Anda di halaman 1dari 54

UNTAD

GAMBARAN FUNGSI PARU PENAMBANG EMAS


KONVENSIONAL POBOYA SULAWESI TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Kedokteran FK
Universitas Tadulako

VANNIA AMELINDA MENTIRI

N 101 16 030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

DESEMBER 2019
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

Judul : Gambaran Fungsi Paru Penambang Emas


Konvensional Poboya Sulawesi Tengah

Nama : Vannia Amelinda Mentiri

Stambuk : N 101 16 030

Disetujui Tanggal:

DEWAN PENGUJI

Ketua : dr. Mariani Rasjid HS, Sp.P ........................

Penguji : dr. Sarifuddin, Sp.P ........................

PengujI II :dr. Nur Asmar Salikunna, M.Biomed .......................

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran


Universitas Tadulako

Dr. dr. M. Sabir, M.Si


NIP. 197305262008011011

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palu, Desember 2019


Penulis

Vannia Amelinda Mentiri

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa,yang telah memberikan berkat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan Judul “Gambaran Fungsi Paru Penambang
Emas Konvensional Poboya Sulawesi Tengah” dapat diselesaikan oleh penulis
dengan baik.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako. Adapun
penyelesaian tugas akhir ini didasarkan pada literatur dan bahan kuliah, serta
bimbingan dan arahan dari bapak/ibu dosen pembimbing serta pihak-pihak yang
terkait didalamnya.
Penulisan skripsi ini adalah sebuah proses yang cukup panjang dan penuh
rintangan. Tetapi berkat motivasi, doa, semangat, kerja keras, kesabaran dari
orang-orang terdekat rintangan itu bisa dilewati dan skripsi ini bisa diselesaikan.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Mahfudz, MP, selaku Rektor Universitas Tadulako Palu.
2. Dr. dr. M. Sabir, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako.
3. dr. Muh. Ardi Munir, M.Kes., Sp. OT., FICS., M.H, selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.
4. drg. Tri Setyawati, M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.
5. dr. Sarifuddin, Sp. P, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Kedokteran Universitas Tadulako.
6. dr. Vera Diana Towidjojo, M.Sc, selaku Koordinator Program Studi
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.
7. dr. Rosa Dwi Wahyuni, M.Kes., Sp. PK, selaku dosen penasehat akademik.

iv
v

8. dr. Mariani Rasjid HS, Sp.P, selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. dr. Sarifuddin, Sp.P dan dr. Nur Asmar Salikunna, M.Biomed, selaku
dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk
penyempurnaan skripsi ini.
10. Seluruh dosen dan pegawai staf akademik Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako yang telah memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menuntut
ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.
11. Teristimewa kepada ayahanda Ir. Masdian Ragilemba Mentiri, M.Si dan
ibunda Selvy Tokare, S.E., M.Si., yang telah membesarkan, mendidik,
mencurahkan kasih sayang serta senantiasa menyebut nama penulis dalam
doa mereka sehingga nantinya penulis bisa menjadi apa yang mereka cita-
citakan.
12. Teruntuk adik tersayang, Stefan Augustio Mentiri, terima kasih atas
semangat, motivasi dan doa yang diberikan.
13. Kakak-kakak saya, Victor Legarano, Yondi Lono, Adi Mentiri, Janet
Pamella Steffy, Veronica Legarano, Inry Sarwono, Lidia Lono, Debi
Mentiri, David Tokare, Juan Sesario Tokare, Apriyana Mentiri, Indra
Tokare, Meity Paskual, Ryan Marthin Sumbung, Willy Rany, dan Fredy
Lingkua, atas dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis
14. Sahabat seperjuangan saya di “Tukang Makan”, Resky Amalia Ayudis
Sultan, Monyta Tri Setya Tonapa, dan Kadek Grietje Bloemen yang selalu
meluangkan waktu, keringat, serta dukungan untuk bisa melewati perkuliahan
bersama-sama. Terima kasih atas kebersamaan yang telah diciptakan.
15. Sahabat-sahabat saya di “Butets”, Justika S Arafah, Nurul Ismi Tjane,
Indah Yudithia Putri Tandawuya, Titania Nurhaliza Pakamundi,
Adetyandi Tancaro, Inggrid Veronica Gandu, Fifi Aulia Hasan, Maureen
Evelin Maria Maksum, Radha Tsaniya, dan Fastabikhul Khairatih Kardi
yang selalu menyemangati dan memberikan motivasi serta doa yang di
berikan.
16. Sahabat-sahabat saya, Dian Karyosumito, Cicilia Esterlin dan Megatasya
Afriyani Hande, atas semangat dan doa yang diberikan kepada penulis.
vi

17. Saudari-saudari saya di “KTB Girls”, Kak Wilda, Diana Anjelina


Massarang, Monyta Tri Setya Tonapa, Wigia Hanalia Lopo dan Hosiana
Pratiwi Sumangkut, yang selalu menyemangati penulis dalam hal apapun.
18. Saudara-saudari seperjuangan saya di “Anak Tuhan”, Monyta Tri Setya
Tonapa, Meilany Cindy Ntjali, Diana Anjelina Massarang, Sharon
Gabriella Darnel, Wigia Hanalia Lopo, Hosiana Pratiwi Sumangkut,
Griselda Kristin Pogoa, Valerie Rechel Rompas, Ofel Mazmur Kristoper,
Try Putra Agung Sulastra, dan Wiking Zeth, yang selalu menyemangati
penulis dalam hal apapun.
19. Saudara-saudari saya di kelompok “Empi2e”, Munifa Ayu Roviana, Hajar
Anna Trie, Andi Muhammad Fahrul, Zulkifli, Dita Samsita Dewi, Ofel
Mazmur Kristoper, Wisnu Pradhana Merta, Nurul Fitriani, Sintia Bahar
dan Rahmat Hidayat, atas dukungan sehingga dapat melewati perkuliahan
bersama-sama. Terima kasih untuk kebersamaannya selama masa
perkuliahan.
20. Saudara-saudari saya di kelompok “5un Jauh”, Ghina Afni Utami, Nadilla
Noor Haliza, Abdul Munawwir, Isra Novitri, Fikri Akbar, Erina
Thursina, Ni Kadek Budiartin, Fitrah Sallatu, Agung Ricky Renaldy dan
Syahrul Ramadan, atas dukungan sehingga dapat melewati perkuliahan
bersama-sama. Terima kasih untuk kebersamaanya selama perkuliahan..
21. Saudara-saudari saya di “BLM”, Monyta Tri Setya Tonapa, Frilasty
Tampubolon, Jusri Oktaviani Patandung, Ria Mendila, Karina Ilse
Santosa, Varel Bramantio Gagola, Steven Poluan, Yosia Kevin, Jesaya
Saranga, Ocan Chandra, Andre Elia dan Daniel Chandra, yang selalu
menyemangati penulis dalam hal apapun
22. Saudara-saudari saya di Angkatan 2016 (D16ITALIS), terima kasih atas
kebersamaan, doa, semangat dan motivasi, serta canda dan tawa yang dilalui
bersama.
23. Saudara-saudari seperjuangan saya di “Sosialitalife”, Sitti Aisyah Djamal,
Asdwiyenti Miftahuresti Aksi, Sintia Bahar, Ofel Mazmur
KristoperdanWiking Zeth, terima kasih atas kebersamaan yang kita lalui
selama kepengurusan di BEM FK UNTAD.
vii

24. Saudara-saudari KKN Angkatan 88 Posko Potoya Muh.Ayyub, Muh.


Amardani, Maria Mantoku, Nurhaliza Dumran, Muh. Azman, dan Muh.
Fadil, terima kasih atas kebersamaan, dukungan, doa serta bantuan kepada
penulis.
25. Kepada senior-senior Angkatan 2008 (Olfactorius), 2009 (Oste09en), 2010
(Card10), 2011 (Achi11es), 2012 (Arth12on), 2013 (P13xus), 2014 (At14s),
2015 (V15cera), terima kasih karena telah berbagi info tentang hal-hal yang
sudah dilewati.
26. Kepada para junior Angkatan 2017 (Ep17helium), 2018 (F18ra), dan 2019
(L19amen), terima kasih atas semangat yang diberikan.
27. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa disebutkan satu-
persatu namanya, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
penulis. Untuk itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi kita semua.

