PADA BALITA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti
Ujian Sarjana Keperawatan
Oleh
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti
Ujian Sarjana Keperawatan
Oleh
Faktor langsung tingginya angka stunting yaitu kurangnya asupan makanan. Asupan
makanan sangat ditentukan oleh praktik pemberian makan yang baik pada balita,
meskipun bahan makanan tersedia dalam jumlah yang cukup dan seorang ibu
memiliki pengetahuan gizi yang tinggi namun pada praktik pemberian makan masih
kurang tepat maka tidak akan mendukung secara penuh terhadap pengawasan asupan
gizi anak. Asupan zat gizi yang optimal menunjang tumbuh – kembang balita baik
secara fisik, psikis maupun motorik. Tujuan dari studi literatur ini untuk menganalisis
dan mensinstesis bukti-bukti/literature tentang Praktik pemberian makan berkaitan
dengan kejadian stunting pada balita.
Metode penelitian ini merupakan study literature, database Google Scholer, Pubmed
dan Scient Direct. Hasil penelusuran didapatkan64 artikel yang diindentifikasi dari
tahun 2015-2020. Dari 64 artikel tersebut, ada 5 artikel yang didapatkan setelah
dilakukan skrining berdasarkan kriteria inklusi. Berdasarkan hasil analisis
artikel/jurnal yang di review, didapatkanbahwa praktik pemberian makan berkaitan
dengan kejadian stunting pada balita. Dengan demikian perlunya perhatian dari orang
tua dalam pemberian makan agar dapat mencegah stunting pada balita.
“jatuh berkali-kali dalam setiap perjuangan, kesabaran yang hamper saja putus,
rasa sakit pasti akan selalu dating. Namun, itulah ujian bagi orang-orang yang
mengaku sebagai pejuang”
(Sam Maulana)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala nikmat dan karunia yang telah
diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad S.A.W. Kupersembahkan skripsi ini
kepada : Kedua orang tua tercinta, Ibu Srivanti Mooduto dan Bapak Chandra
Suratinoyo yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mendoakanku dengan
sabar dan ikhlas untuk kesuksesanku serta selalu memberikan motivasi sebagai bekal
masa depanku, serta untuk saudara saya Moh. Utaryo Suratinoyo Saudari saya
Annisa Suratinoyo yang selalu menemani, membantu, memberikan doa, motivasi,
mau mendegarkan segala keluh kesah dan semangat yang tiada hentinnya untukku
agar tetap semangat dan menyelesaikan skripsi ini.
ALMAMATERKU TERCINTA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan
Penulis menyadari dalam penyusunan ini banyak hambatan dan kesulitan yang
dihadapi. Namun berkat doa, usaha, bimbingan, dan bantuan moral maupun material
dan kerja sama yang tulus dari berbagai pihak, maka penulis bisa melewati rintangan
dengan baik. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
membantu, kepada Orang Tua Tercinta Bapak Chandra Suratinoyo dan Ibu Srivanti
pengorbanan, dan kasih sayang yang tulus dan tiada hentinya. Dan ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan untuksaudara Moh. Utaryo Suratinoyo dan Saudari
mau mendegarkan segala keluh kesah dan semangat yang tiada hentinnya. Penulis
Negeri Gorontalo.
2. Dr. Harto S. Malik, M.Hum selaku wakil rektor I, Bapak Dr. Fence M. Wantu,
SH,MHselaku Wakil Rektor II, Ibu Karmila Machmud, S.Pd, M.A., Ph.D
selaku Wakil Rektor III Dan Prof. Dr. Phil. IkhfanHaris, M.Sc selaku Wakil
3. Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra., M.Kes selaku Dekan Fakultas Olahraga dan
Kesehatan. Terima kasih atas segala dukungan dan bimbingan yang diberikan.
Bapak Dr. Hartono Hadjarati, M.Pd selaku wakil dekan I, ibu Dr. Widysusanti
Abdulkadir, Msi, Apt selaku wakil dekan II dan Bapak Edy Duhe, S.Pd, M.Pd
selaku wakil dekan III. Serta seluruh staf tata usaha terima kasih telah
4. Ns. Yuniar M. Soeli, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Jiwa Ketua Jurusan Program Studi
5. Ns. Wirda Y. Dulahu, M.Kep Selaku wakil Sekretaris Jurusan Program Studi
Ilmu Keperawatan.
S.Kep, M.Kep selaku pembimbing II. Ns Ramang Said, S.Kep, Ns., M.Kep dan
Ns Gusti Pandi Liputo, S.Kep, Ns., M.Kep selaku penguji I dan penguji
IIterima kasih yang tak terhingga atas segala ketulusan dan kesabaran, serta
skripsi ini.
banyak memberikan saran dan motivasi kepada penulis dalam hal penyelesaian
studi.
Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membantu saya dari awal proses
Terima kasih atas segala bantuan, dukungan, perhatian dan motivasinya selama
11. Kepada Paman Sumarudin Suratinoyo dan Tante Hamida Rahim yang selalu
12. Teruntuk orang-orang terkasih dan tersayang yaitu opa dan oma. Terima kasih
sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kalian adalah salah satu alasan
sampai penulis tetap kuat dan sabar mengahadapi cobaan selama menempuh
Widya Ningsi Biki, Sela P. Yunus, Diman Apriyadi Manto, Ulfa Imran Puti,
Nuken Pakaya, Indah Ismail Ali, Ayu Mile, dan Nia Noviandari Mootalu.
skripsi ini.
