SKRIPSI
Oleh
Segala puji hanya kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-
penyusunan skripsi ini, banyak mendapat dukungan, bantuan serta doa dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis berterima kasih kepada kedua orang tua Bapak
Ismail Sadi dan Risna Lamuka yang selalu memberikan dukungan moril serta
do’a yang tidak pernah putus untuk kesuksesan anaknya. Kemudian kepada
Mursyidah S.Kep, M.Kes yang dengan penuh rasa sabar dan sabar dalam
membimbing sejak proposal hingga skripsi ini selesai. Selain itu dengan segala
kepada :
1. Prof. Dr. Hi. Syamsul Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Gorontalo.
2. Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.Pd selaku Wakil Rektor I Universitas
Negeri Gorontalo.
3. Supardi Nani, SE, M.Si. selaku Wakil Rektor II Universitas Negeri
Gorontalo.
4. Dr. Fence M. Wantu, SH., MH. selaku Wakil Rektor III Universitas Negeri
Gorontalo.
6. Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes selaku Dekan Fakultas Olahraga dan Kesehatan
7. Risna Podungge, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Dekan I Fakultas Olahraga dan
8. dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes. selaku Wakil Dekan II Fakultas Olahraga dan
9. Ruslan S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Dekan III Fakultas Olahraga dan
10. dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes. selaku Ketua Program Studi Jurusan
11. dr. Vivien Novariana A. Kasim, M.Kes selaku Sekretaris Program Studi
Penguji I. Terima kasih atas masukan dan sarannya kepada peneliti demi
skripsi ini.
13. Ns. H. Ahmad Aswad S.Kep M.PH Selaku Dosen Penguji II. Terima kasih
atas masukan dan sarannya kepada peneliti demi kesempurnaan skripsi ini.
14. Seluruh Staff Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Olahraga
dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo. Terima kasih atas ilmu yang
15. Pihak-pihak terkait yaitu Dr. Andang Ilato, SH.,MM Selaku Direktur Rumah
16. Seluruh Pasien Asma Di ruangan G3 Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloe Saboe
17. Seluruh keluarga besarku yang tidak dapat disebut satu persatu. Terima kasih
atas motivasi dan segala bantuannya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
18. Kakakku, Risam Sedi Lamuka S.Ars dan Maya Rifai, Terima kasih atas
19. Kakakku, Fadliyanti Iyonu S.Ei, Faisal Iyonu S.H, Mohammad Iyonu S.Hi,
Mellyana Daud S.E,Sardi Ticoalu S.Ag, terima kasih atas arahan yang
memotivasi terhadapku.
20. Untuk Paman dan Tanteku, Husin Iyonu dan Sarintan Bouty, terima kasih
selama ditanah rantau ini yang menjadi sosok orang tua untukku, yang
Terima kasih atas bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini bisa
terselesaikan.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Mohon
maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat.
Semoga segala bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan serta do’a yang telah
diberikan mendapat imbalan pahala dari Allah SWT. Semoga skripsi ini
Penulis
PENDAHULUAN
Dipsnea atau sesak napas adalah gejala yang umum terlihat sebagai
perasaan nyeri karena kesulitan bernapas, napas menjadi pendek (sesak napas)
dan pasien merasa tercekik pada saat bernapas. Adanya penggunaan otot-otot
dan pectoralis mayor. Selain itu kadang-kadang juga disertai pernapasan cuping
pernapasan melebihi frekuensi pernapasan normal yaitu sampai 20 kali per menit,
dan takipnea ini dapat muncul dengan a tau tampa dipsnea. Hiper ventilasi adalah
normal. (Bararah,2013)
menghabiskan uang 154 juta dolar Amerika untuk mengatasi efeknya. Selain itu
gangguan jantung dan kangker dan angka ini terus naik. Pada tahun 2008 insiden
Menurut WHO 2012, jumlah PPOK mencapai 274 juta jiwa dan diperkiraan
meningkat menjadi 400 juta jiwa ditahun 2020 mendatang, dan setengan dari angka
akut di Indonesia adalah 1,8 persen dan 4,5 persen. Lima provinsi yang
mempunyai insiden dan prevalensi pneumoni tertinggi untuk semua umur adalah
Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barata dan Sulawesi
prevalensi 17,4 di dunia masing-masing terdiri dari infeksi paru 7,2%, penyakit
didunia yaitu 7,8 juta jiwa. Penderita PPOK di rumah sakit umum daerah pandang
arang boyolali berdasarkan data inhalansi rekam medik pada tahun 2014 sebanyak
217 jiwa, pada tahun 2015 sebanyak 84 dan 47 jiwa diantaranya mengalami
tahun mendatang.(Riskesdas,2015)
Sementara itu di RSUD Prof. Dr. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo yang
medical record RSUD Prof. Dr. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo terjadi
peningkatan jumlah kunjungan asma pada tahun 2014 hingga tahun 2015 yaitu
154 pasien di tahun 2014 dan 175 pasien pada tahun 2015, akan tetapi pada tahun
2016 pasien penderita sesak menurun yaitu 150 pasien, dengan rata-rata pasien
mortalitas. Infeksi saluran pernapasan jauh lebih sering terjadi dibanding dengan
infeksi sistem organ tubuh lain dab berkisar dari flu biasa dengan gejala serta
meningkat dan sekarang merupakan penyebab utama cacat kronik dan kematian.
(Price,2005)
yaitu Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan
bantal yang tinggi, diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung
Olahraga teratur, menghindari allergen, terapi emosi dan tehnik olah napas.
Sedangkan untuk farmakologi yaitu pemberian Quick relief medicine dan long
Beberapa teknik olah napas ini tidak hanya khusus dirancang untuk pasien,
karena sebagian dari teknik pernapasan ini dapat bermanfaat untuk berbagai
penyakit lainnya. Namun demikian, ada juga beberapa teknik pernapasan yang
memang khusus untuk pasien dengan gejala sesak yaitu teknik pernapasan
didasari oleh latihan pernapasan yang bertujuan untuk mengurangi kontraksi jalan
nafas. Buteyko merupakan sebuah terapi yang mempelajari teknik pernapasan
paru, jika teknik ini dipraktikan sering, maka dapat mengurangi gejala dan tingkat
Tujuan utamanya adalah menurunkan ventilasi total (minute volume) selama sesi
latihan, mengembalikan pusat kontrol respirasi dan mengontrol jalan napas dalam
masa yang lebih panjang. Tujuan lain yang lebih penting adalah mendorong
pernapasan hidung dari pada pernapasan mulut dan teknik untuk membersihkan
hidung diajarkan untuk menunjang hal itu (Sandy Thomas, 2004 dalam Prasetyanto,
2010).
judul pengaruh pernapasan Buteyko terhadap penurunan gejala pasien asma kota
design dengan hasil penelitian adalah ada pengaruh kuat antara teknik pernapasan
Buteyko terhadap penurunan gejala asma pada pasien asma (p value 0.00 dan nilai
eta squared 0.93). Perbedaan dengan penelitian saya yaitu tempat dan desain
kota Gorontalo dan tehnik yang digunakan Nurdiansya yaitu quasy experimental
interna pada tanggal 31 januari 2017 dengan 4 orang pasien, 2 diantaranya sering
mengalami serangan sesak nafas tiba-tiba dengan durasi biasanya 5-10 menit.
Biasanya pasien memanfaatkan obat resep dokter untuk mengatasi asma. Menurut
perawat untuk meminum obat segera, untuk meminimalisir serangan sesak nafas.
komplementer baik itu teknik pernafasan Buteyko ataupun olahraga nafas lainnya.
Buteyko di RSUD Prof. Dr. H. Aloe Saboe sebagai suatu upaya meminimalisir
asma kota tangerang selatan, dengan hasil penelitian adalah ada pengaruh
Gorontalo.
Gorontalo.
Gorontalo.
1.5 Manfaat penelitian
sesak nafas.
1. Bagi peneliti
nafas.
2. Bagi pasien
nafas.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
ke dalam jaringan tubuh tidak sebanding dengan oksigen yang dibutuhkan oleh
tubuh. Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
Dipsnea atau sesak napas adalah gejala yang umum terlihat sebagai
perasaan nyeri karena kesulitan bernapas, napas menjadi pendek (sesak napas)
dan pasien merasa tercekik pada saat bernapas. Adanya penggunaan otot-otot
dan pectoralis mayor. Selain itu kadang-kadang juga disertai pernapasan cuping
pernapasan melebihi frekuensi pernapasan normal yaitu sampai 20 kali per menit,
dan takipnea ini dapat muncul dengan atau tampa dipsnea. Hiper ventilasi adalah
normal. (Bararah,2013)
emosional. (Bararah,2013)
2. Asma
2.1.2 Etiologi
Pada asalnya memang seseorang tersebut memiliki paru – paru dan organ
tubuh akan memulai fungsi tidak normal. Tetapi, ini tidak otomatis membuat
tubuh menderita, sebab secara alami akan melindungi diri sendiri. Namun
asma timbul sebagai reaksi dari sistem pertahanan tubuh yang bekerja terlalu
keras.
b. Sesak Nafas karena Faktor lingkungan
lingkungan berdebu atau asap dapat memicu sesak nafas berkepanjangan. Polusi
pada saluran hidung disebabkan pula oleh rokok yang dengan langsung dapat
Sesak Nafas karena kurangnya asupan cairan sehingga lendir pada paru –
paru dan saluran nafas mengental. Kondisi ini juga menjadi situasi yang
tulang atau otot tegang pada punggung bagian atas akan menghambat sensor
Orang – orang yang gelisah, depresi, ketakutan, rendah diri cenderung untuk
sering menahan nafas atau justru menarik nafas terlalu sering dan dangkal
sehingga terengah – engah. Dalam waktu yang lama, kebiasaan ini berpengaruh
terhadap produksi kelenjar adrenal dan hormon yang berkaitan langsung dengan
sistem pertahanan tubuh. Kurang pendidikan bisa juga menyebabkan sesak nafas.
Pengetahuan akan cara bernafas yang baik dan benar akan bermanfaat dalam
jangka panjang baik terhadap fisik maupun emosi seseorang.( Price dan
Wilson,2006)
2.1.3 Manifestasi Klinis
Batuk adalah engeluaran udara secara paksa yang tiba – tiba dan biasanya
b. Dada berat
Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri pada dada. Biasanya dada berat
diasosiasikan dengan serangan jantung. Akan tetapi, terdapat berbagai alasan lain
untuk dada berat. Dada berat diartikan sevagai perasaan yang bera dibagian dada.