Palu, Desember 2019

Vannia Amelinda Mentiri


viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................x
DAFTAR TABEL.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................xiii
ABSTRACT......................................................................................................xiv
ABSTRAK........................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...................................................................................3
E. Keaslian Penelitian..................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka.........................................................................................7
1. Tambang Emas..................................................................................7
2. Penyakit Paru Kerja...........................................................................7
3. Spirometri........................................................................................11
4. Kerangka Teori................................................................................12
5. Kerangka Konsep............................................................................13
B. Landasan Teori.......................................................................................13

viii
ix

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian...................................................................................15
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................15
C. Populasi dan Sampel..............................................................................15
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian............................16
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional........................................16
F. Alat dan Bahan......................................................................................17
G. Metode Pengukuran Spirometri.............................................................18
H. Alur Penelitian.......................................................................................19
I. Pengolahan Data....................................................................................19
J. Analisis Data..........................................................................................20
K. Etika Penelitian......................................................................................20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian......................................................................................22
B. Pembahasan...........................................................................................25
C. Keterbatasan Penelitian.........................................................................28

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................29
B. Saran......................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................xii

LAMPIRAN.........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Kerangka Teori...............................................................................13

Gambar 2 : Kerangka Konsep...........................................................................14

Gambar 3 : Kerangka Alur Penelitian...............................................................18

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Karateristik Responden.....................................................23

Tabel 4.2 Distribusi Hasil Spirometri................................................................24

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan

Lampiran 3 : Surat Pernyataan Komite Etik

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 : Surat Izin Peminjaman Alat

Lampiran 6 : Master Data

Lampiran 7 : Dokumentasi

xii
DAFTAR SINGKATAN

APD : Alat Pelindung Diri

CFC : Klorofluorokarbon

CWP : Coal Workers Pneumokoniosis

ERV : Expiratory Residual Volume

FEV1 : Forced Expiratory Volume in One Second

FRC : Functional Capacity

IRV : Inspiratory Residual Volume

IC : Inspiratory Capacity

ILO : International Labour Organisation

MVV : Maximal Voluntary Ventilation

PM2.5 : Particulate matter dengan diameter kurang dari 2.5 mm

PM10 : Particulate matter dengan diameter kurang dari 2.5 mm

RV : Residual Volume

TLC : Total Lung Capacity

TV : Tidal Volume

VC : Vital Capacity

xiii
LUNG FUNCTION PROFILE OF POBOYA CONVENTIONAL GOLD
MINER, CENTRAL SULAWESI

Vannia Amelinda Mentiri*, Mariani Rasyid HS**

*Medical Student of Medical Faculty, Tadulako University

** Tadulako KSM, Tadulako General Hospital, Faculty of Medicine, Tadulako


University

ABSTRACT

Background : One of the health problems caused by the work environment is the
disruption of the lung function of workers and the community around industrial
areas. The effect of dust exposure to the labor can cause disturbances in the
respiratory tract and impaired lung function. One of the factors that cause lung
disease at work is the length of time someone is working for. The longer working
time, the higher the level of risk in the occurrence of pulmonary physiology.
Spirometry is an examination that assess the pulmonary mechanical integrated
function, chest wall and respiratory muscles by measuring the amount of the air
volumes that are exhaled. The objective of this research is to know Lung Function
Profile of Poboya Conventional gold miner, Central Sulawesi.

Methods : This research is a descriptive observational study with cross sectional


design. The sampling technique was taken by purposive sampling technique. The
minimum number of samples in this study was determined using the Slovin
formulaPulmonary function was assessed using spirometry. Data obtained then be
processed using a frequency distribution table.

Result : The results found that the lung function profile in miners is 28
respondents with retention disorder and 3 respondents with obstruction disorders.
From the severity of each respondent obtained1 respondent with mild obstruction,
moderate and severe, 22 respondents with moderate restriction, and 6
respondents with severe retriction

Conclusion : There is a decrease in the value of FVC, FEV1 and FEV1 / FVC
from the predicted value and there is a pulmonary retriction disorder and in
miners.

Keyword : Lung function, Spirometri, Gold Miner

xiv
PROFIL FUNGSI PARU PENAMBANG EMAS KONVENSIONAL
POBOYA SULAWESI TENGAH

Vannia Amelinda Mentiri*, Mariani Rasyid HS**

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

**KSM Tadulako,Rumah Sakit Umum Tadulako, Fakultas Kedokteran,


Universitas Tadulako

ABSTRAK

Latar Belakang : Gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja salah satunya


adalah terjadinya gangguan fungsi paru para pekerja dan masyarakat di sekitar
daerah perindustrian. Pengaruh pemaparan debu terhadap tenaga kerja dapat
mengakibatkan gangguan pada saluran pernapasan dan gangguan fungsi paru.
Salah satu juga yang menjadi faktor penyebab penyakit paru kerja yaitu lama
waktu kerja seseorang. Semakin lama waktu bekerja, semakin tinggi pula tingkat
risiko dalam terjadinya gangguan faal paru. Spirometri merupakan suatu
pemeriksaan yang menilai fungsi terintegrasi mekanik paru, dinding dada dan
otot-otot pernapasan dengan mengukur jumlah volume udara yang dihembuskan
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui Gambaran Fungsi Paru Penambang Emas
Konvensional Poboya Sulawesi Tengah.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross
sectional. Teknik pengambilan sampel diambil dengan teknik purposive
sampling.Jumlah besar sampel minimal dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin.Fungsi paru dinilai dengan menggunakan
spirometri.Data di dapat kemudian diolah dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi.
Hasil : Hasil penelitian di temukan bahwa profil fungsi paru pada penambang
yaitu terdapat 28 responden dengan gangguan retriksi dan 3 responden dengan
gangguan obstruksi. Dari tingkat keparahan di dapatkan masing-masing 1
responden dengan obstruksi ringan, sedang dan berat, 22 responden dengan
retriksi sedang, dan 6 responden dengan retriksi berat
Kesimpulan : Adanya penurunan nilai FVC, FEV1 dan FEV1/FVC dari nilai
prediksi dan terdapat gangguan paru retriksi pada penambang.
Kata Kunci : Fungsi paru, Spirometri, Penambang Emas

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sumber daya alam yang dimiliki Negara Indonesia sangatlah melimpah baik
sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non hayati. Sumber daya
alam non hayati yang dimiliki Indonesia salah satunya adalah sumber daya
mineral. Sumber daya mineral yaitu berupa minyak bumi, emas, batu bara, perak,
timah, dan lain lain. Sumber daya mineral merupakan sumber daya yang tidak
terbarukan,artinya tidak dapat tumbuh maupun dikembangbiakan oleh manusia
(Tuaputy, 2014)

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya


tidak tetap, tergantung pada suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan
sekitarnya. Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan
normal dan mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan maka berarti
udara telah tercemar (Darmawan, 2018)

Gangguan kesehatan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal


dari lingkungan tempat kerja, dan dimana debu merupakan salah satu sumber
gangguan yang tidak dapat diabaikan. Lingkungan kerja yang sering dipenuhi
oleh debu, uap, gas dapat mengganggu produktivitas serta mengganggu kesehatan
kerja. Hal ini sering menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat
mengganggu fungsi paru (Budiak, 2014)

Penyakit paru lingkungan adalah berbagai jenis penyakit paru yang terjadi
akibat individu-individu yang hidup di area lingkungan tertentu menghirup udara
yang telah dicemari oleh bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan (beberapa
macam gas, partikel, bahan-bahan toksis, berbagai macam debu dan sebagainya)
dan lingkungan tersebut termasuk tempat kerja bagi para pekerja (Setiati, 2014)

1
2

Debu yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan kelainan fungsi atau
kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang
dapat berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja atau kapasitas paru.
Debu campuran menyebabkan penyakit paru pada tenaga kerja yang disebut
dengan penyakit paru akibat kerja yang disebabkan oleh pekerjaan atau faktor
lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan
lainnya yang disatu pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan
di pihak lain (Wenas, 2015)