Dukalang, Nurfika, Aldiyansa Abas dan Rifka Rambing, terima kasih mau
15. Seluruh angkatan Vascular 2016 Universitas Negeri Gorontalo, terima kasih
menyenangkan.
Dalam penulisan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwasanya masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis
mengharapkan adanya kritikan, saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
dibidang keperawatan.
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
HALAMAN LOGO........................................................................................ii
HALAMAN JUDUL.......................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................v
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................vi
ABSTRAK.......................................................................................................vii
ABSTRACT.....................................................................................................viii
MOTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................ix
KATA PENGANTAR.....................................................................................x
DAFTAR ISI...................................................................................................xv
DAFTAR TABEL...........................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latara belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................5
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................7
2.1 Kajian Teoritis........................................................................................7
2.1.1 Konsep Praktik Pemberian Makan.................................................7
2.1.2 Konsep Status Gizi.........................................................................14
2.1.3 Konsep Stunting.............................................................................30
2.2 Kerangka Berpikir.................................................................................38
BAB III METODE TINJAUAN LITERATUR...........................................39
3.1 Jenis Penelitian......................................................................................39
3.2 Inklusi Dan Eksklusi.............................................................................39
3.3 Teknik Pengumpulan Data....................................................................40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................42
4.1 Deskripsi Hasil Tinjauan Literatur........................................................42
4.2 Pembahasan...........................................................................................48
BAB V PENUTUP........................................................................................54
5.1 Kesimpulan...........................................................................................54
5.2 Confilct To Interst..................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................55
LAMPIRAN................................................................................................59
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Tinjauan Literatur....................................................................42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Penimbangan Berat Badan Balita Dengan Decin.........................17
1
daya Health Organization (WHO), prevalensi balita
berpen
garuh
pada
penge
mbang
an
potens
bangsa
(Harau
Mitra,
2015)
erdasa
rkan
World
2
proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di
negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan
2017 29.6% 2018 30.8% dan 2019 adalah 29.6 % (Kemenkes, 2020) . Indonesia
terdapat tiga daerah balita dengan stunting yaitu urutan pertama Nusa Tenggara
Timur dengan presentasi (43,82), Sulawesi Barat (40,38), dan Nusa Tenggara Barat
Penyebab langsung adalah kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit infeksi.
Faktor lainnya adalah pengetahuan ibu yang kurang, praktik pemberian makan yang
salah, sanitasi dan hygiene yang buruk dan rendahnya pelayanan kesehatan. Selain itu
masyarakat belum menyadari anak pendek merupakan suatu masalah, karena anak
pendek di masyarakat terlihat sebagai anak-anak dengan aktivitas yang normal, tidak
seperti anak kurus yang harus segera ditanggulangi. Demikian pula halnya gizi ibu
Mitra, 2015).
stunting yaitu kurangnya asupan makanan. Asupan zat gizi yang optimal menunjang
tumbuh – kembang balita baik secara fisik, psikis maupun motorik atau dengan kata
lain, asupan zat gizi yang optimal pada saat ini merupakan gambaran pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal pula di hari depan. Asupan sendiri sangat ditentukan
oleh praktik pemberian makan yang baik pada balita, meskipun bahan makanan
tersedia dalam jumlah yang cukup dan seorang ibu memiliki pengetahuan gizi yang
tinggi namun pada praktik pemberian makan kurang baik maka tidak akan
mendukung secara penuh terhadap pengawasan asupan gizi anak. (khaerunisa intan,
2019)
adalah cara yang dilakukan keluarga dalam praktek pemberian makan contoh
makan, namun pada penelitiannya didapatkan hasil dimana ibu atau pengasuh dalam
praktik pemberian makan 59,5% dengan anak berusia 12 hingga 60 bulan dilakukan
pemberian makan yang tidak konsisten Demikian juga dengan frekuensi makan yang
pada balita sebagian besar kurang. Terdapat banyak balita dengan kategori asupan
kurang dikarenakan balita makan secara tidak teratur. Berdasarkan hasil observasi
dimana balita merupakan masa sulit dalam pemberian makan anak, karena anak sudah
mulai aktif dan pemantauan orang tua juga sudah mulai berkurang. Keadaan gizi
balita dipengaruhi oleh praktik makan keluarga karena balita masih tergantung dalam
memenuhi asupan makan. Semntara itu, kualitas makanan dan gizi sangat tergantung
praktik pemberian makan yang diterapkan pengasuh. Peran orang tua sangat
menentukan statu gizi balita, pada umumnya orang tua memberikan makanan yang
kurang teratur dn terkadang memaksakan suatu makanan kepada anak. Selain itu
tidak ada usaha dari orang tua agar anak mau makan dan lebih membiarkan anak
Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan praktik pemberian makan
pada balita ada disebabkan karena pengetahuan ibu yang kurang tentang asupan gizi,
pemberian makan yang tidak konsisten Demikian juga dengan frekuensi makan yang
rendah dan tidak memperhatikan komposisi makanan sekali makan, dan juga tidak
ada usaha dari orang tua agar anak mau makan dan lebih membiarkan anak jajan
blita.