Rata – rata orang juga mendeskripsikannya seperti ada seseorang yang memegang
jantungnya.
c. Mengi
Mengi merupakan sunyi pich yang tinggi saat bernapas. Bunyi ini muncul ktika
udara mengalir melewati saluran yang sempit. Mengi adalah tanda seseorang
mengalami kesulitan bernapas. Bunyi mengi jelas terdengar sat ekspirasi, namun
bisa juga terdengar saat inspirasi. Mengi umumnya muncul ketika saluran napas
menyempit atau adanya hambatan pada saluran napas yang besar atau pada
(somantri,2009)
Gambar 1 Penderita Dispnea
2.1.4 Klasifikasi
berikut :
b. Ringan, rasa napas pendek bila berjalan cepat mendatar atau mendaki.
c. Sedang, berjalan lebih lambat dibandingkan orang lain sama umur karena
e. Sangat berat, terlalu sesak untuk keluar rumah sesak saat mengenakan atau
melepaskan pakaian.
2.1.5 Patofisiologi
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika
obstruksi aliran udara yang sedang hingga parah), tidak dapat bernapas dalam,
volume tidal (fibrosis pulmonal, restriksi dinding dada) Pernapasan yang berat
b. Radiologi
Berdasarkan pada foto toraks PA/AP dan lateral serta fluoroskopi akan
tumor paru.
d. Elektrokardiogram (EKG)
e. Pemeriksaan sputum
2008)
2.1.7 Penatalaksanaan
sesaknya
1) Olahraga teratur
2) Menghindari alergen
2.1.8 Komplikasi
a. Nyeri Dada
Nyeri dada dapat disebabkan oleh penyakit jantung, paru atau nyeri
alih abdomen. Nyeri dada pada paru dapat disebabkan oleh penyakit
pneumonia atau infark paru.2 Ada dua jenis nyeri dada karena nyeri paru:
Nyeri pleuritik adalah salah satu dari dua jenis nyeri dada; nyeri
dada yang lain adalah nyeri sentral (central pain, viseral pain). Nyeri
parietalis, seperti infeksi, tumor. Parenkim paru tidak sensitif terhadap rasa
sakit, baik rangsangan langsung maupun tidak langsung. Rasa nyeri pada
pleura. Rasa nyeri pada kanker paru merupakan indikasi adanya invasi
pada pleura atau dinding dada.5 Pada beberapa pasien tertentu, rasa nyeri
dapat timbul tanpa adanya invasi pleura dan dinding dada. Iritasi nervus
dinding dada terdekat, sedangkan rasa nyeri yang berasal dari diafragma
trapezius ipsilateral pada basis leher dan bahu. Penyebab nyeri pleuritik
yakni :
Otoimun
4. Skleroderma (Rosmin,2006)
2.2.1 Definisi
salah satu tehnik olah napas yang bertujuan untuk menurunkan ventilasi alveolar
terhadap hiperventilasi paru penderita asma (Gina, 2005 dalam Adha, 2013).
dasar dan berguna untuk mengurangi gejala dan memperbaiki tingkat keparahan
ketergantungan penderita asma terhadap obat/ medikasi asma. Selain itu, teknik
pernapasan ini juga dapat meningkatkan fungsi paru dalam memperoleh oksigen
inilah yang akhirnya menyebabkan relaksasi otot polos pada dinding bronkus
selama serangan asma, pasien asma bernapas dua kali lebih cepat dibandingkan
orang normal, yang kemudian kondisi ini dikenal dengan istilah hiperventilasi.
dalam, maka jumlah CO2 yang dikeluarkan akan semakin meningkat. Hal ini dapat
menyebabkan spasme pada otot polos bronkus, kejang pada otak, pembuluh
darah, spastik usus, saluran empedu dan organlainnya. Bila pasien asma bernapas
dalam, maka semakin sedikit jumlah oksigenyang mencapai otak, jantung, ginjal
Kekurangan CO2 dalam pada organ-organ vital (termasuk otak) dan sel-selsaraf
nyaman dan memungkinkan untuk duduk dengan posisi yang benar. Jika
tidak memiliki kursi dengan sandaran yang lurus, maka posisi kepala,
3. Konsentrasi
Tutup mata dan fokus pada pernapasan. Rasakan udara yang bergerak
masuk dan keluar dari lubang hidung dan gerakan berbeda dari tubuh
4. Relaksasi Bahu
bahu rileks dengan posisi alamiah setiap kali bernapas. Relaksasi juga
udara harus dapat dirasakan keluar dari lubang hidung, tetapi posisi jari
6. Bernapas dangkal
napas, maka mulailah menarik napas kembali. Hal ini akan menyebabkan
hal ini, akan terjadi peningkatan jumlah napas yang dihirup per menit,
8. Istirahat
9. Latihan Blok
memeriksa denyut nadi dan control pause sebelum dan setelah latihan.
