Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY “F” DENGAN MASALAH

KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN (ABDOMEN PAIN) DIRUANGAN

IGD RSUD TAJUDDIN CHALID MAKASSAR

OLEH
HALAMAN JUDUL
YUYUN MARSELA, S.Kep

CI Lahan CI Institusi

( Iramayanti, S.Kep.,Ns ) (Nurul Resky AnisaS.Kep.,Ns.,M.Kes)


NIP : 198106192007012012 NIP/NIDN: 0910019102

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN
2023
1.1 Laporan Pendahuluan
1.1.1 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan rasa nyaman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi. Rasa nyaman sebagai suatu kebutuhan dasar manusia meliputi
kebutuhan akan ketentraman, kepuasan, kelegaan, ketenangan psikologis, serta
terbebas dari adanya rasa sakit/nyeri. (Kozier & Erb’s, 2015). Gangguan kebutuhan
kenyamanan karena adanya nyeri memiliki dampak besar pada pasien. Dampak yang
dapat terjadi tidak hanya pada kondisi fisik, melainkan dapat pula berpengaruh
terhadap kesehatan mental, kualitas hidup, serta biaya perawatan. Nyeri bersifat
subyektif dan dipersepsikan individu berdasarkan pengalamannya. The International
Association for the Study of Pain dan World Health Organization mendefinisikan
nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
dengan kerusakan jaringan baik yang bersifat aktual maupun potensial, atau
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (IASP, 2012).
1.1.2 Defenisi Kasus
1. Gangguan Aman Dan Nyaman
Kebutuhan dasar kenyamanan sering dikaitkan dengan respons nyeri
yang dirasakan pasien yang dapat mempengaruhi status kenyamanan pasien.
Persepsi dari rasa nyeri yang timbul juga berbeda antar pasien dengan berbagai
ragam penyebab, sehingga membutuhakan kemampuan yang khusus dari perawat
untuk mengatasi/meminimalkan nyeri yang dirasakan pasien. Hal terpenting yang
harus diketahui yakni keyakinan perawat terhadap rasa nyeri yang dirasakan oleh
pasien adalah hal yang nyata sehingga dibutuhkan manajemen nyeri yang efektif
untuk setiap pasien. Dalam perkembangan dunia kedokteran juga, para peneliti
dalam bidang kesehatan bersatu dan mengupayakan jika manajemen nyeri adalah
prioritas yang penting dalam sistem perawatan kesehatan (Taylor, 2011).
Nyeri merupakan suatu masalah yang sangat kompleks dan sulit dipahami
dan bersifat universal. Nyeri merupakan bentuk mekanisme pertahanan tubuh
manusia yang mengindikasikan orang tersebut mengalami sebuah masalah. Nyeri
hadir saat seseorang mengatakan bahwa ia merasakan kesakitan meski tanpa
penyebab spesifik penyebab nyeri itu muncul. Seorang perawatan harus mampu
mengandalkan deskripsi rasa nyeri yang diungkapkan pasien karena merupakan
gejala subjektif yang hanya dapat di identifikasi oleh pasien yang
menggambarkannya (Taylor, 2011).
2. Abdomen Pain
Menurut (Cooper, 1999) dalam (Syamsiah & Muslihat, 2015) Abdominal pain
merupakan gejala utama dari acute abdomen yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak
spesifik. Akut abdomen merupakan istilah yang digunakan untuk gejala-gejala dan
tanda-tanda dari nyeri abdomen dan nyeri tekan yang tidak spesifik tetapi sering
terdapat pada penderita dengan keadaan intraabdominal akut yang berbahaya.
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa
disetiap regio abdomen (Grace & Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri
abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis.
Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit.
Nyeri akut abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten,
yang terjadi tiba-tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi
penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit perut berulang sebagai serangan sakit
perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun
waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
a. Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan
onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri
pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri.
Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut.
Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar
abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi
dua yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik.
1) Nyeri Viseral :
Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi organ
intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum viseral
tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan
sayatan atau jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila
dilakukan tarikan, regangan atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme)
akan member rasa nyeri yang tumpul disertai rasa sakit.
Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri,
digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan.
Karena nyeri ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif
tanpa menyebabkan bertambahnya rasa nyeri.
2) Nyeri somatik :
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh
saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau
disayat dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan
menunjukkannya memakai jari. Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan,
perubahan suhu, kimiawi atau proses peradangan.
Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal
akan menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat
peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat
menyebabkan rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang
menjelaskan nyeri kontralateral pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan
dari pasien juga akan menambah rasa nyeri, baik itu berupa gerakan tubuh
maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal inilah yng menerangkan
mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha untuk tidak bergerak,
bernafas dangkal dan menahan batuk.
Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala lain
memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis kemungkinan.
b. Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri
kronis dapat behubungan dengan ekserbasi akut.
1.1.3 Patofisiologi

Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf
spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik
berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan
melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih
dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada
saraf otonom.
Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan
menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik
pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh
tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa
nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya
pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah
abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul
dibagian bawah abdomen.
Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak
bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini
disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar
dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.
reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa
dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke
ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan
melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus,
kemudian ke korteks serebri.
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat
penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat
tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera
abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu), mencapai
medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium.
Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum
Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di
sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia
perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis
pertama.
Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke labium
atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri
dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang
disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin
belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya
1.1.4 Pemeriksaan penunjang

1. DPL : Leukositosis, penyakit infeksi/inflamasi, anemia, keganasan


tersembunyi, PUD
2. LFT : biasanya abnormal pada kolangitis, dapat abnormal kolesestitis akut
3. Amylase : Kadar serum >3x batas atas kisaran normal
4. ᵦ HCG ( serum) : Kehamilan ektopik ( kadar ᵦ HCG dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
5. Gas darah arteri
6. Urine versi tengah ( MSU ) : infeksi saluran kemih (nitrit ++, darah protein),
batu ginjal (darah ++)
7. EKG : Infark Miokard
8. Rontgen thoraks ; vikus perforasi (udara Bebas)
9. Rongent Abdomen
 Usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan menebal)
 Pangkreatitis 9pelebaran jejenum bagian atas)
 Kolangitis (udara dalam cabang bilier)
 Colitis Akut (kolon mengalami dlatasi, edema dan gambaran
menghilang)
 Obstruksi akut (usus mengalami dilatasi)
 Batu ginjal
10. Ultrasonografi
Abses intraabdomen, kolesistitis, kelainan ovarium, trauma, dan infeksi ginjal
11. EGD : PUD, gastritis
12. CT Scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan
13. IVU (urografi intravena) : batu Ginjal, Obstruksi Saluran Ginjal. (Permana &
MARS, 2020)

1.1.5 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian analgetik
b. Pembedahan
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Kaji nyeri dengan tehnik PQRST
b. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
c. Berikan posisi yang nyaman pada klien
d. Berikan HE tentang nyeri

1.1.6 Konsep Tindakan Keperawatan yang Diberikan


1. Pengkajian
Pengkajian meluputi:
a. Data umum pasien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, Pendidikan,
pekerjaan, status pernikahan, alamat, nomor rekan medis, diagnose medis,
tanggal masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian.
b. Riwayat Kesehatan:
1) Keluhan utama
Yaitu keluhan utama pasien saat masuk rumah sakit dan saat dikaji.
Pasien mengeluh nyeri, dilanjutkan dengan Riwayat kesehatan sekarang,
dan kesehatan sebeumnya. (Wahyudi, 2016).
2) Riwayat keluhan utama (P, Q,R,S,T)
Pengkajian nyeri yang fatal dan tepat dibutuhkan untuk
menetapkan data dasar, menegakkan diagnosisis keperawatan yang tepat,
menyeleksi terapi yang cocok, dan mengevaluasi respon klien terhadap
terapi.keuntungan pengkajian nyeri bagi klien adalah nyeri bagi klien
adalah nyeri dapat diidentifikasi, dikenali sebagai suatu yang nyata,
dapat diukur, dan dapat dijelaskan serta digunakan untuk mengevaluasi
perawatan.(Andarmoyo, 2017).
3) Riwayat penyakit yang pernah dialami.
4) Riwayat Kesehatan sekarang pengkajian nyeri biasanya dilakukan dengan
konsep PQRST.
P : provokatif, suatu yang mencetus terjadinya nyeri.
Q : Quality, kualitas nyeri apakah seperti ditusuk- tusuk, ditekan
benda berat dan lain-lain.
R : Ragion, tempat atau lokasi nyeri
S : skala, nyeri tingkat nyeri pasien (0=tidak nyeri, 1-3= nyeri ringan, 4-
5=nyeri sedang, 7-9=nyeri berat, 10 nyeri sedang, 10 nyeri sangat berat).
T : Time, yaitu waktu terjadinya nyeri.
5) Riwayat alergi, Riwayat medikasi sebelumnya dan tingkat kesadaran
pasien saat dilakukan pengkajian.
6) kebutuhan dasar
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan Kesehatan klien, individu,
keluarga, dan komunitas.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan
rencana keperawatan yang sudah disusun dalam tahap perencanaan.
Implmentasi keperawatan diartikan juga sebagai serangkaian kegiatan
yang dikaukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
Kesehatan yang dihadapi kestatus Kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan respon klien kearah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2010).
Menurut Dinarti, Aryani, R, Nurhaeni, H., Chairani (2013), evaluasi
asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP
( subjektif, objektif, assesment, planning ). Komponen SOAP yaitu S
( subjektif) dimana perawat menemukan keluhan klien yang masih
dirasakan setelah dilakukan tindakan. O ( objektif ) adalah data yang
berdasarkan hasil pengukuran atau observasi klien secara langsung dan
dirasakan setelah selesai tindakan keperawatan. A ( assesment) adalah
kesimpulan dari data subjektif dan objektif (biasanya ditulis dalam
bentuk masalah keperawatan). P ( planning) adalah perencanaan
keperawatan yang akan dilanjutkan dihentikan, dimodifikasi atau
ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai