BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total atau
sebagian yang disebabkan oleh trauma fisik, kekuatan sudut, tenaga, keadaan tulang,
dan jaringan lunak (Price, 2006). Trauma atau cedera memegang proporsi terbesar
psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah
maupun non verbal. Padahal rasa nyaman merupakan salah satu kebutuhan dasar
rumah sakit.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 1,3
juta orang menderita fraktur. Menurut data dari Depkes RI tahun 2011, dari sekian
banyak kasus fraktur di Indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan
memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%.
Kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan 45.987 orang, yang mengalami
fraktur pada tulang femur 19.629 orang, 14.027 orang mengalami fraktur cruris,
3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970 orang mengalami fraktur pada tulang-tulang
kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula. Data laka lantas pada tahun
2015, sebanyak 562 laporan, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 618 laporan
Rumah Sakit Prof.Dr.Aloe Saboe Kota Gorontalo terhitung dari tanggal 1 Juli 2017
s/d 23 Agustus 2017 terdapat 50 pasien dengan trauma,21 di antaranya adalah pasien
(Rizaldi, 2014). Mekanisme munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus nyeri.
Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta
mekanik. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer,
lalu memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Pesan nyeri
dapat berinteraksi dengan sel-sel inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak
mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak
penurunan nyeri berdasarkan atas beberapa teori salah satunya yaitu tentang adanya
endorfin. Endorfin merupakan zat penghilang rasa nyeri yang diproduksi oleh tubuh.
Semakin tinggi kadar endorfin seseorang, semakin ringan rasa nyeri yang dirasakan.
Produksi endorfin dapat ditingkatkan melalui stimulasi kulit. Stimulasi kulit meliputi
massage, penekanan jari-jari dan pemberian kompres hangat atau dingin. (Smeltzer,
stimulus sensori. Teori gate control mengatakan bahwa stimulasi kulit mengaktifkan
transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini
sehingga gerbang sinaps. menutup transmisi impuls nyeri, sehingga nyeri berkurang
(Potter, 2005).
Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen
terapi es dan panas (pemberian kompres dingin atau panas), stimulus saraf elektris
nyeri yang paling sering digunakan secara farmakologis yaitu dengan memberikan
obat opioid, non opioid dan analgetik (Burst, 2011).Perkembangan ilmu kedokteran
dan efisien serta signifikan dalam mangatasi nyeri, dan realita di praktek klinik
khususnya di rumah sakit kebijakan pimpinan rumah sakit dalam mengatasi nyeri
saat ini juga dikembangkan manajemen nyeri non farmakologis, diantaranya berupa
Nerve Stimulation (TENS), pemijatan, tusuk jarum, aroma terapi, serta kompres
hangat dan dingin (Pamela et.al, 2010). Salah terapi non farmakologi yang jarang di
dipandang kurang efektif dan efisien. Hal ini didukung adanya hasil wawancara
dengan ±10-15 perawat di dua rumah sakit di ruang rawat bedah orthopaedi
menyatakan bahwa kompres dingin tidak masuk dalam panduan penanganan nyeri,
karena Rumah sakit sudah menentukan bahwa penanganan nyeri menggunakan terapi
obat yang sudah di formulasikan dalam bentuk protokol terapi untuk mengurangi
nyeri sedang sampai berat (Buku Panduan Nyeri RSST, 2015), sehingga perawat
tindakan kolaboratif dalam menurunkan nyeri pada pasien. Kompres dingin adalah
suatu metode dalam penggunaan suhu rendah setempat yang dapat menimbulkan
beberapa efek fisiologis (Price, 2005). Terapi dingin pada kasus muskuloskeletal
digunakan pada kondisi arthritis, fraktur, sprain dan strain, spasme otot, serta cedera
untuk mengurangi nyeri dan edema, karena akan mengurangi aliran darah ke suatu
sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit. Mekanisme lain yang
mungkin bekerja adalah bahwa persepsi dingin menjadi dominan dan mengurangi
& Miller (2008) dan Block (2010) terkait efektifitas Cold Pack dalam megurangi
nyeri pada kasus ortopaedi ringan, sedangkan pada kasus ortopaedi berat
mengacu pada indikasi terapi dingin.Namun demikian dari segi efisiensi penggunaan
cold pack lebih dianjurkan. Penelitian lain yang mendukung telah dilakukan oleh
Market & Summer (2011) dan Sheik et al.(2015) yang mebedakan efektifitas
Cryoterapi ( kompres dingin) dengan penggunaan bebat, obat epidural dan narkotik.