Dibandingkan dengan sesi awal, maka control pause harus lebih panjang
penderita asma yang cenderung bernapas secara berlebihan agar dapat bernapas
secara benar. Selain itu, tujuan lain dari teknik pernapasan ini adalah untuk
Pada metode teknik pernapasan Buteyko, ada beberapa hal yang menjadi
tujuan dari teknik tersebut yaitu (Longe, 2005 dalam Nurdiansyah, 2013):
1. Memperbaiki pola pernapasan, sehingga mempertahankan
yang baik pada jaringan dan organ vital. Oksigenasi yang buruk tersebut memicu
pembuluh pada otot halus, karena itu penurunan CO2 yang signifikan dapat
Sehingga pada teknik pernapasan Buteyko ada tiga jalan yang menstabilkan
2. Pelatihan
3. Mengenali penyebabnya
berbicara, stres yang panjang, dan kebiasaan lain. Metode Buteyko juga
memberikan saran terhadap pola diet dan gaya hidup seperti itu.
banyak hal-hal yang signifikan terhadap metode ini untuk menangani masalah
terhadap penurunan gejala asma pada pasien asma (p value 0.00 dan
nilai eta squared 0.93). Perbedaan dengan penelitian saya yaitu tempat
hal ini berarti nilai p value <0,05. Kerelevan penelitian saya dengan
dengan hasil rata –rata (mean) pengontrolan asma meningkat yaitu 20,35
menjadi 21,29 serta nilai signifkansinya (p value < 0,05) adalah 0,00.
oleh pasien seperti batuk, sesak nafas, bengi, rasa tertekan di dada dan
Faktor keturunan
Faktor lingkungan
penyebab
Kurangnya asupan
cairan
Kestabilan emosi
Dispnea
Penanganan
umum
Pencegahan Farmakologi
1) Olahraga teratur
Non Farmakologi
2) Menghindari alergen
3) Terapi emosi dan Latihan
olah napas
Terkontrolnya
Gejala Sesak
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Pengaruh
METODE PENELITIAN
Gorontalo. Adapun waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli
2017 sampai Penelitian dilakukan yaitu di Ruangan G3 Interna RSUD Prof. Dr.
H. Aloe Saboe
2013).
digunakan pada penelitian ini adalah rancangan one-group test design (rancangan
pra-pasca tes dalam satu kelompok) yaitu dimana tidak ada kelompok
intervensi.
Kelompok intervensi
01 X 02
Ket:
dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara
menciptakan suatu dampak pada variabel terikat (setiadi 2013). Adapun variabel
penyakit asma.
3.3.3 Definisi Operasional
3.4.1 Populasi
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan gejala sesak di Ruang G3
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, sampel adalah elemen
2013). Dalam penelitian ini sampel adalah pasien dengan diagnosa asma
bronkhial yang memenuhi kriteria sampel dengan jumlah sampel yaitu 16 pasien.
2 orang dari jumlah populasi tidak dijadikan sebagai sampel, karena berusia 72
peneliti dan cocok dengan sumber data (Sugiyono, 2015). Sampel dalam
penelitian ini adalah anggota dari populasi yang memiliki kriteria inklusi
umum subjek penelitian dari suatu populasi target dan jangkauan yang akan
1. Data primer
2. Data sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder berupa data jumlah pasien yang
gejala sesak, berupa pilihan checklist yang terdiri dari pilihan S: selalu, SR:
sering, KK: kadang-kadang, J: Jarang, TP : tidak pernah. Bila jawaban benar akan
diberi skor masing-masing S: 1, SR: 2, KK:3, J: 4, TP: 5. Serta alat dan bahan
berupa informed concent dan Timmer seperti jam tangan atau jam dinding yang
terdapat penunjuk etik digunakan untuk menghitung waktu saat mengukur control
pause pasien dan saat responden melakukan latihan teknik pernapasan Buteyko.
Pada hari pertama penelitian, peneliti melakukan proses identifikasi calon
responden dan meminta kesediaan calon responden untuk menjadi sampel pada
mengenai tujuan dan prosedur pelaksanaan dari teknik pernafasan buteyko. Pada
hari pertama ini juga peneliti kemudian melakukan intervensi dengan memandu
Pada hari kedua dan ketiga penelitian, peneliti masih tetap melaksanakan
responden. Pada hari keempat, lima, enam dan tujuh pasien diminta untuk terus
melakukan teknik pernafasan buteyko tanpa dipandu oleh peneliti. Peneliti hanya
langsung oleh observer dimana melihat respon pasien sesak nafas dalam
2. Entri data
tabel kontigesi.
3. Cleaningy
dilakukan.
dan diinterpretasikan lebih lanjut untuk menguji hipotesa. Dalam penelitian ini,
untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan. Analisa data yang dilakukan
(Notoatmodjo, 2013):
1. Analisa univariat
2. Analisa bivariate
alternative (Ha).
x̅1 − ̅̅̅
x2
𝑡=
S12 S22 S1 S2
√ + − 2r ( ) ( )
n1 n2 √n1 √n2
Keterangan :
x2 = Rata-rata sampel 2
̅̅̅
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat,
2015).
masalah etika yang sangat penting dalam penelitian. Hal tersebut dilandasi dengan
informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain:
dan lain-lain.
2. Tanpa nama (Anominity)
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
3. Kerahasiaan (Confidentialy)
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
a. Prinsip Manfaat
asma.
c. Prinsip Keadilan
yang diajarkan.
