Anda di halaman 1dari 50

[Musculoscletal System] Literature Review

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total atau

sebagian yang disebabkan oleh trauma fisik, kekuatan sudut, tenaga, keadaan tulang,

dan jaringan lunak (Price, 2006). Trauma atau cedera memegang proporsi terbesar

penyebab fraktur. Fraktur merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap

integritas seseorang, sehingga akan mengalami gangguan fisiologis maupun

psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah

keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidaknyamanan secara verbal

maupun non verbal. Padahal rasa nyaman merupakan salah satu kebutuhan dasar

individu dan merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seseorang di

rumah sakit.

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 1,3

juta orang menderita fraktur. Menurut data dari Depkes RI tahun 2011, dari sekian

banyak kasus fraktur di Indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan

memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%.

Kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan 45.987 orang, yang mengalami

fraktur pada tulang femur 19.629 orang, 14.027 orang mengalami fraktur cruris,

3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970 orang mengalami fraktur pada tulang-tulang

kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula. Data laka lantas pada tahun

2015, sebanyak 562 laporan, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 618 laporan

KGD Profesi Ners UNG 2017 1


[Musculoscletal System] Literature Review

polisi, sehingga mengalami kenaikan sebesar 9,9 persen(Antara News Gorontalo).Di

Rumah Sakit Prof.Dr.Aloe Saboe Kota Gorontalo terhitung dari tanggal 1 Juli 2017

s/d 23 Agustus 2017 terdapat 50 pasien dengan trauma,21 di antaranya adalah pasien

dengan fraktur tertutup,sedangkan 13 pasien dengan dislokasi (IRD RSAS 2017)

Nyeri merupakan masalah utama pada pasien fraktur sekaligus merupakan

pengalaman multidimensi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan

(Rizaldi, 2014). Mekanisme munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus nyeri.

Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta

mekanik. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer,

lalu memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan

akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Pesan nyeri

dapat berinteraksi dengan sel-sel inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak

mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak

menginterpretasi kualitas nyeri dan mempersepsikan nyeri (Potter, 2005).Mekanisme

penurunan nyeri berdasarkan atas beberapa teori salah satunya yaitu tentang adanya

endorfin. Endorfin merupakan zat penghilang rasa nyeri yang diproduksi oleh tubuh.

Semakin tinggi kadar endorfin seseorang, semakin ringan rasa nyeri yang dirasakan.

Produksi endorfin dapat ditingkatkan melalui stimulasi kulit. Stimulasi kulit meliputi

massage, penekanan jari-jari dan pemberian kompres hangat atau dingin. (Smeltzer,

2004) Stimulasi kulit menyebabkan pelepasan endorfin, sehingga memblok transmisi

stimulus sensori. Teori gate control mengatakan bahwa stimulasi kulit mengaktifkan

transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini

KGD Profesi Ners UNG 2017 2


[Musculoscletal System] Literature Review

menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A berdiameter kecil

sehingga gerbang sinaps. menutup transmisi impuls nyeri, sehingga nyeri berkurang

(Potter, 2005).

Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen

farmakologi dan manajemen nonfarmakologi. Manajemen farmakologi merupakan

manajemen kolaborasi antara dokter dengan perawat yang menekankan pada

pemberian obat yang mampu menghilangkan sensasi nyeri, sedangkan manajemen

nonfarmakologi merupakan manajemen untuk menghilangkan nyeri dengan

menggunakan teknik manajemen nyeri meliputi, stimulus dan massage kutaneus,

terapi es dan panas (pemberian kompres dingin atau panas), stimulus saraf elektris

transkutan, distraksi, imajinasi terbimbing, hipnotis, dan teknik relasasi.Manajemen

nyeri yang paling sering digunakan secara farmakologis yaitu dengan memberikan

obat opioid, non opioid dan analgetik (Burst, 2011).Perkembangan ilmu kedokteran

tentang managemen nyeri menggunakan terapi farmakologi dianggap lebih efektif

dan efisien serta signifikan dalam mangatasi nyeri, dan realita di praktek klinik

khususnya di rumah sakit kebijakan pimpinan rumah sakit dalam mengatasi nyeri

lebih cenderung menggunakan terapi medis. Selain manajemen nyeri farmakologis

saat ini juga dikembangkan manajemen nyeri non farmakologis, diantaranya berupa

penggunaan teknik distraksi teknik relaksasi, hypnosis, Transcutaneous Electrical

Nerve Stimulation (TENS), pemijatan, tusuk jarum, aroma terapi, serta kompres

hangat dan dingin (Pamela et.al, 2010). Salah terapi non farmakologi yang jarang di

gunakan di rumah sakit adalah tindakan kompres dingin pada pasien

KGD Profesi Ners UNG 2017 3


[Musculoscletal System] Literature Review

fraktur.Managemen nyeri dengan kompres dingin yang dilakukan oleh perawat

dipandang kurang efektif dan efisien. Hal ini didukung adanya hasil wawancara

dengan ±10-15 perawat di dua rumah sakit di ruang rawat bedah orthopaedi

menyatakan bahwa kompres dingin tidak masuk dalam panduan penanganan nyeri,

karena Rumah sakit sudah menentukan bahwa penanganan nyeri menggunakan terapi

obat yang sudah di formulasikan dalam bentuk protokol terapi untuk mengurangi

nyeri sedang sampai berat (Buku Panduan Nyeri RSST, 2015), sehingga perawat

tidak menggunakan tindakan mandiri sebagai penanganan nyeri, tetapi menggunakan

tindakan kolaboratif dalam menurunkan nyeri pada pasien. Kompres dingin adalah

suatu metode dalam penggunaan suhu rendah setempat yang dapat menimbulkan

beberapa efek fisiologis (Price, 2005). Terapi dingin pada kasus muskuloskeletal

digunakan pada kondisi arthritis, fraktur, sprain dan strain, spasme otot, serta cedera

sendi (Halstead, 2004).Kompres dingin dalam praktek klinik keperawatan digunakan

untuk mengurangi nyeri dan edema, karena akan mengurangi aliran darah ke suatu

bagian sehingga dapat mengurangi perdarahan. Diperkirakan bahwa terapi dingin

menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf

sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit. Mekanisme lain yang

mungkin bekerja adalah bahwa persepsi dingin menjadi dominan dan mengurangi

persepsi nyeri. Efektifitas kompres dingin dengan menggunakan metode yang

bervariasi telah banyak diteliti dan diaplikasikan dalam setting pelayanan

keperawatan. Beberapa penelitian yang mendukung diantaranya dilakukan oleh Lewis

& Miller (2008) dan Block (2010) terkait efektifitas Cold Pack dalam megurangi

KGD Profesi Ners UNG 2017 4


[Musculoscletal System] Literature Review

nyeri pada kasus ortopaedi ringan, sedangkan pada kasus ortopaedi berat

menggunakan perendaman air es. Indikasi penggunaan cold compression therapy

mengacu pada indikasi terapi dingin.Namun demikian dari segi efisiensi penggunaan

cold pack lebih dianjurkan. Penelitian lain yang mendukung telah dilakukan oleh

Market & Summer (2011) dan Sheik et al.(2015) yang mebedakan efektifitas

Cryoterapi ( kompres dingin) dengan penggunaan bebat, obat epidural dan narkotik.

Kompres dingin ini juga tidak mengganggu pembuluh darah perifer dan tidak

menyebabkan kerusakan jaringan kulit apabila perendaman dilakukan sesuai

prosedur.

Efektifitas tehnik relaksasi nafas dalam menurunkan nyeri juga banyak diteliti

diantaranya penelitian Chandra, (2013) menyatakan bahwa tehnik relaksasi nafas

dalam dikombinasikan dengan Guided Imagery dapat menurunkan nyeri hebat pada

pasien post Sectio Caesare menjadi nyeri sedang atau ringan. Penelitian lain

dilakukan oleh Byung, (2015) menyatakan relaksasi nafas dalam. dikombinasikan

dengan Proprioceptive Neuron Facilitation (PNF) dapat menurunkan nyeri pada

pasien frozen shoulder .Di Negara Taiwan tehnik relaksasi nafas dalam sudah tidak

diterapkan dalam praktek klinik keperawatan tetapi kompres dingin masih digunakan

dalam mengatasi nyeri, karena merupakan tindakan mandiri perawat dalam mengatasi

nyeri yaitu dengan mengunakan alat Cryoterapi.. Melihat paparan diatas kita bisa

melihat bahwa kompres dingin dapat menurunkan nyeri salah satunya nyeri akibat

fraktur pada tulang. Dengan berkurangnya nyeri maka pasien akan bisa segera

KGD Profesi Ners UNG 2017 5


[Musculoscletal System] Literature Review

melakukan mobilisasi dimana dengan semakin cepat pasien. mobilisasi maka akan

mempercepat penyembuhan luka (Eldawati,2011).