Kompres dingin ini juga tidak mengganggu pembuluh darah perifer dan tidak
prosedur.
Efektifitas tehnik relaksasi nafas dalam menurunkan nyeri juga banyak diteliti
dalam dikombinasikan dengan Guided Imagery dapat menurunkan nyeri hebat pada
pasien post Sectio Caesare menjadi nyeri sedang atau ringan. Penelitian lain
pasien frozen shoulder .Di Negara Taiwan tehnik relaksasi nafas dalam sudah tidak
diterapkan dalam praktek klinik keperawatan tetapi kompres dingin masih digunakan
dalam mengatasi nyeri, karena merupakan tindakan mandiri perawat dalam mengatasi
nyeri yaitu dengan mengunakan alat Cryoterapi.. Melihat paparan diatas kita bisa
melihat bahwa kompres dingin dapat menurunkan nyeri salah satunya nyeri akibat
fraktur pada tulang. Dengan berkurangnya nyeri maka pasien akan bisa segera
melakukan mobilisasi dimana dengan semakin cepat pasien. mobilisasi maka akan
dingin dalam mengurangi rasa nyeri. Di era modern saat ini perawat lebih
nyeri pada pasien. Panduan penanganan nyeri yang merupakan syarat akreditasi
rumah sakit,, sudah tidak lagi mencantumkan kompres dingin sebagai penanganan
nyeri pada pasien dengan nyeri ringan ataupun sedang, tetapi perawat lebih
menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri ringan. Pada nyeri
sedang dan berat menggunakan terapi obat dalam menangani nyeri (Buku Panduan
penanganan nyeri. Hal ini dapat dilihat dari proses persiapan sampai dengan
menyiapkan potongan es yang akan dimasukkan dalam kantong karet kemudian harus
mengganti es yang sudah cair dengan es yang. baru. (Kusyati, 2014) Hal ini dirasa
sangat menyita waktu dan tenaga dalam menyiapkan serta melakukan tindakan
mempengaruhi proses pemberian kompres dingin karena pasien menjadi basah oleh
es batu yang mencair. Saat ini telah dikembangkan tehnik kompres dingin dengan
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
penangan masalah nyeri pada pasien fraktur tertutup di di ruang gawat darurat
untuk mengatasi nyeri non farmakologi pada pasien fraktur tertutup dan
BAB II
TINJAUAN TEORI
yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
Menurut Rizaldi (2014) Nyeri merupakan masalah utama pada pasien fraktur
kerusakan jaringan .
2.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan awitan nyeri dapat di bedakan menjadi 2 jenis yaitunyeri akut dan kronik:
a. Nyeri Akut
b. Nyeri kronik
Menurut Potter and Harry (2005) ada beberapa macam klasifikasi nyeri
Nyeri bersifat difus dan dapat menyebar ke beberapa arah. Durasi bervariasi
tetapi biasanya berlangsung lebih lama daripada nyeri superficial. Nyeri dapat
terasa tajam, tumpul atau unik tergantung dari organ yang terlibat.