BAB IV
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Umum Daerah Prof Dr Aloei Saboe Kota Gorontalo siap melayani para pasien
dengan handal dan maksimal. Untuk yang sangat peduli dengan kesehatan, RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Gorontalo bisa menjadi salah satu pilihan bagi warga
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
pertama kali dibangun pada tahun 1926 dan dimanfaatkan sejak tahun 1929
dengan nama Rumah Sakit Umum Kotamadya Gorontalo. Awalnya berupa satu
gedung yang terdiri dari 4 (empat) ruangan, yaitu : Apotik, Poliklinik dan Rawat
Inap. Tahun demi tahun bangunan ditambah dan sejak akhir PELITA I (1978)
dilaksanakan pembangunan Rumah Sakit,baik fisik maupun non fisik. Pada tahun
Dasar. Pada tanggal 17 September tahun 1987 Rumah Sakit Umum Kotamadya
Gorontalo berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Prof. Dr. H. Aloei Saboe
97 Tahun 1987.
4.2 Hasil
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Aloei Saboe
Kota Gorontalo pada tanggal 5 Juni Sampai dengan tanggal 5 Ju li Jenis penelitan
inklusi. Variabel bebas yaitu teknik pernafasan Buteyko serta variabel terikat yaitu
berikut:
1. Umur Responden
RI (2009).
2. Jenis Kelamin Responden
(50,0%)
Buteyko
Tabel 4.5 : Terkontrolnya gejala sesak sebelum dan sesudah tehnik
Kota Gorontalo
No Sebelum Sesudah
Sesak Nafas
n % n %
1. Tidak Terkontrol 16 100,0 2 12,5
2. Terkontrol Baik 0 0,0 13 81,3
3. Terkontrol Total 0 0,0 1 6,3
Jumlah 16 100 16 100
Sumber : Data Primer, 2017
sesak nafas di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, seluruh
yang mengalami sesak nafas di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
berpasangan, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas atas data hasil
Tabel 4.6 : Uji Normalitas Data Hasil Penelitian Terkontrolnya Gejala Sesak
sebelum dan sesudah Teknik Pernafasan Buteyko Di RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Jenis
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
0.175 16 0.200* 0 16 0.060
Gejala Pre Test
.892
Sesak
Post Test 0.182 16 0.164 0.910 16 0.115
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan table 4.6 hasil uji normalitas tersebut, dapat dilihat bahwa nilai
Sig. pre test yaitu 0,060 dan Sig. post test yaitu 0,115 (>0,05) sehingga dapat
diartikan bahwa data hasil penelitian Terkontrolnya Gejala Sesak sebelum dan
sesudah Teknik Pernafasan Butuyko Di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
terkontrolnya gejala sesak di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
berikut:
Tabel 4.7 : Efektifitas Tehnik Pernapasan Buteyko Terhadap terkontrolnya
gejala sesak di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Berdasarkan tabel 7 diatas, dapat dilihat bahwa nilai T hitung = 9,582 dan
nilai ρ = 0,000. Dengan hipotesis penelitian T hitung > T tabel (9,582 > 2,131)
dan nilai ρ < α (0,000 < 0,05), maka dapat diinterprestasikan bahwa tehnik
pernapasan Buteyko efektif terhadap gejala sesak pada penderita sesak di RSUD
4.3 Pembahasan
4.3.1 Gejala Sesak Sebelum Dilakukan Teknik Pernafasan Buteyko
Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sebelum dilakukan tehnik
pern apasan buteyko 16 responden (100%) mengalami gejala sesak yang tidak
terkontrol.
nafas yang tidak terkontrol, hal ini terjadi akibat saluran pernapasan terinfeksi
ataupun terganggu sehingga jika mulai terinfeksi akan menyebabkan sesak nafas,
sesak nafas. Hal ini sebagaimana hasil observasi peneliti pada responden yang
mengalami sesak nafas, responden mengatakan gejala sesak sering terjadi tiba-
tiba. sesak napas ini terjadi dan sering kali mengganggu aktifitas ataupun
gangguan tidur pada responden, sering kali yang dilakukan responden untuk
obat oral.
Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebanyak
sesak napas sebanyak 3 sampai 6 kali dalam seminggu selama 4 minggu terakhir,
62,5% responden terbangun dimalam hari akibat sering mengalami sesak nafas
alat semprot darurat atau obat oral untuk melegakan pernafasan sebanyak 2-3 kali
seminggu dan sebanyak 56,3% responden merasa bahwa mereka dapat cukup
dengan berbagai pertanyaan mengenai beberapa hal yang dapat sebagai pencetus
serangan seperti alergen yang dihirup, pajanan, lingkungan kerja, polutan dan
iritan di dalam dan diluar ruangan, asap rokok, refluks gastroesofagus dan sensitif
dengan obat-obatan.
pencetus sesak nafas tersebut. Asumsi peneliti tersebut didasarkan pada hasil
wawancara pada pasien, didapatkan jawaban responden bahwa terkadang sesak
nafas muncul secara tiba-tiba, tanpa mengetai penyebab terjadinya sesak napas
tersebut. Pada saaat sesak napas berlangsung pasien dan keluarga tidak dapat
melakukan apapun melainkan memanfaatkan obat semprot atau obat oral sebagai
pereda sesak nafas tersebut tanpa mengetahui adanya metode alternatif yang lebih
Gorontalo
Buteyko pada pasien asma di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo,
mengalami gejala sesak tidak terkontrol turun menjadi 2 orang (12,5%), yang
dan yang mengalami gejala sesak terkontrol total menjadi sebanyak 1 orang
(6,3%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden setelah melakukan
terkontrol baik dan total tersebut disebabkan karena pasien telah menerapkan
teknik pernafasan buteyko dengan baik dan benar, sehingga saluran pernafasan
pasien tidak lagi mengalami penyempitan dan proses pernafasan dapat berjalan
dengan lancar.