Realita saat ini di praktek klinik keperawatan di Indonesia perawat sudah

meninggalkan tindakan kompres dingin. Perawat tidak lagi menggunakan kompres

dingin dalam mengurangi rasa nyeri. Di era modern saat ini perawat lebih

mengedepankan tindakan kolaboratif pemberian obat untuk menurunkan intensitas

nyeri pada pasien. Panduan penanganan nyeri yang merupakan syarat akreditasi

rumah sakit,, sudah tidak lagi mencantumkan kompres dingin sebagai penanganan

nyeri pada pasien dengan nyeri ringan ataupun sedang, tetapi perawat lebih

menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri ringan. Pada nyeri

sedang dan berat menggunakan terapi obat dalam menangani nyeri (Buku Panduan

Nyeri RSST, 2015).

Efisiensi waktu menjadi alasan tidak digunakanya kompres dingin dalam

penanganan nyeri. Hal ini dapat dilihat dari proses persiapan sampai dengan

pelaksanaan pemberian kompres yang membutuhkan waktu yaitu mulai dari

menyiapkan potongan es yang akan dimasukkan dalam kantong karet kemudian harus

membungkus kantong dengan kain, dan menggantungkan kantong es diatas luka

pasien atau meletakkan kompres diatas luka, menunggu pengompresan dan

mengganti es yang sudah cair dengan es yang. baru. (Kusyati, 2014) Hal ini dirasa

sangat menyita waktu dan tenaga dalam menyiapkan serta melakukan tindakan

keperawatan kompres dingin. Selain faktor waktu, faktor kenyamanan juga

mempengaruhi proses pemberian kompres dingin karena pasien menjadi basah oleh

KGD Profesi Ners UNG 2017 6


[Musculoscletal System] Literature Review

es batu yang mencair. Saat ini telah dikembangkan tehnik kompres dingin dengan

menggunakan cold pack (dry ice).

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Literatur Review ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kompres

dingin untuk mengurangi nyeri pada pasien praktur

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui Konsep nyeri

2. Mengetahui Konsep kompres dingin

3. Mengetahui Hubungan terapi kompres dingin dalam penenganan nyeri

pada pasien fraktur

1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi Profesi

a. Menambah teori mengenai Pengunaan Terapi kompres dingin sebagai

terapi non farmakologi dan diharapkan literatur ini dapat dijadikan

sebagai perkembangan teori yang dapat diterapkan dalam teori

tambahan dan aplikasi dalam asuhan keperawatan di rumah sakit.

b. Diharapkan dapat dijadikan sebagai intervensi keperawatan yang

dikembangkan bagi perawat dalam memodifikasi aplikasi

keperawatan gawat darurat dengan tehnik-tehnik baru dalam terapi

kompres dingin sebagai bagian yang membantu dalam meningkatkan

kualitas pelayanan dan menurunkan menurunkan tingkat nyeri

KGD Profesi Ners UNG 2017 7


[Musculoscletal System] Literature Review

1.3.2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dalam penerapan intervensi keperawatan dalam

penangan masalah nyeri pada pasien fraktur tertutup di di ruang gawat darurat

1.3.3. Bagi pelayanan keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan pemegang kebijakan

serta perawat pelaksana dalam menentukan tindakan mandiri keperawatan

untuk mengatasi nyeri non farmakologi pada pasien fraktur tertutup dan

dislokasi guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

KGD Profesi Ners UNG 2017 8


[Musculoscletal System] Literature Review

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Defenisi Nyeri

Nyeri pada fraktur tertutup merupakan pengalaman sensorik dan emosional

yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau

potensial,atau yang di gambarkan dalam hal kerusakan sedemikian

rupa.(International association for study of pain.NANDA 2014)

Menurut Rizaldi (2014) Nyeri merupakan masalah utama pada pasien fraktur

sekaligus merupakan pengalaman multidimensi yang tidak menyenangkan akibat

kerusakan jaringan .

Nyeri di defenisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional tidak

menyenangkan yang berhubungan dengankerusakan jaringan baik secara aktual

maupun potensial (Winscon Medical Journal 2003,Volume102 No.7)

2.1.2 Klasifikasi

Berdasarkan awitan nyeri dapat di bedakan menjadi 2 jenis yaitunyeri akut dan kronik:

a. Nyeri Akut

Biasanya timbul secara mendadak dengan durasi yang singkat,terbatas,dan pada

umumnya berhubungan dengan suatu lesiyang dapat di identifikasi.

b. Nyeri kronik

Sifatnya menetap dan melampauibatas kesembuhanpenyakit dan biasanya tidak di

temukan suatu penyakit atau kerusakan jaringan

KGD Profesi Ners UNG 2017 9


[Musculoscletal System] Literature Review

Menurut Potter and Harry (2005) ada beberapa macam klasifikasi nyeri

berdasarkan lokasi yakni:

1. Nyeri superficial/kutaneus(nyeri akibat stimulasi kulit)

Karakteristik nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi(contoh jarum

suntik,luka potong kecil,atau laserasi)

2. Viseral dalam Nyeri akibat stimulasi organ-organ internal

Nyeri bersifat difus dan dapat menyebar ke beberapa arah. Durasi bervariasi

tetapi biasanya berlangsung lebih lama daripada nyeri superficial. Nyeri dapat

terasa tajam, tumpul atau unik tergantung dari organ yang terlibat.

3. Nyeri alih terjadi pada nyeri viceral karena banyak organ organ yang tidak punya

reseptor nyeri

4. Radiasi

Sensasi nyeri dapat meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang

lain.nyeri serasa akan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjangbagian

tubuh

2.1.3 Fisiologi Nyeri

Nyeri selalu di kaitkan dengan adanya stimulus(ransang nyeri)dan

reseptor.Reseptor yang di maksud adalah nociseptor ,yaitu ujung ujung saraf

bebas pada kulit yang bersepon terhadap stimulus yang kuat.

KGD Profesi Ners UNG 2017 10


[Musculoscletal System] Literature Review

Stimulus nyeri : biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik

Stimulus nyeri menstimulasi nosiseptor di perifer

Impuls nyeri diteruskan oleh serat afferen (A-delta & C) ke medulla spinalis melalui
dorsal horn
2.1.4

Impuls bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan III)

Impuls melewati traktus spinothalamus

Impuls masuk ke formatio retikularis Impuls langsung masuk ke thalamus

Impuls masuk ke formatio retikularis


Sistem limbik
Fast Pain

Slow Pain

Proses terjadinya nyeri (Prasetyo,2010)

KGD Profesi Ners UNG 2017 11


[Musculoscletal System] Literature Review

2.1.5 Penilaian Skala Nyeri(Pain Assesment )

Skala nyeri yang biasa digunakan dalam dunia kesehatan ada dua yaitu

Wong-Baker Faces Pain rating Skala dan Comparative Pain Scale

1. Skala Wajah (Wong-Baker Faces Pain Rating Scale)

Penilaian nyeri menggunakan skala Wong-Baker sangatlah mudah namun

perlu kejelian sipenilai pada saat memperhatikan ekprei wajah penderita

karena penilaian menggunakan skala ini dilakukan dengan hanya melihat

ekspresi wajah penderita pada saat bertatap muka tanpa menanyakan

keluhannya.

Skala Wong-Baker (berdasarkan eksperesi wajah) dapat dilihat dibawah :

 ekspresi wajah 1 : tidak merasa nyeri sama sekali

 ekspresi wajah 2 : nyeri hanya sedikit

 ekspresi wajah 3 : sedikit lebih nyeri

 ekspresi wajah 4 : jauh lebih nyeri

 ekspresi wajah 5 : jauh lebih nyeri sangat

 ekspersi wajah 6 : sangat nyeri luar biasa hingga penderita menangis

KGD Profesi Ners UNG 2017 12


[Musculoscletal System] Literature Review

2. Skala Angka nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale)

o 0 : tidak ada rasa nyeri / normal

o 1 : nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan nyamuk,

o 2 : tidak menyenangkan (nyeri ringan) seperti dicubit

o 3 : bisa ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditonjok bagian wajah

atau disuntik

o 4 : menyedihkan (kuat, myeri yang dalam) seperti sakit gigi dan nyeri

disengat tawon

o 5 : sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk) seperti

terkilir, keseleo

o 6 : intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga

tampaknya mempengaruhi salah satu dari panca indra)menyebabkan

tidak fokus dan komunikasi terganggu.

o 7 : sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) dan

merasakan rasa nyeri yang sangat mendominasi indra sipenderita yang

menyebabkan tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu

melakukan perawatan sendiri.

