INTISARI
Latar Belakang: Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri
pada pasien pasca operasi hernia sangat mempengaruhi kemampuan mobilisasi
pasien dan dapat memperpanjang hari rawat di rumah sakit. Terdapat banyak terapi
komplementer untuk mengurangi nyeri pasien. Salah satunya dengan pemberian
kompres hangat. Kompres hangat merupakan salah satu solusi praktis untuk
mengurangi rasa nyeri. Akan tetapi, teknik ini belum diterapkan di RSUD Wates
Kulon Progo.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
kompres hangat terhadap intensitas nyeri pada pasien pasca operasi hernia di RSUD
Wates.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain Quasy-eksperimen dengan pre-test and
post-test with control group design. Responden yang masuk dalam kriteria inklusi
diambil 16 orang untuk masing-masing kelompok intervensi dan kontrol. Pengukuran
skala nyeri menggunakan Numerical Rating Scales, dimana skala nyeri diukur
sebelum dan setelah pemberian intervensi selama 2 hari, dimana setiap hari diberikan
2 kali intervensi. Analisa data menggunakan uji Mann-Whitney U dengan p<0,05.
Hasil: Hasil uji Mann-Whitney U antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
diperoleh p value 0,000 (<0,05). Rata-rata skala nyeri kelompok intervensi sebesar
3,38, ini lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol dimana rata-rata
sebesar 4,71 (skala 1-10).
Kesimpulan: Teknik kompres hangat berpengaruh terhadap intensitas nyeri pada
pasien pasca operasi hernia di RSUD Wates.
Kata Kunci: Teknik kompres hangat, nyeri, terapi komplementer.
---------------------------------------------------------------------------------------------
1. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Ahmad Yani Yogyakarta
2. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Ahmad Yani Yogyakarta
3. Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo
xv
xvi
ABSTRACT
1 2 3
Ika Cahyaningsih , Wenny Savitri , Anggono Joko Prasojo
Back ground: Pain is a sensory and emotional experience ominous caused by actual
or potential damage of body tissue. Pain after surgery Ptients greatly affect the ability
to mpbilize the patient and may prolong hospitalization. There are many
complementary therapies to reduce the patient’s pain. One of them is by giving a
warm compress. Warm compress is one practical solution to reduce pain. However,
this technique has not been applied in the General Hospital of Wates Kulon Progo.
Objective : The purpose of this study was to determine the effect of applying warm
compresses to the intensity of pain in patient with post operative hernia in General
Hospital Wates.
Method : This study used quasy experimental with pre-test and post-test with control
group design. Responden included in the inclusion criteria were taken 16 people for
each intervention and control group. Measurements using a pain scale Numerical
Ratin Scales, which measured pain scale before and after the administration of the
intervention for 2 days, where each day is given 2 times the intervention. Data
analysis using by Mann-Whitney U test with p<0,05.
Result : The result of Mann-Whitney U test between intervention group and control
group obtained p value of 0,000 (<0,005). The average of pain scale in the
intervention group is 3,38 was lower than the control group with an average of 4,471
(scale of 0-10).
Conclusion : Warm compress technique affects the intensity of pain in patien with
post-operative hernia in General Hospital of Wates Kulon Progo
Keywoeds : Warm compress technique, pain, complementary therapy.
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien/klien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
bersifat humanistik dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien. Menurut Maslow dalam Perry, (2010)
ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis seperti udara, air,
dan makamam, kebutuhan keamanan dan kenyaman, termasuk juga keamanan
fisik dan psikologis, kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki,termasuk di
dalamnya hubungan pertemanan, hubungan sosial, dan hubungan cinta,
kebutuhan akan penghargaan dan penghargaan diri, termasuk juga kepercayaan
diri, pendayagunaan, nilai diri, dan kebutuhan aktualisasi diri, keadaan
pencapaian potensi, dan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah
dan beradaptasi dengan kehidupan. Kebutuhan nyaman artinya terpenuhi rasa
nyaman terbebas dari rasa nyeri dan cemas.
Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri. Menurut International
Association for The Study of Pain dalam NANDA (2012), nyeri merupakan
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung lebih dari 6 bulan. Nyeri adalah sesuatu hal yang bersifat subyektif.