terkontrol disebabkan oleh posisi pasien yang kurang efektif dan tidak sesuai
prosedur yang ada dalam tindakan tehnik buteyko ini, sehingga pada tindakan
tehnik buteyko masih terdapat responden yang gejala sesaknya tidak terkontrol
baik. Posisi yang sering ditemukan dalam penelitian ini yaitu posisi terlentang ,
yang seharusnya dalam posisi yang baik yaitu duduk yang benar yaitu posisi
kepala, bahu, dan pinggul harus diatur supaya tegak lurus. Rasionalnya jika posisi
yang benar dilakukan maka aliran udara dalam paru-paru akan teratur.
gejala sesak sebanyak 1-2 kali dalam seminggu selama seminggu terakhir, 62,5%
responden tidak pernah lagi terbangun dimalam hari akibat sering mengalami
menggunakan alat semprot darurat atau obat oral untuk melegakan pernafasan
sebanyak 1 kali saja dalam seminggu dan sebanyak 68,8% responden merasa
bahwa mereka dapat mengontrol dengan baik tingkat terjadinya gejala sesak
memiliki beberapa prinsip yang harus dilakukan, yaitu nose clearing exercise
bahwa penyebab utama terjadinya sesak nafas karena masalah hiperventilasi yang
(Lingard, 2008).
bahu, pemantauan aliran udara dan pemberian terapi buteyko yaitu terapi napas
tarik napas (inspirasi) lewat hidung dan dihembuskan (ekspirasi) melalui hidung
juga. Durasi tindakan buteyko ini dilakukan kurang lebih 5 menit, dalam 3 kali
sehari.
yang membuka jalan nafas sehingga tidak terjadi penyempitan saluran nafas.
dilakukan tehnik pernapasan buteyko terdapat pasien yang gejala sesak mengalami
minimal.
Gorontalo.
0,000. Dengan hipotesis penelitian T hitung > T tabel (9,582 > 2,131) dan nilai ρ
< α (0,000 < 0,05), maka dapat diinterprestasikan bahwa tehnik pernapasan
Buteyko efektif terhadap terkontrolnya sesak nafas di RSUD Prof. Dr. H. Aloei
pernafasan Buteyko, seluruh pasien mengalami sesak nafas tidak terkontrol yaitu
sebanyak 16 orang (100%) dengan nilai rata-rata pengontrolan gejala asma yaitu
14,06. Sesudah dilakukan teknik pernafasan Buteyko pada pasien di RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, terjadi peningkatan pengontrolan sesak nafas
, dimana yang mengalami sesak nafas tidak terkontrol hanya sebanyak 2 orang
(12,5%), yang mengalami sesak terkontrol baik meningkat sebanyak 13 orang
(81,3%) dan yang mengalami sesak nafas terkontrol total sebanyak 1 orang
yang akibatkan oleh gejala sesak. Selanjutnya sebelum dilakukan tehnik buteyko,
gejala sesak ini sering mengganggu tidur responden terutama dimalam hari yang
buteyko gejala sesak tidak lagi gangguan tidur pada responden. Untuk
penggunaan obat oral atau obat semprot darurat sebelum dilakukan tehnik buteyko
mengatakan penurunan tingkat penggunaan obat oral ataupun obat seprot. Pada
mengatakan gejala sesak responden hanya cukup terkontrol, akan tetapi setelah
Hasil tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Huyton (2006) dalam
hidung), efek turbulensi disaluran nafas yang diakibatkan oleh penyempitan jalan
teratur Teknik pernapasan Buteyko melatih cara bernapas yang efektif dan efisien
sesak nafas secara kausatif yaitu dengan memperbaiki cara dan pola bernapas
paksa serta penekanan pada otot dinding dada yang menyebabkan rasa sesak
(Murphy, 2005).
Sementara itu, Murphy (2005) menyatakan pula bahwa teknik pernafasan
bagus untuk dilakukan oleh pasien karena dapat meningkatkan ventilasi paru
pasien asma sehingga gejala asma dapat dikurangi. Teknik pernapasan Buteyko
terperangkap di dalam darah. Selain itu, oksigen yang dihirup dapat dioptimalkan
terdahulu, seperti penelitian dari Zara (2012) yang mendapatkan hasil Terdapat
penurunan gejala asma dengan signifikasi p value 0,00 (p<0,05) di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Baru Kecamatan Bayang Painan Pesisir Selatan Tahun 2012.
independent t-test terhadap post intervensi dan post kontrol, menunjukkan bahwa
nilai p untuk pengukuran gejala asma mingguan = 0.003, dan nilai p untuk
pengukuran gejala asma bulanan =0.002, sehingga dapat disimpulkan p< 0,05
yang artinya terdapat perbedaan penurunan gejala asma mingguan dan gejala
asma bulanan antara post intervensi teknik pernapasan Buteyko dengan post
kontrol. Maka, dapat disimpulkan bahwa teknik pernapasan Buteyko efektif untuk
pasien dapat lebih mengontrol timbulnya gejala sesak. Hal tersebut disebabkan
mengembalikan pusat kontrol respirasi dan mengontrol jalan nafas dalam masa
penelitian adalah dimana masih ada pasien yang tidak termasuk dalam kriteria
disebabkan oleh konsumsi oksigen dan obat-obatan ataukah karna tehnik buteyko
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
gejala asma pada penderita asma di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
gejala sesak yang tidak terkontrol yaitu 16 orang (100%) dengan nilai rata-
5.1.2 Sesudah dilakukan teknik pernafasan Buteyko pada pasien gejala sesak di
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, terjadi penurunan gejala
sesak, dimana yang mengalami gejala sesak tidak terkontrol sebanyak 1
orang (6,3%), yang mengalami gejala sesak terkontrol baik sebanyak 13
orang (81,3%) dan yang mengalami gejala sesak terkontrol total sebanyak
1 orang (6,3%). Dengan nilai rata-rata pengontrolan gejala sesak 21,81%.