1.3. Tujuan
Tujuan dari studi literatur ini untuk menganalisis dan mensinstesis bukti-
1.4 Manfaat
kesehatan
Diharapkan dengan adanya informasi ini keluarga yakni orang tua untuk
3. Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya mengenai
Cara yang dilakukan keluarga contoh dalam praktek pemberian makan contoh
waktu makan, penggunaan alat makan, usaha ibu dalam memberikan makanan pada
anak, pemilihan jenis makanan, pengenalan makanan baru, penyiapan dan penyajian
makanan, pantangan makan dan kesulitan anak makan.( Leliyana Nursanti, 2013)
yaitu meliputi:
1) Faktor ekonomi
(Sulistyoningsih, 2011).
dianggap baik ataupun tidak baik yang lambat laun menjadi kebiasaan.
2011).
3) Pendidikan
seseorang, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan
seorang ibu sangat penting dan tepat terutama dalam merawat balita
(Ernawati, 2014).
4) Lingkungan
5) Usia ibu
Usia ibu berpengaruh dalam proses belajar menyesuaikan diri, seiring dengan
Orang tua sering sekali melakukan tindakan tekanan pada balita dalam
aktivitas makan untuk usaha meningkatkan berat badan balita. Bentuk lain
Tekanan yang dilakukan orangtua agar balita mau makan atau menghabiskan
pertumbuhannya.
berapa banyak makanan yang balita makan. Orang tua sering kali berusaha
membatasi konsumsi makanan tertentu pada balitanya dengan cara yang tidak
tepat. Orang tua berusaha membatasi makanan cepat saji bagi balita. Orang
Hadiah atau reward merupakan hal yang disuka balita, namun hadiah atau
reward juga bisa menimbulkan dampak buruk bagi perilaku makan pada
balita. Bentuk hadiah atau reward yang tepat yang dapat dilakukan pada
balita dengan memberikan pujian, pelukan, ciuman pada balita jika balita
membuat balita berada dalam kondisi yang nyaman dan berimbas pada
4. Regulasi emosi
Regulasi emosi lebih menekankan pada bagaimana dan mengapa emosi itu
5. Kontrol (Control)
Kontrol makanan merupakan tindakan yang dilakukan orangtua terhadap
makanan yang dikonsumsi oleh balita. Adapun bentuk kontrol yang dapat
mendorong balita untuk makan. Orang tua sering melakukan tindakan tekanan
makan untuk usaha meningkatkan berat badan balita. Bentuk tekanan yang
dilakukan orang tua dapat berupa pemberian hadiah atau reward pada balita.
Edukasi makanan sehat dapat dilakukan saat aktivitas pemberian makan pada
memberikan suapan sayur pada balita atau ketika balita menolak untuk makan
sayur. Ibu merupakan pendidik keluarga, pengajaran tentang zat gizi dan
makanan sehat pada balita diberikan oleh ibu karena ibu memiliki
oleh ayah.
Orang tua sering sekali melakukan tindakan tekanan pada balita berupa
balita.
kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga. Balita usia 3-5 tahun
mempunyai ciri khas yaitu sedang dalam proses tumbuh kembang, ia banyak
secara perlahan balita harus mampu memilih dan menentukan makanan sehat
bagi dirinya. Perkembangan kognitif dan motorik pada usia balita yang belum
proses tersebut.
makan apa saja yang mereka sukai, oleh karena itu penting orang tua untuk
memantau nutrisi balita. Ketika pola makan balita teratur maka gizi balita
sesuatu melalu model peran. Model peran ditunjukkan orang tua dan orang
Untuk melihat sesuai atau tidaknya pemberian makan pada balita dapat dilihat
1. Jadwal
Ada jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur, yaitu
tiga kali makanan utama dan dua kali makanan kecil diantaranya. Susu dapat
diberikan dua – tiga kali sehari. Waktu makan tidak boleh lebih dari 30 menit.
2. Lingkungan
3. Prosedur
Dorong balita untuk makan sendiri. Bila balita menunjukan tanda tidak mau
kembali makanan secara netral, yaitu tanpa membujuk ataupun memaksa. Bila
setelah 10 – 15 menit balita tetap tidak mau makan, akhiri proses makan.
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi merupaka indicator yang
pemanfaatan zat gizi dalam tubuh. Asupan energi yang masuk ke dalam
menciptakan status gizi normal. Apabila keadaan gizi tersebut tidak terjadi
maka dapat menimbulkan masalah gizi baik masalah gizi kurang dan
( Mardalena, 2017), Dalam ilmu gizi, ada 2 metode penilaian status gizi
a) Antropometri
Antropometri berarti adalah ukuran tubuh manusia.
yang lebih konpleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan.
ulang dan objektif, siapa saja bias dilatih mengukur, relatife murah,
riwayat gizi masa lalu, bias untuk skrining, dan mengevaluasi status
terdiri dari :
ini.
badan lainnya.
WUS dengan risiko KEK adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang
dari 23.5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
badan sehat dan tidak sehat. Indeks massa tubuh alias BMI
b) Pemeriksaan Klinis
tubuh yaitu kulit, gigi, gusi, bibir, lidah, mata dan alat kelamin.
c) Biokimia
makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan
b) Statistika vital
pendidikan.
C. Permasalahan Gizi
(KEP) akan berakibat pada mutu kualitas sumber daya manusia terutama
apabila KEP terjadi pada masa pertumbuhan yaitu bayi, balita dan remaja,
oleh karena itu harus ditangani dengan benar dan tepat. Masalah KEP dapat
diketahui dari rendahnya cadangan lemak dan otot yang ditandai dengan balita
kurus. Anak yang kurus menunjukkan bahwa asupan gizi anak rendah,
sehingga persediaan lemak dan otot tubuhnya sedikit. Karena asupan gizi
rendah, maka anak tidak mempunyai daya tahan tubuh (antibodi) yang cukup,
sebanyak 17.9% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan gizi buruk.