Penyakit paru kerja merupakan penyakit yang timbul sehubungan dengan


pekerjaan. Sebagian besar penyakit paru disebabkan atau diperberat oleh pajanan
dari tempat kerja atau lingkungan. Efek pajanan terjadi setelah interval periode
laten yang dapat diperkirakan (Rany, 2019)

Penyakit akibat kerja juga merupakan penyakit yang ditimbulkan akibat suatu
pekerjaan seseorang. Penyebab penyakit ini bisa disebabkan oleh tindakan tidak
aman (unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe condition) (Handari, 2018)

Gangguan paru merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan


mortalitas. Infeksi saluran pernapasan lebih sering terjadi dibandingkan dengan
infeksi sistem organ tubuh lainnya.Gangguan paru diklasifikasikan berdasarkan
etiologi, letak anatomis, sifat kronik penyakit, perubahan struktur serta fungsi dan
sesuai dengan disfungsi ventilasi. Salah satu alat pada pemeriksaan penunjang dari
penyakit gangguan paru adalah dengan pemeriksaan spirometri (Lasut, 2016)

Berdasarkan latar belakang di atas, kami melakukan penelitian untuk


mengetahui gambaran fungsi paru dari pekerja tambang emas dengan
menggunakan spirometri. Penelitian ini dilakukan untuk mencegah timbulnya
gangguan fungsi paru sejak dini agar dapat diatasi guna untuk mengurangi
kejadian penyakit paru akibat kerja 10-20 tahun kedepan.
3

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti merumuskan masalah penelitian


sebagai berikut “Gambaran Fungsi Paru Penambang Emas Konvensional Poboya
Sulawesi Tengah”

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Fungsi Paru Penambang Emas Konvensional
Poboya Sulawesi Tengah
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui gambaran fungsi paru pada penambang
b) Mengetahui gangguan fungsi paru pada penambang

C. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai gambaran fungsi paru pada pekerja tambang emas
2. Manfaat bagi pekerja
Hasil penelitian ini diharapkan agar para pekerja tambang
bisamengetahui bahaya dari zat kimia yang setiap hari mereka hirup dan
para penambang bisa menggunakan Alat Pelindung Diri
3. Manfaat bagi petugas kesehatan
Memberikan informasi mengenai Gambaran Fungsi Paru Penambang
Emas Konvensional Poboya Sulawesi Tengah sehingga dapat
memperhatikan para pekerja tambang di Poboya dan menyediakan Alat
Pelindung Diri (APD) kepada setiap pekerja tambang

D. Keaslian Penelitian

No Nama, Judul Desain teknik Hasil


tahun dan sampel
tempat
4

1. Anugrah, Faktor-faktor yang Jenis penelitian ini Pekerja yang mengalami


2014. PT.Sinar berhubungan adalah Explanatory restriksi ringan dan
Utama Karya dengan kapasitas Research. Metode restriksi sedang memiliki
vital paru pada yang digunakan jumlah yang sama yaitu 10
pekerja cross sectional pekerja atau 40%, 4
penggilingan divisi pekerja atau 16%
batu putih di mempunyai kapasitas vital
PT.Sinar Utama paru normal dan hanya 1
Karya orang yang mengalami
restriksi berat.
2. Apsari, 2018. Hubungan Paparan Jenis penelitian Dari 31 responden,
Perusahaan X Debu Terhirup yang digunakan terdapat responden(38,7%)
Rowosari dengan Gangguan adalah analitik mengalami gangguan
Kota Fungsi Paru pada observasional. fungsi paru dimana
Semarang Pekerja Pendekatan yang 8Responden(25,8%)
Pertambangan Pasir digunakan adalah retriksi ringan
dan Batu metode cross dan 2 responden (6,4%)
Perusahaan X sectional obstruksiringan dan 2
Rowosari Kota responden (6,4%)
Semarang obstruksi sedang.
Sedangkan 19responden
(61,3%) lainnya tidak
mengalami gangguan
fungsi paru

3. Rany, 2019. Kapasitas Vital Penelitian ini 1. responden


Desa Tatelu Paru berdasarkan merupakan jenis memiliki KVP
Kecamatan lama bekerja dan penelitian Tidak Normal,
Dimembe penggunaan Alat observasional dengan 55%
Kabupaten Pelindung Diri pada dengan pendekatan restriksi ringan
Minahasa penambang emas di cross sectional dan 13% restriksi
Utara. Desa Tatelu sedang
2. Responden yang
Kecamatan di
tidak
Dimembe
menggunakan
Kabupaten
APD lebih banyak
Minahasa Utara
dibandingkan
yang
5

menggunakan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Tambang Emas
Pertambangan merupakan suatu tempat kerja di bidang penggalian
perut bumi, yang memiliki risiko yang tinggi terjadinya kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja. Penambang emas adalah salah satu
pekerjaan yang termasuk dalam sektor pekerja informal yang rentan
terkena berbagai macam penyakit karena belum mendapatkan
perlindungan dari pemerintah. Pekerjaan yang dekat dengan paparan bahan
kimia, baik paparan debu, asap, maupun gasgas beracun merupakan
pekerjaan yang dapat di alami oleh penambang emas (Rany, 2019)
Untuk kegiatan dari pertambangan emas tersebut, yaitudari proses
mekanis pada pertambangan seperti penggalian bahan tambang,
penghancuran atau penghalusan, amalgamisasi, dan pemijaran dapat
menghasilkan partikel padat yang disebut dengan debu. Akibat
penumpukan debu yang tinggi di paru –paru dapat menyebabkan kelainan
dan kerusakan paru (Ilhaq, 2014)

2. Penyakit pada Paru akibat kerja


Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang ditimbulkan akibat
suatu pekerjaan seseorang. Penyebab penyakit ini bisa disebabkan oleh
tindakan tidak aman (unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe
condition) (Handari, 2018)
Gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja salah satunya adalah
terjadinya gangguan fungsi paru para pekerja dan masyarakat di sekitar
daerah perindustrian. Pengaruh pemaparan debu terhadap tenaga kerja
dapat mengakibatkan gangguan antara lain kenikmatan kerja, iritasi baik
pada mata maupun pada saluran pernapasan dan gangguan fungsi paru.

6
7

Ada faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk konsentrasi, daya
larut dan sifat kimiawi. Faktor individual meliputi mekanisme pertahanan
paru, anatomi dan fisiologi saluran nafas serta faktor imunologis. Penilaian
paparan pada manusia perlu dipertimbangkan antara lain sumber
paparan/jenis pabrik, lamanya paparan, paparan dari sumber lain,
aktifitas fisik dan factor penyerta yang potensial seperti kebiasaan
olahraga, masa kerja, dan penggunaaan APD (Windari, 2016)
Debu dalam kondisi tertentu merupakan zat kimia yang dapat
menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan,
gangguan faal paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum. Debu
yang terinhalasi secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan paru dan fibrosis. Debu dengan ukuran yang semakin kecil
memiliki potensi yang semakin besar dalam menimbulkan gangguan faal
paru pekerja karena debu dengan ukuran kurang dari 1 mikron dapat
masuk dalam alveolus, sedangkan partikel debu<0,1 mikron bergerak
keluar masuk alveoli dan tidak mengendap dipermukaan alveoli
(Suma’mur, 2013)
Adapun jenis debu industri yang berasal dari pembakaran arang, batu,
semen, keramik, besi, penghancuran logam, batu, asbes dan silika. Jenis
debu tersebut merupakan debu yang berukuran 3-10 mikron akan masuk
melalui saluran pernapasan dan mengendap di paru. Keadaan ini dapat
mengakibatkan saluran pernapasan rentan terhadap infeksi dan timbulnya
gejala batuk menahun yang produktif (Siswati, 2017)
Saat proses bernapas, debu di lingkungan sekitar ikut terhirup masuk
ke dalam saluran pernapasan. Debu dalam mencapai target organ berbeda-
beda sesuai ukuran dan konsentrasi. Debu di katakan bahaya ketika
memiliki ukuran 0,1–10 mikron. Debu berukuran 5–10 mikron akan
mudah menempel pada mukosa saluran pernapasan atas (inertia
impection) dan jarang masuk ke bronkus dan saluran yang lebih kecil.
Partikel debu berukuran 1–5 mikron mengendap pada saluran pernapasan
bagian tengah seperti bronchidan bronchioli (sedimentation). Sedangkan
partikel debu yang berukuran kurang dari 1 mikron akan mengalami
8

