minyak dalam air
(M/A). Pemilihan bentuk lotion ini karena tidak menempel pada kulit saat
diaplikasikan (Slamet dan Waznah, 2019). Lotion tipe M/A memiliki keunggulan
mudah dibersihkan karena karakteristik fase luarnya bersifat hidrofilik (Irmayanti
dkk., 2021).

b. Bahan penyusun lotion


1. Asam stearat
Asam stearat adalah padatan kristal mengkilap yang keras, putih atau agak
kekuningan, atau bubuk putih atau putih kekuningan. Memiliki sedikit bau dan
rasa berminyak. Mudah larut dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform dan
eter. Asam stearat larut dalam etanol (95%), heksana dan propilen glikol dan
praktis tidak larut dalam air. Dalam formulasi topikal, asam stearat digunakan
sebagai pengemulsi dan pelarut. Asam stearat, sebagian dinetralkan dengan alkali
atau trietanolamin, dapat digunakan dalam produksi lotion (Rowe et al., 2009).
Rumus struktur dari asam stearat dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Rumus Struktur Asam Stearat (Rowe dkk., 2009)


2. Trietanolamin
Trietanolamin adalah cairan kental, bening, tidak berwarna hingga kuning
pucat dengan bau amonia yang samar. Rumus molekul TEA adalah C6H15NO3 dan
berat molekul 149,19 g/mol (Rowe dkk., 2009). TEA umumnya digunakan

13
sebagai penyeimbang pH dalam formulasi topikal. Nilai pH yang cocok untuk
kulit adalah 4,5-6,5. pH sediaan tidak boleh terlalu asam karena dapat
menyebabkan iritasi kulit. Juga, jika pH terlalu basa, dapat menyebabkan kulit
bersisik. (Riska et al., 2018). Rumus struktur dari trietanolamin dapat dilihat pada
Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Rumus Struktur Trietanolamin (Rowe dkk., 2009)


3. Setil Alkohol
Setil alkohol digunakan dalam pembuatan lotion karena sifat emolien,
penyerap air dan pengemulsinya. Telah dilaporkan bahwa setil alkohol
meningkatkan konsistensi emulsi M/A. Setil alkohol dalam emulsi M/A
meningkatkan stabilitas bila dikombinasikan dengan pengemulsi yang larut dalam
air (Unyala, 2009). Setil alkohol berlebih bergabung dengan larutan cair
pengemulsi untuk membentuk fase kontinu viskoelastik, memberikan sifat
semipadat dan mencegah koalesensi tetesan. Untuk alasan ini, setil alkohol,
kadang-kadang disebut sebagai "stiffening agent" atau "agen pembentuk" yang
mungkin memerlukan kombinasi dengan pengemulsi hidrofilik (Unyala, 2009).
Rumus struktur dari setil alkohol dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Rumus Struktur Setil Alkohol (Rowe dkk., 2009)


4. Dimetikon
Dimetikon adalah cairan bening tidak berwarna yang dapat digunakan
sebagai peningkat viskositas. Kelarutannya dapat bercampur dengan etil asetat,
metil etil keton, minyak mineral, eter, kloroform dan toluena. Larut dalam
isopropil miristat; sangat sedikit larut dalam etanol (95%) (Rowe dkk., 2009).
Dimetikon adalah agen antifoaming, emolien, agen anti air. Dimetikon dari

14
berbagai viskositas banyak digunakan dalam kosmetik dan formulasi. Dalam
emulsi minyak dalam air, dimetikon ditambahkan ke fase minyak sebagai zat
antibusa (Mohiudin, 2019). Rumus struktur dari dimetikon dapat dilihat pada
Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Rumus Struktur Dimetikon (Rowe dkk., 2009)


5. Minyak zaitun
Minyak zaitun atau dikenal juga dengan minyak zaitun adalah minyak yang
diperoleh buah berbiji matang Olea europaea. Cairan berminyak transparan, tidak
berwarna atau kuning, dan mengandung antioksidan (Rowe dkk., 2009). Minyak
ini diperoleh dari hasil ekstraksi dingin atau proses mekanis lainnya yang
bertujuan untuk mempertahankan komposisi aslinya. Jumlah antioksidan alami
dari minyak zaitun tergantung pada faktor yang melekat (genetika dan keragaman
asal), serta faktor eksintrik seperti lingkungan (suhu, paparan sinar matahari, dan
tanah) (Mota dkk., 2018). Rumus struktur dari minyak zaitun dapat dilihat pada
Gambar 2.9.

Gambar 2.9. Rumus Struktur Minyak zaitun (Rowe dkk., 2009)


6. Petrolatum
Petrolatum adalah massa lembut berwarna kuning pucat hingga kuning,
tembus cahaya, tidak berbau, tidak berasa. Petrolatum digunakan dalam formulasi
farmasi topikal sebagai basis emolien. Selain itu, penggunaan petrolatum dalam
krim dan formulasi transdermal berfungsi sebagai pelumas jika digunakan dengan
minyak mineral (Rowe dkk., 2009). Fungsi dari penggunaan petrolatum adalah
membantu menjaga kulit bagian luar, melindungi kulit dari pengaruh cuaca dan

15
eksposur, serta membantu menjaga kulit bagian dalam dengan mencegah
kehilangan air secara alami dari kulit. Hal ini memungkinkan kulit lembab dan
lunak secara alami dari dalam kulit itu sendiri (Zahara dkk., 2016). Rumus
struktur dari petrolatum dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10. Rumus Struktur Petrolatum (Rowe dkk., 2009)


7. Butylated Hydroxytoluene (BHT)
Butylated hydroxytoluene adalah padatan atau bubuk kristal putih atau
kuning pucat dengan bau khas fenol. Praktis tidak larut dalam air, gliserin,
propilen glikol, larutan hidroksida alkali, dan asam mineral encer. Mudah larut
dalam aseton, benzena, etanol (95%), eter, metanol, toluena, minyak lemak dan
minyak mineral. Lebih mudah larut dalam lemak dan minyak yang dapat dimakan
daripada hidroksianisol terbutilasi. Butylated hydroxytoluene digunakan sebagai
antioksidan dalam kosmetik, makanan dan obat-obatan. BHT digunakan untuk
mencegah bau tengik yang berasal dari lemak dan minyak sehingga dapat
mencegah aktivitas kehilangan vitamin (Rowe dkk., 2009). Rumus struktur dari
BHT dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11. Rumus Struktur BHT (Rowe dkk., 2009)


8. Gliserin
Gliserin adalah cairan yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, kental,
higroskopis, memiliki rasa manis, kira-kira 0,6 kali lebih manis dari sukrosa.
Memiliki rumus molekul C3H8O3 dengan berat molekul 92,09 g/mol (Rowe dkk.,
2009). Gliserin berfungsi sebagai humektan karena gliserin adalah komponen

16
yang higroskopis yang dapat mengikat air yang meninggalkan kulit (Sukmawati
dkk., 2017). Rumus struktur dari gliserin dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12. Rumus Struktur Gliserin (Rowe dkk., 2009)


9. Metilparaben
Metilparaben adalah kristal tidak berwarna atau bubuk kristal berwarna
putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau dan memberikan sedikit rasa
terbakar. Metilparaben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam
kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi. Bahan ini dapat digunakan
baik sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan agen
antimikroba lainnya. Dalam kosmetik, metilparaben adalah pengawet antimikroba
yang paling sering digunakan (Rowe dkk., 2009). Rumus struktur dari
metilparaben dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13. Rumus Struktur Metilparaben (Rowe dkk., 2009)


10. Propilparaben
Propilparaben berbentuk bubuk putih, kristal, tidak berbau dan tidak berasa.
Propilparaben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik,
produk makanan, dan formulasi farmasi. Dapat digunakan sendiri atau
dikombinasikan dengan ester paraben lainnya, atau dengan antimikroba lainnya.
Propilparaben menjadi salah satu yang paling sering digunakan dalam kosmetik.
Propilparaben bersama dengan metilparaben telah digunakan untuk pengawetan
berbagai formulasi farmasi (Rowe dkk., 2009). Rumus struktur dari propilparaben
dapat dilihat pada Gambar 2.14.

17
Gambar 2.14. Rumus Struktur Propilparaben (Rowe dkk., 2009)
11. Air suling
Air suling adalah air minum yang telah dimurnikan dengan cara
penyulingan, pertukaran ion, reverse osmosis (RO), atau proses pemurnian
lainnya. Air adalah cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Rumus molekulnya adalah H2O dan berat molekulnya adalah 18,02 g/mol. Air
digunakan sebagai bahan baku obat, aditif, pelarut, dan reagen untuk analisis.
Sejumlah air tertentu mengisi volume hingga 100% (Rowe dkk., 2009). Rumus
struktur dari air suling dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15. Rumus Struktur Air Suling (Rowe dkk., 2009)

2.6 Instrumental Software Design Expert®


a. Design Expert®
Salah satu software yang dapat digunakan untuk menentukan formula yang
optimal adalah Design Expert®. Design Expert® adalah perangkat lunak metode
statistik statease. Perangkat lunak ini pertama kali dirilis pada tahun 1996 dan
digunakan untuk melakukan desain eksperimental seperti menentukan formula
optimal untuk suatu senyawa (Hidayat dkk., 2021). Design Expert® digunakan
untuk optimasi proses dalam respon utama yang diakibatkan oleh beberapa
variabel dan tujuannya adalah optimasi respon tersebut (Gozaly dkk., 2018).
Design Exper®t menawarkan beberapa pilihan desain dengan fiturnya masing-
masing. Salah satunya adalah metode faktorial (Hidayat dkk., 2021).

18
b. Optimasi Design dengan Metode Faktorial
Metode faktorial adalah aplikasi persamaan regresi untuk memberikan
model hubungan antara variabel respon dan satu atau lebih variabel bebas.
Faktorial adalah jenis desain perbaikan proses yang paling umum. Dalam
penelitian, faktorial digunakan untuk mengetahui pengaruh berbagai kondisi
terhadap hasil penelitian dan juga untuk mengkonfirmasi bahwa interaksi yang
terkandung di dalamnya terkuantifikasi (Hidayat dkk., 2021).
Desain faktorial memiliki faktor, level, dan efek. Faktor didefinisikan
sebagai jumlah variabel independen yang mempengaruhi output atau variabel
dependen. Level didefinisikan sebagai nilai koefisien atau pengaturan. Efeknya
adalah perubahan respons yang disebabkan oleh fluktuasi tingkat faktor. Respon
didefinisikan sebagai sifat terukur yang diamati atau hasil eksperimen (Hidayat
dkk., 2021). Efek dari suatu respon atau interaksi adalah rata-rata respon tingkat
tinggi dikurangi rata-rata respon tingkat rendah (Wahyuningtyas, 2010). Desain
eksperimen faktorial 23 dapat digunakan untuk menggabungkan evaluasi dua
proses menjadi satu studi. Pendekatan analitik terstandar adalah analisis faktor
yang mengevaluasi kedua perlakuan dengan mengumpulkan data di samping
perlakuan lain untuk menentukan apakah efektivitas satu perlakuan tergantung
pada ada atau tidaknya perlakuan lainnya (Ma dkk., 2018).

19
2.7 Kerangka Konsep

Flavonoid diketahui dapat merangsang


3.
pertumbuhan rambut dengan mengendurkan Daun Ubi Jalar Ungu
Ubi jalar ungu mengandung senyawa
otot-otot pembuluh s darah di sekitar folikel (Ipomoea batatas L.)
flavonoid (Kurniasih dan Dina, 2019)
rambut, sehingga meningkatkan suplai darah
yang mengandung nutrisi secara konstan ke sel-
sel folikel rambut (Rambwawasvika dkk., 2019)
Diekstraksi dengan metode
Ekstrak kental etanol maserasi menggunakan etanol 96
daun ubi jalar ungu % dievaporasi dengan Rotary
Difraksinasi menggunakan n-heksan Evaporator
dan etil asetat. Fraksi etil asetat
Fraksi etil asetat daun ubi
dievaporasi kembali dengan rotary
jalar ungu
evaporator
Etosom dipreparasi dengan
metode dingin
Etosom fraksi daun
ubi jalar ungu

Dioptimasi sediaan lotion


Optimasi Sediaan Lotion (asam stearat, TEA, dan setil
Etosom alkohol menggunakan design
Evaluasi sediaan expert® versi 11 metode
lotion etosom faktorial)
penumbuh rambut
Formulasi optimum sediaan lotion Diformulasi sediaan
etosom penumbuh rambut lotion yang terpilih
Evaluasi sediaan lotion diantaranya dari optimasi
uji organoleptis, uji homogenitas, uji
pH, uji viskositas, uji daya sebar, uji
Analisi data
tipe lotion, dan cycling test.