Telah terjadi penurunan kalau dibandingkan dengan data tahun 1990 yaitu
sebesar 31.0%. Hasil pemantauan status gizi (PSG) tahun 2016 menunjukkan
bahwa jumlah balita yang tergolong sangat kurus sebesar 3,7% dan balita
tergolong kurus sebesar 8,9%. Sementara data jumlah anak sekolah dan
remaja yang tergolong sangat kurus sebesar 2,4%, dan yang tergolong sangat
kurus sebesar 7,4%. Walaupun persentase balita kurus ini sudah jauh lebih
pertumbuhan tinggi badan anak yang tercermin dari panjang atau tinggi
badan. Panjang atau tinggi badan anak yang tidak mencapai nilai optimal
disebut pendek atau sangat pendek. Anak yang pendek atau sangat pendek
disebabkan oleh asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh dalam
waktu yang relatif lama. Anak yang kekurangan asupan gizi sejak lahir
sampai balita dipastikan anak ini mempunyai tinggi badan yang rendah
(pendek).
atau anak, akan berakibat pada kecerdasan otak setelah dewasa, orang yang
pendek cenderung kurang cerdas. Orang yang pendek juga sulit untuk
mempunyai prestasi yang baik pada bidang olah raga. Orang-orang yang
badan yang cukup. Agar seseorang mempunyai tinggi badan yang baik maka
kandungan (semasa usia kehamilan). Pertumbuhan tinggi badan ini terjadi dari
usia lahir sampai sekitar 17 tahun untuk perempuan dan sekitar usia 20 tahun
adalah dalam bentuk retinol yang terdapat pada hewani (hati, telur, dll).
dalam bentuk beta caroten. Beta caroten ini dalam tubuh akan diubah menjadi
retionol.
A adalah rabun senja, kalau tidak ada upaya intervensi maka akan menjadi
3. Kekurangan Vitamin B
saat kehamilan
4. Kekurangan Vitamin C
pendek yaitu tubuh yang lemas serta kulit yang tidak sehat. Namun, apabila
menyebabkan sistem imun terganggu, dan bahkan luka yang sulit sembuh.
5. Kekurangan Vitamin D
seperti pada ikan salmon dan tuna, berguna untuk membantu mengatur kadar
6. Kekurangan Vitamin E
1. Stunting
seusianya. Stunting merupakan masalah gizi yang kronis yang terjadi akibat
berbagai penyebab dari di masa lalu. Hal ini meliputi asupan gizi yang buruk,
mengalami penyakit infeksi berulang, dan berat badan lahir rendah (BBLR). Atau
dengan kata lain, stunting bisa dikatakan sebagai kondisi kurang gizi pada anak-
Bahkan asupan ibu sebelum dan saat hamil sangat memengaruhi apakah si
kecil berpeluang alami stunting atau tidak. Maka itu, masalah gizi yang satu ini
memang berakar dari berbagai hal, bisa jadi gizi ibu atau bayi yang tak tercukupi
dilihat dalam GPA dengan menggunakan pengukuran TB/U, anak stunting akan
masuk kategori kurang dari -2 standar deviasi (SD). Ini artinya, di dalam grafik
Biasanya, anak dengan stunting akan lebih pendek dibandingan dengan rata-
rata tinggi teman seusianya. Tinggi badan anak tersebut tidak akan kembali normal
b) Proporsi tubuh mungkin tampak normal, tapi anak terlihat lebih muda atau
2. Marasmus
Marasmus adalah kekurangan gizi yang terjadi karena anak tidak mendapatkan
asupan energi dalam waktu yang cukup lama. Hal ini menyebabkan anak marasmus
Tanpa adanya nutrisi penting tersebut, otomatis persediaan energi pada tubuh
sangatlah rendah. Bukan itu saja, berbagai fungsi tubuh tentu akan ikut terganggu,
c) Perut cekung
d) Cenderung cengeng
3. Kwashiorkor
Sedikit berbeda dengan marasmus, kwashiorkor adalah kekurangan
gizi akibat dari rendahnya asupan protein. Padahal, protein berperan penting
sebagai zat untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.
Hal utama yang membedakan kwashiorkor dan marasmus, yakni tampak pada
badan anak turun drastis. Ini karena tubuh anak memiliki banyak cairan
A. Definisi Stuting
kekuranga gizi atau kegagalan pertumbuhan di masa lalu dan digunakan sebagai
indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Chilhood stunting
Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabakan oleh asupan gizi yang
kuranf dalam waktu yang lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dalam kandungan dan baru
Nampak pada saat anak umur dua tahun. Menurut Millennium Challenge
Account 2013 (MCA), Meningkatnya angka kematian dan anak terjadi karena
kekurangan gizi pada usia dini yang dapat menyebabkan penderita mudah sakit
dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa (MCA, 2013). Stunting
merupakan bentuk dari proses pertumbuhn anak yang terhambat, yang termasuk
salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian (Priyono, Sulistiani, dan
Ratnawati, 2015)
rumus tinggi badan menurut umur (TB/U) Panjang Badan Menurut Umur
(PB/U) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat
dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup
sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak dilahirkan
jarang orang tua keberatan diukur anaknya. Kelemahan indeks TB/U yaitu
tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, dapat terjadi
Sumber kesalahan bisa berasal dari tenaga yang kurang terlatih, kesalahan
pada alat dan tingkat kesulitan pengukuran. TB/U dapat digunakan sebagai
indeks status gizi populasi karena merupakan estimasi keadaan yang telah lalu
kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik, seharusnya dalam keadaan
Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam
a) Anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam
bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.