gerakan brown (diffusion) dan akan mengendap pada alveoli (Armaeni,


2016)
Seorang pekerja yang bekerja 8 jam kerja sehari akan menginhalasi

kira-kira udara pernafasan, atau kira-kira sama dengan yang

dibutuhkan oleh orang dalam keadaan istirahat per hari. Jika udara

mengandung kira-kira 10 mg partikel debu kerja/ (konsentrasi rata-rata

partikel debu kerja yang mempunyai diameter 1-10 μm pada kebanyakan


Negara Industri, maka pekerja tersebut akan menginhalasi 100 mg
partikel debu kerja/hari kerja, atau kira-kira 20 g partikel debu kerja/tahun,
yang berarti kira-kira menginhalasi satu sendok makan. Oleh sebab itu,
dapat dimengerti bahwa kontak yang lamadengan lingkungan yang
mengandung partikel debu kerja, akan mengakibatkan stress yang berat
pada organ saluran pernafasan, sehingga mudah menimbulkan berbagai
jenis penyakit paru dan penyakit saluran pernafasan lainnya (Harrianto,
2010)
Semakin tinggi konsentrasi partikel debu dalam udara dan semakin
lama pajanan berlangsung, jumlah partikel yang mengendap di paru juga
semakin banyak. Setiap inhalasi 500 partikel/m3 udara membuat alveoli
paling sedikit menerima 1 partikel dan apabila konsentrasi mencapai 1000
partikel/mm3, maka dari jumlah tersebut akan tertimbun di paru (Susanto,
2017)
Noksa merupakan salah satu bahan yang bisa merusak struktur
anatomis organ/tubuh dan sekaligus menimbulkan perubahan fungsi.
Dalam lingkungan kerja , para pekerja terpapar dan menghirup noksa yang
dapat berasal dari bahan baku, hasil produksi, produksi sampingan atau
dari limbah. Noksa bisa merusak struktur anatomis organ/tubuh dan
sekaligus menimbulkan perubahan fungsi. Dalam lingkungan kerja , para
pekerja terpapar dan menghirup noksa yang dapat berasal dari bahan baku,
hasil produksi, produksi sampingan atau dari limbah ( Wibisono, 2010)
Beberapa jenis pencemar yang dianggap membahayakan kesehatan
masyarakat misalnya: PM2.5 dan PM10, yaitu karbon monoksida, nitrogen
9

dioksida, sulfur dioksida, partikulat, hidrokarbon, CFC, timbal dan


karbondioksida. Gas yang tidak berbau dan bersifat racun. Dampak
pencemar udara sangat tergantung jenis bahan pencemar. PM10 adalah
semua partikel yang memiliki diameter 10 mikron. Karena ukuran
diameternya maka partikel dapat masuk kedalam Saluran napas. Partikel
yang lebih besar tersangkut pada saluran respirasi atas. Namun partikel
yang lebih kecil berukuran dibawah 2.5 mikron mampu masuk ke dalam
alveoli paru-paru dan menimbulkan masalah serius, dari asthma hingga
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (Ombuh, 2017)
Salah satu juga yang menjadi faktor penyebab penyakit paru kerja
yaitu lama waktu kerja seseorang. Semakin lama waktu bekerja, semakin
tinggi pula tingkat risiko dalam terjadinya gangguan faal paru. Selain itu,
juga menyatakan bahwa masa kerja menentukan lama kerja seseorang
terhadap faktor risiko terpapar debu, sehingga semakin besar masa kerja
seseorang maka semakin besar pula risiko terkena penyakit paru. Salah
satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan faal paru pada
pekerja yang terpapar debu adalah lama kerja. Menurut penelitian pekerja
dengan masa kerja 5-10 tahun memiliki gangguan fungsi paru sebesar
89,29% dan yang lebih dari 10 tahun sebesar 75% (Ardam, 2015)
International Labour Organisation (ILO) mengemukakan penyebab
kematian yang berhubungan dengan pekerjaan sebesar 34% adalah
penyakit kanker, 25% kecelakaan, 21 % penyakit saluran pernapasan, 15
% penyakit kardiovaskuler, dan 5 % disebabkan oleh faktor yang lain
(Pratama, 2017)
Suatu kelainan yang terjadi akibat penumpukan debu dalam paru yang
menyebabkan reaksi jaringan terhadap debu tersebut dikenal dengan
pneumokoniosis (Susanto, 2017 )
Pneumokoniosis merupakan suatu kelainan yang terjadi akibat
penumpukan debu dalam paru yang menyebabkan reaksi jaringan terhadap
debu tersebut. Reaksi utama akibat dari pajanan debu di paru adalah
fibrosis. Pneumokoniosis digunakan untuk menyatakan berbagai keadaan
berikut : kelainan yang terjadi akibat pajanan debu anorganik seperti silika
10

(silikosis), asbes (asbestosis), timah (stanosis), dan kelainan yang


ditimbulkan oleh debu organic seperti kapas (bisinosis) (Eryani, 2015)
Salah satu jenis pneumokoniosis adalah CWP (Coal Workers
Pneumokoniosis). CWP adalah pneumoconiosis yang disebabkan oleh
inhalasi partikel karbon dari batu bara (coal), graphite atau carbon black
(karbon hitam). Kelainan ini terjadi pada pekerja tambang batubara,
penambang graphite dan pekerja pabrik graphite sintetik dan pabrik
karbon hitam (Rinawati, 2015)
Silikosis dikenal juga dengan istilah miner's phthisis, grinder's
asthma, potter's rot, merupakan bentuk penyakit paru akibat pekerjaan
yang disebabkan karena menghirup debu silika secara kronik dan ditandai
dengan adanya inflamasi dan pembentukan jaringan parut dari lesi nodular
pada lobus paru bagian atas. Silikosis merupakan salah satu jenis dari
pneumoconiosis (Salawati, 2017)
Silikosis biasanya disebabkan oleh pemaparan partikel debu yang
berukuran kurang dari 10 mikrometer. Silika merupakan mineral yang
menyusun kerak bumi. Silika dapat ditemukan pada pasir, batu, dan biji
besi mineral (Salawati, 2017)
Asbestosis adalah penyakit paru yang disebabkan oleh paparan debu
atau serat asbes yang mencemari udara dalam jangka waktu lama. Asbes
merupakan campuran silikat berserat halus dengan struktur kristal yang
umumnya digunakan sebagai material pada konstruksi dan industri
(Mayasari, 2018)
Asbes dapat mempengaruhi tubuh bila serat-seratnya terhirup. Sekali
terhirup, serat tersebut akan bertahan di dalam jaringan paru. Asbestosis
merupakan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh paparan serat asbes
dalam jangka waktu lama. Diperkirakan penyakit ini timbul setelah
paparan selama 10-30 tahun (Salawati, 2015)
Serat asbestos dapat terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan.
Ukuran serat yang besar akan tertahan di hidung dan saluran pernapasan
atas dan akan dikeluarkan oleh sistem mukosiliaris. Serat yang
berdiameter 0,5-5 mikrometer akan tersimpan di bifurkasi trakea,
bronkiolidan alveoli (Mayasari, 2018)
11

Gangguan fungsi paru umumnya dapat dikelompokkan menjadi


gangguan paru obstruktif dan gangguan paru restriktif. Gangguan paru
obstruktif adalah terjadinya penyempitan diameter jalan napas sehingga
menyebabkan udara lebih sulit untuk dikeluarkan (ekspirasi). Sedangkan
gangguan paru restriktif adalah terjadinya penurunan kemampuan untuk
memasukkan udara ke dalam paru (inspirasi) dan penurunan dari volume
normal paru (Guyton, 2008).