Keterangan : Variabel bebas

Variabel terikat

20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2022 hingga Juli 2022
bertempat di Laboratorium Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo dan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu formulasi
sediaan topikal lotion etosom dari fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu
(Ipomoeabatatas L.) sebagai penumbuh rambut.

3.3 Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ubi jalar ungu
(Ipomoeabatatas L.), etanol 96%, n-heksan, etil asetat, lesitin soya, propilen
glikol, kolesterol, minyak zaitun, dimetikon, petrolatum, setil alkohol, asam
stearat, BHT, TEA, gliserin, metilparaben, propilparaben dan aquadest.

3.4 Alat/Instrumen Penelitian


Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Rotary Vacum
Evaporator (Buchi®), blender (Sharp®), timbangan analitik (Precisa®), gelas
ukur (Pyrex®), gelas kimia (Pyrex®), oven (Gallenkamp Civilab-Australia),
erlenmeyer (Pyrex®), termometer air raksa, magnetic stirrer, lumpang alu, pipet
tites, pipet ukur, batang pengaduk, toples kaca, cawan porselin, pisau/cutter,
gunting, spatula, aluminium foil, hot plate, vacutainer, buret dan statif klem.

3.5 Variabel Penelitian


a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang divariasikan dengan besar nilai
tertentu. Variabel bebas dari penelitian ini adalah jumlah variasi penggunaan asam
stearat, trietanolamin, dan setil alkohol.

21
b. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat dalam
keadaan konstan. Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu konsentrasi fraksi etil
asetat daun ubi jalar ungu (Ipomoeabatatas L.), minyak zaitun, dimetikon,
petrolatum, BHT, gliserin, metilparaben, dan propilparaben.
c. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang berubah nilainya akibat adanya
perubahan variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah formulasi
lotion sediaan terpilih dan evaluasi sediaan lotion.

3.6 Definisi Operasional


Untuk mengindari adanya kekeliruan maka dijelaskan definisi operasional
variabel sebagai berikut:
a. Fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu yang diperoleh dari tanaman ubi jalar
ungu yang dilakukan fraksinasi bertingkat dengan menggunakan n-heksan
dan etil asetat. Hasil dari fraksinasi etil asetat kemudian diuapkan
menggunakan Rotary Evaporator.
b. Lotion etosom fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu yang dimaksud adalah
ekstrak daun ubi jalar ungu yang difaksinasi dengan etil asetat
diformulasikan menjadi sediaan lotion etosom penumbuh rambut dengan
optimasi menggunakan aplikasi design expert®.

3.7 Prosedur Penelitian


a. Pengumpulan bahan
Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu daun ubi jalar ungu yang
diperoleh dari Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi
Tenggara.

b. Preparasi sampel
Sampel daun ubi jalar ungu yang telah dikumpulkan selanjutnya dipreparasi
yang dimulai dengan proses sortasi basah yaitu pemisahan daun dari tangkai,

22
selanjutnya dicuci dengan air mengalir, lalu dipotong menjadi ukuran yang lebih
kecil serta dikeringkan dibawah sinar matahari yang ditutupi dengan kain hitam
hingga kering. Setelah kering dilakukan sortasi kering dan selanjutnya dihaluskan
menjadi serbuk simplisia (Mayasari dan Melfin, 2018).

c. Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan yaitu metode maserasi. Serbuk daun ubi
jalar ungu sebanyak 2 kg dimasukan kedalam wadah tertutup dan direndam
dengan menggunakan pelarut etanol 96% hingga sampel terendam selama 3x24
jam. Setiap 1x24 jam dilakukan penyaringan dan penggantian pelarut baru
sehingga diperoleh filtrat I, II, dan III. Filtrat dikumpulkan dan diuapkan
menggunakan rotary vacum evaporator pada suhu 50ºC hingga diperoleh ekstrak
kental, ekstrak ditimbang untuk mengetahui bobotnya (Wahyuni dkk., 2017).

d. Fraksinasi
Setelah diperoleh ekstrak etanol kental daun ubi jalar ungu dilakukan proses
fraksinasi. Fraksinasi menggunakan pelarut non polar yaitu n-heksan sebanyak 50
ml setiap kali fraksinasi hingga didapatkan filtrat dan residu. Residu yang
didapatkan difraksinasi dengan pelarut semi polar menggunakan etil asetat
sebanyak 50 ml setiap kali fraksinasi, pisahkan fraksi etil asetat. Fraksinasi
dilakukan hingga didapatkan larutan bening. Fraksi etil asetat dievaporasi
menggunakan rotary evaporator, kemudian dipekatkan di atas waterbath hingga
diperolah fraksi kental (Hanifah dkk., 2021).

e. Etosom
1. Formula etosom
Tabel 3.1. Formula Etosom Fraksi Etil Asetat Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)
(Dewi, 2022).
Bahan Konsentrasi (%)
Fraksi etil asetat 5
Etanol 45
Lesitin soya 5
Kolestrol 0,5

23
Bahan Konsentrasi (%)
Aquades Ad 100 ml

2. Prosedur kerja
Etosom yang diisi dengan fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu dibuat
dengan menggunakan metode dingin dan diikuti dengan ultrasonikasi. Langkah
pertama yaitu fase organik diperoleh dengan mencampurkan fosfolipid (lesitin
soya), kolestrol dan fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu dan dilarutkan dalam
etanol dalam wadah tertutup pada suhu 30oC dengan pengadukan kuat pada 700
rpm. Propilen glikol yang sudah dipanaskan pada suhu 30oC ditambahkan selama
proses pengadukan secara terus-menerus dengan pengadukan konstan. Langkah
kedua yaitu fase air diperoleh dengan memanaskan air pada suhu 30oC dalam
wadah terpisah dengan fase organik kemudian ditambahkan ke dalam campuran
fase organik dan diaduk dengan pengadukan pada 700 rpm selama 5 menit dalam
wadah tertutup. Etosom yang telah terbentuk kemudian didinginkan pada suhu
ruang lalu disimpan dalam lemari pendingin. Ukuran vesikel diperkecil dengan
metode sonikasi (Sujatha dkk., 2016).

f. Optimasi formula lotion etosom


1. Formula lotion
Tabel 3.2. Master Formula Lotion (Rahmi dkk., 2021)
Konsentrasi (%)
Bahan
F1 F2 Kontrol (-)
Fitosom Ekstrak Daun
20 25 30
Mangkokan
Asam stearat 3 3 3
Setil alkohol 2 2 2
Dimetikon 3 3 3
Trietanolamin 1,2 1,2 1,2
Minyak zaitun 1,5 1,5 1,5
Petrolatum 1 1 1
BHT 0,02 0,02 0,02
Gliserin 2 2 2
Metilparaben 0,2 0,2 0,2
Propilparaben 0,1 0,1 0,1

24
Konsentrasi (%)
Bahan
F1 F2 Kontrol (-)
Aquadest Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml

2. Variabel bebas dan terikat


Tabel 3.3. Variabel Bebas dan Variabel Terikat pada Faktorial
Variabel percobaan Batasan
Variabel bebas Batas bawah Batas atas Target
Asam stearat 5% 15% In range
Trietanolamin 2% 4% In range
Setil alkohol 2% 5% In range
Variabel terikat
Ph 4,5 6,5 Maximize
Daya sebar 5 cm 7 cm Maximize
Viskositas 3 dPas 12 dPas Minimize
Persentase batas bawah dan atas dari masing-masing pembawa tersebut
diambil berdasarkan konsentrasi penggunaan dalam pembuatan lotion,
penggunaan asam sterat sebagai lotion dengan konsentrasi 1-20%, sedangkan
penggunaan setil alkohol dalam pembuatan lotion dengan konsentrasi 2-5%, dan
penggunaan TEA sebagai pengemulsi anionik dengan konsentrasi 2-4% (Rowe
dkk., 2009). Persentase tersebut sebagai acuan yang digunakan dalam pembuatan
formula optimum menggunakan design expert® versi 11. Dari data yang
dimasukkan kedalam desain didapatkan 8 formula dengan 3 respon yaitu pH, daya
sebar, dan viskositas yang dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4. Rancangan Optimum Formula


Konsentrasi (%)
No. Bahan
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
Etosom fraksi
1. 60 60 60 60 60 60 60 60
etil asetat 5%
2. Dimetikon 3 3 3 3 3 3 3 3
3. Minyak zaitun 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
4. Petrolatum 1 1 1 1 1 1 1 1
5. Setil alkohol 5 2 2 2 2 5 5 5
6. Asam stearat 5 5 5 15 15 15 5 15
7. BHT 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
8. Gliserin 2 2 2 2 2 2 2 2
9. TEA 4 2 4 4 2 2 2 4
10. Metil paraben 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
11. Propil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

25
Konsentrasi (%)
No. Bahan
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
Add Add Add Add Add Add Add Add
12. Aquadest
100 100 100 100 100 100 100 100

3. Pembuatan lotion etosom


Formulasi lotion etosom adalah sediaan tipe M/A. Fase minyak yang terdiri
atas minyak zaitun, dimetikon, petrolatum, asam stearat, setil alkohol,
propilparaben, dilelehkan pada suhu 70°C dan bahan dicampur secara merata.
Kemudian ditambahkan BHT. Fasa berair yang terdiri atas TEA, metilparaben,
gliserin yang dilarutkan dalam air. Fasa air dipanaskan sampai 70°C sampai
semua bahan larut. Ketika fase air dan fase minyak berada pada suhu yang sama,
fase minyak secara perlahan ditambahkan ke fase air sambil digerus hingga
homogen. Kemudian didinginkan hingga suhu 30°C. Selanjutnya etosom
ditambahkan secara perlahan-lahan ketika emulsi telah terbentuk dengan tetap
melakukan penggerusan hingga semua bahan tercampur (Rahmi dkk., 2021).

g. Evaluasi lotion etosom


Cycling test adalah metode yang digunakan untuk melihat kestabilan fisik
dari sediaan lotion. Cycling test dilakukan sebanyak 12 hari (6 siklus). Sediaan
lotion disimpan pada suhu dingin 4°C selama 24 jam lalu dikeluarkan dan
ditempatkan pada suhu 40°C selama 24 jam, proses ini dihitung 1 siklus.
Pengujian dilakukan setiap hari dari hari ke-0 sampai hari ke-12, yang terdiri atas
uji organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, daya sebar, dan tipe lotion
(Zamzam dan Iin, 2018).
1. Uji organoleptis
Pemeriksaan organoleptis menggunakan sistem indera yang meliputi
pengamatan warna dan bau yang diamati secara visual pada sediaan lotion
(Zamzam dan Iin, 2018).

26
2. Uji homogenitas
Dilakukan dengan cara mengoleskan 0,1 gram secara merata dan tipis pada
kaca arloji. Sediaan uji harus menunjukan susunan yang homogen dan tidak
terlihat adanya bintik-bintik (Zamzam dan Iin, 2018).
3. Uji pH
Pemeriksaan pH dilakukan dengan alat pH meter. Alat kalibrasi dengan
larutan dapar pH 4 dan pH 7. Kemudian elektroda dicuci dengan aquadest dan
dikeringkan dengan kertas tisu. Pengukuran pH ditimbang sebanyak 1 gram
sediaan lotion lalu diencerkan dengan 10 ml aquades. Kemudian digunakan pH-
meter untuk mengukur pH sediaan lotion (Iskandar dkk., 2021).
4. Uji viskositas
Uji viskositas menggunakan Viskometer Rion dengan cara lotion
dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viskotester. Viskositas
diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas (Entyna, 2009).
5. Uji daya sebar
Sebanyak 1 gram lotion ditimbang, kemudian diletakkan ditengah cawan
petri. Diatas lotion diletakkan cawan petri lain atau bahan transparan lain dan
pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan 1 menit,
kemudian dicatat diameter penyebarannya. Daya sebar lotion yang baik antara 5-7
cm (Zamzam dan Iin, 2018).
6. Pemeriksaan tipe lotion
Lotion yang telah dibuat disimpan diatas kaca arloji, kemudian ditetesi
dengan larutan metilen biru dan diaduk hingga merata. Jika larutan metilen biru
segera terdispersi ke seluruh emulsi maka emulsinya memiliki tipe M/A (Suryani
dkk., 2015).

3.8 Analisis Data


a. Data penentuan konsentrasi formula optimum lotion etosom fraksi etil asetat
daun ubi jalar ungu (Ipomoeae batatas L.) dilakukan dengan optimasi
menggunakan design expert® metode faktorial 23 yang diperoleh dari
karakterisasi formula, dengan respon adalah pH, viskositas, dan daya sebar.

27
b. Data formula optimal sediaan lotion etosom fraksi etil asetat daun ubi jalar
ungu (Ipomoeae batatas L.) berupa nilai hasil pemeriksaan uji pH,
viskositas dan daya sebar.