Stunting yang parah pada anak, akan terjadi defisit jangka panjang
adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan
kondisi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-
2 tahun) maka tidak dapat berkembang dan kondisi ini sulit untuk
dapat pulih kembali. Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah sel
stunting yaitu :
Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama di kalangan balita
ialah akibat kekurangan zat gizi sebagai akibat kekurangan konsumsi makanan
dan hambatan mengabsorbsi zat gizi. Zat energi digunakan oleh tubuh sebagai
mendapat makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan badan atau
adanya ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi
stunting pada balita. Kurangnya asupan energi dan protein menjadi penyebab
yang menyebabkan orang orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah
Pada umumnya tingkat pendapatan naik jumlah dan jenis makanan cenderung
untuk membaik tetapi mutu makanan tidak selalu membaik (Aditianti, 2010).
terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan yang paling kecil
perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih baik taraf
2. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau
makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang
kecukupan gizi dan penyakit infeksi terdapat hubungan sebab akibat yang
tubuh yang menurun. Sebaliknya pula infeksi yang sering diderita akan
menyebabkan anak yang tadi gizinya baik akan menderita gangguan gizi.
Sehingga disini terlihat interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan
pada anak-anak adalah diare dan ISPA. Diare dapat menyebabkan anak
dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya yang dapat menyebabkan gizi
kurang.
2.2 Kerangka Berfikir
Stunting
StatusGizi
udaya
an
gan
penelitian ini data-data yang diperlukan diperoleh dari sumber pustaka. Studi
pustakan berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian lain yang
2019).
a. Inklusi
2. Teks lengkap
KEMENKES
menggunakan microtise
metode PICO(S/T) yang berfokus pada populasi yaitu ibu-ibu yang memiliki
database :
pada
kata kunci yang digunakan peneliti yaitu Praktik Pemberian Makan dan
feeding and stunting didapatkan hasil artikel sebanyak (38), kemudian pada
database Science Direct dengan kata kunci yang digunakan peneliti yaitu,
judul dan abstrak tidak memberikan informasi yang cukup maka peneliti
menilai artikel/jurnal dengan teks lengkap, dan didapatkan dari hasil skrining
Analisis dari 5 jurnal yang digunakan dalam penelitian ini memiliki metode
yang berbeda-beda.
berhubungan dengan status gizi adalah riwayat penyakit infeksi dan pemenuhan
asupan zat gizi, kedua faktor yang saling mempengaruhi tersebut terkait dengan
berbagai penyebab tidak langsung antara lain praktik pemberian makan (Abdul
pemberian makan yang dilakukan oleh pengasuh atau ibu dan rata-rata hasil
menunjukkan praktik pemberian makan yang salah atau tidak benar menjadi
penyebab stunting.
dilakukan pada Oktober 2014 hingga Februari 2015. sampel ditentukan dengan
menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini asupan energi (p <0,001) dan
nutrisi makro lainnya seperti karbohidrat (p <0,001), protein (p <0,001) serta lemak
(p <0,008). Selagi asupan zat gizi mikro yang berkontribusi terhadap kejadian
stunting adalah asupan vitamin A (p <0,036) dan seng (p <0,050). Selain asupan,
Distrik Mpwapwa, Tanzania selama musim pasca panen. Informasi tentang praktik
bawah usia satu tahun dikumpulkan. Empat puluh sampel makanan umum
dikumpulkan dan dianalisis komposisi proksimat, zat besi, seng dan kalsium.
Kandungan energi, protein dan lemak dalam bubur berkisar antara 40,67-63,92 kkal,
0,54–1,74% dan 0,30-2,12%, masing-masing. Kandungan zat besi, seng dan kalsium
(mg / 100 g) dalam bubur adalah 0,11-2,81, 0,10-3,23, dan 25,43-125,55, masing-
masing. Ukuran porsi rata-rata kecil (bubur: 150-350 g; kacang-kacangan dan daging:
39-90 g). Sangat sedikit anak (6,67%) mengkonsumsi makanan sumber hewani.
Frekuensi makan rendah, kandungan gizi rendah, ukuran porsi kecil dan terbatas
penelitian cross sectional responden dipilih secara consecutive sampling Lima puluh
sembilan subjek (27,2%) dari 217 total subjek termasuk kelompok stunting. Angka
kemaknaan pemberian makan cukup dan pemberian makan secara responsif dengan
kejadian stunting sebesar 0,003 dan 0,012. Ketepatan waktu dan pemberian makan
secara aman dengan kejadian stunting memiliki nilai p>0,05. Perilaku ibu dalam
hubungan dengan stunting, tetapi pemberian makan secara tepat waktu dan aman
Sabuj Kanti Mistry, Md. Belal Hossain, and Amit Arora (2019),
sampel acak dan dilakukan antara Oktober 2015 dan Januari 2016. Penelitian ini
menganalisis informasi dari 3009 pasangan ibu-anak dari dua wilayah survei yang
dipilih: i) daerah di mana EHC paket disampaikan (perbandingan; n = 1452), ii) area
dengan paket konseling EHC plus gizi (intervensi; n = 1557) dikirimkan. Tes Chi-
square dilakukan untuk membandingkan praktik pemberian makan anak dan stunting
desain yang sama yaitu cross sectional berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Desiansi Merlinda Niga, dan Windhu Purnomo (2016) menggunakan desain kasus-
(OR=2,037; 95% CI; 1,318-3,149) dan praktik kebersihan terhadap kejadian stunting
4.2 Pembahasan
Praktik pemberian makan yang teratur berarti memberikan semua zat gizi
yang diperlukan baik untuk energi maupun untuk tumbuh kembang yang optimal.