3. Spirometri
Fungsi paru-paru yang dapat diukur adalah kapsitas inspirasi,
kapasitas vital dan kapsitas paru total. Kapasitas vital paru adalah jumlah
udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah
terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian
mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 militer). Alat yang
digunakan untuk mengukur kapasitas vital paru adalah spirometer
(Juarfianti, 2015)
Spirometri merupakan suatu pemeriksaan yang menilai fungsi
terintegrasi mekanik paru, dinding dada dan otot-otot pernapasan dengan
mengukur jumlah volume udara yang dihembuskan dari kapasitas paru
total (TLC) ke volume residu. Evaluasi pemeriksaan fungsi / faal paru
sangat bermanfaaat karena penyakit paru sering terdeteksi melalui
pemeriksaan faal paru sebelum onset gejala dan tanda penyakit itu muncul.
Definisi pemeriksaan spirometri adalah pemeriksaan untuk mengukur
volume paru statik dan dinamik seseorang dengan menggunakan
spirometer (Soewarno, 2016)
Profil spirometri yang akan dinilai terdiri dari FVC (Forced Vital
Capacity) yaitu volume total udara yang bisa dihembuskan secara paksa
dalam sekali nafas, FEV1 (Forced Expiratory Volume ±in One Second)
yaitu volume udara yang bisa dihembuskan dalam waktu 1 detik saat
menghembuskan nafas secara paksa (Ariandoko, 2017)
Volume statik terdiri dari Volume Tidal (TV/ Tidal Volume), Volume
Cadangan Inspirasi (IRV/ Inspiratory Residual Volume), Volume Cadangan
Ekspirasi (ERV/Expiratory Residual Volume), Volume Residu (RV/
12

Residual Volume), Kapasitas Paru Total (TLC/Total Lung Capacity),


Kapasitas Vital (VC/Vital Capacity), Kapasitas Inspirasi (IC/ Inspiratory
Capacity), Kapasitas Residu Fungsional (FRC/Functional Residual
Volume) (Thufeilsyah, F. 2014)

4. Kerangka Teori

Tambang emas

Debu

Inhalasi

Gangguan fungsi paru

Spirometri

Obstruksi Retriksi

Gambar 1. Kerangka Teori

Keterangan :

: Di teliti

: Tidak ditelit

5. Kerangka konsep

Gambaran fungsi Pekerja tambang


paru emas
13

Gambar 2. Kerangka konsep

Keterangan

: Variabel bebas

: Variabel terikat

B. Landasan Teori

Debu dalam kondisi tertentu merupakan zat kimia yang dapat menyebabkan
pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan faal paru,
bahkan dapat menimbulkan keracunan umum. Debu yang terinhalasi secara terus
menerus dapat menyebabkan terjadinya kerusakan paru dan fibrosis. Debu dengan
ukuran yang semakin kecil memiliki potensi yang semakin besar dalam
menimbulkan gangguan faal paru pekerja karena debu dengan ukuran kurang dari
1 µ dapat masuk dalam alveolus, sedangkan partikel debu<0,1 µ bergerak keluar
masuk alveoli dan tidak mengendap dipermukaan alveoli (Suma’mur, 2013)

Gangguan fungsi paru umumnya dapat dikelompokkan menjadi gangguan


paru obstruktif dan gangguan paru restriktif. Gangguan paru obstruktif adalah
terjadinya penyempitan diameter jalan napas sehingga menyebabkan udara lebih
sulit untuk dikeluarkan (ekspirasi). Sedangkan gangguan paru restriktif adalah
terjadinya penurunan kemampuan untuk memasukkan udara ke dalam paru
(inspirasi) dan penurunan dari volume normal paru (Guyton, 2008)

Fungsi paru-paru yang dapat diukur adalah kapsitas inspirasi, kapasitas,


kapasitas vital dan kapsitas paru total. Kapasitas vital paru adalah jumlah udara
maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu
mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya
(kira-kira 4600 militer). Alat yang digunakan untuk mengukur kapasitas vital paru
adalah spirometer (Juarfianti, 2015)
14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif


dengan menggunakan desain cross-sectional.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan pertambangan emas yaitu di
desa Poboya.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2019 - Juli 2019

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Seluruh pekerja di pertambangan emas poboya
2 Sampel
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling, yang menetapkan kriteria-kriteria tertentu
yang harus dipenuhi oleh sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Sampel pada penelitian ini yaitu penambang emas yang memenuhi
kriteri inklusi dan eksklusi
1) Kriteria Inklusi
a) Laki-laki usia >17 tahun
b) Bersedia menjadi responden
2) Kriteria Ekslusi
a) Tidak bersedia menjadi responden

15
16

Jumlah besar sampel minimal dalam penelitian ini ditentukan dengan


menggunakan rumus Slovin

n=

Keterangan:
n = Jumlah sampel
N= Jumlah populasi
e= Presentase kesalahan ditolerir, digunakan 0,5
Berdasarkan data jumlah penambang emas sebanyak 746 orang. Jika
dimasukkan ke dalam rumus Slovin maka jumlah sampel minimal yang
diperoleh yaitu:

n=

n=

n=
= 260 orang

D. Instrumen penelitian dan Metode pengumpulan Data


a. Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui gambaran fungsi paru responden di lakukan
pengukuran langsung dengan menggunakan spirometri
b. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data primer yaitu diperoleh dari pengukuran secara
langsung terhadap responden

E. Variabel Penelitian Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas : Penambang emas
b. Variabel terikat : Spirometri ( FVC, FEV1, FEV/FVC, MVV )
2. Definisi Operasional
17

a. Pekerja Tambang
Yaitu orang yang bekerja pada suatu industri seperti
pertambangan emas di poboya. Data pekerja tambang di peroleh
berdasarkan identitas pekerja seperti nama, umur, jenis pekerjaan,
masa kerja, kebiasaan merokok, lama merokok, dan penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD)
(Rasjid, 2017)
b. Hasil Spirometri
Merupakan suatu alat yang mengukur volume udara yang di
alirkan setiap kali bernapas (FVC, FEV1, FEV1/FVC, MVV)
1) Alat ukur : Spirometri
2) Skala ukur : Nominal
3) Hasil Ukur
Gangguan Faal Paru Restriksi :
 VC atau FVC <80% dari nilai prediksi
 Restriksi ringan jika VC atau FVC 60% - 80%
 Restriksi sedang jika VC atau FVC 30% - 59%
 Restriksi berat jika VC atau FVC <30%
Gangguan Faal Paru Obstruksi :
 FEV1 <80% dari nilai prediksi
 Rasio FEV1/FVC <75%
 Obstruksi ringan jika rasio FEV1/FVC 60% - 80%
 Obstruksi sedang jika rasio FEV1/FVC 30% - 59%
 Obstruksi berat jika rasio FEV1/FVC <30%
(FK UNHAS, 2017)

F. Alat dan Bahan


1. Informed Concent
2. Kapas, alkohol 70%
3. Spirometri
4. Mouth piece

G. Metode Pengukuran Spirometri


Kapasitas vital paksa (Forced Vital Capasity, FVC) dan Volume ekspirasi
paksa detik pertama (Forced Expiratory Volume in One Second, FEV1)

1. Pilih pemeriksaan FVC pada alat spirometri


2. Menerangkan percobaan yang akan dilakukan
3. Pastikan bibir pasien melingkupi sekeliling mouth piece sehingga tidak
ada kebocoran
18

4. Istruksikan pasien menghirup udara semaksimal mungkin dengan cepat


kemudian sesegera mungkin udara dikeluarkan melalui mouth piece
dengan tenaga maksimal hingga udara dapat dikeluarkan sebanyak-
banyaknya
5. Nilai FEV1 ditentukan dari FVC dalam 1 detik pertama (otomatis)
6. Pemeriksaan dilakukan 3 kali

Maksimal Voluntary Ventilation (MVV)

1. Pilih pemeriksaan MVV pada alat spirometri


2. Menerangkan pemeriksaan yang akan dilakukan
3. Pastikan bibir pasien melingkupi sekeliling mouth piece sehingga tidak
ada kebocoran
4. Instruksikan pasien bernapas cepat dan dalam selama 15 detik
5. pemeriksaan dilakukan 1 kali
6. Menampilkan hasil di layar spirometri dan mencetak hasil grafik

H. Alur Penelitian

Mengajukan surat izin penelitian

Meminta responden untuk menandatangani


informed consent

Melakukan prosedur pemeriksaan


spirometri

Pengolahan dan analisis data


19

Hasil Penelitian

Kesimpulan

Gambar 3. Kerangka alur Penelitian

I. Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah upayah untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (Angka)
terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori
c. Tabulating
Pengklasifikasian data agar dengan mudah dilakukan perhitungan
statistik deskriptif

J. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tujuan menjawab pertanyaan penelitian atau


tentang yang telah dirumuskan sebelumnya. Analisis data yang digunakan yaitu
analisis univariat yaitu dilakukan untuk mengetahui gambaran fungsi paru
penambang emas konvensional. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan karateristik dari variabel penelitian. Analisis dalam
penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentasi dari
variabel.

K. Etika Penelitian
Etika Penelitian Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian berhubungan langsung dengan
manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan, masalah etika yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
20

1. Ethical Clearance ( Kelayakan Etik)


Proposal penelitian yang akan dilakukan telah mendapatkan
keterangan tertulis dari Komisi Etik Penelitian bahwa penelitian ini layak
untuk dilakukan karena telah memenuhi persyaratan tertentu.
2. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden. Informed consent diberikan sebelum penelitian
dimulai. Tujuan dari informed consent adalah agar subjek penelitian
mengerti maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama
proses penelitian ini berlangsung. Jika responden bersedia ikut dalam
penelitian ini maka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika
responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati haknya. Informed consent yang digunakan dalam
penelitian ini adalah persetujuan antara peneliti dengan responden yaitu
bapak/ibu pekerja tambang emas poboya

3. Anonimity (tanpa nama)


Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan nama
respondenpada lembar alat ukur, dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data.
4. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian. Hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset
21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Mantikulore merupakan pemekaran dari Kecamatan Palu
Timur dan Kecamatan Palu Selatan dengan luas daratan sebesar 206,8
km2. Kecamatan Mantikulore paling luas jika dibandingkan Kecamatan
lain di Kota Palu dengan ibukota Kecamatan adalah Talise.
Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Mantikulore memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kec.Palu Utara dan Kab.Donggala
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kab.Parigi Moutong
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kec.Palu Timur dan Kec.Palu Selatan
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Teluk Paludan Kec. Palu Timur
Kelurahan poboya adalah salah satu kelurahan yang terletak di
Kecamatan Mantikulore dengan luas wilayah 63,41 km2. Terdapat 4 RT
dan 10 RW denganjumlah penduduk yaitu 1742 orang masing-masing
yaitu laki-laki 1.070 orang dan perempuan 672 orang.

2. Karateristik Responden
Pengambilan data ini dilakukan pada tanggal 29 Juli-31 Juli 2019
yang bertempat di Kelurahan Poboya, Kecamatan Mantikulore dengan
total responden 32 orang. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan
data primer yaitu dengan pengukuran langsung ke responden

Tabel 4.1 Distribusi Karateristik Responden

Karateristik N %
Usia
17-30 tahun 11 34,38
31-60 tahun 19 59,38
>60 tahun 2 6,25

22
23

Pendidikam
SD 10 31,25
SMP 8 25
SMA/SMK 14 43,75
Jenis Pekerjaan
Tromol 11 34,38
Penghamburan 7 21,88
Penambang 14 43,8
Masa Kerja
<5 tahun 12 37,5
5-10 tahun 11 34,38
>10 tahun 9 28,12
Merokok
Ya 29 90,62
Tidak 3 9,38
Lama Merokok
1-10 tahun 14 46,68
11-20 tahun 8 26,68
>20 tahun 8 26,68
Jumlah Batang/Hari
<20 batang 20 66,68
21-29 batang 0 0
>30 batang 9 33,3
Indeks Brikman
Perokok Ringan 14 46,68
Perokok Sedang 10 33,3
Perokok Berat 6 20
Penggunaan APD
Ya 0 0
Tidak 32 100
Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.1 menjukkan bahwa presentase responden berdasarkan


usia responden kategori tetinggi adalah usia 31-60 tahun dengan jumlah 19 orang
(53,75%), terendah adalah lebih dari 60 tahun dengan jumlah 2 orang (6,25%).
Presentase responden berdasarkan pendidikan,kategori tertinggi adalah
SMA/SMK dengan jumlah 14 orang (43,75%), terendah adalah SMP dengan
jumlah 8 orang (25%). Presentase responden berdasarkan pekerjaan kategori
24

tertinggi adalah penambang dengan jumlah 14 orang (43,75%), terendah adalah


penghamburan dengan jumlah 7 orang (21,88). Presentase responden berdasarkan
pekerjaan kategori tertinggi adalah penambang dengan jumlah 14 orang (43,75%),
terendah adalah penghamburan dengan jumlah 7 orang (21,88). Presentase
responden dengan masa kerjakategori tertinggi adalah <5 tahun (34,8), terendah
adalah lebih dari 10 tahun dengan jumlah 9 orang (28,8). Presentase responden
berdasarkan merokok kategori tertinggi adalah merokok dengan jumlah 29 orang
(90,62%), terendah adalah tidak merokok dengan jumlah 3 orang (9,38%).
Presentase responden dengan lama merokok kategori tertinggi adalah 1-10 tahun
dengan jumlah 14 orang (46,68), terendah adalah lebih dari 20 tahun dengan
jumlah 8 orang (26,68). Presentase responden dengan jumlah batang/hari kategori
tertinggi adalah <20 batang/hari dengan jumlah 20 orang (66,68), terendah yaitu
tidak adanya responden yang menghabiskan 21-29 batang/hari. Berdasarkan
Indeks Brikman tertinggi yaitu perokok ringan 0-199 dengan jumlah 14 orang
(46,68), terendah perokok berat>600 dengan jumlah 6 orang. Presentase
responden dengan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) tertinggi adalah tidak
menggunakan APD yaitu semua responden tidak menggunakan APD yaitu 32
orang dan terendah tidak meggunakan APD

Tabel 4.2Distribusi Hasil Spirometri

Hasil Spirometri N %
Normal 1 3,12
Obstruksi (FEV1/FVC<75%)
Ringan 1 3,12
Sedang 1 3,12
Berat 1 3,12
Retriksi (FVC<80%)
Ringan 0 0
Sedang 22 68,75
Berat 6 18,75
Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa presentase responden normal atau


tidak adanya gangguan paru sebanyak 1 orang (3,12). Presentase dengan
25

gangguan obstruksi sebanyak 1 orang baik obstruksi ringan, sedang dan berat.
Presentase responden dengan gangguan retriksi kategori tertinggi yaitu retriksi
sedang dengan jumlah 22 orang (68,75), responden dengan kategori terendah
yaitu retriksi ringan yaitu tidak adanya responden dengan retriksi ringan.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Gambaran Fungsi Paru Pekerja


Tambang Konvensional Poboya Sulawesi Tengah. Tempat pelaksanaan yaitu di
Kelurahan Poboya dengan jumlah responden penelitian sebanyak 32 orang . Data
penelitian ini diperoleh melalui data primer, yaitu dengan pengukuran langsung
menggunakan spirometri.
Karateristik responden berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa menurut
usia responden kategori tetinggi adalah usia 31-60 tahun dengan jumlah 19 orang
(53,75%), terendah adalah lebih dari 60 tahun dengan jumlah 2 orang (6,25%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Aini (2017) responden
terbanyak dengn usia >30 tahun.Umur produktif adalah umur yang berada antara
18 –65 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja yang bekerja di
perusahaan ini tergolong usia produktif.
Karateristik responden berdasarkan pendidikan tertinggi adalah SMA/SMK
dengan jumlah 14 orang (43,75%), terendah adalah SMP dengan jumlah 8 orang
(25%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Cahyana (2012)
yaitu dari jumlah 100 orang responden terbanyak yaitu responden dengan tingkat
pendidikan SMA/SMK sebanyak 83 orang. Pendidikan seseorang juga dapat
berpengaruh terhadap kesehatan dari suatu individu karena lewat pendidikan
seseorang bisa mendapatkan atau memperluas pengetahuan, pengalaman, dan
pengertian akan sesuatu dari individu tersebut
Karateristik responden berdasarkan pekerjaan kategori tertinggi adalah
penggalian dengan jumlah 14 orang (43,75%) dan terendah adalah penghamburan
dengan jumlah 7 orang (21,875). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
26