5.1.3 Tehnik pernapasan Buteyko efektif terhadap terkontrolnya gejala sesak di
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, T hitung = 9,582 dan
nilai ρ = 0,000.
5.2 Saran
penelitian ini dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien asma dalam
Buteyko sehingga dapat terus mengontrol gejala asma yang timbul sehingga tidak
pernafasan dan pengobatan non farmakologis lainnya pada pasien sesak napas
Asthma, G. initiative for. (2014). Pocket guide for asthma management and
prevention (for adults and children older than 5 years). (online)
http://www.ginasthma.org/, akses tanggal 12 Juni 2017.
Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Cara Untuk Penyakit Asma. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Global Initiative for Asthma (GINA). 2011. Global Strategy for Asthma
Management and Prevention, (online)
http://www.ginasthma.com/GuidelineItem.asp? intId=1170. Diakses
pada tanggal 24 Januari 2017.
Lingard, Michael. 2008. The Buteyko Guide To Better Asthma Management. Ed.
1. Hawkhurst : Totalhealt Matters.
Murphy. 2005. The Buteyko (Shallow Breathing) Method for Controlling Asthma,
(online)
http://www.btinternet.com/~andrew.murphy/asthma_Buteyko_
shallow_ breat hing.html. akses tanggal 30 Juni 2017.
ABSTRAK
ABSTRAK
Nurhikmah Sedi Lamuka. 2017. Efektifitas Tehnik Pernapasan Buteyko
Terhadap Terkontrolnya Gejala Sesak Di Rsud Prof. Dr. H. Aloe Saboe Kota
Gorontalo. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Olah Raga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Zuhriana K. Yusuf,
M.Kes dan pembimbing II Ns. Andi Mursyidah S.Kep.,M.Kes
Pada gejala sesak yang sering terjadi adalah pernapasan cuping hidung,
takipnea dan hiperventilasi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
tehnik pernapasan Buteyko terhadap terkontrolnya gejala sesak di RSUD Prof. Dr.
H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Desain penelitian menggunakan pre experimental design dengan
rancangan one-group test design. Pengambilan sampel menggunakan tehnik
accidental sampling dengan populasi semua pasien gejala sesak. Sampel
berjumlah 16 responden. Instrument penenlitian menggunakan lembar observasi.
Analisa data menggunakan uji t-berpasangan.
Hasil yang didapatkan sebelum dilakukan tehnik pernafasan Buteyko pada
gejala sesak seluruhnya mengalami gejala sesak tidak terkontrol yaitu (100%).
Setelah dilakukan teknik pernafasan Buteyko, didapatkan gejala sesak tidak
terkontrol (6,3%), gejala sesak terkontrol baik sebanyak (81,3%) dan gejala sesak
terkontrol total sebanyak (6,3%) dengan hasil didapatkan nilai T-hitung > T-tabel
(9,582 > 2,131) dan nilai p-value < α (0,000 < 0,05).
Didapatkan kesimpulan bahwa tehnik pernapasan buteyko efektif terhadap
terkontrolnya gejala sesak di RSUD Prof. Dr. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo.
Disarankan institusi rumah sakit agar menerapkan standar operasional prosedur
tehnik pernapasan buteyko untuk mengatasi sesak
Murphy. 2005. The Buteyko (Shallow _____, 2014. Pedoman Diagnosis dan
Breathing) Method for Penatalaksanaan Asma di
Controlling Asthma, Indonesia. Persatuan
(online) Dokter Paru Indonesia.
http://www.btinternet.com/ Jakarta.
~andrew.murphy/asthma_B Rakhimov, Artour.2011. Normal
uteyko_ shallow_ breat Breathing: The Key to Vital
hing.html. akses tanggal 30 Health. (online) http://
Juni 2017. www.normalbreathing.com
Muttaqin, A.2008. Asuhan diakses pada tanggal 20
Keperawatan Klien Dengan April 2012.
Gangguan Sistem Refikasari, D.2015. Dampak Polusi,
Pernapasan. Jakarta: Penderita Asma Di
Salemba Medika. Indonesia Jumlahnya
Nurdiansyah. 2013. Pengaruh Tehnik meningkat. (online)
Pernapasan Buteyko http://www.lifestyle.sindon
Terhadap Penurunan ews.com. Diakses pada
Gejala Pasien Asma Kota tanggal 05 Maret 2017
Tangerang Selatan.