Jadi apapun makanan yang diberikan, anak harus memperoleh semua zat yang
sesuai dengan kebutuhannya, agar tubuh balita dapat tumbuh dan berkembang.
Artinya, selain tubuh balita menjadi lebih besar, fungsi – fungsi organ tubuhnya
harus berkembang sejalan dengan bertambahnya usia balita. Seorang anak sampai
dikonsumsinya. Pada umur 2-5 tahun anak sudah mulai bisa meminta sesuatu,
termasuk meminta makanan yang dia inginkan seperti meminta makan, minum
susu atau makanan lain yang disukai. Maka dalam membiasakan praktik
pemberian makan yang baik dan benar pada anak balita sebaiknya mendapat
perhatian utama dari orangtuanya, agar anak tidak mengalami defisit nutrisi. Oleh
karena itu pengaturan makanan harus mencakup jenis makanan yang diberikan,
waktu usia makan mulai diberikan, besarnya porsi makanan setiap kali makan dan
frekuensi pemberian makan setiap harinya. Mulai memasuki usia 1 tahun, orang
tua perlu membuat jadwal harian pemberia makan anak (food diary) agar anak
terbiasa makan teratur dengan begitu asupan nutrisi anak akan terpenuhi dengan
tumbuh kembang pada anak. Keadekuatan asupan nutrisi pada anak dapat dinilai
dengan keadaan status gizi yang ditandai dengan anak kurus, normal, dan gemuk.
Asupan nutrisi yang kurang akan menyebabkan kondisi kesehatan anak menjadi
kurang baik, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, serta dapat
dan berpengaruh pada nafsu makan, jika pemberian makan tidak terpenuhi maka
tumbuh kembang anak akan terganggu masalah yang terjadi berupa Stunting
Seorang anak dikatakan stunting jika nilai Z-score TB/U atau PB/U kurang dari -2
SD. (Sri Melfa Damanik dkk, 2019) Stunting bukan hanya menjadi permasalahan
gizi pada balita secara nasional, melainkan menjadi permasalahan global. Hal ini
165 juta anak dan sekita 80% Negara berkembang menyumbangkan untuk kasus
asupan nutrisi yang kurang memadai, dan penyakit yang menyebabkan langsung
masalah gizi anak. Keadaan tersebut terjadi karena praktik pemberian makan yang
Peran orang tua sangat menentukan status gizi balita, pada umumnya orang
tua tidak terlalu memperhatikan kadungan gizi dari makanan yang diberikan
untuk tubuh kembang anak yang terpenting hanya bagaimana anak bisa makan
dan kenyang, orang tua memberikan makanan yang kurang teratur dan terkadang
memaksakan suatu makanan kepada anak. Selain itu tidak ada usaha dari orang
tua agar anak mau makan dan lebih membiarkan anak jajan sembarangan. Hal ini
dan Cica Yulia (2019)., sikap ibu dalam praktik pemberian makan pada anak
anak, pemberian makan yang responsif, termasuk dorongan dari ibu atau
pengasuh untuk makan, perhatian ibu pada nafsu makan anak, waktu yang tepat
dalam pemberian makan, dan cara menciptakan hubungan yang baik dalam
dari gangguan, waktu pemberian makan yang konsisten, serta pengawasan dan
Pada 5 artikel ilmiah yang dilakukan oleh Hendrayati (2015) dalam penelitian
pemberian makan, dimana 59% ibu pada anak usia 12-60 bulan diberikan
pemberian makan yang tida konsiste, begitu pola dengan frekwensi pe,berian
makan sebesar 58,9% dalam hal ini frekwinsi pemberian makan cenderung lebih
sedikit sehingga tidak mencukupi kebutuhan gizi anak. ., Kissa B. M. Kulwa Dkk
yang tidak memadai berupa jenis makanan yang diberikan kandungan gizinya
redah., Desiansi Merlinda Niga, dan Windhu Purnomo (2016) dalam penelitian
mereka didapatkan bahwa Praktik pemberian makan yang kurang tepat antara lain
pemberian makan yang kurang baik di lihat berdasarkan pemberian ASI eksklusi
menyebabkan anak tidak terpenuhi nutirisinnya., Sabuj Kanti Mistry, Md. Belal
Hossain, and Amit Arora (2019) penelitian mereka membandingkan daerah yang
sesuai dengan usia anak. Didapatkan hasil bahwa pravelensi stunting menunjukan
mempunyai peluang sebanyak 8 kali untuk memiliki anak dengan statu gizi
normal dibandingkan dengan orang tua yang kurang optimal dalam pemberian
makan. Hal ini dilatar belakangi oleh tingkat pendidikan, Hal ini sejalan dengan
penelitian Zulia Perdani dkk 2016, dalam penelitian ini semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan
penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ngaisyah 2015,
pendapatan diatas UMR hanya sedikit yakni sebanyak 45 orang (22%). Hal ini
meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang
Dari adanya beberapa artikel ilmiah yang telah di review, maka peneliti
stunting pada balita. Jika praktik pemebrian makan yang diberikan pada balita
baik hal ini berpengaruh juga tehadap asupan zat gizi atau nutrisi dari balita. Akan
tetapi selain dari praktik pemberian makan yang menyebabkan terjadinya stunting
pada balita ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya stunting pada balita
berupa pendidikan dan tingkat ekonomi. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus
bagi ibu-ibu yang memiliki balita untuk meperhatikan pertumbuhannya, jika ibu
jumlah makanan harus sesuai dengan usia anak, serta frekwensi makan yang
konsisten jika pemberian makan tidak terpenuhi maka tumbuh kembang anak
akan tergangguhal ini jika terjadi secara lama akan menyebakan masalah gizi
berupa stunting. Di buktikan dengan artikel ilmiah yang di review dalm studi
Aritonang, Irianton. (2015). Memantau dan Menilai Status Gizi Anak, Aplikasi
Standar WHO-Antro 2005. Yogyakarta: Leutika Books.