oleh Darma (2018) Proses kegiatan penambangan emas rakyat di Kenagarian


Palangki, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung meliputi pembukaan lahan
(land clearing), pengupasan tanah penutup (Overburden), penggalian tanah yang
mengandung konsentrat, pengolahan (tromol, penghamburan, pembakaran), dan
penutupan tambang
Karateristik responden dengan masa kerjakategori tertinggi adalah <5 tahun
dengan jumlah 12 orang , terendah adalah lebih dari 10 tahun dengan jumlah 9
orang (9,375). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiak
(2014) dimana dari jumlah total responden 41 orang diantaranya responden
dengan masa kerja tertinggi yaitu <5 tahun, dan 17 orang >5 tahun.Masa kerja
dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif, selain itu juga
mempengaruhi fungsi paru dimana semakin lama seseorang bekerja maka
semakin banyak terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut
yang dapat mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi paru. Semakin lama
karyawan menghabiskan waktu untuk bekerja di area kerjanya, maka semakin
lama pula paparan debu yang diterimanya, sehingga kemungkinan untuk
terjadinya gangguan fungsi paru juga akan lebih besar.
Karateristik responden berdasarkan merokok kategori tertinggi adalah
merokok dengan jumlah 29 orang (90.62). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
di lakukan oleh Wenas (2015) terdapat lebih banyak yang merokok disbanding
tidak merokok yaitu dari 40 responden terdapat 34 orang yang merokok dan 6
orang yang tidak merokok. Karena merokok dapat menyebabkan perubahan
struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru –paru.Pengaruh asap
rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari
pengaruh buruk

Karateristik responden berdasarkan penggunaan APD yaitu responden dengan


penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) tertinggi adalah tidak menggunakan APD
yaitu semua responden tidak menggunakan APD yaitu 32 orang dan terendah
tidak meggunakan APD. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Windari (2016) dari 50 responden yang selalu menggunakan APD sebanyak
27

11 responden, dan yang jarang menggunakan APD sebanyak 28 responden.


Pekerja yang aktivitas pekerjaannya banyak terpapar oleh partikel debu
memerlukan alat pelindung diri berupa masker untuk mereduksi jumlah partikel
yang kemungkinan dapat terhirup. Pekerja yang taat menggunakan masker pada
saat bekerja pada area yang berdebu akan meminimalkan jumlah paparan partikel
debu yang dapat terhirup. Selain jumlah paparan, ukuran partikel yang
kemungkinan lolos dari masker menjadi kecil
Berdasarkan hasil spirometri di tabel 4.2menunjukkan bahwa presentase
responden normal atau tidak adanya gangguan paru sebanyak 1 orang (3,12).
Presentase dengan gangguan obstruksi sebanyak 1 orang baik obstruksi ringan,
sedang dan berat. Presentase responden dengan gangguan retriksi kategori
tertinggi yaitu retriksi sedang dengan jumlah 22 orang (68,75), responden dengan
kategori terendah yaitu retriksi ringan yaitu tidak adanya responden dengan
retriksi ringan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiak
(2014) karena dari jumlah total responden 41 orang, 8 orang dengan gangguan
obstruksi ringan, 12 orang dengan gangguan obstruksi sedang, 21 orang dengan
gangguan obstruksi ringan, 15 orang dengan gangguan retriksi sedang. Gangguan
paru restriktif adalah terjadinya penurunan kemampuan untuk memasukkan udara
ke dalam paru (inspirasi) dan penurunan dari volume normal paru. Pekerja
tambang setiap harinya menghirup debu dan debu dengan ukuran yang semakin
kecil memiliki potensi yang semakin besar dalam menimbulkan gangguan faal
paru pekerja karena debu dengan ukuran kurang dari 1 µ dapat masuk dalam
alveolus. Kontak yang lamadengan lingkungan yang mengandung partikel debu
kerja, akan mengakibatkan stress yang berat pada organ saluran pernafasan,
sehingga mudah menimbulkan berbagai jenis penyakit paru

C. Keterbatasan Penelitian
1. Sampel yang di dapatkan tidak sesuai dengan sampel target, karena
memenuhi kriteria eksklusi. Hal ini di disebabkan terdapat banyaknya
penolakan dari pekerja tambang
28

2. Penolakan dilakukan oleh pekerja tambang karena kurangnya pengetahuan


dari para pekerja mengenai gangguan paru akibat kerja salah satunya
didaerah pertambangan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah di paparkan sebelumnya, maka dalam penelitian


ini dapat di simpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil spirometri didapatkan responden dengan obstruksi


ringan sebanyak 1 orang, obstruksi sedang 1 orang, obstruksi berat 1
orang. Responden dengan retriksi ringan tidak ada, retriksi sedang
sebanyak 22 orang , retriksi berat sebanyak 6 orang.
2. Didapatkan responden terbanyak dengan gangguan retriksi. Faktor-faktor
penyebab misalnya jenis pekerjaan dan masa kerja.

A. Saran
1. Untuk pekerja agar memakai Alat pelindung diri yang layak saat bekerja
2. Untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian mengenai tingkat
pengetahuan penambang terhadap gangguan paru akibat kerja dan
pentingnya penggunaan Alat Pelindung diri

29
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, F., Suwondo, A., Suroto. 2015. Hubungan Paparan Debu Abses Terhadap
Kapasitas Vital Paru pada pekerja pembuat abses di Area Finishing Line
PT.X Jawa Tengah. Jurnal kesehatan Masyarakat (e-Journal). 3(1). Viewed
on 07 April 2019. From http:// media.neliti.com
Aini, S.Q., Saftarina, F. 2017. Hubungan Karakteristik Individu dengan Nilai
Kapasitas Vital Paru Pekerja di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Tarahan
Lampung. J Agromed Unila. 4(2). Viewed on 24 November 2019. From
http://juke.kedokteran.unila.ac.id
Anugrah, Y. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru
pada pekerja penggilingan divisi batu putih di PT.Sinar Utama Karya.
Journal of Public Health. 3(1). Viewed on 25 November 2019. From
http://journal.unnes.ac.id
Ardam, K.A.Y. 2015. Hubungan Paparan Debu dan Lama Paparan dengan
Gangguan Faal Paru Pekerja Overhaul Powerplant. The Indonesian
Journal of Occupation Safety and Health. 4(2). Viewed on 07 April 2019.
From http://e-journal.unair.ac.id
Armaeni, E.D., Widajati, N. 2016. Hubungan Paparan Debu Kapur dengan
Status Faal Paru pada Pekerja Gamping. Journal of Occupational Safety
and Health. 5(1). Viewed on 09 April 2019. From http://e-journal.unair.ac.id
Apsari, L., Budiyono., Setiani, O. 2018. Hubungan Paparan Debu Terhirup
dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Pertambangan Pasir dan
Batu Perusahaan X Rowosari Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal). 6(4). Viewed on 10 April 2019. From
http://ejournal3.undip.ac.id
Aryandoko, R.D., Prasetyo, A. 2017. Perbedaan Profil Spirometri pada petugas
SPBU. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 6(4). Viewed on 15 Maret 2019.
From https://ejournal3.undip.ac.id

