Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemasangan infus adalah suatu prosedur pemberian cairan, elektrolit ataupun obat

secara langsung ke dalam pembuluh darah vena yang banyak dalam waktu yang lama dengan

cara menggunakan infus set untuk tujuan tertentu (Agus, 2013). Pemasangan infus termasuk

ke dalam tindakan invasive atau tindakan langsung yang dapat mempengaruhi keutuhan

jaringan. Manfaat dari terapi infus dapat sebagai jalur pemberian obat, pemberian cairan ,

pemberian produk darah atau sampling darah (Alexander et.al, 2010 dalam Joyce M Black,

2014).

Jumlah pasien yang mendapatkan terapi infus di Inggris sebanyak 25 juta per tahun

dan mereka telah dipasang berbagai bentuk alat akses Intra Vena (IV) selama perawatannya

(Hampton, 2008 dalam Joyce M Black, 2014).

Nyeri berperan sebagai mekanisme untuk memperingatkan kita mengenai potensial

bahaya fisik. Oleh karenanya, nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk

mencegah kerusakan lebih lanjut dengan memberikan dorongan untuk keluar dari

situasi yang menyebabkan nyeri. Perasaan tidak nyaman dan distress berhubungan

dengan nyeri sering kali berlangsung lebih lama dibandingkan kerusakan jaringan .

Nyeri merupakan alasan


individu mencari layanan kesehatan dan dikaitkan dengan peningkatan lama waktu rawat,

waktu pemulihan yang lebih lama, dan hasil yang lebih buruk pada klien (McCaffery, 2010

dalam Bunner & Suddarth, 2014).

Nyeri adalah respons subjektif terhadap stressor fisik dan psikologis. Semua individu

mengalami nyeri pada beberapa tempat selama kehidupan mereka. Terdapat 50 juta

penduduk Amerika yang hidup dengan nyeri kronis, nyeri pinggan bawah (low back pain,

LBP) adalah salah satu dari jenis nyeri kronis yang paling sering terjadi, disertai dengan

migrain atau sakit kepala berat dan nyeri sendi. Sebanyak 25 juta penduduk lainnya

mengalami nyeri akut yang berhubungan dengan pembedahan atau trauma ( American

Academy of Pain Management, 2009; Center of Disease Control and Prevention [CDC],

2006 dalam Bunner & Suddarth, 2 0 1 4 ) . Meskipun nyeri terjadi akibat penurunan

kondisi kesehatan dalam pola kesehatan perseptual-kognitif, efeknya kemungkinan

menyebabkan disfungsi pada seluruh pola kesehatan fungsional, baik nyeri akut, kronis,

berat, maupun ringan hingga sedang.

Nyeri biasanya dialami sebagai ketidaknyamanan dan ketidakinginan, nyeri

juga memberikan peran perlindungan, memberi peringatan terhadap kemungkinan kondisi

yang mengancam kesehatan. The Joint Commission (2011) menetapkan standar nyeri

yang mengidentifikasi pemulihan nyeri sebagai hak pasien. Standar Joint Commission

mewajibkan fasilitas layanan kesehatan untuk mengimplementasikan prosedur khusus,

dan pendidikan bagi penyedia layanan kesehatan, pengkajian dan manajemen nyeri.

Nyeri pengalaman pribadi dan nyata yang dipengaruhi oleh faktor fisiologis, psikologis,

kognitif, sosiokultural, dan spiritual. Nyeri merupakan gejala yang paling dikaitkan dengan

penjelasan seseorang terhadap penyakit, dan alasan paling umum untuk mencari layanan

kesehatan. International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri
sebagai suatu sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan actual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti

kerusakan.

Nyeri adalah gejala paling umum yang paling tampak pada populasi umum dan di dunia

kedokteran. Di Amerika Serikat keluhan nyeri merupakan penyebab 40% kunjungan pasien

berobat jalan terkait gejala setiap tahunnya. Hasil survei WHO (Word Health Organization)

memperlihatkan bahwa dari 26.000 rawat primer di lima benua, 22% melaporkan adanya

nyeri persisten lebih dari setahun (Kuntono, 2011).

System saraf perifer memiliki dua jenis neuron, yaitu senorik dan motorik. Pengalaman

nyeri meliputi stimulasi sensorik dan persepsi. Stimulasi nyeri dihasilkan dan dipindahkan

melalui neuron sensorik, diterima didalam system saraf pusat, dan direspon melalui neuron

motorik. Koneksi atau sinaps terjadi dalam medulla spinalis dan kembali kedalam otak, tempat

interpretasi stimulus yang menimbulkan nyeri direspons. Stimulus nyeri dapat menyebabkan

respon reflex segera yang menghasilkan kesadaran akan nyeri.

Upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mengurangi nyeri pada saat pemasangan infus

adalah dengan menggunakan kompres panas dan dingin, napas dalam, napas ritmik, relaksasi

progresif, terapi musik, distraksi dan salah satu teknik relaksasi yang digunakan adalah teknik

relaksasi genggam jari. Menurut Liana, 2008 dalam Pinandita et al. (2012), mengemukakan

bahwa relaksasi genggam jari merupakan sebuah teknik relaksasi yang sangat sederhana dan

mudah dilakukan. Menggenggam jari disertai dengan menarik nafas dalam-dalam dapat

mengurangi ketegangan fisik dan emosi, karena genggam jari akan menghangatkan titik-

titik masuk dan keluarnya energi pada meridian (saluran energi) yang berhubungan dengan

organ- organ didalam tubuh yang terletak pada jari tangan. Titik-titik refleksi pada

tangan
memberikan rangsangan secara reflek (spontan) pada saat genggaman. Rangsangan tersebut

akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak kemudian diproses

dengan cepat dan diteruskan menuju syaraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan,

sehingga sumbatan dijalur energi menjadi lancar.

Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan mengembalikan emosi yang akan

membuat tubuh menjadi rileks. Ketika tubuh dalam keadaan rileks, maka ketegangan pada

otot berkurang yang kemudian akan mengurangi kecemasan (Yuliastuti, 2015).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Neila Sulung (2017) tentang

teknik relaksasi genggam jari terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi

Appendektomy di ruangan bedah RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi, hasil penelitian

tersebut yaitu ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri

pada pasien post operasi di ruang bedah RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi.

Peneliti lain juga menjelaskan bahwa perubahan nyeri pada lansia yang mengalami

nyeri sendi di RW 1 dan 2 di Kelurahan Bangsal Kota Kediri sebelum dan sesudah dilakukan

terapi relaksasi genggam jari faktanya ditemukan bahwa diketahui dari 44 responden

mengalami penurunan nyeri sendi setelah melakukan terapi relaksasi genggam jari,

dan hanya 5 responden yang tidak mengalami penurunan setelah melakukan terapi

relaksasi genggam jari. Pada hasil penelitian yang dilakukan sebelum diberikan teknik

relaksasi genggam jari bahwa sebagian besar skala nyeri responden mengalami nyeri sedang

(Desi Natalia, 2017).

Fenomena tentang nyeri dan manajemen umumnya terjadi pada penyedia layanan

kesehatan dan pasien. Beberapa mitos yang paling sering muncul adalah nyeri adalah akibat,

bukan penyebab nyeri saat ini dikenal memiliki efek yang segera dan jangka panjang. Nyeri

kronis benar-benar jenis depresi yang tersembunyi serotonin berperan sebagai zat kimia

dalam
penyebaran nyeri dan juga merupakan modulator depresi utama. Obat narkotik sangat

beresiko digunakan pada nyeri kronis analgesik opioid saat ini dikenal sebagaistrategi yang

tepat untuk menangani nyeri kronis yang tidak sembuh dengan strategi lain. Pereda nyeri

berbeda dengan diagnosis manajemen yang efektif dengan menggunakan analgesik di ruang

IGD dipandang tidak memiliki dampak pada temuan pengkajian fisik atau diagnosis (Pasero,

2003 dalam Priscilla LeMone, 2016).

Di RS Premier Jatinegara banyak klien yang dilakukan pemasangan infus, ± 87% klien

terlihat nyeri nosisepsi (nyeri akut) saat dilakukan pemasangan infus. Nyeri akut adalah

nyeri yang dimulai dari teraktivasinya nosiseptor (reseptor nyeri) sebagai akibat dari

adanya stimulus kuat baik mekanik, termal atau kimiawi. Nyeri akut ditandai dengan

adanya kerusakan jaringan, yang akan diikuti dengan proses inflamasi artinya berlangsung

singkat dan segera menghilang dengan penyembuhannya.

Dari penjelasan diatas penulis ingin mengetahui apakah ada pengaruh relaksasi genggam

jari terhadap tingkat nyeri pada klien saat pemasangan infus melalui intravena . Penulis

melakukan penelitian di RS Premier Jatinegara karena rumah sakit tersebut merupakan rumah

sakit swasta terkemuka di Jakarta Timur yang memiliki keunggulan termasuk didalamnya

komitmen terhadap mutu, kemudahan akses, kualitas pelayanan, kelengkapan spesialistik dan

alat penunjang medis yang menjadi rujukan pelayanan kesehatan bagi dokter dan masyarakat

yang membutuhkan, maka diharapkan di rumah sakit tersebut dapat memenuhi jumlah

sampel yang akan diambil oleh penulis.

1.2 Rumusan Masalah

Proses pemasangan infus akan menimbulkan rasa nyeri, relaksasi genggam jari adalah

salah satu teknik relaksasi yang dapat menurunkan nyeri pada saat pemasangan infus.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah penelitian ini adalah Adakah

Pengaruh Relaksasi Genggam Jari pada Saat Pemasangan Infus di Ruang Rawat Inap Lantai

8 di RS Premier Jatinegara.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum.

Untuk mengetahui adakah pengaruh relaksasi genggam jari terhadap tingkat nyeri pada

klien saat pemasangan infus di RS Premier Jatinegara dan untuk mengetahui perbedaan

efektifitas pemberian tehnik relaksasi genggam jari terhadap skala intensitas nyeri .

2. Tujuan khusus.

Karakteristik responden umur, jenis kelamin, pengalaman infus sebelumnya, dan

ketakutan/kecemasan.

1. Diketahuinya tingkat nyeri pada kelompok yang tidak diberikan teknik relaksasi

genggam jari atau pada kelompok kontrol.

2. Diketahuinya tingkat nyeri pada kelompok yang diberikan teknik relaksasi genggam

jari atau pada kelompok intervensi.

3. Diketahuinya perbedaan tingkat nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok


kontrol

klien saat pemasangan infus.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi rumah sakit.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan dapat diaplikasikan oleh tenaga

medis terutama perawat, sehingga dapat dijadikan sebagai Standar Operasional Prosedur

(SOP) untuk mengurangi nyeri pada klien saat pemasangan infus.

2. Bagi institusi pendidikan.


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi serta dasar pengetahuan

bagi mahasiswa keperawatan dan dapat digunakan sebagai sarana latihan dalam

menangani nyeri pada klien saat pemasangan infus.

3. Bagi peneliti selanjutnya.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar dan sumber referensi untuk penelitian

selanjutnya, khususnya peneliti yang melakukan penelitian pada tehnik non farmakologi

selain relaksasi genggam jari hubungannya dengan tingkat nyeri pasien.

Anda mungkin juga menyukai