28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Sampel


Determinasi tanaman daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dilakukan
untuk memastikan bahwa sampel yang digunakan merupakan daun ubi jalar ungu
yang digunakan dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan
ciri-ciri morfologi yang ada dalam tanaman ubi jalar ungu dengan menggunakan
petunjuk pustaka dibuktikan di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB. Hasil
determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang diteliti merupakan tanaman ubi
jalar ungu (Ipomoea batatas L.). Rincian determinasi sampel dapat dilihat pada
Lampiran 1.

4.2 Penyiapan Sampel


Sampel daun ubi jalar ungu yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Daun
ubi jalar ungu yang dikumpulkan sebanyak 50,15 kg. Daun ubi jalar ungu
dipisahkan dari tangkai, lalu dilakukan sortasi basah. Sampel daun kemudian
dicuci di air mengalir untuk membersihkan kotoran yang ada pada daun. Sampel
daun yang telah bersih selanjutnya dikeringkan dengan cara dijemur dibawah
sinar matahari dengan ditutupi menggunakan kain hitam agar sampel tidak secara
langsung terkena sinar matahari sehingga zat-zat aktif dalam simplisia tidak rusak.
Pengeringan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada sampel
yang dapat menjadi media pertumbuhan mikroorganisme sehingga simplisia tidak
mudah rusak. Selanjutnya dilakukan sortasi kering terhadap pengotor yang
tertinggal dari proses sebelumnya. Sampel daun kemudian dihaluskan
menggunakan blender untuk memperkecil ukuran sampel dengan luas permukaan
yang lebih besar sehingga ketika dilakukan proses diekstraksi, pelarut dapat
terabsorpsi maksimal ke dalam sampel dan memberikan hasil ekstraksi yang lebih
optimal.

29
4.3 Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
maserasi. Metode maserasi dipilih karena peralatan dan prosedur yang digunakan
lebih sederhana, serta tidak perlu dilakukan pemanasan sehingga kecil
kemungkinan bahan alam menjadi rusak atau terurai. Proses pengerjaan metode
maserasi yang lama dan dalam keadaan diam memungkinkan senyawa yang
terekstraksi lebih banyak (Puspitasari dan Lean, 2017; Susanty dan Fairus, 2016).
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol. Pelarut etanol
digunakan karena bersifat polar sehingga mampu mengekstraksi senyawa
flavonoid. Etanol juga diketahui mampu menyari senyawa kimia lebih banyak bila
dibandingkan dengan metanol dan air (Riwanti dkk., 2020).
Sampel dimaserasi selama 3x24 jam. Selanjutnya dilakukan pergantian
pelarut tiap 1x24 jam. Penggantian pelarut dengan pelarut yang sama bertujuan
untuk memaksimalkan proses ekstraksi yang dilakukan. Pengulangan proses
perendaman dalam maserasi dilakukan untuk mendapatkan sebanyak mungkin
senyawa aktif yang ada pada sampel. Setelah proses maserasi, pelarut dipisahkan
dari sampel dengan dilakukan penyaringan.
Hasil maserasi berupa maserat selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan
rotary vacum evaporator pada suhu 50°C hingga diperoleh ekstrak cair. Ekstrak
cair yang diperoleh kemudian disimpan dalam water bath pada suhu 50°C.
Penggunaan water bath untuk menguapkan pelarut etanol sehingga terpisah dari
ekstrak hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 500 gram dengan nilai
rendamen 9,09% (Lampiran 5). Rendemen ekstrak merupakan persentase berat
ekstrak dari berat kering sampel.

4.4 Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses penarikan senyawa berdasarkan kelarutan
komponen target dan distribusinya dalam berbagai pelarut yang tidak dapat
bercampur. Artinya, beberapa komponen larut di Fase 1 dan sebagian di Fase 2.
Prinsipnya adalah pemisahan yang didasarkan pada perbedaan tingkat kepolaran
dan bobot jenis. Persyaratan pelarut untuk pemisahan adalah memiliki polaritas

30
yang sesuai untuk bahan yang akan difraksinasi dan perlu dipisahkan. Keuntungan
dari metode ini adalah mendapatkan bahan bioaktif yang lebih spesifik dan waktu
pengujian yang singkat (Sukandar dkk., 2021; Sogandi dkk., 2019; Pratiwi dkk.,
2016).
Fraksinasi pada penelitian ini menggunakan dua pelarut yaitu pelarut n-
heksan dan etil asetat dengan perbandingan (1:1). Dalam penelitian ini digunakan
etil asetat sebagai pelarut karena daun ubi jalar ungu mengandung senyawa
flavonoid. Selain itu, etil asetat adalah pelarut terbaik untuk memisahkan
flavonoid dan memiliki toksisitas kecil. Tujuan dari prosedur fraksinasi dalam
penelitian ini adalah untuk mendapatkan fraksi etil asetat yang dibuat menjadi
sediaan krim dari fraksi etil asetat. Selain itu, penelitian sejauh ini menunjukkan
bahwa fraksi etil asetat adalah yang paling efektif dan memiliki efek pertumbuhan
rambut tertinggi, sehingga dapat dicoba untuk diformulasikan.
Prosedur fraksinasi dilakukan dengan mengambil sebanyak 10 gram ekstrak
kental, dilarutkan kedalam 100 mL pelarut n-heksan, digerus hingga berubah
warna. Hasil residu difraksinasi kembali dengan pelarut etil asetat dan digerus
hingga berubah warna. Filtrat dari hasil fraksinasi disimpan dalam wadah,
kemudian dilakukan berulang-ulang hingga warna berubah menjadi bening.
Selanjutnya filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotary vacum
evaporator hingga diperoleh fraksi kental etil asetat daun ubi jalar ungu sebanyak
57 gram dengan nilai rendemen 11,4%. Dapat dilihat pada lampiran 5.

4.5 Etosom
Etosom adalah sistem pembawa berbentuk vesikel halus dan lunak yang
terdiri dari fosfolipid, alkohol dengan konsentrasi tinggi, dan air. Konsentrasi
yang tepat dapat mengantarkan bahan aktif ke lapisan dermis melalui transpor
pasif hingga mencapai sirkulasi sistemik (Zam Zam dkk., 2019). Karena etosom
adalah pengembangan dari liposom, maka etosom memiliki sifat yang hampir
sama dengan liposom. Perbedaannya terletak pada kemampuan penetrasi etosom
di bawah pengaruh etanol dengan konsentrasi tinggi, menghasilkan vesikel yang
lebih lembut dan lebih elastis. Etanol dapat merusak lipid bilayer pada kulit,

31
sehingga vesikel dapat dengan mudah menembus stratum korneum atau
menembus lapisan yang lebih dalam. Selain itu, etosom adalah jenis teknologi
targeted drug delivery yang dapat mengirimkan bahan aktif langsung ke situs
target (Bonita dkk., 2013).
Pembuatan etosom dilakukan dengan mencampurkan fosfolipid, kolesterol
dan fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu, dilarutkan dengan etanol pada wadah
tertutup. Kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic stirer dengan
kecepatan 700 rpm pada suhu 30°C. Selanjutnya ditambahkan air selama 5 menit
hingga mencapai 100 mL, didinginkan pada suhu ruang dan disonikasi selama 2
jam pada suhu 20°C. Setelah dilakukan sonikasi, maka etosom disimpan dalam
lemari pendingin.

4.6 Optimasi dan Formulasi Sediaan Lotion


a. Optimasi Formula Sediaan Lotion
Optimasi diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk memilih
konsentrasi elemen atau bahan terbaik dari beberapa pilihan yang tersedia.
Pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan software. Data yang
diolah merupakan data prediksi dari data yang diperoleh setelah eksperimen
(Hidayat dkk., 2021).
Data parameter evaluasi yang telah ditentukan diolah menggunakan
berbagai macam metode, salah satunya adalah metode faktorial (Hidayat dkk.,
2021). Metode ini merupakan metode rasional yang mampu menyimpulkan dan
mengevaluasi secara objektif besaran efek yang berpengaruh terhadap kualitas
sediaan (Entyna, 2009). Metode faktorial digunakan untuk mendapatkan rentang
komposisi dari masing-masing bahan yang digunakan dan untuk mengetahui
adanya pengaruh sifat fisik dan stabilitas dari sediaan (Yakub, 2019).
Teknik optimasi menggunakan design expert® metode faktorial dilakukan
dengan memasukkan variabel yang terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat
pada percobaan dengan memiliki batasan yaitu batas atas dan batas bawah.
Variabel bebas terdiri dari asam stearat (5-15%), setil alkohol (2-5%) dan

32
trietanolamin (2-4%). Untuk variabel terikat terdiri atas pH (4,5-6,5), daya sebar
(5-7 cm) dan viskositas (3-12 dPas). Dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Variabel Bebas dan Variabel Terikat pada Metode Faktorial untuk
Menentukan Formula Optimum
Variabel percobaan Batasan
Variabel bebas Batas bawah Batas atas Target
Asam stearat 5% 15% In range
Trietanolamin 2% 4% In range
Setil alkohol 2% 5% In range
Variabel terikat
Ph 4,5 6,5 Maximize
Daya sebar 5 cm 7 cm Maximize
Viskositas 3 dPas 12 dPas Minimize
Berdasarkan hasil persentase yang digunakan sebagai acuan dalam
pembuatan formula optimum menggunakan design expert® dengan metode
faktorial, maka dari data yang dimsukkan diperoleh hasil rancangan optimasi
formula sebanyak 8 run formula sediaan lotion dengan 3 komponen faktor yaitu
asam stearat, trietanolamin dan setil alkohol. Selain itu, akan dilakukan evaluasi
terhadap 3 respon yaitu pH, daya sebar dan viskositas yang dapat dilihat pada
Tabel 4.2. Tujuan penggunaan 3 respon ini terhadap 8 run formula karena pH,
daya sebar dan viskositas dapat berpengaruh terhadap stabilitas sediaan lotion
sehingga perlu dilakukan optimasi terlebih dahulu dengan menggunakan ketiga
respon tersebut agar dapat memperoleh formula lotion yang optimal dengan
memiliki stabilitas sediaan yang baik.
Tabel 4.2. Hasil 8 Run Formula Lotion Berdasarkan Design Expert®
Asam Stearat TEA Setil Daya Viskositas
Run pH
(%) (%) Alkohol (%) Sebar (cm) (dPas)
1. 5 4 5 7,3 7 6
2. 5 2 2 7,82 4,6 2
3. 5 4 2 7,5 5,2 3
4. 15 4 2 6,74 5,9 4
5. 15 2 2 6,38 4 8
6. 15 2 5 6,07 7 5
7. 5 2 5 7,73 6,8 6
8. 15 4 5 6,64 7 7
Berdasarkan 8 run formula lotion tersebut, maka untuk menentukan formula
yang paling optimal, ketepatan formulasi dan nilai dari masing-masing respon
dapat dilihat berdasarkan nilai desirability. Desirability adalah derajat ketepatan

33
hasil solusi atau formulasi optimal. Semakin mendekati nilai satu maka semakin
tinggi nilai ketepatan formulasi, sehingga dapat disimpulkan berdasarkan nilai
desirability yang telah mencapai 1,00 atau mendekati nilai tersebut maka nilai
respon memiliki ketepatan yang tinggi (Taufik dkk., 2017).
Tabel 4.3 Solusi Formula Berdasarkan Nilai Desirability
Asam stearat TEA Setil alkohol Daya sebar Viskositas
No. pH Desirability
(%) (%) (%) (cm) (dPas)
1 15,000 2,000 5,000 6,082 6,513 4,625 0,890 Selected
2 14,956 2,000 5,000 6,090 6,513 4,633 0,889
3 15,000 2,011 5,000 6,085 6,512 4,640 0,889
4 14,901 2,000 5,000 6,099 6,513 4,642 0,889
5 14,858 2,000 5,000 6,106 6,514 4,650 0,889
6 14,820 2,000 5,000 6,112 6,514 4,657 0,888
7 14,786 2,000 5,000 6,118 6,514 4,662 0,888
8 15,000 2,001 4,989 6,084 6,503 4,637 0,888
9 14,755 2,009 5,000 6,125 6,514 4,679 0,887
10 15,000 2,036 5,000 6,092 6,512 4,674 0,887
11 14,634 2,000 5,000 6,143 6,515 4,689 0,886
12 14,454 2,000 5,000 6,173 6,517 4,720 0,885
13 14,416 2,000 5,000 6,180 6,517 4,727 0,884
14 15,000 2,064 4,997 6,100 6,510 4,716 0,884
15 14,347 2,000 5,000 6,191 6,517 4,739 0,884
16 15,000 2,072 4,996 6,103 6,509 4,728 0,883
17 15,000 2,084 5,000 6,105 6,512 4,741 0,883
18 14,118 2,000 5,000 6,229 6,519 4,779 0,882
19 14,061 2,000 5,000 6,238 6,520 4,789 0,881
20 13,984 2,000 5,000 6,251 6,520 4,803 0,880
21 13,846 2,000 5,000 6,274 6,521 4,827 0,879
22 13,690 2,000 5,000 6,300 6,522 4,854 0,878
23 13,565 2,000 5,000 6,321 6,523 4,876 0,876
24 15,000 2,000 4,932 6,089 6,456 4,693 0,876
25 13,472 2,000 5,000 6,336 6,524 4,892 0,876
26 15,000 2,183 5,000 6,132 6,513 4,877 0,875
27 13,041 2,000 5,000 6,408 6,527 4,968 0,871
28 15,000 2,221 5,000 6,143 6,512 4,928 0,871
29 12,974 2,000 5,000 6,419 6,528 4,980 0,871
30 12,902 2,000 5,000 6,431 6,528 4,992 0,870
31 12,826 2,000 5,000 6,443 6,529 5,006 0,869
32 15,000 2,013 4,901 6,095 6,430 4,740 0,868
33 12,664 2,000 5,000 6,470 6,530 5,034 0,868