KGD Profesi Ners UNG 2017 13


[Musculoscletal System] Literature Review

o 8 : benar-benar mengerikan (nyeri yang begitu kuat) sehingga

menyebabkan sipenderita tidak dapat berfikir jernih, dan sering

mengalami perubahan kepribadian yang parah jika nyeri datang dan

berlansung lama.

o 9 : menyiksa tak tertahankan (nyeri yang begitu kuat) sehingga

sipenderita tidak bisa mentoleransinya dan ingin segera

menghilangkan nyerinya bagaimanapun caranya tanpa peduli dengan

efek samping atau resiko nya.

o 10: sakit yang tidak terbayangkan tidak dapat diungkapkan (nyeri

begitu kuat tidak sadarkan diri) biasanya pada skala ini sipenderita

tidak lagi merasakan nyeri karena sudah tidak sadarkan diri akibat rasa

nyeri yang sangat luar biasa seperi pada kasus kecelakaan parah, multi

fraktur.Dari sepuluh skala diatas dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok yaitu:

- skala nyeri 1 - 3 (nyeri ringan) nyeri masih dapat ditahan dan tidak

mengganggu pola aktivitas sipenderita.

- skala nyeri 4 - 6 (nyeri sedang) nyeri sedikit kuat sehingga dapat mengganggu

pola aktivitas penderita

- skala nyeri 7 - 10 (nyeri berat) nyeri yang sangat kuat sehingga memerlukan

therapy medis dan tidak dapat melakukan pola aktivitas mandiri

KGD Profesi Ners UNG 2017 14


[Musculoscletal System] Literature Review

Untuk pasien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang

lebih baik adalah dengan menfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku,

afektif, kognitif(NIH, 1986; McGuire, 1992 dalam Prasetyo, 2010).Terdapat

beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di dalam

memulai mengkaji respon nyeri yang dialami klien.(Donovan &Girton,1984

dalam Prasetyo, 2010) mengidentifikasi komponen-komponen tersebut,

diantaranya :

3. Penentuan ada tidaknya nyeri

Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus

mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri walaupun dalam

observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri

yang dilaporkan oleh klien adalah nnyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien

yang terkadang justru menyembunnyikan rasa nyerinya untuk menghindari

pengobatan.

4. Karakteristik nyeri (Metode P,Q,R,S,T)

- Faktor pencetus (P: Provocate)

Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien,

apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus

dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa

yang dapat mencetus nyeri

- Kualitas (quality)

KGD Profesi Ners UNG 2017 15


[Musculoscletal System] Literature Review

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh

klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimatkalimat tajam,

tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih,perih, tertusuk dan

lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda beda dalam melaporkan

kualitas nyeri yang dirasakan.

- Lokasi (R: Region)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk

menunjukkan semua bagian/ daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.

Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien

untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini

akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).

- Keparahan (S: Severe)

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling

subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang

ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Namun kesulitannya

adalah makna dari istilah istilah ini berbeda bagi perawat dan klien serta tidak

adanya batasanbatasan khusus yang membedakan antara nyeri ringan, sedang

dan berat. Hal ini juga bisa disebabkan karena memang pengalaman nyeri

pada masing-masing individu berbeda-beda.

KGD Profesi Ners UNG 2017 16


[Musculoscletal System] Literature Review

2.2 Konsep Terapi Kompres Dingin

2.2.1 Defenisi

Kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu rendah

setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis. Aplikasi kompres

dingin adalah mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi

perdarahan serta edema. Diperkirakan bahwa terapi dingin menimbulkan efek

analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri

yang mencapai otak lebih sedikit. Mekanisme lain yang mungkin bekerja adalah

bahwa persepsi dingin menjadi dominan dan mengurangi persepsi nyeri (Price,

2005).

Kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu rendah

setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis. Aplikasi kompres

dingin adalah mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi

perdarahan serta edema. Diperkirakan bahwa terapi dingin menimbulkan efek

analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri

yang mencapai otak lebih sedikit.

2.2.2 Efek Fisiologis

Menurut Milton dalam jurnal Superficial Heat and Cool(2013), pada aplikasi

dingin; selain memberikan efek menurunkan sensasi nyeri, aplikasi dingin juga

memberikan efek fisiologis:

o Untuk mengurangi pembengkakan / edema setelah trauma - Pendingin di air

pada suhu 8ºC selama 30 menit menurunkan edema.

KGD Profesi Ners UNG 2017 17


[Musculoscletal System] Literature Review

o Untuk mengobati luka bakar

o Untuk menghambat spastisitas - Secara spastisitas, otot harus didinginkan;

o Proses ini memakan waktu 10 menit pada pasien kurus dan sampai 60 menit

pada orang yang lebih gemuk.

o Untuk mengurangi kejang otot

o Untuk mengurangi reaksi inflamasi akut

o Untuk mengurangi rasa sakit

o Untuk mengurangi metabolisme anggota badan (sebelum amputasi)

o Untuk menghasilkan hyperemia reaktif

o Untuk memudahkan kontraksi otot untuk berbagai bentuk kelemahan

neurogenik dan untuk otot re-edukasi

o Untuk merawat fleksi lutut yang dibatasi karena fraktur ekstremitas yang

traumatis - Hal ini memperbaiki kondisinya ke tingkat yang lebih tinggi

daripada aplikasi panas superfisial, walaupun digunakan dalam kombinasi

dengan peregangan pasif menggunakan daya tarik mekanis.

Pemberian unsur dingin pada tempat tertentu membawa akibat

penyempitan pada pembuluh-pembuluh darah. Dengan cara ini terjadi

pengentalan darah, dan ini dapat menghalangi atau membatasi penyebaran

darah keluar dari pembuluh bila terjadi suatu bekuan. Sebagai akibat dingin

KGD Profesi Ners UNG 2017 18


[Musculoscletal System] Literature Review

rasa sakit sangat berkurang. Maka pemberian unsur dingin ini harus dilakukan

berulang ulang(Stevens, 2000).

2.2.3 Indikasi

Penggunaan kompres dingin diindikasikan pada :

1. Trauma 12-24 jam pertama

2. Fraktur

3. Gigitan serangga

4. Perdarahan

5. Spasme otot

6. Arthritis rheumatoid

7. Pruritus

8. Sakit kepala

2.2.4 Kontra Indikasi

- Hipertensi (akibat vasokonstriksi sekunder)

- Penyakit Raynaud

- Radang sendi

- Iskemia anggota badan lokal

- Riwayat kerusakan vaskular,

- Seperti radang dingin atau arteriosklerosis

- Alergi dingin (cold urticaria)

KGD Profesi Ners UNG 2017 19


[Musculoscletal System] Literature Review

- Hemoglobinuria dingin paroksismal Krioglobulinemia atau penyakit

apapun yang menghasilkan respons pressor dingin yang ditandai

- Paket dingin yang dioleskan ke perut menyebabkan motilitas

gastrointestinal meningkat dan sekresi asam lambung; karena

itu,Pengobatan ini dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit

ulkus peptik. (Milton J Klein, DO, MBA ,. Superficial Heat and

Cold,.Updated: Aug 28, 2013)

2.2.5 Penatalaksanaan Kompres Dingin

Menurut Hegner (2003), adapun tahapan pemberian kompres dingin yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Cuci tangan.

b. Responden dipersilahkan untuk memilih posisi yang diinginkan selama

intervensi, bisa berbaring atau duduk dan jaga privasi pasien.

c. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan: Siapkan kantong kompres

dingin sebagai berikut:

- Bila menggunakan es batu, bilas sebentar dalam air untuk menghilangkan

ujung-ujungnya yang tajam.

- Isi kantong kompres setengahnya, sebelumnya periksa ketepatan

temperatur es yang diukur dengan menggunakan termometer dalam

rentang suhu antara 12 oC, hindari mengisinya terlalu berat.

KGD Profesi Ners UNG 2017 20


[Musculoscletal System] Literature Review

- Keluarkan udara dari kantong kompres dengan cara meletakkan

kantong kompres di atas meja dengan posisi horizontal, tekan kantong

sampai udara keluar lalu tutup kantong tersebut dengan kencang.

- Uji adanya kebocoran.

- Lap hingga kering dengan handuk.

d. Perhatikan area yang akan diberi kompres.

e. Kantong es sama sekali tidak boleh diletakkan di atas kulit yang

telanjang,Kompreskan kantong es ke bagian yang sakit dengan membalut

kantong es dengan kain katun atau kain flannel.

f. Periksa area kulit setiap kali pengompresan. Laporkan dengan segera ke

perawat jika kulit mengalami diskolorasi.

g. Jika tidak ada efek samping yang terjadi, angkat kantong es setelah 10

menit.Perhatikan kondisi area tersebut.

h. Setelah prosedur bereskan semua alat, bantu pasien untuk posisi yang

nyaman.

i. Cuci tangan kembali, melaporkan penyelesaian prosedur penelitian.(Jurnal

Universitas Sumatra Utara

Dalam penanganan nyeri terapi kompres dingin Rumah Sakit Prof.Dr.Aloe

Saboe Kota Gorontalo sudah membuatkan Standar Operasional Prosedur

(SPO).prosedur tindakan ini bertujuan untuk :

 Mengurangi nyeri

 Membatasi peradangan

KGD Profesi Ners UNG 2017 21


[Musculoscletal System] Literature Review

 Mengurangi rasa nyeri

2.3 Konsep Fraktur

2.3.1 Defenisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai sterness yang lebih besar dari

yang dapat diabsorbsinya. Stres dapat berupa pukulan langsung, gaya meremuk,

gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (smeltzer &

Bare 2002). Helmi (2011) menjelaskan bahwa fraktur merupakan istilah dari

hilangnya kontiunitas tulang, tulang rawan, baik bersifat total maupun sebagian.

2.3.2 Etiologi

Fraktur dapat disebabkan oleh kekuatan langsung atau tidak

langsung.Kekuatan langsung(direct force),diantaranya disebabkan oleh trauma

baik kecelakaan lalu lintas ataupun terjatuh dari tempat ketinggian,serta

kekuatan tidak langsung (indirect force)contohnya adalah penyakit metabolik

seperti osteoporosis yang dapat menyebabkan fraktur patologis dan adanya

keletihan (fatique)pada tulang akibat aktivitas yang berlebihan (Waher, Salmond

& Pellino 2002). Sedangkan menurut Smeltze & Bare (2002), fraktur dapat

disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

1. Infeksi

2. Pukulan langsung

3. Gerakan punter mendadak

4. Kontraksi otot ekstrem

KGD Profesi Ners UNG 2017 22


[Musculoscletal System] Literature Review

5. Gaya meremuk

2.3.3 Manifestasi

Smeltzer & Bare (2002)menjelaskan,manifestasi klinis fraktur adalah

nyeri,hilangnya fungsi,deformitas,pemendekan ektremitas,krepitus, pembengkakan

lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk

bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar

fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur,bagian-bagian tidak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa).Pergeseran

fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas

(terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan

membandingkannya dengan ektremitas normal.Ekstremitas tidak dapat

berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada

integritasnya tulang tempat melekatnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.Fragmen sering

saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan,teraba adanya derik

tulangdinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen

KGD Profesi Ners UNG 2017 23


[Musculoscletal System] Literature Review

satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan

lunak yang lebih berat.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai

akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.Tanda ini biasaterjadi

setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

2.3.4 Jenis jenis Fraktur

1. Fraktur Tertutup (simple/close fracture) Fraktur tertutup adalah fraktur yang

tidak menyebabkan robeknya kulit, tetapi terjadi pergeseran tulang

didalamnya (Smeltzer & Bare 2002)

2. Fraktur Terbuka (complicated/open fracture) Fraktur terbuka merupakan

fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke

patahan tulang.

2.3.5 Tahap Proses Penyembuhan Fraktur

Proses penyembuhan fraktur bervariasi sesuai dengan ukuran tulang dan

umur pasien. Faktor lainnya adalah tingkat kesehatan pasien secara keseluruhan,

atau kebutuhan nutrisi yang cukup.Tahapan penyembuhan tulang antara

lain:inflamasi,proliferasi sel,kalsifikasi,osifikasi,dan remodeling menjadi tulang

dewasa (Smeltzer & Bare 2002).

Fase Inflamasi,yaitu terjadi respons tubuh terhadap cedera yang

ditandai oleh adanya perdarahan dan pembentukan hematoma pada

tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami divitalisasi karena

KGD Profesi Ners UNG 2017 24


[Musculoscletal System] Literature Review

terputusnya aliran darah, lalu terjadi pembengkakan dan nyeri,tahap

inflamasi berlangsung beberapa hari.

Fase Proliferasi,pada fase ini hematoma akan mengalami organisasi

dengan membentuk benang-benang fibrin,membentuk revaskularisasi dan

invasi fibroblast dan osteoblast.Kemudian menghasilkan kolagen dan

proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang, terbentuk

jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid) berlangsung setelah hari ke

lima.

Fase Pembentukan Kalus,Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran

tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah

terhubungkan.Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan

fibrus,tulang rawan dan tulang serat imatur.Waktu yang dibutuhkan agar

fragmen tulang tergabung adalah 3-4 minggu.

Fase penulangan kalus/Ossifikasi,adalah pembentukan kalus mulai

mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses

penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai

tulang benar-benar bersatu. Pada patah tulang panjang orang dewasa

normal,penulangan tersebut memerlukan waktu 3-4 bulan.

Fase Remodeling/konsolidasi,merupakan tahap akhir perbaikan patah

tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke

KGD Profesi Ners UNG 2017 25


[Musculoscletal System] Literature Review

susunan struktural sebelumnya.Remodeling memerlukan waktu berbulan

bulan sampai bertahun-tahun

KGD Profesi Ners UNG 2017 26


[Musculoscletal System] Literature Review

BAB III

METODOLOGI

3.1 Jenis Penulisan

Jenis penulisan yang digunakan adalah literature review. Literature Review

merupakan uraian analisa kritis mengenai teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya

yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian dalam

menyusun kerangka pikir yang jelas dari perumusan masalah yang akan diteliti.

3.2 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah literature review

berbasis jurnal,artikel, dengan beberapa tahap yakni; penentuan topik besar,

screenning journal, coding journal, dan menentukan tema dari refensi jurnal yang

didapatkan.

3.3 Lokasi dan Waktu

Lokasi yang digunakan untuk melakukan literature review Musculosclteal

System bertempat di Rumah Sakit Prof.Dr.Aloe Saboe Kota Gorontalo. Adapun

waktu yang digunakan selama dua minggu.

3.4 Etika Literature Review

Dalam melakukan penulisan ini, struktur penulisan yang harus diperhatikan

meliputi: formulasi permasalahan, literature screenning, evaluasi data, analisis dan

interpretasi.

KGD Profesi Ners UNG 2017 27


[Musculoscletal System] Literature Review

3.4.1 Formulasikan Permasalahan

Merumuskan atau menyusun sesuai topik yang akan diambil dalam bentuk yang

tepat. Dalam pemformulasian masalah yang dibahas, ditulis dalam bentuk tinjauan

pustaka yang mengacu pada jurnal atau hasil studi pustaka. Penulisan dilakukan

secara kronologis dari penelitian–penelitian sebelumnya.

3.4.2 Literature Screenning

Proses ini berawal dari pengumpulan jurnal yang berjumlah 2 jurnal

internasional dan 5 Jurnal Nasional. Literatur dari jurnal yang dikumpulkan harus

relevan dengan topik. Screenning dilakukan untuk memudahkan proses codding yang

bertujuan untuk mengevaluasi data yang muncul sebagai kelolaan sub topik.

3.4.3 Evaluasi Data

Proses ini lebih mengarahkan penulis kepada pengelompokan sub-sub topik

yang dikontribusikan dari hasil codding. Data yang didapatkan dari journal codding

dapat berupa data kualitatif, data kuantitatif maupun data yang berasal dari kombinasi

keduanya. Data yang telah dikelompokan akan dilihat kembali compare (kesamaan)

dan contrast (ketidaksamaan) baik dari segi kelebihan dan kelemahan untuk

mengidentifikasi level of significance yang terdiri dari literatur utama (significant

literature) dan literature penunjang (collateral literature).

3.4.4 Analisis dan Interpretasi

Proses akhir dari penulisan literature review adalah menganalisis dan

menginterpretasikan data dalam sub topik. Pandangan yang kritis diperlukan untuk

memparafrasekan isi sub topik (literature of journal).

KGD Profesi Ners UNG 2017 28


[Musculoscletal System] Literature Review

3.4.5 Metode Pencarian

Literature Review ini menggunakan media atau metode pencarian jurnal, yaitu

sebagai berikut :

1. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan alamat situs :

www.pnri.go.id

2. Google Scholar
3. Elsevier
4. PUBMED
5. Sciencedirect dengan alat situs : http://search.sciencedirect.com
6. Nursing research
7. Wolters kluwer
8. NCBI(Natonal Center Biotehnology Information)
9. Sage Journal
10. Medscape
11. Library Crystal Of Knowlegde Universitas Indonesia

KGD Profesi Ners UNG 2017 29


[Musculoscletal System] Literature Review

Tahun
No Nama Jurnal
Penerbitan
Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada
1. Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH 2012
Palembang Tahun 2012 (Devi Mediarti)
Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada
Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup di ruang UGD RSUD
2. 2015
Daerah A.M tanggarong,Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 3.No 2
Desember 2015 (Alfi Fakrurrizal)
Pemberian Kompres Dingin Terhadap Skala Nyeri dengan
3. Fraktur femur 1/3 proksimal dextra (Christy Budi 2014
Puspitasari)
Efektifitas Kompres Dingin Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Fraktur Di RSUD Ungaran(Elia
4. 2014
Purnamasari)

Khadijah.S,Efektifitas Kompres Dingin Terhadap Penurunan


5. Intensitas Nyeri Pasien Fraktur di Rindu B RSUP. H. Adam 2011
Malik, Medan.2011
INOVASI PENGGUNAAN COLD PACK UNTUK
6. MENGATASI NYERI PASCA OPEN REDUCTION 2016
INTERNAL FIXATION (ORIF)

Ice freezes pain? A review of the clinical effectiveness of


7 analgesic cold therapy, Journal of Pain and Symptom 1994
Management Volume 9, Issue 1, January 1994, Pages 56-59.

Olavi V. dkk, MD, Efficacy of Cold Gel for Soft Tissue


8 2003
Injuries
Miriam E.Tucker, Cryotherapy Reduces Pain, Narcotic Use
9 2013
After Surgery
The influence of cryotherapy to pain and level of comfort
10 patient with fracture in Cirebon,Universitas Indonesia The 2014
Library Crystal Of Knowlegde
EFEKTIFITAS KOMPRES DINGIN TERHADAP
INTENSITAS NYERI PADA PASIEN FRAKTUR
11 2013
TERTUTUP DI RUANG DAHLIA RSUD ARIFIN
ACHMAD(Andi Nurkhairah)
Efektivitas kompres hangat dan kompres dingin untuk
12 mengurangi laserasi nyeri perineum pada primipara di 2015
Candimulyo Magelang(Purwaningsih.A A,)
Ket: * Artikel Utama

KGD Profesi Ners UNG 2017 30


[Musculoscletal System] Literature Review

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Sejarah perkembangan Terapi Kompres Dingin

Kompres dingin (Cryotherapy )secara harfiah berarti terapi dingin.

Dengan tujuan menghilangkan rasa sakit. Ribuan tahun yang lalu seorang

dokter bernama Hippocrates yang merupakan dokter pada zaman Yunani yang

pertama kali menggunakan terapi suhu dingin dengan memanfaatkan salju dan

Es dalam penyembuhan luka. Temuan di atas kemudian dikonfirmasi oleh

militer Prancis Ahli bedah Dominique Jean Layyer, yang menemukannya

Mengekspos anggota badan yang terluka ke area dingin sebelum amputasi

dan mampu Sangat mengurangi rasa sakit dan pendarahan selama dan

sesudahnya Operasi, karena hilangnya sensasi lokal dan berkurangnya Aliran

darah local.kompres dingin (Cryotherapy) Salah satu cara yang lebih Metode

terapi yang efektif untuk mengurangi Rasa sakit dan bengkak pada luka

kronis.Cryotherapy bisa diaplikasikan dengan berbagai cara, termasuk es yang

di bungkus, semprotan pendingin, massase dengan es, dan pusaran air, atau

berendam dengan air es Sering digunakan untuk mengobati bengkak dan rasa

sakit,cryotherapy merujuk pada terapi dingin dengan menggunakan biang es

atau paket gel yang biasanya disimpan di Freezer sampai dibutuhkan.Es

adalah Salah satu pengobatan yang paling sederhana, yang telah teruji untuk

mengelola rasa sakit dan pembengkakan .(Dinesh.S, International Journal of

Applied Research ,2015).

KGD Profesi Ners UNG 2017 31


[Musculoscletal System] Literature Review

Pada tahun 1978 Dr.Gabe Mirkin seorang ahli kesehatan,dan nutrisi

dalam bukunya Sportmedicine pertama kali memperkenalkan terapi modalitas

yaitu tehnik kompres dingin dengan istilah Rest,Ice,Compresi,dan Elevasi di

singkat “RICE”.dalam beberapa decade Tehnik ini banyak di pakai oleh para

pelatih ke olahragaan dan ahli kesehatan.(Hubbard,Et Al.2004)

4.2. Dasar pemikiran Terapi Kompres Dingin

Aplikasi lokal dingin menekan laju metabolisme jaringan lunak yang

berdekatan. Penurunan metabolisme jaringan ini dikaitkan dengan penurunan

aktivitas enzimatik, mencegah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh

hipoksia.Hipotermia lokal menginduksi vasokonstriksi dan menurunkan

mikrosirkulasi lebih dari 60%, efek yang dapat bertahan sampai 30 menit

setelah penghentian Pendinginan.Vasokonstriksi akibat dingin mengurangi

ekstravasasi darah ke jaringan sekitar, inflamasi lokal dan produksi

edema.Perbaikan nyeri yang terkait dengan penerapan langsung jaringan

dingin ke jaringan luka, sebagian, terkait dengan pengurangan pembentukan

edema. Serta penurunan konduksi saraf motorik dan sensorik.Penurunan

aliran darah dan pembengkakan juga dapat dicapai dengan kompresi dengan

memfasilitasi translokasi edema menjauh dari lokasi cedera dan menuju

jaringan proksimal nonkompresi dimana dapat diatasi dengan lebih efisien

oleh sistem limfatik.Yang penting, penambahan dingin Untuk kompresi

meningkatkan laju, besarnya dan kedalaman pengurangan suhu, serta

KGD Profesi Ners UNG 2017 32


[Musculoscletal System] Literature Review

kecepatan evakuasi getah bening.( Bleakley et al dan Hubbard dkk.Database

PubMed)

4.3. Analisa Jurnal dan perbandingan

Berdasarkan kajian literature di dapatkan:

1. Devi Mediarti, Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 2, No. 3, Oktober

2015:253-260.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres

dingin terhadap nyeri pada pasien fraktur ekstremitas tertutup.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 31 Mei sampai 14 Juni 2012. Tempat

penelitian yang digunakan adalah di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr

Mohammad Hoesin Palembang..Jenis penelitian ini adalah penelitian

eksperimen dengan desain one group pre test-post test.

PICO (Participan, Intervention, Comparison, Outcome)

P: Populasi dalam penelitian ini sebanyak semua pasien fraktur ektremitas

tertutup yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Mohammad

Hoesin Palembang Tahun 2012, dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang.

I: Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah memberikan kompres dingin

pada pasien di area fraktur tertutup selama 10-15 menit selama 24 sampai 48

jam pertama setelah cedera. Dengan pemberian kompres dingin dapat

menyebabkan vasokontriksi, yang dapat mengurangi pendarahan, edema dan

ketidaknyamanan.

C:Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 15 orang.

KGD Profesi Ners UNG 2017 33


[Musculoscletal System] Literature Review

O:Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 pasien Rata-rata nyeri

sebelum dilakukan kompres dingin adalah 6,40. Nyeri terendah adalah 5 dan

nyeri tertinggi adalah 8. Rata-rata nyeri sebelum dilakukan kompres dingin

adalah diantara 5,85 sampai dengan 6,95. Rata-rata nyeri setelah dilakukan

kompres dingin adalah 3,53. Nyeri terendah adalah 2 dan nyeri tertinggi

adalah 6. Rata-rata nyeri sebelum dilakukan kompres dingin adalah diantara

2,81 sampai dengan 4,25. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan ada

perbedaan antara nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres dingin pada

pasien fraktur ektremitas tertutup.

2. Andi Nurkhairah (2013)

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi efektifitas kompres dingin

terhadap intensitas nyeri pada pasien fraktur tertutup di ruang Dahlia RSUD

Arifin Achmad Pekanbaru.Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober

2013.Tempat penelitian yang digunakan adalah di ruang Dahlia II RSUD

Arifin Ahmad Pekanbaru.Jenis penelitian ini Quasi Eksperimen untuk

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok

kontrol disamping kelompok eksperimen.

PICO (Participan, Intervention, Comparison, Outcome)

P: Populasi dalam penelitian ini sebanyak Sampel pada penelitian ini adalah 30

responden yang mengalami fraktur tertutup di ruang Dahlia RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling

I: Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah memberikan kompres dingin

dengan kantong karet di isi biang es di lapisi kain berserat dengan suhu awal

KGD Profesi Ners UNG 2017 34


[Musculoscletal System] Literature Review

10 C selama 20 menit pada pasien di area fraktur tertutup selama 24 sampai

48 jam pertama setelah cedera. Dengan pemberian kompres dingin dapat

menyebabkan vasokontriksi, yang dapat mengurangi pendarahan, edema dan

ketidaknyamanan.

C: Penelitian menemukan mayoritas responden adalah laki-laki (63,3%)

dengan usia remaja akhir (60%) dan suku melayu (36,7%). Hasil dari uji

statistik yang digunakan adalah paired sampel t test untuk melihat perbedaan

rata-rata intentias nyeri sebelum dan setelah dilakukan kompres dingin pada

kategori kelompok eksperimen diperoleh nilai p value= 0,000 (p<0,05) yang

berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada intensitas nyeri

sebelum dan setelah diberikannya kompres dingin. Sebelum dilakukan

kompres dingin, rata-rata intensitas nyeri sebesar 7,00 dan setelah diberikan

kompres dingin intensitas nyeri turun menjadi 5,47. Hasil uji independen

sampel t test untuk melihat perbedaan rata-rata intensitas nyeri setelah

diberikan kompres dingin antara kategori kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol diperoleh nilai p value= 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan intensitas nyeri setelah diberikannya

kompres dingin antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada

kelompok eksperimen rata-rata intensitas nyeri sebesar 5,47 dan pada

kelompok kontrol intensitas nyeri lebih tinggi yaitu sebesar 7,27.

KGD Profesi Ners UNG 2017 35


[Musculoscletal System] Literature Review

O: Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan ada perbedaan antara nyeri

sebelum dan setelah pemberian kompres dingin pada pasien fraktur ektremitas

tertutup.

3. Siti Khadijah (2011)

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas

kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pasien fraktur di Rindu B

RSUP. H. Adam Malik Medan.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2013. Tempat penelitian

yang digunakan adalah di ruang Dahlia II RSUD Arifin Ahmad

Pekanbaru..Jenis penelitian ini Quasi Eksperimen untuk mengunkapkan

hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol di samping

kelompok eksperimen

PICO (Participan, Intervention, Comparison, Outcome)

P: Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 8 orang yang dibagi menjadi

2 kelompok yaitu 8 orang kelompok intervensi dan 8 orang kelompok kontrol.

I: Berdasarkan hasil penelitian skala intensitas nyeri fraktur pada kelompok

intervensi yaitu kelompok yang diberi kompres dingin selama 10 menit pada

kondisi awal (pre test) didapat nilai rata-rata nyeri 5,25 (SD=1,04) dan setelah

10 menit diberi kompres dingin didapat nilai rata-rata nyeri berkurang menjadi

2,13 (SD=0,84), pernyataan ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sebesar

3,12. Dari hasil uji paired t test terdapat nilai p=0,000 (p<0.05) artinya terdapat

perbedaan yang bermakna/signifikan pada penurunan intensitas nyeri fraktur

KGD Profesi Ners UNG 2017 36


[Musculoscletal System] Literature Review

pada kelompok intervensi sebelum dan sudah diberi intervensi kompres dingin.

Sedangkan pada kelompok kontrol didapat nilai rata-rata nyeri 4,75 (SD=0,89)

dan setelah 10 menit diberi kompres air biasa di dapat nilai rata-rata nyeri 4.38

(SD=0,92)pernyataan ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sebesar

0,37.Dengan pemberian kompres dingin dapat menyebabkan vasokontriksi,

yang dapat mengurangi pendarahan, edema dan ketidaknyamanan.

C: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil uji independent t-

test intensitas nyeri fraktur antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

sebelum diberikan kompres dingin menunjukkan perbedaan yang bermakna

diketahui dari nilai p=0,317 (p>0,05),yang berarti bahwa intensitas nyeri

fraktur pada saat sebelum diberikan intervensi menunjukkan tidak ada

perbedaan yang bermakna karena dalam uji independent ttest ini yang penting

adalah adanya perbedaan penurunan intensitas nyeri fraktur antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol setelah diberi kompres dingin.Sesudah

diberikan kompres dingin pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

diberikan kompres air biasa selama 10 menit diketahui nilai p=0,000(p<0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

intensitas nyeri fraktur antara kelompok intervensi dan kelompok control

sesudah diberikan kompres dingin

O:. Dari hasil uji kedua statistik yang tersebut di atas dapat dikatakan bahwa

kompres dingin efektif terhadap penurunan intensitas nyeri fraktur pada pasien

fraktur di Rindu B Rumah Sakit H. Adam Malik,Medan.

KGD Profesi Ners UNG 2017 37


[Musculoscletal System] Literature Review

4. Ellia Purnama Sari (2014 )

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan Efektivitas gel dingin

ke gel plasebo dengan Pasien setelah cedera jaringan lunak.Penelitian

dilaksanakan pada tanggal 22 maret – 25 April 2014. Tempat penelitian yang

digunakan adalah di RSUD Ungaran SemarangJenis penelitian ini Quasi

Eksperimen untuk mengunkapkan hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimen

PICO (Participan, Intervention, Comparison, Outcome)

P: Populasi dalam penelitian ini sebanyak semua pasien fraktur ektremitas

tertutup yang dirawat di RSUD Ungaran Semarang,dengan jumlah sampel

sebanyak 21 responden.

I: Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah memberikan kompres dingin

dengan kantong karet di isi es batu dengan pada pasien di area fraktur tertutup

dengan suhu 15 C selama 10 menit

C: Peneliti Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Ungaran

didapatkan 21 responden (100%) yang mengalami fraktur dimana responden

yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dengan jumlah 12 responden

(57,1%) dan didominasi dengan usia responden 21-45 tahun, yaitu 11 responden

(52,4%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 21 responden (100%)

mengalami nyeri sedang dengan skala 4-6 sebelum diberikan intervensi kompres

dingin, sedangkan sesudah diberikan intervensi kompres dingin diperoleh 19

KGD Profesi Ners UNG 2017 38


[Musculoscletal System] Literature Review

responden (90,5%) mengalami nyeri ringan dengan skala 1-3 dan 2 responden

(9,5%) mengatakan tidak nyeri dengan skala 0.

O:. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ada efektifitas kompres

dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur di RSUD

Ungaran, hasil ini diperoleh dari hasil uji statistic menggunakan Wilcoxon

dengan p-value sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa kompres

dingin efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien fraktur.

5. Olavi V.Airaksinen, MD, PhD .Efficacy of Cold Gel for Soft Tissue

Injuries(2003)

Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk membandingkan Efektivitas

gel dingin ke gel plasebo dengan Pasien setelah cedera jaringan

lunak.Penelitian ini di lakukan pada tahun 2003 dengan menggunakan

metode adalah penelitian prospektif, acak, double-blinded, terkontrol

terhadap pasien yang mengalami cedera jaringan lunak terkait pergelangan

kaki, kaki, lutut, atau tangan. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi

ditugaskan untuk menerima gel dingin aktif atau gel plasebo. Hanya luka

jaringan lunak ringan yang termasuk dalam penelitian ini, dan luka tersebut

harus terjadi dalam waktu 48 jam setelah pemeriksaan.

PICO (Participan, Intervention, Comparison, Outcome)


P: Populasi dalam penelitian ini sebanyak Pasien 74 pasien dengan cedera

jaringan lunak pada pergelangan kaki, kaki,Lutut atau tangan secara acak

KGD Profesi Ners UNG 2017 39


[Musculoscletal System] Literature Review

I: Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah memberikan gel es terhadap 11

wanita dan 26 orang dengan usia rata rata 32 + 12 tahun dan Gel plasebo 12

wanita dan 25 pria dengan Usia rata-rata 32 + 10 tahun. Kedua gel tersebut

dioleskan ke area luka empat kali sehari selama 14 hari. Peserta dievaluasi

sebelum memasuki studi dan pada hari ke 7, 14, dan 28 dari periode

penelitian. Evaluasi tersebut mencakup penilaian klinis tentang cedera dan

penggunaan pasien skala analog visual untuk melaporkan rasa sakit

mereka. Selain itu, obat antiinflamasi non steroid digunakan sebagai obat

penyelamatan, dan penggunaannya dicatat selama penelitian berlangsung.