Tidak ada dua orang sekalipun yang mengalami kesamaan rasa nyeri dan tidak
ada dua kejadian menyakitkan yang mengakibatkan respons atau perasaan yang
sama pada individu (Perry, 2010). Assosiasi internasional yang khusus
1
2
mempelajari tentang nyeri The International Association for The Study of Pain
/IASP (1979) dalam Perry, (2010) mendefinisikan nyeri sebagai sesuatu yang
tidak menyenangkan, bersifat subyektif dan berhubungan dengan panca indera,
serta merupakan suatu pengalaman emosional yang dikaitkan dengan kerusakan
jaringan baik aktual maupun potensial, atau digambarkan sebagai suatu
kerusakan/cedera . Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa
nyeri timbul bila ada jaringan yang rusak, dan hal ini akan menyebabkan
individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri.
Rasa nyeri dapat disebabkan oleh berbagai hal, tiga tipe stimulus yang
merangsang rasa nyeri yaitu mekanik, suhu, dan kimiawi. Nyeri dapat
dikategorikan sesuai dengan asalnya sebagai nyeri kutaneus, somatik profunda,
atau viseral. Nyeri Kutaneus berasal di kulit atau jaringan sub kutan. Nyeri
somatik profunda berasal dari ligamen, tendon, tulang, pembuluh darah dan
saraf. Nyeri viseral berasal dari stimulasi reseptor nyeri di rongga abdomen,
kranium, dan thoraks. Nyeri viseral cenderung menyebar dan sering kali terasa
seperti nyeri somatik profunda, yaitu rasa terbakar, teori nyeri tumpul atau
merasa tertekan, (Kozier dkk, 2002).
Berdasarkan beberapa teori diatas, salah satu penyebab nyeri adalah
akibat adanya kerusakan jaringan. Salah satu penyebab terjadinya kerusakan
jaringan yaitu tindakan pembedahan atau operasi, misalnya tindakan herniotomi.
Menurut Sabiston, (2002), hampir semua kasus hernia dikoreksi dengan tindakan
pembedahan, kecuali ada kontraindikasi bermakna yang menolak. Pada hernia
inguinalis diperlukan pemahaman dengan jelas anatomi normal dan abnormal
daerah inguinalis, ini penting untuk memahami prinsip yang mendasari
herniorafi inguinalis langsung. Daerah tubuh ini merupakan salah satu daerah
yang paling rumit anatominya, karena beberapa lapisan dinding abdomen
berbeda arah seratnya dan berakhir dalam lipat paha. Prinsip pertama operasi
adalah diseksi cermat dan identifikasi kantong hernia. Insisi kulit harus
ditentukan tempatnya dengan tepat untuk mencegah cedera pada nervus
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat terhadap
intensitas nyeri pada pasien pasca operasi hernia di RSUD Wates.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya intensitas nyeri pasien pasca operasi hernia sebelum
dan sesudah diberikan terapi kompres hangat pada kelompok
intervensi
b. Teridentifikasinya intensitas nyeri pasien pasca operasi sebelum dan
sesudah pengukuran kedua pada kelompok kontrol.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan tentang
penanganan nyeri terutama untuk pemberian terapi komplementer pada
pasien pasca operasi hernia.
6
2. Manfaat Praktis
Dapat diaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan dan
pemberian terapi nonfarmakologi dalam penanganan nyeri pada pasca
operasi hernia.
E. Keaslian Penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
42
43
a. Analisis Univariabel
1) Karakteristik Responden
Subyek penelitian adalah pasien pasca operasi hernia hari
pertama dan kedua yang berjumlah 32 orang. Pasien yang
mendapatkan perlakuan kompres hangat sebanyak 16 orang,
sedangkan kelompok pembandingnya yang toidak mendapatkan
perlakuan kompres hangat sebanyak 16 orang. Berdasarkan hasil
penelitian terhadap pasien pasca operasi hernia di RSUD Wates Kulon
Progo, diperoleh karakteristik responden sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pada Pasien Pasca
Operasi Hernia di RSUD Wates
Umur Kelompok Responden
Kontrol Intervensi
f % f %
15- 40 tahun 5 31,25 2 12,5
41 – 50 tahun 0 0 1 6,25
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Pasien Pasca Operasi Hernia Sebelum dan
Sesudah Diberikan Terapi Kompres Hangat Pada Kelompok Intervensi di RSUD
Wates
Intensitas Nyeri Sebelum Sesudah
f % f %
Ringan 0 0 7 43,7
Sedang 15 93,7 9 56,3
Berat 1 6,3 0 0
Total 16 100 15 100
Sumber: Data Primer, 2013.