Program Pasca Sarjana Riset Kesehatan Dasar. 2013. Asma Di
Universitas Islam Negeri Indonesia. (online)
Syarif Hidayatullah. Jakarta http://www.kompasiana.co
m, diakses pada tanggal 14 Asma, Diakses pada tanggal
Februari 2017. 8 februari 2017dari
http://www.infoasma.org/as
Ringel, Edward.2012.Buku Saku Hitam ma.html.
Kedokteran Paru. Jakarta: WHO, 2011, The Publich Health
Indeks. Implications Of Asthma,
Santoso, M.F, Hermayetty, Abu, B. Bulletin Of The Publich
2014. Perbandingan Health Revier.
Latihan Napas Buteyko dan --------.2013 Asthma. (online)
Upper Body Exercise http://www.who.int/mediac
Terhadap APE Pada pasien entre/factsheets/fs307/
Dengan Asma Bronkhial. en/index.html. Diakses
Universitas Eirlangga. pada tanggal 14 februari
Jakarta 2017.
Setiadi. 2014. Konsep dan Praktik Widjaya, I.2010. Asma.Yogyakarta:
Penulisan Riset Pinang Merah.
Keperawatan. Yogyakarta Zara, A. 2015. Pengaruh teknik
:Graha Ilmu pernafasan Buteyko
Somantri, I.2009. Asuhan Keperawatan terhadap penurunan gejala
pada Klien dengan asma di wilayah kerja
Gangguan Sistem Puskesmas Pasar Baru
Pernapasan,Edisi 2.Jakarta: kecamatan Bayang Painan
Salemba Medika Pesisir Selatan. Fakultas
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Keperawatan. Universitas
Administrasi. Cetakan Ke- Andalas.
20. Penerbit Alfabeta.
Bandung.
Vita Health. (2008). Asma, Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Yayasan Asma. (2008).
Lampiran 2
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
JenisKelamin : L/P
Alamat :
Gorontalo,………..………20
17
Peneliti penderita
Lampiran 3
Kepada Yth.
Bapak/Ibu ....................................................................
Di Gorontalo
Dengan hormat,
NIM : 841413094
Dengan ini memohon kepada bapak/ibu untuk bersedia menjadi responden pada
Pada penelitian ini identitas bapak/ibu akan dirahasiakan dan informasi yang
Hormat Saya,
NO Pertanyaan Skoring
1 2 3 4 5
penderita asma
hiperventilasi paru
3. Alat tulis
Persiapan ruangan:
gangguan
4. Pelaksanaan 1. Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara
buteyko
memungkinkan untuk
lurus.
napas.
5. Pasien diminta untuk relaksasi bahu
3 kali sehari.
MASTER TABEL
EFEKTIFITAS TEKNIK PERNAFASAN BUTEYKO TERHADAP GEJALA ASMA PADA PENDERITA ASMA
DI RSUD PROF. DR. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO
skoring
pilihan 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
jawaban 2 6 5 4 4 4 0 0 0 0 0
3 10 9 10 11 9 0 0 0 1 1
4 0 2 2 1 3 13 9 6 8 11
5 0 0 0 0 0 3 7 10 7 4
persetasi - - - - - 0 0 0 0 0
37,5 31,3 25,0 25,0 25,0 0 0 0 0 0
62,5 56,3 62,5 68,8 56,3 0 0 0 6,25 6,25
- 12,5 12,5 6,3 18,8 81,3 56,3 37,5 50 68,8
- - - - - 18,8 43,8 62,5 43,8 25
Lampiran 7
HASIL ANALISIS SPSS
Dc
Tests of Normality
jenis Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
*
Pre Test .175 16 .200 .892 16 .060
Asma
Post Test .182 16 .164 .910 16 .115
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Frequencies
Notes
Output Created 30-JUN-2017 19:53:21
Comments
Data G:\master.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working 16
Data File
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on all cases with
Cases Used
valid data.
FREQUENCIES
VARIABLES=Umur JK
Syntax
KatPreAsmaKatPostAsma
/ORDER=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:00.00
Resources
Elapsed Time 00:00:00.01
Statistics
Umur Resp Jenis Kelamin Asma Sebelum ASma Sesudah
Resp
Valid 16 16 16 16
N
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Asma Sebelum
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Tidak 16 100.0 100.0 100.0
Valid
Terkontrol
Umur Responden
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Remaja Akhir (17-25 2 12.5 12.5 12.5
Thn)
Dewasa Awal (26-35 5 31.3 31.3 43.8
Thn)
Dewasa Akhir (36-45 4 25.0 25.0 68.8
Valid Thn)
Lansia Awal (46-55 4 25.0 25.0 93.8
Thn)
Lansia Akhir (56-60 1 6.3 6.3 100.0
Thn)
Total 16 100.0 100.0
ASma Sesudah
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
TidakTerkontr 2 12.5 12.5 12.5
Valid
ol
TerkontrolBaik 13 81.3 81.3 93.8
Terkontrol 1 6.3 6.3 100.0
Total
Total 16 100.0 100.0
T-Test
Notes
Output Created 30-JUN-2017 19:53:46
Comments
Data G:\master.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working 16
Data File
User defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Statistics for each analysis are based
Missing Value Handling
on the cases with no missing or out-
Cases Used
of-range data for any variable in the
analysis.
T-TEST PAIRS=PreAsma WITH
PostAsma (PAIRED)
Syntax
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:00.00
Resources
Elapsed Time 00:00:00.01
DOKUMENTASI
INTERVENSI POST-TEST
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
CURICULUM VITAE
2014.