34
Asam stearat TEA Setil alkohol Daya sebar Viskositas
No. pH Desirability
(%) (%) (%) (cm) (dPas)
34 12,592 2,000 5,000 6,482 6,531 5,046 0,867
35 12,516 2,000 5,000 6,495 6,531 5,060 0,866
36 13,564 2,145 5,000 6,350 6,523 5,040 0,866
37 14,999 2,000 4,886 6,093 6,418 4,739 0,866
38 15,000 2,298 5,000 6,164 6,512 5,035 0,865
39 14,164 2,238 5,000 6,276 6,519 5,064 0,864
40 15,000 2,362 5,000 6,181 6,512 5,122 0,859
41 14,037 2,300 5,000 6,310 6,520 5,156 0,858
42 12,650 2,177 5,000 6,500 6,530 5,207 0,857
43 14,997 2,421 5,000 6,198 6,513 5,204 0,854
44 12,857 2,373 5,000 6,500 6,529 5,373 0,846
45 15,000 2,625 5,000 6,253 6,513 5,485 0,836
46 15,000 2,742 5,000 6,285 6,512 5,646 0,826
47 13,270 2,701 5,000 6,500 6,525 5,679 0,826
48 13,437 2,813 5,000 6,500 6,524 5,794 0,818
49 13,758 3,004 5,000 6,500 6,522 6,005 0,804
50 13,951 3,106 5,000 6,500 6,520 6,126 0,795
51 14,999 3,247 5,000 6,422 6,512 6,339 0,780
52 14,408 3,190 4,517 6,500 6,294 6,122 0,759
53 15,000 3,368 4,238 6,500 6,208 6,226 0,738
54 14,275 2,959 3,959 6,500 5,964 5,900 0,715
55 14,014 2,802 3,940 6,500 5,905 5,826 0,709
56 15,000 3,015 2,926 6,500 5,451 5,989 0,611
57 13,187 2,000 3,574 6,500 5,381 5,765 0,607
58 13,196 2,000 3,556 6,500 5,366 5,777 0,603
59 15,000 2,850 2,431 6,500 5,063 6,179 0,514
Berdasarkan tabel 4.4, nilai desirability yang diperoleh melalui optimasi ini
adalah 0,890. Nilai desirability ini berarti kemampuan memprediksi sifat fisik
optimum bernilai 89%. Desirability adalah nilai target dari suatu optimasi yang
ingin dicapai. Nilainya berkisar antara 0-1. Jika nilai desirability makin mendekati
1, maka hal tersebut menunjukkan semakin tingginya kesesuaian formula yang
diperoleh untuk mencapai formula optimum dengan variabel respon yang
dikehendaki (Ittiqo dab Abdul, 2018). Untuk melihat interaksi yang terjadi perlu
dilakukan analisis terhadap grafik contour plot. Grafik contour plot akan
menunjukkan suatu respon yang akan berubah tergantung pada lever dari faktor
yang diterapkan.

35
1. pH
Berdasarkan grafik interaction pada Gambar 4.1 dapat diperoleh data
bahwa TEA dengan konsentrasi tinggi akan menyebabkan pH sediaan meningkat.
Namun, apabila ditambahkan dengan asam stearat dengan konsentrasi tinggi akan
menurunkan pH sediaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Puspitasary dan Meliana, 2021) dan (Azmi dkk., 2021) dimana semakin tinggi
konsentrasi TEA menyebabkan pH sediaan semakin tinggi. Akan tetapi,
peningkatan konsentrasi asam stearat yang tinggi dapat menurunkan sifat basa
dari TEA. Selain itu, peningkatan konsentrasi setil alkohol dapat menurunkan pH
sediaan walaupun tidak secara signifikan.

Gambar 4.1. Grafik Interaction pH


Berdasarkan hasil pengukuran pH sediaan lotion maka didapatkan
persamaan faktorial design diperoleh dari data sebagai berikut :
Y = – 0,5650 A + 0,0225 B – 0,0875 C + 0,2100 AB – 0,0150 AC + 0,0400 ABC
Keterangan :
Y = pH, A = Komposisi Asam stearat, B = Komposisi TEA, C = Komposisi Setil
alkohol.
Berdasarkan persamaan tersebut menunjukkan bahwa masing-masing
komponen memberikan pengaruh terhadap pH sediaan lotion, dimana komponen
asam stearat dan setil alkohol memberikan nilai negatif yang dapat menurunkan
pH sediaan. Asam stearat merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam

36
penurunan pH dengan nilai koefisien -0,5650 diikuti setil alkohol -0,0875,
sedangkan TEA memiliki nilai +0,0225 yang artinya meningkatkan pH sediaan.
Dalam persamaan tersebut juga dapat dijelaskan bahwa pH rata-rata dipengaruhi
oleh interaksi antar komponen. Interaksi yang terjadi antara asam stearat dan TEA
adalah interaksi yang meningkatkan pH rata-rata dengan nilai +0,2100, sedangkan
interaksi yang menunjukkan penurunan pH yaitu interaksi antara TEA dan setil
alkohol dengan koefisien –0,0150. Interaksi antara ketiga bahan dengan nilai
koefisien +0,0400 adalah interaksi yang paling berpengaruh dalam meningkatkan
pH sediaan. Hubungan antara variabel (Y) dan variabel bebas (A,B,C) dapat
dilihat pada countour plot untuk respon pH pada Gambar 4.2.
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
4
pH (pH)
pH (pH)
Design Points
6,07 7,82

X1 = A: Asam stearat
X2 = B: Trietanolamin 3,5

Actual Factor
C: Setil alkohol = 5
B: Trietanolamin

7
3

6,5

7,5
2,5

Prediction 6,0825

5 7 9 11 13 15

A: Asam stearat
Gambar 4.2. Contour Plot pH
Adapun lengkungan pada contour plot pada Gambar 4.2 memperlihatkan
adanya interaksi yang terjadi antara asam stearat dan TEA terhadap pH sediaan.
Gambar menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi asam stearat dan konsentrasi
rendah TEA menyebabkan pH sediaan semakin rendah. Sebaliknya, asam stearat
dengan konsentrasi rendah dan TEA dengan konsentrasi tingi dapat menyebabkan
peningkatan pH sediaan.
2. Daya Sebar
Berdasarkan grafik interaction pada Gambar 4.3 dapat diperoleh data
bahwa asam stearat pada konsentrasi tinggi dan setil alkohol konsentrasi rendah
tidak memberikan pengaruh pada daya sebar sediaan. Namun, ketika setil alkohol

37
digunakan pada konsentrasi tinggi mampu meningkatkan daya sebar sediaan. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Murrukmihadi dkk., 2012)
dimana semakin meningkatnya konsentrasi setil alkohol maka daya sebar akan
semakin meningkat.

Gambar 4.3. Grafik Interaction Daya Sebar


Berdasarkan hasil pengukuran daya sebar sediaan lotion maka didapatkan
persamaan faktorial design diperoleh dari data sebagai berikut :
Y = 0,3125 B + 0,8125 C + 0,1625 AB – 0,0375 AC – 0,3125 BC – 0,1625 ABC
Keterangan :
Y = pH, A = Komposisi Asam stearat, B = Komposisi TEA, C = Komposisi Setil
alkohol.
Berdasarkan persamaan tersebut menunjukkan bahwa masing-masing
komponen memberikan pengaruh terhadap pH sediaan lotion, dimana komponen
TEA dan setil alkohol memberikan nilai positif yang dapat meningkatkan daya
sebar sediaan. Setil alkohol merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam
peningkatan daya sebar dengan nilai koefisien +0,8125 diikuti TEA +0,3125,
sedangkan asam stearat memiliki nilai -0,0125 yang artinya menurunkan daya
sebar sediaan. Dalam persamaan tersebut juga dapat dijelaskan bahwa daya sebar
rata-rata dipengaruhi oleh interaksi antar komponen. Interaksi yang terjadi antara
asam stearat dan TEA adalah interaksi yang meningkatkan daya sebar rata-rata
dengan nilai +0,1625, sedangkan interaksi yang menunjukkan penurunan daya

38
sebar yaitu interaksi antara asam stearat dan setil alkohol dengan koefisien -
0,0375 diikuti dengan interaksi antara TEA dan setil alkohol dengan koefisien –
0,3125. Interaksi antara ketiga bahan dengan nilai koefisien –0,1625 tidak
menjadi interaksi yang paling berpengaruh dalam meningkatkan daya sebar
sediaan. Hubungan antara variabel (Y) dan variabel bebas (A,B,C) dapat dilihat
pada countour plot untuk respon pH pada Gambar 4.4.
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
5
Daya sebar (cm)
6,5
Daya sebar (cm)
Prediction 6,5125
Design Points
5 7

4,4
X1 = A: Asam stearat
6
X2 = C: Setil alkohol

Actual Factor
B: Trietanolamin = 2

3,8
C: Setil alkohol

5,5

3,2

2,6

4,5

5 7 9 11 13 15

A: Asam stearat

Gambar 4.4. Contour Plot Daya Sebar


Adapun lengkungan pada contour plot pada Gambar 4.4 memperlihatkan
adanya interaksi yang terjadi antara asam stearat dan setil alkohol, namun garis
tersebut tidak terlalu melengkung. Hal ini disebabkan oleh asam stearat yang tidak
terlalu mempengaruhi daya sebar karena bila dilihat pada level tinggi asam stearat
dan level tinggi setil alkohol memiliki daya sebar yang paling tinggi dibandingkan
dengan asam stearat pada level tinggi dan setil alkohol pada level rendah memiliki
daya sebar yang paling rendah.
3. Viskositas
Berdasarkan grafik interaction pada Gambar 4.5 dapat diperoleh data
bahwa peningkatan konsentrasi asam stearat dan setil alkohol hingga konsentrasi
tinggi akan menurunkan viskositas dari sediaan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Saryanti dkk., 2019) dimana semakin tinggi asam stearat
menyebabkan viskositas sediaan semakin menurun. Selain itu (Murrukmihadi
dkk., 2012) menjelaskan bahwa penggunaan setil alkohol dalam konsentrasi tinggi
menyebabkan viskositas lotion semakin kecil. Hal ini berbanding terbalik dengan

39
daya sebar, dimana makin tinggi daya sebar makan viskositas sediaan semakin
menurun.