C: Pada skala nyeri nol sampai 100, skor nyeri pasien yang menerima gel

dingin aktif menurun dari 59 menjadi 30 pada hari ke 7, sampai 14 pada hari

ke 14, dan 7 pada akhir penelitian.Penurunan ini secara signifikan berbeda

dengan penurunan rasa sakit yang dialami oleh mereka yang mendapat

plasebo gel. Pasien yang diobati dengan gel dingin mengalami penurunan

fungsional yang signifikan selama penelitian bila dibandingkan dengan

kelompok plasebo. Baik penilaian global pasien maupun peneliti terhadap

pengobatan pada akhir penelitian secara signifikan lebih baik untuk gel dingin

versus plasebo.

O: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nyeri menurun dari 59 menjadi 30

selama minggu pertama,Ke 14 selama dua minggu dan 7 di akhir tahun

Belajar di kelompok gel dingin aktif. Pada kelompok placebo Rasa sakit

menurun dari 58 menjadi 45, 26 dan 13 Masing (p <0,001). Kepuasan pasien

KGD Profesi Ners UNG 2017 40


[Musculoscletal System] Literature Review

Untuk pengobatan adalah 71 dalam kelompok gel dingin aktif Dan 44 pada

kelompok gel plasebo (p <0,001). Juga Kecacatan menurun secara signifikan

di tahun 2007 Kelompok gel dingin aktif.Kesimpulan dari penelitian

menunjukkan bahwa Gel dingin aktif menurunkan secara signifikan Sakit dan

kecacatan setelah cedera jaringan lunak. Kepuasan pasien secara signifikan

Lebih baik gel dingin dibanding gel placebo. Di Gel dingin umum meningkat

secara signifikan Hasil rehabilitasi luka jaringan lunak.

6. The influence of cryotherapy to pain and level of comfort patient with

fracture in Cirebon,Universitas Indonesia The Library Crystal Of

Knowlegde (tahun 2014)

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh cryotherapy terhadap nyeri dan

kenyamanan pada pasien fraktur tertutup. Desain penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah quasi experiment one group pretest-posttest design

dan teknik sampling yang digunakan yaitu non probability sampling dengan

metode concecutive sampling.Penelitian ini merekomendasikan penerapan

cryotherapy untuk membantu pasien fraktur menurunkan nyeri dan

meningkatkan kenyamanannya.

PICO (Participan, Intervention, Comparison, Outcome)


P: Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 responden.

I: Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah memberikan gel es terhadap 11

wanita dan 26 orang dengan usia rata rata 32 + 12 tahun dan Gel plasebo 12

wanita dan 25 pria dengan Usia rata-rata 32 + 10 tahun. Kedua gel tersebut

KGD Profesi Ners UNG 2017 41


[Musculoscletal System] Literature Review

dioleskan ke area luka empat kali sehari selama 14 hari. Peserta dievaluasi

sebelum memasuki studi dan pada hari ke 7, 14, dan 28 dari periode

penelitian. Evaluasi tersebut mencakup penilaian klinis tentang cedera dan

penggunaan pasien skala analog visual untuk melaporkan rasa sakit

mereka. Selain itu, obat antiinflamasi non steroid digunakan sebagai obat

penyelamatan, dan penggunaannya dicatat selama penelitian berlangsung.

C: Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan cryotherapy dengan p value=

0.0001. Nilai kenyamanan pasienjuga menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan antara kenyamanan sebelum dan sesudah diberikan cryotherapy

dengan p value = 0.043.

O: Hasil penelitian Penelitian ini merekomendasikan penerapan cryotherapy

untuk membantu pasien fraktur menurunkan nyeri dan meningkatkan

kenyamanannya.

KGD Profesi Ners UNG 2017 42


[Musculoscletal System] Literature Review

Review Jurnal

N Tahun/Te
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil
o mpat

1 Pengaruh Pemberian 2012/ eksperimen dengan desain one Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kompres Dingin group pre test-post test. dari 15 pasien Rata-rata nyeri sebelum
Terhadap Nyeri pada Palemban adalah memberikan kompres dilakukan kompres dingin adalah 6,40.
Pasien Fraktur g dingin pada pasien di area Nyeri terendah adalah 5 dan nyeri
Ekstremitas Tertutup di fraktur tertutup selama 10-15 tertinggi adalah 8. Rata-rata nyeri
IGD RSMH(Devi menit selama 24 sampai 48 jam sebelum dilakukan kompres dingin
Mediarti) pertama setelah cedera. adalah diantara 5,85 sampai dengan
6,95. Rata-rata nyeri setelah dilakukan
kompres dingin adalah 3,53. Nyeri
terendah adalah 2 dan nyeri tertinggi
adalah 6. Rata-rata nyeri sebelum
dilakukan kompres dingin adalah
diantara 2,81 sampai dengan 4,25. Dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan
ada perbedaan antara nyeri sebelum
dan setelah pemberian kompres dingin
pada pasien fraktur ektremitas tertutup.
2 Efektivitas kompres 2013/ Quasi Eksperimen untuk Hasil uji independen sampel t test
dingin terhadap mengungkapkan hubungan untuk melihat perbedaan rata-rata
intensitas nyeri pada Pekanbaru sebab akibat dengan cara intensitas nyeri setelah diberikan
pasien fraktur tertutup melibatkan kelompok kompres dingin antara kategori
di ruang Dahlia RSUD kontrol disamping kelompok eksperimen dengan
Arifin Achmad(Andi kelompok eksperimen. kelompok kontrol diperoleh nilai p
Nurkhairah) Prosedur pelaksanaan value= 0,000 (p<0,05) yang berarti
penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan yang
memberikan kompres dingin signifikan intensitas nyeri setelah
dengan kantong karet di isi diberikannya kompres dingin antara
biang es di lapisi kain kelompok eksperimen dengan
berserat dengan suhu awal 10 kelompok kontrol. Pada kelompok
C selama 20 menit pada eksperimen rata-rata intensitas nyeri
pasien di area fraktur tertutup sebesar 5,47 dan pada kelompok
selama 24 sampai 48 jam kontrol intensitas nyeri lebih tinggi
pertama setelah cedera yaitu sebesar 7,27.
Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan ada perbedaan antara
nyeri sebelum dan setelah pemberian
kompres dingin pada pasien fraktur
ektremitas tertutup.

3 Efektifitas Kompres 2011/ desain quasi eksperimen yang bahwa intensitas nyeri pasien fraktur di
Dingin Terhadap bertujuan untuk Rindu B RSUP. H Adam Malik Medan
Penurunan Intensitas Medan mengidentifikasi efektifitas yang diberikan kompres dingin
Nyeri Pasien Fraktur di kompres dingin terhadap mengalami penurunan nyeri yang
Rindu B RSUP H. penurunan intensitas nyeri signifikan, nilai p=0,000 (p< 0,05).
Adam Malik pasien fraktur di Rindu B Sedangkan pada kelompok kontrol yang
Medan(Siti Khadijah) RSUP. H. Adam Malik Medan. diberi kompres air biasa tidak
Pengambilan sampel dilakukan mengalami penurunan yang signifikan
dengan teknik convenience p=0,080 (p>0,05) dan hasil analisa data
sampling sehingga diperoleh yang menunjukkan terdapat perbedaan
sampel berjumlah 8 orang pada yang signifikan antara kelompok
masing-masing kelompok yang intervensi dan kelompok control setelah

KGD Profesi Ners UNG 2017 43


[Musculoscletal System] Literature Review

dibagi menjadi dua kelompok diberi kompres dingin dengan nilai


yaitu kelompok intervensi dan p=0,000 (p< 0,05).
kelompok kontrol. Kompres
dingin merupakan salah satu
intervensi yang dapat dipilih
untuk mengurangi nyeri fraktur
yang dialami oleh pasien.
Kompres dingin diberi dengan
menggunakan kantong karet
yang diisi es batu dengan suhu
0
awal 12 C selama 10 menit.

4 Efektivitas kompres 2014/ Desain penelitian yang Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
dingin terhadap digunakan adalah quasy bahwa Ada efektifitas kompres dingin
Semarang eksperiment dengan one group terhadap penurunan intensitas nyeri pada
penurunan intensitas pasien fraktur di RSUD Ungaran, hasil ini
nyeri pada pasien fraktur pre post test. Jumlah sampel
diperoleh dari hasil uji statistic
Di RSUDUngaran(Ellia yang digunakan sebanyak 21 menggunakan Wilcoxon dengan p-value
Purnamasari) responden tanpa kelompok sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan
kontrol. bahwa kompres dingin efektif dalam
menurunkan nyeri pada pasien fraktur.

5 Inovasi penggunaan 2016/ Jenis penelitian yang Sebelum dilakukan perlakuan kompres
Cold pack untuk digunakan dalam penelitian ini dingin cold Pack pada kelompok
mengatasi nyeri pasca yogyakart adalah penelitian kuantitatif intervensi dan relaksasi nafas dalam
a dengan pesain penelitian Quasi pada kelompok kontrol, nyeri yang
open reduction internal
Fixation(orif),(Agung Experimentdan rancangan pre- dirasakan responden relative sama yaitu
Kristanto) test-post-test with control pada skala nyeri 4-5. Setelah dilakukan
group. Sampel yang dipilih 4 kali perlakuan kompres dingin cold
adalah pasien paska Pack pada kelompok intervensi terjadi
pembedahan fraktur pada penurunan skala nyeri rata-rata 2 point
ekstremitas atas ataupun bawah pada tiap perlakuan dan terjadi
yang dirawat di RSUP dr penurunan skala nyeri rata-rata 1 point
Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tiap perlakuan pada kelompok
dan memenuhi kriteria inklusi kontrol relaksasi nafas dalam post
dan ekslusi penelitian. Besar analgetik I dan post analgetik II.
sampel dalam penelitian ini Penurunan skala nyeri setelah perlakuan
ditetapkan berjumlah 30 yang pertama hingga ke empat pada
terbagi menjadi dua kelompok kelompok intervensi kompres dingin
yaitu 15 responden kelompok cold pack sebesar 3 point, sedangkan
intervensi dilakukan kompres pada kelompok kontrol relaksasi nafas
dengan cold pack dan 15 orang dalam hanya mengalami penurunan 1
lainnya menjadi responden point,sehingga kompres dingin cold
kelompok kontrol yang pack lebih efektif menurunkan nyeri
diberikan relaksasi nafas dalam dibandingkan relaksasi nafas dalam baik
sesuai panduan penanganan pada post analgetik 1 maupun post
nyeri di RSUP Soeradji analgetik II.
Tirtonegoro Klaten. Intervensi
kompres dengan cold pack
maupun relaksasi nafas dalam
dilakukan terhadap pasien
dengan skala nyeri ringan (1-3)
dan nyeri sedang (4-6).
Pengukuran nyeri dilakukan
dengan Visual Analogi Scale
(VAS).

KGD Profesi Ners UNG 2017 44


[Musculoscletal System] Literature Review

BAB V

PENUTUP

1. SIMPULAN

1. .Terdapat perbedaan waktu dan durasi dalam pemberian kompres

dingin Nyeri pada fraktur tertutup merupakan pengalaman

sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul

akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial,atau yang di

gambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa.(International

association for study of pain.NANDA 2014)

2. Kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu

rendah setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis.

Aplikasi kompres dingin adalah mengurangi aliran darah ke suatu

bagian dan mengurangi perdarahan serta edema. Diperkirakan

bahwa terapi dingin menimbulkan efek analgetik dengan

memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri

yang mencapai otak lebih sedikit. Mekanisme lain yang mungkin

bekerja adalah bahwa persepsi dingin menjadi dominan dan

mengurangi persepsi nyeri (Price, 2005).

3. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan

sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai

sterness yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.

KGD Profesi Ners UNG 2017 45


[Musculoscletal System] Literature Review

4. Penanganan gawat darurat pada pasien fraktur dan dislokasi

dengan menggunakan kompres dingin adalah salah satu tehnik non

farmakologi dengan menggunakan biang es yang di masukkan

dalam kantong karet atau gelatin yang di bekukan.

5. Berdasarkan jurnal jurnal yang di review di dapatkan hasil bahwa

efektivitas terapi kompres dingin dapat menurunkan nyeri farktur

dan dilokasi secara signifikan dengan efek vasokontriksi.

6. Dari beberapa jurnal yang di review tidak terdapat perbedaan

waktu dalam memberikan intervensi kompres dingin yaitu dengan

suhu awal 12 C dengan waktu kompresi 10 sampai 15 menit

selama 24 -48 jam pertama setelah cidera.

2. SARAN

5.2.1 Bagi Profesi Perawat

Diharapkan literature review ini pemberian terapi kompres dingin lebih di

tingkatkan dan maksimalkan tindakan mandiri dan mengkombinasikan

dengan tehnik kolaborasi dalam setiap masalah yang berhubungan dengan

nyeri fraktur atau dislokasi

5.2.2 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan penggunaan terapi kompres dingin(Cryoterapi) lebih di

maksimalkan dalam pelayanan ,terlebih khusus kepada pelayanan

KGD Profesi Ners UNG 2017 46


[Musculoscletal System] Literature Review

keperawatan. Yang sudah membuatkan Standar operasional prosedur

pemberian kompres dingin kepada pasien.

5.2.3 Bagi Intitusi

Dengan seminar literature review menjadi tambahan referensi dalam

aplikasi asuhan keperawatan khususnya tindakan mandiri

KGD Profesi Ners UNG 2017 47


[Musculoscletal System] Literature Review

DAFTAR PUSTAKA

Alfi Fakrurrizal,Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien

Fraktur Ekstremitas Tertutup di ruang UGD RSUD Daerah A.M

tanggarong,Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 3.No 2 Desember 2015.

Mediarti.D,.Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien

Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH Palembang Tahun 2012.

Chris Bleakley, The Use of Ice in the Treatment of Acute Soft-Tissue Injury.

American Orthopaedic Society for Sports Medicine .First Published January

1, 2004.

Kristanto.A,INOVASI PENGGUNAAN COLD PACK UNTUK MENGATASI

NYERI PASCA OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION (ORIF),

Program Studi Magister Keperawatan Program Paskasarjana Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta,Tahun 2016

Christy Budi Puspitasari,Pemberian Kompres Dingin Terhadap Skala Nyeri dengan

Fraktur femur 1/3 proksimal dextra .2014

Edzard Ernst. Ice freezes pain? A review of the clinical effectiveness of analgesic cold

therapy, Journal of Pain and Symptom Management Volume 9, Issue 1,

January 1994, Pages 56-59.

KGD Profesi Ners UNG 2017 48


[Musculoscletal System] Literature Review

Dinesh .S, Cryotherapy,International Journal of Applied Research 2015; 1(4): 324-

327

Fauzi.I.,Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri Pada Prosedur Invasif

Pemasangan Infus Anak Usia Sekolah di RSUD Bendan Kota Pekalongan

Tahun 2013

Purnamasari .E ,Efektifitas Kompres Dingin Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri

Pada Pasien Fraktur Di RSUD Ungaran,2014.

Purwaningsih.A A,Efektivitas kompres hangat dan kompres dingin untuk mengurangi

laserasi nyeri perineum pada primipara di Candimulyo Magelang,

International Journal of Research in Medical Sciences Purwaningsih AA et al.

Int J Res Med Sci.2015 Desember; 3

Joshua,Why Ice Delayed Recovery?,Article Stone Ahtletic Medicine,published

March ,20,2014

Khadijah.S,Efektifitas Kompres Dingin Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien

Fraktur di Rindu B RSUP. H. Adam Malik, Medan.2011

Laurel J.Freeman, B.A.ICE THERAPY .a nationally certified sports massage therapist

in Florida, has worked on many world-class athletes and has given numerous

lectures in health related field. She developed, teaches, and practices

Reprogramming Neuromuscular Responses @ (RNR). Laurel is a member of

the Florida Track Club.

KGD Profesi Ners UNG 2017 49


[Musculoscletal System] Literature Review

Nuriya,.The influence of cryotherapy to pain and level of comfort patient with

fracture in Cirebon,Universitas Indonesia The Library Crystal Of

Knowlegde(tahun 2014)

Miriam E.Tucker, Cryotherapy Reduces Pain, Narcotic Use After Surgery. American

College of Surgeons(ACS) 2013 Annual Clinical

Congress,October 11, 2013.(Medscape )

Olavi V. dkk, MD, Efficacy of Cold Gel for Soft Tissue Injuries,First Published May

1, 2003,SAGE JOURNAL

Saini .D, 2015. Sejarah Perkembangan Terapi Kompres Dingin, International Journal

of Applied Research 2015; 1(4): 324-327

KGD Profesi Ners UNG 2017 50

Anda mungkin juga menyukai