Damanik Melfa Sri., dan WandaDessie. 2019. Pengaruh Praktik Pemberian Makan
Terhadap Risiko Stunting Pada Balita DiBeberapa Negara Berkembang:
Studi LiteraturThe Influence Of Feeding Practice On The Risk Of Stunting In
Infant And Young ChildrenIn Developing Countries: A Literature Review.
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Target Tujuan Pembangunan
MDGs. Direktorat Jendral Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2015.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2016. 3. World Health Organization.
Mardalena, I. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. Pustaka Baru press.
Yogyakarta
Mikhail W. Z. A., Sobhy H. M., El-sayed H, H., Khairy S, A., Salem H. Y. A., Samy
M. A. 2013. Effect of Nutritional Status on Growth Pattern of Stunted
Preschool Children in Egypt. Academic Journal of Nutrition 2(1):01-09.
Ngaisyah Dewi Rr. 2015. Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita Di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul.Jurnal Medika
Respati
Par‟i, M Holil dkk. 2017. Penilaian Status Gizi. Pusat pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Perdani Putri Zulia., Hasan Roswita., dan Nurhasanah. 2016. Hubungan Praktik
Pemberian Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 3-5 Tahun Di Pos Gizi
Desa Tegal Kunir Lor Mauk. Program Studi S1 Keperawatan dan Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang
Pramuditya SW. 2010. Kaitan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Gizi
Ibu,Serta Pola Asuh dengan Perilaku Keluarga Sadar Gizi dan Status Gizi,
Bogor : Departemen Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya Keluarga,Fakultas
Pertanian,Institut Pertanian Bogor
Purwani, E. (2013). Pola mberian Makan dengan Staus Gizi Anak Usia 1 sampai 5
Tahun dikabunan Taman Pemalang. Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
United Nations Children‟s Fund. 2010. Unicef. 2010. Penuntun Hidup Sehat. J
akarta: Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
United Nations Children‟s Fund. 2012. Unicef, 2012. Indonesia laporan tahun 2012.
UNICEF : Jakarta
United Nations Children‟s Fund. 2013. Unicef, 2013. Improving Child Nutrition The achievable
imperative for global progress.
United Nations Children‟s Fund. 2017. Levels And Trends In Child Malnutrition.
Ganeva: United Nations sub-region.
World Health Organization. 2018. Levels And Trends In Child Malnutrition. Ganeva:
WHO.
Yati Yuni Dewi. 2018. Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Stunting Pada
Balita Usia 36-59 Bulan Di Desa Mulo Dan Wunung Di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonosari I. Universitas Aisyah Yogyakarta.
Yuliana, W. dan Hakim, B. N. 2019. Darurat Stunting Dengan Melibatkan
Keluarga. Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia. Sulawesi Selatan
Yuliana, W. and Bawon Nul Hakim (2019) „Darurat stunting dengan melibatkan
keluarga‟. Galesong: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.
LAMPIRAN
1. Judul
2. Abstrak Google Scholer (n=5)
Screening 3. PDF Science Direct (n=1)
4. Full text
5. 2015-2020 Pubmed (n=3)
Artikel 1
Artikel 2
Artikel 3
Artikel 4
Artikel 5
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN2020 FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN
Siti Utari Suratinoyo1, dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes2, Ita Sulistiani Basir, S.Kep,
Ns, M.Kep3
1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UNG
2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UNG
3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UNG
ABSTRAK
masing. Kandungan zat besi, seng dan waktu dan aman tidak memengaruhi
kalsium (mg / 100 g) dalam bubur kejadian stunting.