xvi
Budiak, G.J., Rattu, A.J.M., Kawatu, P. 2014. Hubungan Antara Lama Kerja dan
Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kapasitas Vital Paru pada
Penambang Emas Wilayah Pertambangan Rakyat Tatelu Kecamatan
Dimembe. Viewed on 10 April 2019. From http://fkm.unsrat.ac.id
Cahyana, D. 2012. Faktor yang berhubungan dengan kejadian Gangguan Fungsi
Paru pada pekerja tambang batubara PT. Indominco Mandiri Kalimantan
Timur Tahun 2012. Viewed on 22 November 2019. From
http://repository.unhas.ac.id
Darma, Z., Yunasril., Heriyadi, B. 2018. Studi tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada Pertambangan Emas Rakyat di Kenagarian
Palangki Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung. Viewed on 11
November 2019. From http://jurnalnasional.ump.ac.id
Darmawan, R. 2018. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Kadar NO2 serta
keluhan kesehatan petugas pemungut karcis tol. Jurnal Kesehatan
Lingkungan.10(1). Viewed on 15 Maret 2019. From http://e-
journal.unair.ac.id
Eryani, Y.M. 2015. Faktor-faktor Risiko dan Pencegahan Silikosis pada Pekerja
Tambang. Jurnal Agromed Unila. 2(2). Viewed on 02 April 2019. From
http://juke.kedokteran.unila.ac.id
Esha, I., Afandi, D., Amrifo, V. 2017. Analisis paparan gas polutan karbon
monoksida terhadap fungsi paru petugas parkir di ruang bawah tanah Mall
X Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan. 11(1). Viewed on 10 April
2019. From http ://ejournal.unri.ac.id
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2017. Keterampilan Klinis Uji Faal
Paru (Spirometri). Makassar : FK Unhas
Guyton, AC. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta.
Harrianto,R.2010.Buku Ajar Kesehatan Kesehatan Kerja.Jakarta : EGC.
Ilhaq, A.J., Kawatu, P.A.T., Lampus, B.S. 2014. Hubungan Antara Umur, Masa
Kerja, dan Status Gizi dengan Kapasitas Vital Paru pada Penambang
Emas di Wilayah Pertambangan Rakyat Tatelu Kecamatan Dimembe.
Viewed on 10 April 2019. From http://fkm.unsrat.ac.id
xviii

Juarfianti., Engka, J.NA., Supit, S. 2015. Kapasitas Vital Paru pada Penduduk
Dataran tinggi desa Rurukan Tomohon. Jurnal e-Biomedik (eBM). 3(1).
Viewed on 02 April 2019. From https://ejournal.unsrat.ac.id
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI
Lasut, D.V.E., Marpaung, E., Sengkey, L.E. 2016. Gambaran Hasil Spirometri
pada pasien dengan gangguan paru di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Kedokteran Klinik. 1(1). Viewed on
03 Maret 2019. From https://ejournal.unsrat.ac.id
Loscalzo, J. 2015. Harrison pulmonology dan penyakit kritis.Edisi. 2. Jakarta :
EGC
Mayasari, D., Wijaya, C. 2018. Potensi BiomarkaHigh Mobility Group Box1
(HMGB 1) sebagaiKriteria Diagnosis Asbestosis. Jurnal Agromedicine.
5(1). Viewed on 07 April 2019. From juke.kedokteran.unila.ac.id
Ombuh, R.V., Nurzaluli., Raharjo, M. 2017. Hubungan Paparan Debu Terhirup
Terhadap Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Manado Sulawesi Utara Tahun 2017. 3(2). Viewed on 01 April
2019. From http://journal.uin-alauddin.ac.id
Pratama, A., Sundari, L.P.R. 2017. Prevalensi Gangguan Fungsi Paru pada
pekerja batu padas di Silakarang Gianyar Bali. E-Jurnal Medika. 6(5).
Viewed on 26 Maret 2019. From https://ojs.unud.ac.id
Putri,A.N., Setyawan, F.E., Noerwahjono, A. 2018. Analisis Lingkungan Kerja
dan Karateristik Pekerja Terhadap Faal Paru Pekerja Industri Papan
Semen Rata (Studi Kasus di PT “X” Malang). Journal Herb-Medicine. 1(2).
Viewed on 24 November 2019. From http://jurnalnasional.ump.ac.id
Rany, P.D., Sumampouw, O.J., Sekeon, S.A.S. 2019. Kapasitas Vital Paru
berdasarkan lama bekerja dan penggunaan Alat Pelindung Diri pada
penambang emas di Desa Tatelu Kecamatan di Dimembe Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal Kesmas. 8(1). Viewed on 28 Maret 2019. From
http://ejournal.unsrat.ac.id
xix

Rasjid, M., Yudhawati, R. 2017. Pengaruh Yoga terhadap FEV1, 6-minute walk
distance (6-MWD) dan kualitas hidup pada pasien PPOK kelompok B.
87(5). Viewed on 26 November 2019. From://repository.unair.acid
Rinawati, P. 2015. Coal Worker’s Pneumoconiosis. Jurnal Majority. 4(1). Viewed
on 02 April 2019. Fromhttp://juke.kedokteran.unila.ac.id
Salawati, L. 2015. Penyakit Akibat Kerja oleh karena pajanan Debu Abses.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 15(1). From http://www.jurnal
unsyiah.ac.id
Salawati, L. 2017. Silikosis. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 17(1). Viewed on 02
April 2019. From http://www.jurnal.unsyiah.ac.id
Siswati., Diyanah, K.C. 2017. Analisis Risiko Pajanan Debu (Total Suspended
Particulate) di Unit Packer PT. X. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 9(1).
Viewed on 25 Maret 2019. From https://e-journal.unair.ac.id
Soewarno, S.A., Annisa, Y. 2016. Kesesuaian Pemeriksaan Spirometri dan
fotothorax posterioranterior pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis
berdasarkan analisis kesepakatan kappa cohen di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo. Jurnal Saintek. 8(1). Viewed on 29 Maret 2019. From
http://www.jurnalnasional.ump.ac.id
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).Jakarta:
Sagung Seto
Suma’mur, P.K. 2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
Jakarta: Agung Seto.
Susanto, A.D., Yunus, F., Ikhsan, M.,Fitriani, F. 2017. Penyakit Paru Kerja dan
Lingkungan. Universitas Indonesia : Jakarta
Tuaputy, U.S., Putri, E.I.K., Anna, Z. 2014. Eksternalitas Pertambangan Emas
Rakyat di Kabupaten Buru Maluku. Viewed on 28 Maret 2019. From
http://journal.ipb.ac.id
Thufeilsyah, F,. Amin, Z,. Uyainah, A. 2014. Spirometri. Ina J Chest Crit and
Emergen Med.Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. 1(1). Viewed on 4 April
2019. From http://www.respirologi.com
xx

Wenas, C.A., Kawatu, P.A.T., Joseph, W.B.S. 2015. Gambaran Kadar Debu,
Status Merokok, dan Fungsi Paru pada Pekerja Tambang Batu di Desa
Warembungan. Viewed on 06 November 2019. From http://fkm.unsrat.ac.id
Wibisono, M.J., Winariani., Slamet Hariadi. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.
Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr.Soetomo : Surabaya
Windari, D., Karimuna, S.R., Teguh, R.A. 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Bagian Refinery Di PT.Antam
Tbk UBPN SULTRA tahun 2016. Viewed on 10 April 2019. From
http://media.neliti.ac.id
LAMPIRAN
Lampiran

LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN


(Informed consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur / Jenis Kelamin :
Alamat :
Tlp/Email :
Sesudah mendengarkan penjelasan yang diberikan dan diberikan kesempatan
untuk menanyakan yang belum dimengerti, dengan ini memberikan:

PERSETUJUAN

Mengikuti penelitian sebagai subyek penelitian dengan judul penelitian:

GAMBARAN HASIL FUNGSI PARU MENGGUNAKAN ALAT


SPIROMETER PADA PEKERJA TAMBANG EMAS DI POBOYA TAHUN
2019

dan sewaktu-waktu saya berhak mengundurkan diri

Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Palu, 2019
Yang membuat pernyataan

( )

Saksi 1Saksi 2

( ) ( )
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
Umur / Jenis Kelamin :
Alamat :
Tlp/Email :
Sesudah mendengarkan penjelasan yang diberikan dan diberikan kesempatan
untuk menanyakan yang belum dimengerti, dengan ini memberikan:

PERSETUJUAN

Untuk dilakukan tindakan medis berupa: Pengisian kuisioner

Dengan judul penelitian:

PROFIL SPIROMETRI PADA PEKERJA TAMBANG EMAS DI POBOYA


TAHUN 2019

Sewaktu-waktu saya berhak mengundurkan diri. Demikian persetujuan ini saya


buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Palu, 2019

Yang membuat pernyataan

( )

Anda mungkin juga menyukai