Gambar 4.5. Grafik Interaction Viskositas


Berdasarkan hasil pengukuran viskositas sediaan lotion maka didapatkan
persamaan faktorial design diperoleh dari data sebagai berikut :
Y = 0,8750 A – 0,1250 B + 0,8750 C – 0,8750 AC + 0,6250 BC + 0,8750 ABC
Keterangan :
Y = pH, A = Komposisi Asam stearat, B = Komposisi TEA, C = Komposisi Setil
alkohol.
Berdasarkan persamaan tersebut menunjukkan bahwa masing-masing
komponen memberikan pengaruh terhadap pH sediaan lotion, dimana komponen
asam stearat dan setil alkohol memberikan nilai positif yang dapat meningkatkan
viskositas sediaan. Setil alkohol dan asam stearat merupakan faktor yang paling
berpengaruh dalam peningkatan viskositas dengan nilai koefisien +0,8750,
sedangkan TEA memiliki nilai -0,0125 yang artinya menurunkan viskositas
sediaan. Dalam persamaan tersebut juga dapat dijelaskan bahwa viskositas rata-
rata dipengaruhi oleh interaksi antar komponen. Interaksi yang terjadi antara asam
stearat dan setil alkohol adalah interaksi yang menurunkan viskositas rata-rata
dengan nilai -0,8750, sedangkan interaksi yang menunjukkan peningkatan
viskositas yaitu interaksi antara TEA dan setil alkohol dengan koefisien +0,6250.
Interaksi antara ketiga bahan dengan nilai koefisien +0,8750 menjadi interaksi

40
yang paling berpengaruh dalam meningkatkan viskositas yang sama dengan
pengaruh yang diberikan oleh asam stearat dan setil alkohol. Hubungan antara
variabel (Y) dan variabel bebas (A,B,C) dapat dilihat pada countour plot untuk
respon pH pada Gambar 4.4.
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
5
Viskositas (cps)
Viskositas (cps) 6
Prediction
5 4,625
Design Points
2 8

4,4
X1 = A: Asam stearat
X2 = C: Setil alkohol

Actual Factor
B: Trietanolamin = 2

3,8
C: Setil alkohol
5

3,2
6

2,6

7
3

5 7 9 11 13 15

A: Asam stearat

Gambar 4.6. Contour Plot Viskositas


Adapun lengkungan pada contour plot pada Gambar 4.6 memperlihatkan
adanya interaksi yang terjadi antara asam stearat dan setil alkohol. Hal ini
berhubungan dengan penggunaan konsentrasi asam stearat dan setil alkohol.
Makin rendahnya konsentrasi asam stearat dan setil alkohol yang digunakan maka
viskositas sediaan akan semakin menurun. Viskositas berbanding terbalik dengan
daya sebar sediaan, makin meningkat daya sebar makan viskositas sediaan akan
menurun.
Setelah mengetahui interaksi yang terjadi kemudian dilakukan proses
pengujian pada sediaan menggunakan formula optimum yang didapatkan untuk
melihat konfirmasi respon dari hasil pengujian dan perkiraan oleh design expert®.
Prediksi pH ±6,082, daya sebar ±6,513 cm, dan viskositas ±4,625 dPas,
sedangkan dari hasil pengujian pH 6,16, daya sebar 6,1 cm, dan viskositas 5 dPas.
Nilai hasil pengujian tersebut dapat diterima karena tidak melewati batas bawah
dan batas atas yang telah ditentukan oleh design expert®.

b. Formulasi Optimum Sediaan Lotion


Tabel 4.4. Formula Sediaan Lotion Berdasarkan Hasil Optimasi Design Expert®

41
Dibuat 100 mL sediaan lotion dengan formula sebagai berikut
No. Bahan Konsentrasi (%)
1. Etosom fraksi etil asetat 5% 60
2. Dimetikon 3
3. Minyak zaitun 1,5
4. Petrolatum 1
5. Setil alkohol 5
6. Asam stearat 15
7. BHT 0,02
8. Gliserin 2
9. TEA 2
10. Metil paraben 0,2
11. Propil paraben 0,1
12. Aquadest Add 100%
Lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang
mengandung satu atau lebih bahan aktif. Karena berbentuk cair, sediaan ini
mudah menyebar dengan cepat dan merata di permukaan kulit, segera mengering
setelah diaplikasikan, dan meninggalkan lapisan tipis di permukaan kulit
(Megantara dkk., 2017). Pemberian nutrisi rambut melalui sediaan lotion
mengakibatkan penurunan kerontokan rambut dan peningkatan percepatan
pertumbuhan rambut (Bayer dkk., 2019). Oleh karena itu, dengan penggunaan
lotion rambut ini dapat mengatasi kerusakan rambut yang disebabkan oleh lotion
rambut konvensional yang merusak rambut. Selain itu, adanya kandungan bahan
alami dalam formula lotion membantu meningkatkan efektivitas formula lotion.
Bahan alami yang digunakan adalah etosom fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu
(Ipomoea batatas L.) yang berfungsi meningkatkan pertumbuhan rambut dan
mencegah kerontokan rambut. Kandungan flavonoid yang terdapat dalam daun
ubi jalar ungu diketahui dapat merangsang pertumbuhan rambut dengan
mengendurkan otot-otot pembuluh darah di sekitar folikel rambut, sehingga
meningkatkan suplai darah yang mengandung nutrisi secara konstan ke sel-sel
folikel rambut.
Bahan-bahan yang digunakan dalam formula sediaan lotion meliputi etosom
fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu 60%, asam stearat 15%, TEA 2%, setil
alkohol 5%, dimetikon 3%, minyak zaitun 1,5%, petrolatum 1%, BHT 0,02%,
gliserin 2%, metil paraben 0,2% dan propil paraben dengan fungsi yang berbeda-
beda dari tiap bahan. Asam stearat yang dikombinasikan dengan TEA digunakan

42
sebagai zat pengemulsi, setil alkohol berfungsi sebagai stiffening agent atau
pengental, dimetikon sebagai antifoaming, minyak zaitun sebagai pembawa fase
minyak. Sedangkan untuk petrolatum dan gliserin digunakan sebagai pelembab,
BHT sebagai antioksidan, kombinasi metil paraben dan propil paraben digunakan
sebagai pengawet.
Prosedur pembuatan sediaan lotion yaitu tiap-tiap bahan ditimbang sesuai
dengan perhitungan bahan. Fase minyak yang terdiri atas minyak zaitun,
dimetikon, petrolatum, asam stearat, setil alkohol, propilparaben, dilelehkan pada
suhu 70°C dan bahan dicampur secara merata. Kemudian ditambahkan BHT.
Fase berair yang terdiri atas TEA, metilparaben, gliserin yang dilarutkan dalam
air. Fase air dipanaskan sampai 70°C sampai semua bahan larut. Ketika fase air
dan fase minyak berada pada suhu yang sama, fase minyak secara perlahan
ditambahkan ke fase air sambil digerus hingga homogen. Kemudian didinginkan
hingga suhu 30°C. Selanjutnya etosom ditambahkan secara perlahan-lahan ketika
emulsi telah terbentuk dengan tetap melakukan penggerusan hingga semua bahan
tercampur.

c. Evaluasi Sediaan Lotion


Setelah dilakukan proses formulasi sediaan lotion, selanjutnya akan
dilakukan evaluasi atau uji stabilitas fisik sediaan yang meliputi organoleptik, uji
homogenitas, uji pH, uji viskositas, uji daya sebar serta uji tipe lotion. Saat
melakukan evaluasi sediaan, maka akan dilakukan uji stabilitas sediaan terlebih
dahulu yaitu cycling test. Uji cycling test dilakukan pada sediaan dengan suhu
penyimpanan yang berbeda dalam waktu tertentu yang bertujuan untuk
mempercepat perubahan yang biasanya terjadi pada kondisi normal (Suryani dkk.,
2015). Pada pengujian stabilitas cycling test, dilakukan penyimpanan sediaan pada
suhu yang berbeda secara bergantian, yaitu disimpan pada suhu rendah (4°C) dan
suhu tinggi (40°C) yang masing-masing selama 24 jam (1 siklus), dan selanjutnya
dilakukan selama 6 siklus (Febriani dkk., 2016).

43
1. Hasil uji organoleptik
Pengujian organoleptik meliputi pengamatan terhadap bentuk, warna, dan
bau. Bentuk dilihat dari sediaan yang mampu mengalir dalam wadah. Warna
dilihat dengan latar belakang kertas putih disertai penerangan lampu. Bau dicium
dengan cara dikibaskan diatas sediaan yang telah jadi, serta dirasakan dengan cara
dioleskan sediaan pada kulit. Hasil dari pengujian organoleptis dapat dilihat pada
Tabel 4.5.
Tabel. 4.5. Hasil Uji Organoleptis Cycling Test
Pengamatan
Sebelum Cycling Test Sesudah Cycling Test
Organoleptik
Konsistensi Kental Kental
Warna Kuning pucat Coklat
Bau Khas Khas
Berdasarkan hasil penelitian uji organoleptik yang telah dilakukan bahwa
sebelum dan sesudah cycling test masing-masing sediaan lotion yang dibuat dalam
bentuk setengah padat, berwarna kuning pucat, berbau khas dan pada saat
diaplikasikan pada kulit mudah merata. Namun, setelah dilakukan cycling test
warna sediaan berubah menjadi coklat. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang
dihasilkan belum stabil dikarenakan terjadinya perubahan warna pada sediaan.
Terjadinya perubahan ini disebabkan oleh reaksi Maillard yaitu salah satu reaksi
browning (pencoklatan) yang terjadi antara gugus aldehid pada asam stearat
dengan gugus amin pada TEA saat cycling test pada suhu 40°C (Suryani dkk.,
2017; Alfaridz dan Ida, 2020).
2. Hasil uji homogenitas
Sediaan yang homogen yang ditandai dengan distribusi zat aktif yang
merata dalam basis. Sediaan uji harus menunjukan susunan yang homogen dan
tidak terlihat adanya bintik-bintik (Zamzam dan Iin, 2018; Rakhmawati dkk.,
2019). Hasil dari pengujian homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel. 4.6. Hasil Uji Homogenitas Cycling Test
Pengamatan
Sebelum Cycling Test Sesudah Cycling Test
Organoleptik
Homogenitas Homogen Homogen
Homogenitas Homogen Homogen
Homogenitas Homogen Homogen

44
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil sediaan lotion yang homogen
sebelum dan setelah cycling test yang diduga dipengaruhi oleh lama penggerusan
dan kecepatan penggerusan. Menurut (Baskara dkk., 2020) lama penggerusan
berpengaruh terhadap homogenitas sediaan. Lama penggerusan dapat memperluas
bidang kontak dengan meningkatnya kecepatan penggerusan sehingga
meningkatkan homogenitas dari suatu campuran. Penggerusan adalah suatu proses
yang menunjukkan gerakan yang terinduksi pada suatu bahan atau campuran
dimana proses agitasi akan membentuk pola sirkulasi yang akan mempengaruhi
proses homogenisasi.
3. Hasil uji pH
Uji pH dilakukan dengan pH meter. Pengukuran pH dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah sediaan lotion yang diformulasikan telah sesuai
dengan pH pada kulit rambut maupun lotion. Hasil uji pH dapat dilihat pada
Tabel 4.7.
Tabel. 4.7. Hasil Uji pH Cycling Test
Pengamatan
Sebelum Cycling Test Sesudah Cycling Test
Organoleptik
pH 6,16 6,49
pH 6,18 6,47
pH 6,18 6,48
6,17 ± 0,01 6,48 ± 0,01
Berdasarkan hasil penelitian, nilai pH yang dihasilkan dari sediaan lotion
etosom fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu mengalami peningkatan setelah
cycling test. Menurut (Cahyaningsih dkk., 2019) nilai pH mempunyai
kecenderungan semakin naik karena terjadinya proses hidrolisis akibat adanya
peningkatan suhu. Semakin tinggi suhu maka semakin cepat proses hidrolisis,
karena suhu mempercepat reaksi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pH
lotion sebelum dan setelah cycling test masih masuk dalam range pH sediaan
lotion yaitu 4,5-6,5. Jika Jika pH lotion terlalu basa maka menyebabkan kulit
kepala menjadi kering sedangkan jika pH terlalu asam maka menyebabkan iritasi
pada kulit kepala. Dengan demikian dapat dinyatakan sediaan memenuhi
persyaratan sediaan topikal karena masih masuk dalam rentang pH sediaan.

45
4. Hasil uji viskositas
Viskositas merupakan gambaran dari tahanan suatu benda cair untuk
mengalir. Sifat ini sangat penting dalam formulasi sediaan cair dan semipadat
karena sifat ini menentukan sifat dari sediaan dalam hal campuran dan sifat
alirnya, baik pada saat diproduksi, dimasukkan ke dalam kemasan, serta sifat-sifat
penting pada saat pemakaian, seperti konsistensi, daya sebar, dan kelembaban
(Suryani dkk., 2015). Hasil uji viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel. 4.8. Hasil Uji Viskositas Cycling Test
Pengamatan
Sebelum Cycling Test Sesudah Cycling Test
Organoleptik
Viskositas 5 dPas 7,5 dPas
Viskositas 5 dPas 7 dPas
Viskositas 5 dPas 7,5 dPas
5±0 7,3 ± 0,2
Hasil pengujian menunjukkan bahwa viskositas lotion mengalami
peningkatan akibat perubahan suhu dari nilai 5 dPas menjadi 7,5 dPas. al ini
sesuai dengan teori bahwa viskositas akan semakin meningkat seiring dengan
lamanya penyimpanan yang dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan
penyimpanan seperti cahaya dan kelembaban udara akibatnya ukuran partikel
emulsi semakin mengecil, sehingga partikel sulit bergerak dan menyebabkan
semakin mengentalnya suatu sediaan sehingga viskositas emulsi semakin
meningkat (Malik dkk., 2020). Adapun rentang nilai viskositas untuk sediaan
lotion yaitu 3-12 dPas. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa formula
sediaan lotion masih masuk dalam rentang untuk sediaan lotion yang baik dan
memenuhi syarat stabilitas sediaan topikal.
5. Hasil uji daya sebar
Daya sebar merupakan kemampuan basis dan zat aktif menyebar ke
pemukaan kulit untuk memberikan efek terapi. Uji daya sebar dilakukan untuk
mengetahui luas penyebaran lotion saat diaplikasikan pada kulit. Rentang daya
sebar sediaan topikal yaitu 5-7 cm (Rakhmawati dkk., 2019). Hasil pengujian
daya sebar sediaan lotion etosom fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu (Ipomoea
batatas L) dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel. 4.9. Hasil Uji Daya Sebar Cycling Test

46
Pengamatan
Sebelum Cycling Test Sesudah Cycling Test
Organoleptik
Daya Sebar 6,1 cm 5,6 cm
Daya Sebar 6,5 cm 5,5 cm
Daya Sebar 6,3 cm 5,5 cm
6,3 ± 0,2 5,53 ± 0,06
Sediaan yang baik adalah sediaan yang mudah menyebar pada kulit, tanpa
menggunakan tekanan yang besar. Kenaikan dan penurunan daya sebar sangat
dipengaruhi oleh konsistensi lotion tersebut, dimana hal ini berhubungan dengan
nilai viskositas sediaan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa daya sebar
menurun setelah cycling test. Hal tesrsebut terjadi karena kandungan air pada
sediaan semakin sedikit sehingga lotion semakin kental. Seiring dengan
menurunnya daya sebar sediaan maka semakin meningkat viskositasnya sehingga
butuh beberapa waktu dalam menyebar ketika diaplikasikan pada kulit (Ulandari
& Sugihartini, 2020) Hasil pengujian daya sebar pada sediaan sebelum dan
sesudah cycling test masih memenuhi syarat sediaan topikal yaitu 5-7 cm.
6. Hasil uji tipe lotion
Emulsi dalam bentuk lotion lebih diterima karena bentuknya yang lebih
elegan dibandingkan dengan yang berbentuk suspensi. Lotion dengan basis emulsi
M/A memiliki keuntungan penampilan yang menarik, serta konsistensi yang
menyenangkan sehingga memudahkan dalam pemakaian. Setelah digunakan, fase
eksternal akan menguap dan terjadi peningkatan konsentrasi zat aktif larut air
sehingga memungkinkan penyerapan zat aktif ke dalam kulit serta tidak banyak
meninggalkan residu minyak ketika diaplikasikan (Suryani dkk., 2015). Hasil
pengujian daya sebar sediaan lotion etosom fraksi etil asetat daun ubi jalar ungu
(Ipomoeabatatas L.) dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel. 4.10. Hasil Uji Tipe Lotion Cycling Test
Pengamatan
Sebelum Cycling Test Sesudah Cycling Test
Organoleptik
Tipe lotion M/A M/A
Tipe lotion M/A M/A
Tipe lotion M/A M/A
Hasil pengamatan dari formula optimum lotion etosom fraksi etil asetat
daun ubi jalar ungu sebelum cycling test menunjukkan hasil bahwa formula
tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu tipe lotion minyak dalam air

47
(M/A). Lotion dengan tipe minyak dalam air (M/A) artinya fase minyak
terdispersi kedalam air, sehingga fase luar berupa fase air sehingga dapat
bercampur dengan pewarna metilen blue (Swastika dkk., 2013) Lotion setelah
penyimpanan dipercepat (cycling test) menunjukkan hasil yang sama yaitu dapat
bercampur dengan pewarna metilen blue sehingga krim tidak mengalami inversi
dan krim masih dalam kadaan stabil.

48
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Formula yang optimal dan memiliki sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik
berdasarkan design expert® untuk sediaan lotion etosom fraksi etil asetat daun ubi
jalar ungu (Ipomoea batatas L.) yaitu dengan komponen bahan asam stearat
(15%), TEA (2%), dan setil alkohol (5%).

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini, yaitu perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh etosom fraksi etil asetat ekstrak
etanol daun ubi jalar ungu terhadap peningkatan pertumbuhan rambut dengan
menggunakan hewan coba.

49
DAFTAR PUSTAKA

Abdulbaqi, I. M., Darwis, Y., Khan, N. A. K., Assi, R. A., & Khan, A. A. (2016).
Ethosomal Nanocarriers: The Impact Of Constituents And Formulation
Techniques On Ethosomal Properties, In Vivo Studies, And Clinical Trials.
International Journal Of Nanomedicine, 11, 2279–2304.
Https://Doi.Org/10.2147/Ijn.S105016
Akib, N. I., Suryani, Halimahtussaddiyah, R., & Niken, P. (2014). Preparasi
Fenilbutazon Dalam Pembawa Vesikular Etosom Dengan Berbagai Variasi
Konsentrasi Kosfatidilkolin Dan Etanol. Medula, 2(1), 112–118.
Http://Ojs.Uho.Ac.Id/Index.Php/Medula/Article/View/243
Albaihaqi, A., & Resmi, M. (2020). Review: Tanaman Herbal Berkhasiat Sebagai
Obat Antialopecia. Farmaka, 18(1), 1–15.
Alfaridz, F., & Ida, M. (2020). Interaksi Antara Zat Aktif Dan Eksipien Dalam
Sediaan Farmasi. Majalah Farmasetika, 5(1), 23–31.
Https://Doi.Org/10.24198/Mfarmasetika.V5i1.25755
Amri, K., Itzar, C. I., Andi, R. P., Triani, H. H., & Rina, M. (2018). Pengaruh
Kombinasi Ekstrak Buah Alpukat (Persea Americana Mill), Biji Pepaya
(Carica Papaya L.), Dan Daun Seledri (Apium Graveolens L.) Terhadap
Rambut Dan Kulit Tikus (Rattus Novergicus). Hasanuddin Student Journal,
2(1), 180–188.
Andriani, R., Irmayani, J., Vica, A., & Adryan, F. (2021). Review Jurnal:
Pemanfaatan Etosom Sebagai Bentuk Sediaan Patch. Farmasains, 8(1), 45–
57. Https://Doi.Org/10.22236/Farmasains.V8i1.5386
Azmi, H. D., Windah, A. S., & Yohanes, J. (2021). Optimasi Formula Sediaan
Lotion Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Dengan Variasi
Konsentrasi Setil Alkohol Dan Gliserin. Acta Pharm Indo, 9(1), 11–20.
Https://Doi.Org/10.20884/1.Api.2021.9.1.3408
Azzahra, L., & Ida, M. (2018). Etosom Sebagai Penghantar Obat Herbal
Hidrofilik. Majalah Farmasetika, 3(4), 85–93.
Https://Doi.Org/10.24198/Farmasetika.V3i4.23483
Baskara, I. B. B., Lutfi, S., & Luh, P. W. (2020). Pengaruh Suhu Pencampuran
Dan Lama Penggerusan Terhadap Karakteristik Sediaan Krim. Jurnal
Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri, 8(2), 200–209.
Https://Doi.Org/10.24843/Jrma.2020.V08.I02.P05
Bayer, M., Manfred, G., Werner, V., Gerrit, S., & Thomas, W. (2019). The Effect
Of A Food Supplement And A Hair Lotion On The Progression Of
Androgenetic Alopecia. Journal Of Cosmetics, Dermatological Sciences And
Applications, 09(04), 292–304. Https://Doi.Org/10.4236/Jcdsa.2019.94026

50
Bonita, N., Fitrianti, D., & Sani, E. P. (2013). Kajian Pustaka Sistem
Penghantaran Etosom Untuk Senyawa Bahan Alam Yang Berkhasiat
Antioksidan. Prosiding Farmasi, 320–325.
Bragagni, M., Natascia, M., Francesca, M., Marzia, C., & Paola, M. (2012).
Comparative Study Of Liposomes, Transfersomes And Ethosomes As
Carriers For Improving Topical Delivery Of Celecoxib. Drug Delivery,
19(7), 354–361. Https://Doi.Org/10.3109/10717544.2012.724472
Cahyaningsih, D., Nina, A., & Rizki, A. (2019). Pengujian Parameter Fisik Sabun
Mandi Cair Dari Surfaktan Sodium Laureth Sulfate (Sles). Jurnal Sains
Natural, 6(1), 10–15. Https://Doi.Org/10.31938/Jsn.V6i1.250
Depkes RI, 1985, Formularium Kosmetika Indonesia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
Dewi, S. (2022). Studi Pembuatan Etosom Dari Fraksi Etil Asetat Daun Ubi Jalar
(Ipomoea Batatas L.) Dengan Variasi Etanol Dan Phospholipid
Menggunakan Design Expert. Skripsi.
Entyna, A. (2009). Optimasi Proses Pencampuran Lotion Virgin Coconut Oil
Dengan Kajian Penelitian Kecepatan Putar Mixer Dan Suhu Pencampuran
Menggunakan Metode Desain Faktorial. In Skripsi.
Fatimatuzahro, D., Dian, A. T., & Saifullah, H. (2019). Pemanfaatan Ekstrak
Kulit Ubi Jalar Ungu (Ipomea Batatas L.) Sebagai Bahan Pewarna Alternatif
Untuk Pengamatan Mikroskopis Paramecium Sp. Dalam Pembelajaran
Biologi. Al-Hayat: Journal Of Biology And Applied Biology, 2(1), 106–112.
Https://Doi.Org/10.21580/Ah.V2i1.4641
Fongnzossie, E. F., Tize, Z., Fogang Nde, P. J., Nyangono Biyegue, C. F., Bouelet
Ntsama, I. S., Dibong, S. D., & Nkongmeneck, B. A. (2017). Ethnobotany
And Pharmacognostic Perspective Of Plant Species Used As Traditional
Cosmetics And Cosmeceuticals Among The Gbaya Ethnic Group In Eastern
Cameroon. South African Journal Of Botany, 112, 29–39.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Sajb.2017.05.013
Gozaly, T., Nana, S. A., & Miftahul, A. A. (2018). Optimasi Formulasi Nori
Brokoli Dengan Menggunakan Program Design Expert Metoda Mixture D-
Optimal. Pasundan Food Technology Journal, 5(1), 37–47.
Https://Doi.Org/10.23969/Pftj.V5i1.808
Graham R., Tony B., 2015, Dermatolog, Penerbit Erlangga: Jakarta.
Handayani, P. A., & Heti, N. (2015). Ekstraksi Minyak Atsiri Daun Zodia (Evodia
Suaveolens) Dengan Metode Maserasi Dan Distilasi Air. Jurnal Bahan Alam

51
Terbarukan, 4(1), 1–7. Https://Doi.Org/10.15294/Jbat.V3i1.3095
Hanifah, F. R., Diah, P., & Muhammad, S. A. (2021). Aktivitas Gel Fraksi Etil
Asetat Dari Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Untuk Pengobatan Luka Bakar.
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 8(2), 143.
Https://Doi.Org/10.20473/Jfiki.V8i22021.143-149
Harris, B. (2021). Kerontokan Dan Keboakan Pada Rambut. Ibnu Sina: Jurnal
Kedokeran Dan Kesehatan, 20(2), 159–168.
Hidayat, I. R., Ade, Z., & Iyan, S. (2021). Design-Expert Software Sebagai Alat
Optimasi Formulasi Sediaan Farmasi. Majalah Farmasetika, 6(1), 99–120.
Https://Doi.Org/10.24198/Mfarmasetika.V6i1.27842
Hiemenz PC., Rejogopolan, 1997, Principles of Colloid and Surface Science 3rd
Ed, Dekker: New York.
Iis IR., Euis RY., Dewi RH., Kautsar BF., Nurul SM., Bima DC., 2021, Sayuran
dan Buah Berwarna Ungu Untuk Meredam Radikal Bebas, Deepublish:
Yogyakarta.
Irmayanti, M., Rosalinda, S., & Widyasanti, A. (2021). Formulasi Handbody
Lotion (Setil Alkohol Dan Karagenan) Dengan Penambahan Ekstrak
Kelopak Rosela. Jurnal Teknotan, 15(1), 47–52.
Https://Doi.Org/10.24198/Jt.Vol15n1.8
Iskandar, B., Santa, E. B. S., & Leny. (2021). Formulasi Dan Evaluasi Lotion
Ekstrak Alpukat (Persea Americana) Sebagai Pelembab Kulit. Journal Of
Islamic Pharmacy, 6(1), 14–21. Https://Doi.Org/10.18860/Jip.V6i1.11822
Juanda D., Cahyono B., 2000, Ubi Jalar, Budi Daya dan Analisis Usaha Tani,
Kanisius: Yogyakarta.
Kenta, Y. S., Joni, T., Beni, L. T., & Dermiati, T. (2018). Uji Ekstrak Daun Ubi
Jalar Ungu (Ipomoea Batatas) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Tikus
Putih. Farmakologi Farmasi Jurnal, Xv(1), 35–45.
Krisnawati, M. (2020). Uji Aktivitas Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun Pare
(Momordica Charantia L.) Terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci Galur
Lokal. Jurnal Ilmiah Farmacy, 7(2), 175–184.
Http://Repositorio.Unan.Edu.Ni/2986/1/5624.Pdf
Kurniasih, S., & Dina, D. S. (2019). Phytochemical Screening And Gass
Cromatography – Mass Spectrometer (Gc-Ms) Analysis Ethanol Extract Of
Purple Sweet Potato (Ipomoea Batatas L.). Journal Of Science Innovare,
2(2), 28–30. Https://Doi.Org/10.33751/Jsi.V2i2.1527
Latifah F., Retno I., 2013, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.

52
Luliana, S., Rise, D., & Sehro, S. (2019). Lotion Formulation Of Ethanolic
Extract Of Meniran (Phyllanthus Niruri L.) As Hair Growth Promoter In
Male White Rats (Rattus Norvegicus) Of Wistar Strain. Pharmaceutical
Sciences And Research, 6(1), 52–61. Https://Doi.Org/10.7454/Psr.V6i1.4266
Ma, H. L., Liang-Zhen, X., Jing-Shu, G., Jing, C., Ying-Ying, D., Ernest, H. Y.
N., Jian-Ping, L., & Xiao-Ke, W. (2018). Acupuncture And Clomiphene For
Chinese Women With Polycystic Ovary Syndrome (Pcosact): Statistical
Analysis Approach With The Revision And Explanation. Trials, 19(1), 1–10.
Https://Doi.Org/10.1186/S13063-018-2942-7
Malik, F., Suryani, Sunandar, I., Elvianti, M., & Rini, H. (2020). Formulasi
Sediaan Krim Body Scrub Dari Ekstrak Etanol Daun Singkong (Manihot
Esculenta) Sebagai Antioksidan. Journal Of Vocational Health Studies, 04,
21–28. Https://Doi.Org/10.20473/Jvhs.V4i1.2020.21-28
Maravirnadita, A. H. (2019). Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi N-Heksan, Etil
Asetat, Dan Air Dari Buah Belimbing Manis (Averrhoa Carambola) Dengan
Metode Dpph. Skripsi.
Mardikasari, S. A., Nur, Iiiyyin A., Suryani, Muhammad, H. S., & La Ode, M. J.
(2020). Formulasi Dan Uji Stabilitas Krim Asam Kojat Dalam Pembawa
Vesikel Etosom. Majalah Farmasi Dan Farmakologi, 24(2), 49–53.
Https://Doi.Org/10.20956/Mff.V24i2.10390
Megantara, I. N. A. P., Megayanti, K., Wirayanti, R., Esa, I. B. D., Wijayanti, N.
P. A. D., & Yustiantara, P. S. (2017). Formulasi Lotion Ekstrak Buah
Raspberry (Rubus Rosifolius) Dengan Variasi Konsentrasi Trietanolamin
Sebagai Emulgator Serta Uji Hedonik Terhadap Lotion. Jurnal Farmasi
Udayana, 6(1), 1–5.
Mota, A. H., Silva, C. O., Nicolai, M., Baby, A., Palma, L., Rijo, P., Ascensão, L.,
& Reis, C. P. (2018). Design And Evaluation Of Novel Topical Formulation
With Olive Oil As Natural Functional Active. Pharmaceutical Development
And Technology, 23(8), 794–805.
Https://Doi.Org/10.1080/10837450.2017.1340951
Murrukmihadi, M., Rizki, A., & Tri, U. H. (2012). Pengaruh Penambahan
Carbomer 934 Dan Setil Alkohol Sebagai Emulgator Dalam Sediaan Krim
Ekstrak Etanolik Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa-Sinenis L.)
Terhadap Sifat Fisik Dan Aktivitas Antibakteri Pada Staphylococcus Aureus.
Majalah Farmaseutik, 8(2), 152–157.
Https://Jurnal.Ugm.Ac.Id/Majalahfarmaseutik/Article/Download/24069/1574
9
Muttaqin, B. I. A. (2019). Telaah Kajian Dan Literature Review Design Of
Experiment (Doe). Journal Of Advances In Information And Industrial
Technology, 1(1), 33–40. Https://Doi.Org/10.52435/Jaiit.V1i1.10

53
Nurjanah, & Maria, K. (2014). Pengaruh Hair Tonic Lidah Mertua (Sanseviera
Trifasciata Prain) Dan Seledri (Apium Graveolens Linn) Untuk Mengurangi
Rambut Rontok. Journal Of Beauty And Beauty Health Education, 3(1), 1–7.
Prasanthi, D., & Lakshmi, P. K. (2012). Development Of Ethosomes With
Taguchi Robust Design-Based Studies For Transdermal Delivery Of
Alfuzosin Hydrochloride. International Current Pharmaceutical Journal,
1(11), 370–375. Https://Doi.Org/10.3329/Icpj.V1i11.12063
Pratiwi, L., Achmad, F., Ronny, M., & Suwidjiyo, P. (2016). Ethanol Extract,
Ethyl Acetate Extract, Ethyl Acetate Fraction, And N-Heksan Fraction
Mangosteen Peels (Garcinia Mangostana L.) As Source Of Bioactive
Substance Free-Radical Scavengers. Jpscr : Journal Of Pharmaceutical
Science And Clinical Research, 01(2), 71–82.
Https://Doi.Org/10.20961/Jpscr.V1i2.1936
Purwanto, S. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Ekstrak Daun
Senggani (Melastoma Malabathricum L) Terhadap Escherichia Coli. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, 2(2), 84–92.
Puspitasari, A. D., & Lean, S. P. (2017). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi
Dan Sokletasi Terhadap Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol Daun Kersen
(Muntingia Calabura). Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta, 1(2), 1–8.
Puspitasary, K., & Meliana, N. (2021). Pengaruh Perbandingan Triaethanolamin
Dan Asam Stearat Terhadap Sifat Fisik Krim Ekstrak Lidah Buaya (Aloe
Vera L.). Avicenna : Journal Of Health Research, 4(1), 90–98.
Putra, A. A. B., Bogoriani, N. W., Diantariani, N. P., & Sumadewi, N. L. U.
(2014). Ekstraksi Zat Warna Alam Dari Bonggol Tanaman Pisang (Musa
Paradiasciaca L.) Dengan Metode Maserasi, Refluks, Dan Sokletasi A.
Jurnal Kimia, 8(1), 113–119. Https://Doi.Org/10.3320/1.2928419
Rahmi, I. A., Abdul, M., & Mahdi, J. (2021). Formulation And Evaluation Of
Ethosome Lotion From Nothopanax Scutellarium Leaf Extract For Hair
Growth. International Journal Of Applied Pharmaceutics, 13(6), 178–185.
Https://Doi.Org/10.22159/Ijap.2021v13i6.42169
Rakhmawati, R., Anif, N. A., & Nur, A. (2019). Pengaruh Variasi Konsentrasi
Tamanu Oil Terhadap Uji Stabilitas Fisik Sediaan Body Lotion. Annual
Pharmacy Conference, 4(1), 53–65.
Ramadenti, F., Agus, S., & Dewi, H. (2017). Uji Fraksi Etil Asetat Daun
Peronema Canescens Terhadap Plasmodium Berghei Pada Mus Musculus.
Alotrop Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 1(2), 89–92.
Ramadon, D., & Abdul, M. (2016). Pemanfaatan Nanoteknologi Dalam Sistem
Penghantaran Obat Baru Untuk Produk Bahan Alam. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 14(2), 118–127.

54
Rambwawasvika, H., Dzomba, P., & Gwatidzo, L. (2019). Hair Growth
Promoting Effect Of Dicerocaryum Senecioides Phytochemicals.
International Journal Of Medicinal Chemistry, 1–10.
Https://Doi.Org/10.1155/2019/7105834
Riwanti, P., Farizah, I., & Amaliyah. (2020). Pengaruh Perbedaan Konsentrasi
Etanol Pada Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol 50,70 Dan 96%
Sargassum Polycystum Dari Madura. Journal Of Pharmaceutical-Care
Anwar Medika, 2(2), 82–95. Https://Doi.Org/10.36932/Jpcam.V2i2.1
Rowe RC., Sheskey PS., Quinn ME., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association: UK.
Sari, D. K., & Adityo, W. (2016). Perawatan Herbal Pada Rambut Rontok Herbal
Treatment For Hair Loss. Majority, 5(5), 129–134.
Saryanti, D., Iwan, S., & Romadona, A. S. (2019). Optimasi Formula Sediaan
Krim M/A Dari Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Acuminata L.). Jurnal
Riset Kefarmasian Indonesia, 1(3), 225–237.
Sayuti, M. (2017). Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi, Bagian Dan Jenis
Pelarut Terhadap Rendemen Dan Aktifitas Antioksidan Bambu Laut (Isis
Hippuris). Technology Science And Engineering Journal, 1(3), 166–174.
Sembiring, B. B., Nurliani, B., Molide, R., & Andriana, K. (2020). Perbedaan
Konsentrasi Dan Lama Maserasi Terhadap Aktivitas Antioksidan. Jurnal
Jamu Indonesia, 5(1), 22–32.
Setiawati, A., Victoria, Y. F., & Muhammad, A. M. (2017). Aktivitas
Antiinflamasi Ekstrak Daun Ubi Jalar (Ipomoea Batatas Poir.) Terhadap
Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Jurnal Sains Dan Kesehatan, 1(6), 316–
320. Https://Doi.Org/10.25026/Jsk.V1i6.68
Sinaga, R., Sunny, W., & Marie, K. (2013). Peran Melanosit Pada Proses Uban.
Jurnal Biomedik (Jbm), 4(3), 4–12.
Https://Doi.Org/10.35790/Jbm.4.3.2012.1201
Slamet, S., & Waznah, U. (2019). Optimasi Formulasi Sediaan Handbody Lotion
Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis Linn). Pena Medika Jurnal
Kesehatan, 33(1), 53–57. Https://Doi.Org/10.31941/Pmjk.V10i1.762
Sogandi, G., Wan, S. T. D., & Raudatul, J. (2019). Potential Of Antibacterial
Compounds From Sweet Root Extract (Glycyrrhiza Glabra L) On Bacillus
Cereus. Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi, 22(4), 105–111.
Https://Doi.Org/10.14710/Jksa.22.4.105-111
Sujatha, S., Sowmya, G., Chaitanya, M., Reddy, V. S. K., Monica, M., & Kumar,
K. K. (2016). Preparation, Characterization And Evaluation Of Finasteride

55
Ethosomes. International Journal Of Drug Delivery, 8(1), 01–11.
Https://Doi.Org/10.5138/Ijdd.V8i1.1813
Sukandar, T. K., Mery, S., & Andarini, D. (2021). Fraksi Aktif Rumput Laut
Coklat Sargassum Cinereum. Berkala Perikanan Terubuk, 49(3), 1363–1369.
Sukeksi, L., Patima, V. H., & Masniar, S. (2017). Maserasi Alkali Dari Batang
Pisang (Musa Paradisiaca) Menggunakan Pelarut Aquadest. Jurnal Teknik
Kimia Usu, 6(4), 22–28. Https://Doi.Org/10.32734/Jtk.V6i4.1594
Sukmawati, A., Laeha, M. N., & Suprapto. (2017). Efek Gliserin Sebagai
Humectan Terhadap Sifat Fisik Dan Stabilitas Vitamin C Dalam Sabun
Padat. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 14(2), 40–47.
Https://Doi.Org/10.23917/Pharmacon.V14i2.5937
Sulistianingsih, Ravika, R., & Herlando, S. (2019). Formulasi Krim Ekstrak
Etanol Betatas Ungu (Ipomoea Batatas L.). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(2),
276–284.
Sunarti, 2008, Serat Pangan dalam Penanganan Sindrom Metabolik, Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta.
Suryani, Andi, E. P. P., & Putri, A. (2017). Formulasi Dan Uji Stabilitas Sediaan
Gel Ekstrak Terpurifikasi Daun Paliasa (Kleinhovia Hospita L.) Yang
Berefek Antioksidan. Jurnal Ilmiah Farmasi, 6(3), 157–169.
Suryani, Rini, H., & Nurlena, I. (2015). Uji Stabilitas Formula Sediaan Losio Dari
Ekstrak Metanol Daun Mangkokan (Northopanax Scutellarium Merr .).
Seminar Nasional Swasembada Pangan, 1–9.
Https://Doi.Org/10.13140/Rg.2.1.4722.8888
Susanto, A., Hardani, & Sri, R. (2019). Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L). Arteri : Jurnal Ilmu Kesehatan,
1(1), 1–7. Https://Doi.Org/10.37148/Arteri.V1i1.1
Susanty, & Fairus, B. (2016). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan
Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea Mays
L.). Konversi, 5(2), 87–93.
Swastika, A., Mufrod, & Purwanto. (2013). Antioxidant Activity Of Cream
Dosage Form Of Tomato Extract (Solanum Lycopersicum L.). Traditional
Medicine Journal, 18(3), 132–140.
Tambun, R., Harry, P. L., Christika, P., & Ester, M. (2016). Pengaruh Ukuran
Partikel, Waktu Dan Suhu Pada Ekstraksi Fenol Dari Lengkuas Merah.
Jurnal Teknik Kimia Usu, 5(4), 53–56.
Ulandari, A. S., & Sugihartini, N. (2020). Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Lotion
Dengan Variaso Konsentrasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera L.)