Tabel 4.3
Distribusi Hasil Uji Wilcoxon Perubahan Intensitas Nyeri Sebelum
dan Sesudah Diberikan Terapi Kompres Hangat Pada Kelompok
Intervensi Pasien Pasca Operasi Hernia di RSUD Wates
Intensitas f %
Nyeri
Negatif Rank 15 6,3
Positif Rank 0 0
Ties 1 93,7
Total 16 100
Sumber: Data Primer, 2013.
Intensitas f %
Nyeri
Negatif Rank 3 18,75
Positif Rank 0 0
Ties 13 81,25
Total 16 100
Sumber: Data Primer, 2013.
b. Analisis Bivariabel
Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Pasca Operasi hernia di RSUD Wates
Tabel 4.6
Distribusi Hasil Uji Mann-Whitney U pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca
Operasi Hernia di RSUD Wates
.
Kategori N Mean Rank Z P
hitung value
Kontrol 16 22,17 -4,126 0,000
Intervensi 16 8,83
Sumber: Data Primer, 2013.
B. Pembahasan
terlalu ramai sehingga pasien tidak dapat berkonsentrasi pada intervensi yang
diberikan.
Adanya penurunan skala nyeri pada kelompok intervensi disebabkan
adanya perlakuan yaitu pemberian kompres hangat. Kompres hangat merupakan
penanganan nyeri yang dapat diterapkan atau dilakukan sendiri oleh pasien atau
keluarga pasien karena cara ini sangat mudah dilakukan dan sangat terjangkau.
Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
memberikan rasa hangat dengan suhu 43º-46ºC pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh
yang memerlukan sehingga kebutuhan rasa nyaman terpenuhi (Hidayat &
Uliyah, 2004: Istichomah, 2007).
Potter dan Perry (2010), menjelaskan bahwa kompres hangat bertujuan
untuk melebarkan pembuluh darah sehingga meningkatkan sirkulasi darah ke
bagian yang nyeri, menurunkan ketegangan otot sehingga mengurangi nyeri
akibat spasme atau kekakuan otot. Wahyuni dan Nurhidayat (2008), juga
mengungkapkan bahwa kompres hangat menyebabkan pelebaran pembuluh
darah sehingga memperkecil inflamasi, menurunkan kekakuan dan nyeri otot
serta mempercepat penyembuhan jaringan lunak. Kompres hangat akan
menenangkan pasien, dan juga meningkatkan penerimaan terhadap jenis masase
yang dihentakkan yang tidak dapat ditolelir akibat kulitnya sensitif atau sakit
(Sinkin & Ancheta, 2005).
Hal ini sesuai teori Wulandari (2009), yang menyatakan bahwa stimulasi
kompres hangat merupakan salah satu solusi praktis untuk mengurangi rasa
nyeri. Kompres hangat dapat diterapkan di semua rumah sakit dan rumah
bersalin, karena teknik non farmakologi ini sangat mudah diakukan dan
biayanya terjangkau (Gondo, 2011).
Hasil uji Mann-Whitney U menunjukkan pemberian kompres hangat
berpengaruh terhadap intensitas nyeri pada pasien pasca operasi hernia di RSUD
Wates. Rata-rata intensitas nyeri sesudah diberikan kompres hangat pada
kelompok intervensi sebesar 3,38, ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai
rata-rata intensitas nyeri setelah pengukuran kedua pada kelompok kontrol
50
dimana rata-rata sebesar 4,71 (skala 1-10). Selain itu dari analisa Uji Wilcoxon
pada kedua kelompok didapatkan hasil bahwa penurunan intensitas nyeri banyak
terjadi pada kelompok intervensi dibandingkan pada kelompok kontrol, dimana
pada kelompok kontrol intensitas nyeri cenderung menetap. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian terkait yang dilakukan oleh Yuswanto (2010) yang
menyimpulkan bahwa kompres hangat dapat menurunkan intensitas nyeri
pinggang bawah pada lansia di Panti Wredha Pangesti Malang.
Pada kasus pembedahan seperti operasi hernia, nyeri lebih disebabkan
karena adanya kerusakan jaringan pada saat dilakukan pembedahan. Nyeri
karena insisi bedah seringkali digambarkan sebagai sensasi tumpul, sakit, dan
berdenyut, mengindikasikan nyeri nosiseptif (Potter & Perry, 2010). Penggunaan
kompres hangat untuk area yang tegang dan nyeri dianggap meredakan nyeri
dengan mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh iskhemia, yang
merangsang nyeri dan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah
ke area tersebut. Smeltzer & Bare (2001), mengatakan pemberian sensasi hangat
akan mengurangi nyeri dengan mempercepat penyembuhan luka sebagai efek
dari vasodilatasi pembuluh darah karena sensasi hangat tersebut.
Hal yang sama disampaikan Handoyo (2008), bahwa kompres hangat
yang mengenai salah satu bagian tubuh bahkan meningkatkan temperatur pada
daerah tersebut, kemudian peningkatan suhu akan menyebabkan permeabilitas
membran sel meningkat, pada jaringan terjadi peningkatan metabolisme seiring
dengan peningkatan pertukaran zat-zat kimia tubuh dengan cairan tubuh
termasuk didalamnya zat-zat kimia yang merupakan stimulus kimia nyeri
dengan cepat dapat direabsorpsi.
Potter& Perry (2010), menjelaskan bahwa teknik ini menyebabkan
pelepasan endorfin yang menghambat transmisi nyeri, selain itu berdasarkan
teori gate control bahwa stimulasi ini mengaktivasi transmisi serabut saraf
sensorik A-Beta yang lebih besar dan lebih cepat sehingga menutup “gerbang”
dan menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dengan diameter yang kecil.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Krowa (2012) yang menunjukkan
teknik kompres hangat secara signifikan dapat menurunkan skala nyeri pasca
51
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki bebagai keterbatasan yang mengakibatkan
hasilnya belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Keterbatasan tersebut
meliputi:
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
bahwa intensitas nyeri pasien pasca operasi hernia sebelum diberikan terapi
kompres hangat pada kelompok kontrol sebagian besar adalah nyeri sedang
(5,05), demikian juga pada kelompok intervensi intensitas nyeri sebagian besar
adalah nyeri sedang (5,18). Intensitas nyeri pasien pasca operasi hernia pada
kelompok intervensi setelah dilakukan kompres hangat sebagian besar adalah
nyeri sedang (3,38), demikian juga pada kelompok kontrol pada pengukuran
kedua sebagian besar pasien mengalami nyeri sedang (4,71). Dari hasil tersebut
diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian kompres hangat berpengaruh terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi hernia di RSUD Wates.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, dan kesimpulan, saran yang dapat
peneliti berikan sebagai berikut:
1. Rumah Sakit
RSUD Wates hendaknya lebih meningkatkan pemberian teknik
kompres hangat menjadi terapi pelengkap untuk menunjang intervensi
nyeri pasien pasca operasi hernia.
2. Profesi Perawat
Tenaga kesehatan hendaknya memberikan informasi kepada pasien dan
keluarga tentang teknik pemberian kompres hangat sebagai salah satu
alternatif pengendalian nyeri non-farmakologi, karena metode ini lebih
murah, mudah, efektif, tanpa efek yang merugikan.
3. Pasien Pasca Operasi Hernia
Pasien pasca operasi hernia hendaknya menggunakan teknik ini
dirumah ketika merasakan ketidaknyamanan atau nyeri.
52
53
4. Pengembangan Ilmu
Peneliti yang akan datang hendaknya menyempurnakan hasil
penelitian ini dengan melakukan pengendalian terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi dan reaksi pasien pasca operasi hernia,
seperti: kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas (kecemasan),
keletihan, serta dukungan keluarga dan sosial. Selain itu dikembangkan
cara atau teknik pengukuran intensitas nyeri yang efektif dan mudah
dipahami oleh pasien terutama pasien usia lanjut. Dapat sebagai bahan
pertimbangan untuk mengurangi atau menurunkan penggunaan terapi
analgetik.
DAFTAR PUSTAKA