Dosen Pengampu
Ibu Sylvie Puspita Sari, S.Kep.,Ns., M.Kep
A. Konsep Teori
1. Definisi
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah
suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan
yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan
salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan
keperawatan pada seorang pasien di rumah sakit. (Anggarini, 2018)
Menurut PPNI (2016) Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan. (Sadiyah, 2019)
Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera
akut, penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengsn
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang
dari enam bulan) dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan
pulih pada area yang rusak. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang
mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala perspirasi meningkat, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat serta pallor.
2. Klasifikasi Nyeri Akut
1
disini menjadi sensitif terhadap inflamasi, yang akan terjadi jika terluka atau
keseleo. Selain itu, nyeri juga bias terjadi akibat iskemik, seperti pada kram otot.
Hal inipun termasuk nyeri nosiseptif. Gejala nyeri somatik umumnya tajam dan
lokalisasinya jelas, sehingga dapat ditunjuk dengan telunjuk. Jika kita
menyentuh atau menggerakanbagian yang cedera, nyerinya akan bertambah
berat.
b. Nyeri viseral, jika yang terkena adalah organ-organ viseral atau organ dalam
yang meliputi rongga toraks (paru dan jantung), serta rongga abdomen (usus,
limpa, hati dan ginjal), rongga pelvis (ovaruim, kantung kemih dan
kandungan). Berbeda dengan organ somatik, yang nyeri kalau diinsisi,
digunting atau dibakar, organ somatik justru tidak. Organ viseral akan terasa
sakit kalau mengalami inflamasi, iskemik atau teregang. Selain itu nyeri viseral
umumnya terasa tumpul, lokalisasinya tidak jelas disertai dengan rasa mual -
muntah bahkan sering terjadi nyeri refer yang dirasakan pada kulit.
3. Anatomi Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan sebagai respon dari luka baik
secara fisik maupun fisiologis. Munculnya nyeri berkaitan erat dengean reseptor dan
adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang di maksud adalah niciceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki
myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian,
dinding arteri, hati, dan kandung empedu.
2
4. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
1) Faktor predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
2) Faktor presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi
5. Gangguan terkait nyeri
A. Etilogi
Menurut PPNI penyebab dari nyeri akut bisa didapatkan dari agen
pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencedera
kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan) dan agen pencedera fisik (mis.
Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan.
B. Patofisiologi
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, perilaku. Cara yang paling
baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan
tiga komponen fisiologis berikut yakni: resepsi, persepsi, dan reaksi.
3
Stimulus penghasil nyeri mengirim impuls melalui serabut saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya sampai kedalam masa berwarna abu -abu di
medulla spinalis.
C. Manifestasi klinik
Berdasarkan PPNI, tanda dan gejala mayor dan minor pada pasien dengan
diagnosa keperawatan nyeri akut ialah :
1) Subjektif
a) Mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
c) Gelisah
e) Sulit tidur
1) Subjektif
Tidak ada
2) Objektif
4
b) Pola napas berubah
e) Menarik diri
g) Diaforesis
D. Komplikasi
1. Edema Pulmonal
2. Kejang
3. Masalah Mobilisasi
4. Hipertensi
5. Hipertermi
6. Gangguan pola istirahat dan tidur
E. Pemeriksaan Diagnostik
5
nyeri akut, dan skala ini juga biasa digunakan dalam evaluasi outcome
pemberian analgetik. Skala assessment nyeri uni-dimensional ini meliputi:
a. Visual Analog Scale (VAS) Skala analog visual (VAS) adalah cara
yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini
menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin
dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis
sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda
pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan
deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan
ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi.
Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi
menjadi skala hilangnya/ reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien
anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat utama VAS adalah
penggunaannya sangat mudah dan sederhana. Namun, untuk periode
pascabedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena VAS memerlukan
koordinasi visual dan motorik serta kemampuan konsentrasi.
b. Verbal Rating Scale (VRS) Skala ini menggunakan angka-angka 0
sampai 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem
juga digunakan pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda
nyeri.. Skala verbal menggunakan kata-kata dan bukan garis atau
angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan
dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang/redanya nyeri
dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang,
cukup berkurang, baik/ nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini
membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan
berbagai tipe nyeri.
c. Numeric Rating Scale (NRS) Skala ini dianggap sederhana dan
mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis kelamin, dan
perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama untuk menilai
nyeri akut. Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode
pascabedah, karena secara alami verbal/kata-kata tidak terlalu
mengandalkan koordinasi visual dan motorik Skala nyeri akut dengan
6
NRS memiliki rentang penilaian nyeri dari skala 0-10. Dengan
keriteria penilaian skalan 0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri
sedang dan 7-10 nyeri berat.
Skala ini digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak
dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka .
F. Penatalaksanaan
1) Observasi
7
2) Terapeutik
3) Edukasi
4) Kolaborasi
Nyeri post operasi dapat diatasi dengan intervensi manajemen nyeri yaitu
dengan pemberian terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi
farmakologis menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan
sensasi nyeri. Terapi nonfarmakologis adalah terapi untuk menghilangkan
nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri seperti: pemijatan,
kompres hangat dan dingin, terapi musik, imajinasi terbimbing, hipnosis dan
teknik distraksi. Selain itu, terapi non farmakologi lainnya yaitu terapi humor.
Terapi humor adalah sebuah tindakan untuk merangsang seseorang untuk
tertawa. Terapi humor bisa dilakukan melalui beberapa aktivitas seperti
menonton film lucu, mendengarkan komedi kelompok, menonton kartun,
membaca lucu komik dan karikatur, serta membaca kumpulan cerita lucu.
8
6. Pathways
9
FORMAT PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
Nama : Tn. S
Umur : 57 th
Alamat : Jombang
Pekerjaan : Swasta
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Golongan Darah :O
Keluhan Utama :
Karena pasien mengeluhkan nyeri pada dada disertai sesak napas sejak
2 hari yang lalu
MRS :
7
Alat yang digunakan :
➢ Kursi roda☐
➢ Ambulan ☐
➢ Brankart
➢ Lain-lain (sebutkan) .................................................................
• Provocative/palliative
Apa penyebabnya :
• Quantity/ quality
Bagaimana dirasakan :
Bagaimana dilihat :
Tn. S terlihat cemas dengan keadaannya dilihat dari raut wajah dan
konstrentasi menjawab pertanyaan dan terlihat lemas diatas tempat
tidur.
8
• Region
Dimana lokasinya :
Apakah menyebar :
Skala :
7-8
• Severity
• Time
9
III. POLA FUNGSI KESEHATAN
➢ Mengkonsumsi :
• Tembakau (merokok) : Ya
Tidak ☐
• Alkohol : Ya ☐
Tidak
.........................................................................................................
➢ Alergi :
• Obat □
• Makanan □
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
10
Berpakaian
Eleminasi
Pindah
Ambulansi
Naik tangga
Gosok gigi
Keterangan :
11
4. Pola Nutrisi–Metabolik
Berapa kg : 2 kg
5. Pola Eliminasi
Frekwensi : 7 x sehari
12
6. Pola Kognitif–Perseptual
☐ sebutkan ........................................................................................
⮚ Vertigo : ya ☐ ; tidak
13
8. Pola Koping
9. Pola Seksual–Reproduksi
➢ Pekerjaan : Swasta
lainnya ☐
⮚ Agama: Islam
14
⮚ Permintaan rohaniawan selama masuk RS : tidak ☐; ya ☐
(sebutkan) ..............................................................................................
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : somnolen
b. Tanda-tanda vital :
a. Kepala :
- Bentuk : Oval
- Massa : -
- Distribusi rambut : hitam
- Warna kulit kepala : sawo matang
- Keluhan : pusing
b. Mata :
- Bentuk: normal
- Kongjungtiva : putih
- Pupil : Reaksi terhadap cahaya ; Isokor ☐; Miosis ☐ ; Pin
Point ☐ ; Midriasis ☐
- Tanda-tanda radang : tidak ada
- Fungsi penglihatan : Baik ; Kabur ☐
- Penggunaan alat bantu : Ya ☐; Tidak
15
- Apabila ya menggunakan : Kacamata ☐ ; Lensa
kontak Minus (ka/ki) ☐; plus (ka/ki) ☐; Silinder
(ka/ki) ☐
- Pemeriksaan mata terakhir : -
- Riwayat operasi : tidak ada
c. Hidung :
- Bentuk : normal
- Warna : sawo matang
- Pembengkakan : tidak ada
- Nyeri tekan : tidak ada
- Perdarahan : tidak ada
- Sinus : tidak ada
- Riwayat Alergi : tidak ada
- Cara mengatasinya : -
- Penyakit yang pernah terjadi : -
- Frekuensi : -
- Cara mengatasi:-
16
e. Telinga :
f. Leher :
g. Dada :
- Bentuk : simetris
- Pergerakan dada : ekspirasi dan inspirasi normal
- Nyeri/ nyeri tekan : tidak ada
- Benjolan/ massa : tidak ada
- Peradangan : tidak ada
- Taktil Fremitus : tidak ada kelainan
- Pola nafas : 28 x/menit
17
- Jantung
▪ Inspeksi : bentuk simetris
▪ Palpasi : tidak ada nyeri tekan
▪ Perkusi : sonor
▪ Auskultasi : normal
- Paru
▪ Inspeksi : pergerakan dada simetris, lesi, jejas (-)
▪ Palpasi : pergerakan simetris, nyeri tekan ()
▪ Perkusi : sonor
▪ Auskultasi : normal
i. Abdomen :
j. Genetalia :
- Inspeksi : normal
- Palpasi : phymosis teraba massa lunak, Uretra seperti tali dan
pancaran kencing kurang
- Perempuan
▪ Siklus menstruasi : -
▪ Kontrasepsi : -
▪ Kehamilan : -
▪ Keluhan : -
- Pria
▪ Keluhan : tidak ada
18
k. Ekstremitas :
- Kulit
• Warna : sawo matang
• Jaringan Parut : tidak ada
• Lesi : tidak ada
• Suhu : 37,5 C
• Tekstur : kering
• Turgor : normal
- Kuku :
• Warna : normal
• Bentuk : oval
• Lesi : tidak ada
• Pengisian kapiler : 2 detik
19
V. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
▪ Laboratorium : -
▪ Radiologi : -
VI. PENGOBATAN
VIII. KESIMPULAN
Pasien mengalami gejala nyeri akut disebabkan karena pasien tidak rutin
mengkonsumsi obat hipertensi dan diabetes yang pasien derita.
20
ANALISA DATA
Suara
abdomen :timpani
21
N TANGG DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O AL KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
22
meningkatkan
penyembuhan
5. Untuk
mengurangi rasa
nyeri pasien
23
IMPLEMENTASI
23
Keterolac 30 mg
13. Menganjurkan penggunaan
prilaku managemen stress,
contoh : teknik relaksasi,
bimbingan imajinasi
EVALUASI
24
A:
Tujuan 1, 2, 3, 4 belum
tercapai masalah nyeri akut
belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
25