3. Nyeri alih terjadi pada nyeri viceral karena banyak organ organ yang tidak punya
reseptor nyeri
4. Radiasi
Sensasi nyeri dapat meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang
tubuh
Impuls nyeri diteruskan oleh serat afferen (A-delta & C) ke medulla spinalis melalui
dorsal horn
2.1.4
Slow Pain
Skala nyeri yang biasa digunakan dalam dunia kesehatan ada dua yaitu
keluhannya.
atau disuntik
o 4 : menyedihkan (kuat, myeri yang dalam) seperti sakit gigi dan nyeri
disengat tawon
terkilir, keseleo
o 7 : sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) dan
berlansung lama.
begitu kuat tidak sadarkan diri) biasanya pada skala ini sipenderita
tidak lagi merasakan nyeri karena sudah tidak sadarkan diri akibat rasa
nyeri yang sangat luar biasa seperi pada kasus kecelakaan parah, multi
kelompok yaitu:
- skala nyeri 1 - 3 (nyeri ringan) nyeri masih dapat ditahan dan tidak
- skala nyeri 4 - 6 (nyeri sedang) nyeri sedikit kuat sehingga dapat mengganggu
- skala nyeri 7 - 10 (nyeri berat) nyeri yang sangat kuat sehingga memerlukan
diantaranya :
observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri
yang dilaporkan oleh klien adalah nnyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien
pengobatan.
- Kualitas (quality)
menunjukkan semua bagian/ daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.
Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien
untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini
subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang
ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Namun kesulitannya
adalah makna dari istilah istilah ini berbeda bagi perawat dan klien serta tidak
dan berat. Hal ini juga bisa disebabkan karena memang pengalaman nyeri
2.2.1 Defenisi
yang mencapai otak lebih sedikit. Mekanisme lain yang mungkin bekerja adalah
bahwa persepsi dingin menjadi dominan dan mengurangi persepsi nyeri (Price,
2005).
Menurut Milton dalam jurnal Superficial Heat and Cool(2013), pada aplikasi
dingin; selain memberikan efek menurunkan sensasi nyeri, aplikasi dingin juga
o Proses ini memakan waktu 10 menit pada pasien kurus dan sampai 60 menit
o Untuk merawat fleksi lutut yang dibatasi karena fraktur ekstremitas yang
darah keluar dari pembuluh bila terjadi suatu bekuan. Sebagai akibat dingin
rasa sakit sangat berkurang. Maka pemberian unsur dingin ini harus dilakukan
2.2.3 Indikasi
2. Fraktur
3. Gigitan serangga
4. Perdarahan
5. Spasme otot
6. Arthritis rheumatoid
7. Pruritus
8. Sakit kepala
- Penyakit Raynaud
- Radang sendi
a. Cuci tangan.
g. Jika tidak ada efek samping yang terjadi, angkat kantong es setelah 10
h. Setelah prosedur bereskan semua alat, bantu pasien untuk posisi yang
nyaman.
Mengurangi nyeri
Membatasi peradangan
2.3.1 Defenisi
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai sterness yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsinya. Stres dapat berupa pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (smeltzer &
Bare 2002). Helmi (2011) menjelaskan bahwa fraktur merupakan istilah dari
hilangnya kontiunitas tulang, tulang rawan, baik bersifat total maupun sebagian.
2.3.2 Etiologi
& Pellino 2002). Sedangkan menurut Smeltze & Bare (2002), fraktur dapat
1. Infeksi
2. Pukulan langsung
5. Gaya meremuk
2.3.3 Manifestasi
lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
fragmen tulang.
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
patahan tulang.
umur pasien. Faktor lainnya adalah tingkat kesehatan pasien secara keseluruhan,
jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid) berlangsung setelah hari ke
lima.
BAB III
METODOLOGI
merupakan uraian analisa kritis mengenai teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya
yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian dalam
menyusun kerangka pikir yang jelas dari perumusan masalah yang akan diteliti.
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah literature review
screenning journal, coding journal, dan menentukan tema dari refensi jurnal yang
didapatkan.
interpretasi.
Merumuskan atau menyusun sesuai topik yang akan diambil dalam bentuk yang
tepat. Dalam pemformulasian masalah yang dibahas, ditulis dalam bentuk tinjauan
pustaka yang mengacu pada jurnal atau hasil studi pustaka. Penulisan dilakukan
internasional dan 5 Jurnal Nasional. Literatur dari jurnal yang dikumpulkan harus
relevan dengan topik. Screenning dilakukan untuk memudahkan proses codding yang
bertujuan untuk mengevaluasi data yang muncul sebagai kelolaan sub topik.
yang dikontribusikan dari hasil codding. Data yang didapatkan dari journal codding
dapat berupa data kualitatif, data kuantitatif maupun data yang berasal dari kombinasi
keduanya. Data yang telah dikelompokan akan dilihat kembali compare (kesamaan)
dan contrast (ketidaksamaan) baik dari segi kelebihan dan kelemahan untuk
menginterpretasikan data dalam sub topik. Pandangan yang kritis diperlukan untuk
Literature Review ini menggunakan media atau metode pencarian jurnal, yaitu
sebagai berikut :
www.pnri.go.id
2. Google Scholar
3. Elsevier
4. PUBMED
5. Sciencedirect dengan alat situs : http://search.sciencedirect.com
6. Nursing research
7. Wolters kluwer
8. NCBI(Natonal Center Biotehnology Information)
9. Sage Journal
10. Medscape
11. Library Crystal Of Knowlegde Universitas Indonesia
Tahun
No Nama Jurnal
Penerbitan
Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada
1. Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH 2012
Palembang Tahun 2012 (Devi Mediarti)
Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada
Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup di ruang UGD RSUD
2. 2015
Daerah A.M tanggarong,Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 3.No 2
Desember 2015 (Alfi Fakrurrizal)
Pemberian Kompres Dingin Terhadap Skala Nyeri dengan
3. Fraktur femur 1/3 proksimal dextra (Christy Budi 2014
Puspitasari)
Efektifitas Kompres Dingin Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Fraktur Di RSUD Ungaran(Elia
4. 2014
Purnamasari)
BAB IV
PEMBAHASAN
Dengan tujuan menghilangkan rasa sakit. Ribuan tahun yang lalu seorang
dokter bernama Hippocrates yang merupakan dokter pada zaman Yunani yang
pertama kali menggunakan terapi suhu dingin dengan memanfaatkan salju dan
dan mampu Sangat mengurangi rasa sakit dan pendarahan selama dan
darah local.kompres dingin (Cryotherapy) Salah satu cara yang lebih Metode
terapi yang efektif untuk mengurangi Rasa sakit dan bengkak pada luka
di bungkus, semprotan pendingin, massase dengan es, dan pusaran air, atau
berendam dengan air es Sering digunakan untuk mengobati bengkak dan rasa
adalah Salah satu pengobatan yang paling sederhana, yang telah teruji untuk
singkat “RICE”.dalam beberapa decade Tehnik ini banyak di pakai oleh para
mikrosirkulasi lebih dari 60%, efek yang dapat bertahan sampai 30 menit
aliran darah dan pembengkakan juga dapat dicapai dengan kompresi dengan
PubMed)
2015:253-260.
pada pasien di area fraktur tertutup selama 10-15 menit selama 24 sampai 48
ketidaknyamanan.
sebelum dilakukan kompres dingin adalah 6,40. Nyeri terendah adalah 5 dan
adalah diantara 5,85 sampai dengan 6,95. Rata-rata nyeri setelah dilakukan
kompres dingin adalah 3,53. Nyeri terendah adalah 2 dan nyeri tertinggi
2,81 sampai dengan 4,25. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan ada
perbedaan antara nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres dingin pada
terhadap intensitas nyeri pada pasien fraktur tertutup di ruang Dahlia RSUD
P: Populasi dalam penelitian ini sebanyak Sampel pada penelitian ini adalah 30
dengan kantong karet di isi biang es di lapisi kain berserat dengan suhu awal
ketidaknyamanan.