adalah 0,11-2,81, 0,10-3,23, dan Sabuj Kanti Mistry, Md. Belal
25,43-125,55, masing-masing. Ukuran Hossain, and Amit Arora (2019),
porsi rata-rata kecil (bubur: 150-350 g; menggunakan desain penelitian yang
kacang-kacangan dan daging: 39-90 masih tetap
g). Sangat sedikit anak (6,67%) samacross
mengkonsumsi makanan sumber sectional.pengambilan sampel acak
hewani. Frekuensi makan rendah, dan dilakukan antara Oktober 2015
kandungan gizi rendah, ukuran porsi dan Januari 2016. Penelitian ini
kecil dan terbatas Varietas mengurangi menganalisis informasi dari 3009
kontribusi makanan untuk kebutuhan pasangan ibu-anak dari dua wilayah
gizi harian. survei yang dipilih: i) daerah di mana
Kemudian penelitian yang EHC paket disampaikan
dilakukan oleh Viramitha Kusnandi (perbandingan; n = 1452), ii) area
Rusmil, Rizkania Ikhsani, Meita dengan paket konseling EHC plus gizi
Dhamayanti, Tisnasari Hafsah (2019) (intervensi; n = 1557) dikirimkan. Tes
menggunakan desain penelitian cross Chi-square dilakukan untuk
sectional responden dipilih secara membandingkan praktik pemberian
consecutive sampling Lima puluh makan anak dan stunting prevalensi
sembilan subjek (27,2%) dari 217 total antara intervensi dan
subjek termasuk kelompok stunting. perbandingan.prevalensi stunting
Angka kemaknaan pemberian makan secara signifikan lebih rendah di
cukup dan pemberian makan secara daerah di mana intervensidisampaikan
responsif dengan kejadian stunting dibandingkan dengan daerah
sebesar 0,003 dan 0,012. Ketepatan perbandingan (29% vs 37%, P
waktu dan pemberian makan secara <0,001). Dari ke empat jurnal di atas
aman dengan kejadian stunting menggunakan desain yang sama yaitu
memiliki nilai p>0,05. Perilaku ibu cross sectional berbeda dengan
dalam praktik pemberian makan secara penelitian yang dilakukan Desiansi
keseluruhan menunjukkan nilai Merlinda Niga, dan Windhu Purnomo
p<0,05. Praktik pemberian makan (2016) menggunakan desain kasus-
secara keseluruhan memiliki hubungan kontrol. Hasil penelitian Terdapat
dengan kejadian stunting. Kecukupan hubungan antara praktik pemberian
dalam pemberian makan dan makan (OR=2,037; 95% CI; 1,318-
pemberian makan secara responsif 3,149) dan praktik kebersihan terhadap
memiliki hubungan dengan stunting, kejadian stunting (OR=1,447; 95% CI
tetapi pemberian makan secara tepat 1,007-2,079), sedangkan praktik
perawatan kesehatantidak memiliki
hubungan karena tingkat signifikan (p)
(0.05)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN2020 FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN
score TB/U atau PB/U kurang dari dalam praktik pemberian makan
-2 SD. (Sri Melfa Damanik dkk, pada anak sangat dipengaruhi
2019) Stunting bukan hanya penyesuaian metode makan dengan
menjadi permasalahan gizi pada kemampuan psikomotor anak,
balita secara nasional, melainkan pemberian makan yang responsif,
menjadi permasalahan global. Hal termasuk dorongan dari ibu atau
ini dibuktikan dengan jumlah anak pengasuh untuk makan, perhatian
mengalami stunting di Negara ibu pada nafsu makan anak, waktu
berkembang yaitu 165 juta anak yang tepat dalam pemberian
dan sekita 80% Negara makan, dan cara menciptakan
berkembang menyumbangkan hubungan yang baik dalam
untuk kasus stunting (MCA- pemberian makan, menciptakan
Indonesia, 2013). Masalah gizi situasi pemberian makan, termasuk
khususnyastunting disebabkan kebebasan dari gangguan, waktu
asupan nutrisi yang kurang pemberian makan yang konsisten,
memadai, dan penyakit yang serta pengawasan dan
menyebabkan langsung masalah perlindungan selama makan.
gizi anak. Keadaan tersebut terjadi Pada 5 artikel ilmiah yang
karena praktik pemberian makan dilakukan oleh Hendrayati (2015)
yang tidak tepat, penyakit infeksi dalam penelitian mereka
yang berulang (UNICEF didapatkan bahwa ada
Indonesia, 2012). permasalahan yang mencolok pada
Peran orang tua sangat praktik pemberian makan, dimana
menentukan status gizi balita, pada 59% ibu pada anak usia 12-60
umumnya orang tua tidak terlalu bulan diberikan pemberian makan
memperhatikan kadungan gizi dari yang tida konsiste, begitu pola
makanan yang diberikan untuk dengan frekwensi pe,berian makan
tubuh kembang anak yang sebesar 58,9% dalam hal ini
terpenting hanya bagaimana anak frekwinsi pemberian makan
bisa makan dan kenyang, orang tua cenderung lebih sedikit sehingga
memberikan makanan yang kurang tidak mencukupi kebutuhan gizi
teratur dan terkadang memaksakan anak. ., Kissa B. M. Kulwa Dkk
suatu makanan kepada anak. Selain (2015) dalam penelitian mereka di
itu tidak ada usaha dari orang tua dapatkan bahwa praktik pemberian
agar anak mau makan dan lebih makan yang tidak memadai berupa
membiarkan anak jajan jenis makanan yang diberikan
sembarangan. Hal ini didukung kandungan gizinya redah.,
oleh penelitan yang dilakukan oleh Desiansi Merlinda Niga, dan
Intan Khaerunnisa, Ai Nurhayati, Windhu Purnomo (2016) dalam
dan Cica Yulia (2019)., sikap ibu penelitian mereka didapatkan
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN2020 FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN
A. Data Pribadi
B. Riwayat Pendidikan
6. Juara 3 Kejuaraan Nasional Karate Antar PPLP III se-Indonesia Medan 2014
10. Peserta Masa Orientasi Mahasiswa Baru (MOMB) Tahun 2016 Universitas
Negeri Gorontalo.
11. Peserta pelatihan Komputer dan Internet Universitas Negeri Gorontalo Tahun
2016.
14. Peserta Pelatihan “Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS)” Pada Tahun
2019.