56
Sebagai Tabir Surya. Jurnal Farmasi Udayana, 9(1), 45–51.
Https://Doi.Org/10.24843/Jfu.2020.V09.I01.P07
Unyala HM., Cetyl Alcohol, in: Rowe RC., Sheskey PJ., Quinn ME., 2009,
Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th Edition, Washington: American
Pharmacists Association, 155-156.
Wahyuni, Muh. Hajrul, M., Adryan, F., Muhammad, I. Y., & Sahidin. (2017).
Potensi Imunomodulator Ekstrak Etanol Buah Kecombrang(Etlingera Elatior
(Jack) R.M.Smith) Terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag Mencit Jantan
Galur Balb/C. Pharmacon, 6(3), 350–355.
Wahyuningtyas, F. K. (2010). Aplikasi Desain Faktorial 23 Dalam Optimasi
Formula Gel Sunscreen Ekstrak Kental Apel Merah (Pyrus Malus L.) Basis
Sodium Carboxymethylcellulose Dengan Humektan Gliserol Dan
Propilenglikol. Skripsi.
Wala, M. E., Edy, S., & Defny, S. W. (2015). Aktivitas Antioksidan Dan Tabir
Surya Fraksi Dari Ekstrak Lamun (Syringodium Isoetifolium). Pharmacon,
4(4), 282–289. Https://Doi.Org/10.35799/Pha.4.2015.10218
Widyastuti, L., Dwi, N., & Siti, A. (2019). Pengaruh Pemberian Sediaan
Creambath Ekstrak Daun Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa-Sinensis) Pada
Pertumbuhan Rambut Kelinci (New Zealand). Journal Of Pharmacy, 8(1),
15–21. Https://Doi.Org/10.37013/Jf.V1i8.75
Wijaya, H., Novitasari, & Siti, J. (2018). Perbandingan Metode Ekstraksi
Terhadap Rendemen Ekstrak Daun Rambui Laut (Sonneratia Caseolaris L.
Engl). Jurnal Ilmiah Manuntung, 4(1), 79–83.
Zahara, Y., Ratna, D., & Endang, S. (2016). Efektifitas Penggunaan White
Petroleum Jelly Untuk Perawatan Luka Tekan Stage 1 Di Ruang Di Rawat
Inap Siloam Hospitals Lippo Village. Indonesian Journal Of Nursing Health
Science, 1(1), 15–32.
Https://Ijsn.Esaunggul.Ac.Id/Index.Php/Ijnhs/Article/View/3
Zala, S. P., Kena, P. P., Khyati, S. P., Jayshri, P. P., & Dhrubo, J. Sen. (2012).
Laboratory Techniques Of Purification And Isolation. International Journal
Of Drug Development And Research, 4(2), 41–55.
Zam Zam, A. N., Latifah, R., Sartini, S., Subehan, L., & Asnah, M. (2019).
Preparasi Etosom Ekstrak Etanol Biji Kopi (Coffea Arabica L.)
Menggunakan Variasi Konsentrasi Soya Lesitin Dan Etanol. Majalah
Farmasi Dan Farmakologi, 23(1), 1–4.
Https://Doi.Org/10.20956/Mff.V23i1.6457
Zamzam, M. Y., & Iin, I. (2018). Formulasi Dan Uji Stabilitas Lotion Ekstrak
Formulation And Stability Test Lotion Of 1 % And 1 , 5 %. Medimuh :
Jurnal Kesehatan Muhammadiyah, 1(1), 95–108.

57
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Laboratorium Penelitian Farmasi

58
Lampiran 2. Determinasi Tanaman

59
Lampiran 3. Diagram Alur Penelitian

 Dikumpulkan Preparasi Daun Ubii Jalar  Dimasukkan sampel daun ubi


 Sortasi basah Ungu (Ipomoea batatas L.) jalar ungu yang telah
 Dicuci dipreprasi dalam toples kaca
 Dilakukan perajangan bening
 Dikeringkan Ekstraksi dengan etanol  Ditambahkan etanol 96%
 Sortasi kering 96 %  Dimaserasi selama 3x24 jam
 Pengubahan bentuk  Diaduk
simplisia menjadi lebih  Disaring
kecil Ekstrak kental etanol  Dievaporasi
96% daun ubi jalar ungu  Dimasukkan dalam waterbath

Fraksinasi ekstrak etanol  Fraksinasi menggunakan n-


96% daun ubi jalar ungu heksan : etil asetat (1:1)
 Dievaporasi kembali dengan
Rotary Evaporator
Fraksi etil asetat daun
ubi jalar ungu

Pembuatan etosom daun


ubi jalar ungu

Etosom dipreparasi dengan Optimasi Sediaan Lotion


metode dingin Etosom daun Ubi Jalar
Ungu
Evaluasi sediaan Lotion
etosom penumbuh rambut
Formula Optimum Sediaan
Lotion Etosom Penumbuh
Evaluasi sediaan lotion Rambut
diantaranya uji organoleptis,
uji homogenitas, uji pH, uji
viskositas, uji daya sebar, uji Analisis Data Simpulan
tipe lotion.

60
Lampiran 4. Pembuatan Ekstrak dan Fraksi Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)
1. Digram alir pembuatan ekstrak daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.)
Daun ubi jalar ungu (Ipomoea
batatas L.)
 Dikumpulkan
 Disortasi basah
 Dicuci
 Dilakukan perajangan
 Dikeringkan
 Disortasi kering
 Dilakukan pengubahan bantuk simplisia menjadi lebih baik

Serbuk simplisia daun ubi jalar


j j ungu (Ipomoea batatas L.)

 Dimaserasi dengan pelarut etanil 96%


 Dievaporasi menggunakan rotary evaporator
 Dikentalkan dengan waterbath

Ekstrak kental daun ubi jalar


ungu (Ipomoea batats L.)

61
2. Fraksinasi Etil Asetat Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)

Ekstrak daun ubi jalar ungu


(Ipomoea batatas L.)

 Diambil 10 g ekstrak
 Dimasukkan ke dalam lumpang alu yang sudah dibersihkan dengan
etanol
 Dituangkan 100 ml n-heksan sedikit demi sedikit kemudian digerus
sampai berubah warna
 Dimasukkan ke dalam wadah
 Dilakukan secara berulang hingga ekstrak tidak berwarna lagi ketika
ditambahkan n-heksan (n-heksan tetap berwarna bening)

bhjh
Fraksi n-heksan

 Didiamkan selama 30 menit di dalam waterbath


 Difraksinasi kembali menggunakan pelarut etil asetat
 Dituangkan 100 ml etil asetat sedikit demi sedikit kemudian digerus
sampai berubah warna
 Dimasukkan ke dalam wadah
 Dilakukan secara berulang hingga ekstrak tidak berwarna lagi ketika
ditambahkan n-heksan (n-heksan tetap berwarna bening)
 Dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator

Fraksi etil asetat

62
Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Ekstrak dan Fraksi
a. Ekstrak Etanol
Berat basah = 50,15 kg
Berat simplisia kering = 5,5 kg = 5500 gram
Total ekstrak = 500 gram
Penyelesaian :

RE

RE

RE

b. Fraksi Etil Asetat


Berat ekstrak etanol = 500 gram
Fraksi etil asetat = 57 gram
Penyelesaian :

RE

RE

RE
Sehingga, 9,09 % ekstrak etanol = 11,4% fraksi etil asetat.

63
Lampiran 6. Pembuatan Etosom Fraksi Etil Asetat Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas L.)

Fase organik

 Dicampur fosfolipid (L-soya lecithin), kolestrol dan fraksi etil asetat daun
ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.)
 Dilarutkan menggunakan etanol dalam wadah tertutup
 Diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 700 rpm pada
suhu 30oC
 Ditambahkan propilen glikol yang sudah dipanaskan pada suhu 30oC
 Diaduk secara terus-menerus dengan pengadukan konstan

Suspensi

 Dipanaskan air pada suhu 30oC dalam wadah terpisah (fase air) dengan
fase organik
 Ditambahakn ke dalam campuran fase organik
 Diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 700 rpm selama
5 menit dalam wadah tertutup
 Didinginkan pada suhu ruang
 Disonikasi
 Disimpan dalam lemari pendingin

Suspensi etosom fraksi etil


asetat daun ubi jalar ungu
(Ipomoea batatas L.)

64
Lampiran 7. Formulasi Sediaan Lotion Etosom

hds Formula Lotion


Etosom
 Dilelehkan minyak zaitun, dimetikon, petrolatum, asam stearat, setil
alkohol, propilparaben sebagai fasa minya pada suhu 70°C
 Dicampur dengan BHT kemudian diaduk hingga homogen
 Dilelehkan TEA, metilparaben, gliserin yang dilarutkan dalam air
suling sebagai fasa air pada suhu 70°C
 Dicampur fasa minyak kedalam fase air secara perlahan-lahan lalu
digerus hingga homogen
 Didinginkan hingga suhu mencapai 30°C
 Ditambahkan suspensi etosom ke dalam lotion
 Digerus hingga homogen

Sediaan Lotion
Etosom

65
Lampiran 8. Perhitungan Bahan dan Nilai HLB
1. Perhitungan Bahan
a. Etosom fraksi etil asetat 60% f. Petrolatum 1%

b. Asam stearat 5% dan 15% g. Minyak zaitun 1,5%

h. Metilparaben 0,2%
c. Trietanolamin 2% dan 4%
i. Propilparaben 0,1%

j. BHT 0,02%
d. Setil alkohol 2% dan 5%

k. Dimetikon 3%

e. Gliserin 2%
l. Aquadest ad 100%

2. Perhitungan Nilai HLB


Diketahui :
Asam stearat TEA
HLB Asam stearat HLB TEA
Ditanyakan : HLB Campuran
Penyelesaian :
( =
( =
255 + 40 =
=
= 17,35
Jadi, nilai HLB adalah 17,35 yang termasuk dalam emulsi M/A, dimana diketahui nilai
HLB M/A adalah 8-18.

66
Lampiran 9. Evaluasi Sediaan Lotion
1. Uji Organoleptis

Lotion
 Diamati secara visual sediaan yang meliputi warna, bau, dan
konsistensinya
Hasil Pengamatan

2. Uji Homogenitas
Lotion

 Ditimbang 0,1 gram lotion


 Dialaskan pada kaca arloji secara merata dan tipis
 Diamati dengan melihat apakah terlihat bintik-bintik atau tidak

Hasil Pengamatan

3. Uji pH
Lotion

 Dicelupkan ujung elektroda hingga tercelup semua dalam sediaan


 Dicatat pH sediaan

Hasil Pengamatan

4. Uji Viskositas
Lotion

 Dimasukkan sediaan lotion dalam wadah dan dipasang pada portable


viskotester
 Diamati gerakan jarum penujuk viskositas
 Dicatat viskositas sediaan

Hasil Pengamatan

67
5. Uji Daya Sebar
Lotion
 Ditimbang 1 gram lotion dan diletakkan ditengah cawan petri
 Diatas lotion diletakkan cawan petri lain
 Diberikan pemberat 125 gram dan didiamkan selama 1 menit
 Dicatat hasil yang telah diperoleh
Hasil Pengamatan

6. Uji Tipe Lotion


Lotion

 Ditimbang 1 gram lotion dan disimpan diatas kaca arloji


 Ditetesi dengan larutan metilen blue
 Diaduk hingga merata
 Diamati apakah larutan metilen blue terdispersi secara merata atau tidak

Hasil Pengamatan

68
Lampiran 10. Pembuatan Ekstrak dan Fraksi, Formulasi Etosom dan Lotion serta
Evaluasi Sediaan Lotion
1. Sampel Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L)

Sampel daun ubi jalar Preparasi sampel Pencucian sampel

Perajangan sampel Pengeringan sampel

Sortasi kering Penyerbukan

69
2. Proses Ekstraksi dan Fraksinasi

Maserasi Evaporasi

Ekstrak kental Fraksinasi

Fraksi kental

70
3. Formulasi Etosom

4. Formulasi Sediaan Lotion

5. Evaluasi Sediaan Lotion

Uji Organoleptis Uji Homogenitas Uji pH

Uji Viskositas Uji Daya Sebar Uji Tipe Lotion

71
Lampiran 11. Data Hasil Optimasi Menggunakan Design Expert®
a. Tabel Running 8 Formula

b. Tabel Constraints

c. Tabel Solution

d. Tabel Konfirmasi

72

Anda mungkin juga menyukai