dengan usia remaja akhir (60%) dan suku melayu (36,7%). Hasil dari uji
statistik yang digunakan adalah paired sampel t test untuk melihat perbedaan
rata-rata intentias nyeri sebelum dan setelah dilakukan kompres dingin pada
kompres dingin, rata-rata intensitas nyeri sebesar 7,00 dan setelah diberikan
kompres dingin intensitas nyeri turun menjadi 5,47. Hasil uji independen
kelompok kontrol diperoleh nilai p value= 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa
sebelum dan setelah pemberian kompres dingin pada pasien fraktur ektremitas
tertutup.
kelompok eksperimen
P: Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 8 orang yang dibagi menjadi
intervensi yaitu kelompok yang diberi kompres dingin selama 10 menit pada
kondisi awal (pre test) didapat nilai rata-rata nyeri 5,25 (SD=1,04) dan setelah
10 menit diberi kompres dingin didapat nilai rata-rata nyeri berkurang menjadi
2,13 (SD=0,84), pernyataan ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sebesar
3,12. Dari hasil uji paired t test terdapat nilai p=0,000 (p<0.05) artinya terdapat
pada kelompok intervensi sebelum dan sudah diberi intervensi kompres dingin.
Sedangkan pada kelompok kontrol didapat nilai rata-rata nyeri 4,75 (SD=0,89)
dan setelah 10 menit diberi kompres air biasa di dapat nilai rata-rata nyeri 4.38
test intensitas nyeri fraktur antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
perbedaan yang bermakna karena dalam uji independent ttest ini yang penting
O:. Dari hasil uji kedua statistik yang tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
kompres dingin efektif terhadap penurunan intensitas nyeri fraktur pada pasien
sebanyak 21 responden.
dengan kantong karet di isi es batu dengan pada pasien di area fraktur tertutup
(57,1%) dan didominasi dengan usia responden 21-45 tahun, yaitu 11 responden
mengalami nyeri sedang dengan skala 4-6 sebelum diberikan intervensi kompres
responden (90,5%) mengalami nyeri ringan dengan skala 1-3 dan 2 responden
O:. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ada efektifitas kompres
Ungaran, hasil ini diperoleh dari hasil uji statistic menggunakan Wilcoxon
5. Olavi V.Airaksinen, MD, PhD .Efficacy of Cold Gel for Soft Tissue
Injuries(2003)
kaki, kaki, lutut, atau tangan. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi
ditugaskan untuk menerima gel dingin aktif atau gel plasebo. Hanya luka
jaringan lunak ringan yang termasuk dalam penelitian ini, dan luka tersebut
jaringan lunak pada pergelangan kaki, kaki,Lutut atau tangan secara acak
wanita dan 26 orang dengan usia rata rata 32 + 12 tahun dan Gel plasebo 12
wanita dan 25 pria dengan Usia rata-rata 32 + 10 tahun. Kedua gel tersebut
dioleskan ke area luka empat kali sehari selama 14 hari. Peserta dievaluasi
sebelum memasuki studi dan pada hari ke 7, 14, dan 28 dari periode
mereka. Selain itu, obat antiinflamasi non steroid digunakan sebagai obat
C: Pada skala nyeri nol sampai 100, skor nyeri pasien yang menerima gel
dingin aktif menurun dari 59 menjadi 30 pada hari ke 7, sampai 14 pada hari
dengan penurunan rasa sakit yang dialami oleh mereka yang mendapat
plasebo gel. Pasien yang diobati dengan gel dingin mengalami penurunan
pengobatan pada akhir penelitian secara signifikan lebih baik untuk gel dingin
versus plasebo.
Belajar di kelompok gel dingin aktif. Pada kelompok placebo Rasa sakit
Untuk pengobatan adalah 71 dalam kelompok gel dingin aktif Dan 44 pada
menunjukkan bahwa Gel dingin aktif menurunkan secara signifikan Sakit dan
Lebih baik gel dingin dibanding gel placebo. Di Gel dingin umum meningkat
dalam penelitian ini adalah quasi experiment one group pretest-posttest design
dan teknik sampling yang digunakan yaitu non probability sampling dengan
meningkatkan kenyamanannya.
wanita dan 26 orang dengan usia rata rata 32 + 12 tahun dan Gel plasebo 12
wanita dan 25 pria dengan Usia rata-rata 32 + 10 tahun. Kedua gel tersebut
dioleskan ke area luka empat kali sehari selama 14 hari. Peserta dievaluasi
sebelum memasuki studi dan pada hari ke 7, 14, dan 28 dari periode
mereka. Selain itu, obat antiinflamasi non steroid digunakan sebagai obat
kenyamanannya.
Review Jurnal
N Tahun/Te
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil
o mpat
1 Pengaruh Pemberian 2012/ eksperimen dengan desain one Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kompres Dingin group pre test-post test. dari 15 pasien Rata-rata nyeri sebelum
Terhadap Nyeri pada Palemban adalah memberikan kompres dilakukan kompres dingin adalah 6,40.
Pasien Fraktur g dingin pada pasien di area Nyeri terendah adalah 5 dan nyeri
Ekstremitas Tertutup di fraktur tertutup selama 10-15 tertinggi adalah 8. Rata-rata nyeri
IGD RSMH(Devi menit selama 24 sampai 48 jam sebelum dilakukan kompres dingin
Mediarti) pertama setelah cedera. adalah diantara 5,85 sampai dengan
6,95. Rata-rata nyeri setelah dilakukan
kompres dingin adalah 3,53. Nyeri
terendah adalah 2 dan nyeri tertinggi
adalah 6. Rata-rata nyeri sebelum
dilakukan kompres dingin adalah
diantara 2,81 sampai dengan 4,25. Dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan
ada perbedaan antara nyeri sebelum
dan setelah pemberian kompres dingin
pada pasien fraktur ektremitas tertutup.
2 Efektivitas kompres 2013/ Quasi Eksperimen untuk Hasil uji independen sampel t test
dingin terhadap mengungkapkan hubungan untuk melihat perbedaan rata-rata
intensitas nyeri pada Pekanbaru sebab akibat dengan cara intensitas nyeri setelah diberikan
pasien fraktur tertutup melibatkan kelompok kompres dingin antara kategori
di ruang Dahlia RSUD kontrol disamping kelompok eksperimen dengan
Arifin Achmad(Andi kelompok eksperimen. kelompok kontrol diperoleh nilai p
Nurkhairah) Prosedur pelaksanaan value= 0,000 (p<0,05) yang berarti
penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan yang
memberikan kompres dingin signifikan intensitas nyeri setelah
dengan kantong karet di isi diberikannya kompres dingin antara
biang es di lapisi kain kelompok eksperimen dengan
berserat dengan suhu awal 10 kelompok kontrol. Pada kelompok
C selama 20 menit pada eksperimen rata-rata intensitas nyeri
pasien di area fraktur tertutup sebesar 5,47 dan pada kelompok
selama 24 sampai 48 jam kontrol intensitas nyeri lebih tinggi
pertama setelah cedera yaitu sebesar 7,27.
Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan ada perbedaan antara
nyeri sebelum dan setelah pemberian
kompres dingin pada pasien fraktur
ektremitas tertutup.
3 Efektifitas Kompres 2011/ desain quasi eksperimen yang bahwa intensitas nyeri pasien fraktur di
Dingin Terhadap bertujuan untuk Rindu B RSUP. H Adam Malik Medan
Penurunan Intensitas Medan mengidentifikasi efektifitas yang diberikan kompres dingin
Nyeri Pasien Fraktur di kompres dingin terhadap mengalami penurunan nyeri yang
Rindu B RSUP H. penurunan intensitas nyeri signifikan, nilai p=0,000 (p< 0,05).
Adam Malik pasien fraktur di Rindu B Sedangkan pada kelompok kontrol yang
Medan(Siti Khadijah) RSUP. H. Adam Malik Medan. diberi kompres air biasa tidak
Pengambilan sampel dilakukan mengalami penurunan yang signifikan
dengan teknik convenience p=0,080 (p>0,05) dan hasil analisa data
sampling sehingga diperoleh yang menunjukkan terdapat perbedaan
sampel berjumlah 8 orang pada yang signifikan antara kelompok
masing-masing kelompok yang intervensi dan kelompok control setelah
4 Efektivitas kompres 2014/ Desain penelitian yang Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
dingin terhadap digunakan adalah quasy bahwa Ada efektifitas kompres dingin
Semarang eksperiment dengan one group terhadap penurunan intensitas nyeri pada
penurunan intensitas pasien fraktur di RSUD Ungaran, hasil ini
nyeri pada pasien fraktur pre post test. Jumlah sampel
diperoleh dari hasil uji statistic
Di RSUDUngaran(Ellia yang digunakan sebanyak 21 menggunakan Wilcoxon dengan p-value
Purnamasari) responden tanpa kelompok sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan
kontrol. bahwa kompres dingin efektif dalam
menurunkan nyeri pada pasien fraktur.
5 Inovasi penggunaan 2016/ Jenis penelitian yang Sebelum dilakukan perlakuan kompres
Cold pack untuk digunakan dalam penelitian ini dingin cold Pack pada kelompok
mengatasi nyeri pasca yogyakart adalah penelitian kuantitatif intervensi dan relaksasi nafas dalam
a dengan pesain penelitian Quasi pada kelompok kontrol, nyeri yang
open reduction internal
Fixation(orif),(Agung Experimentdan rancangan pre- dirasakan responden relative sama yaitu
Kristanto) test-post-test with control pada skala nyeri 4-5. Setelah dilakukan
group. Sampel yang dipilih 4 kali perlakuan kompres dingin cold
adalah pasien paska Pack pada kelompok intervensi terjadi
pembedahan fraktur pada penurunan skala nyeri rata-rata 2 point
ekstremitas atas ataupun bawah pada tiap perlakuan dan terjadi
yang dirawat di RSUP dr penurunan skala nyeri rata-rata 1 point
Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tiap perlakuan pada kelompok
dan memenuhi kriteria inklusi kontrol relaksasi nafas dalam post
dan ekslusi penelitian. Besar analgetik I dan post analgetik II.
sampel dalam penelitian ini Penurunan skala nyeri setelah perlakuan
ditetapkan berjumlah 30 yang pertama hingga ke empat pada
terbagi menjadi dua kelompok kelompok intervensi kompres dingin
yaitu 15 responden kelompok cold pack sebesar 3 point, sedangkan
intervensi dilakukan kompres pada kelompok kontrol relaksasi nafas
dengan cold pack dan 15 orang dalam hanya mengalami penurunan 1
lainnya menjadi responden point,sehingga kompres dingin cold
kelompok kontrol yang pack lebih efektif menurunkan nyeri
diberikan relaksasi nafas dalam dibandingkan relaksasi nafas dalam baik
sesuai panduan penanganan pada post analgetik 1 maupun post
nyeri di RSUP Soeradji analgetik II.
Tirtonegoro Klaten. Intervensi
kompres dengan cold pack
maupun relaksasi nafas dalam
dilakukan terhadap pasien
dengan skala nyeri ringan (1-3)
dan nyeri sedang (4-6).
Pengukuran nyeri dilakukan
dengan Visual Analogi Scale
(VAS).
BAB V
PENUTUP
1. SIMPULAN
2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Chris Bleakley, The Use of Ice in the Treatment of Acute Soft-Tissue Injury.
1, 2004.
Edzard Ernst. Ice freezes pain? A review of the clinical effectiveness of analgesic cold
327
Tahun 2013
March ,20,2014
in Florida, has worked on many world-class athletes and has given numerous
Knowlegde(tahun 2014)
Miriam E.Tucker, Cryotherapy Reduces Pain, Narcotic Use After Surgery. American
Olavi V. dkk, MD, Efficacy of Cold Gel for Soft Tissue Injuries,First Published May
1, 2003,SAGE JOURNAL
Saini .D, 2015. Sejarah Perkembangan Terapi Kompres Dingin, International Journal