KEPERAWATAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kulia psikososial dan budaya dalam keperawatan
Dosen pengampu :
Aditiya Nuraminudin Aziz S.Kep., Ns., M.Kep
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "makalah globalisasi
dan perspektif transkultural dalam keperawatan ".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Jombang ,
November 2022
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang mempunyai keanekaragaman, baik dalam aspek suku bangsa, budaya, ras dan
agama.
Sudah berlangsung cukup lama. Tanpa adanya persatuan dan kesatuan visi
dan misi dari seluruh bangsa Indonesia mustahil kita dapat keluar dari krisis tersebut.
Kebhinnekaan berupa sifat nyata bangsa Indonesia yang sering kita banggakan namun
sekaligus juga sering kita prihatinkan. Hal ini dikarenakan mengatur masyarakat
yangheterogen jauh lebih sulit dibandingkan dengan mengatur masyarakat homogen.
Masyarakat yang heterogen tentu mempunyai cita-cita, keinginan dan harapan yang jauh
lebih bervariasi dibandingkan dengan masyarakat homogen. Kebhinnekaan dapat menjadi
tantangan atau ancaman, karena dengan adanya kebhinnekaan tersebut mudah membuat
orang menjadi berbeda pendapat yang pada akhirnya dapat lepas kendali, memiliki rasa
kedaerahan atau kesukuan yang sewaktu-waktu bisa menjadi ledakan yang akan
mengancam integrasi atau persatuan dan kesatuan bangsa
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui indikasi – indikasi yang dapat menyebabkan diperlukannya tindakan
sectio caesar
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
itu, penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat. misalnya
kebiasaan hidup sehari-hari,seperti tidur,makan,pekerjaan,pergaulan sosial dan lain-
lain. Kultur juga terbagi dalam subkultur. Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur
yang tidak seluruhnya menganut pandangan kelompok kultur yang lebih besar atau
memberi makna yang berbeda. Nilai-nilai budaya timur, menyebabkan sulitnya wanita
yang hamil mendapat pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa keadaan, lebih
mudah menerima pelayanan kesehatan dari dokter wanita dan bidan. Hal ini
menunjukkan bahwa budaya timur masih kental dengan hal-hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya
pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan. Perawatan transkultural merupakan
bidang yang relatif baru diberfokus pada studi perbandingan nilai-nilai dan praktik
budaya tentang kesehatan dan hubungan dengan perawatannya. Leinenger(1991)
mengatakan bahwa taranskultural nursing merupakan suatu area kejadian ilmiah yang
berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya.
Menurut Dr.Madelini Leininger, studi praktek pelayanan kesehatan
transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahamanan atas tingkah laku
manusia dalam kaitan dengan kesehatannya. Lininger berpendapat, kombinasi
pengetahuan tentang pola praktek transkultural dengan kemajuan teknologi dapat
menyebabkan makin sempurnanya pelayanan keperawatan dan kesehatan orang banyak
dan berbagai kultur.
4
Seseorang yang memiliki pertentanan antara dua individu dari budaya, gaya
hidup, dan hukum hidup. Contohnya, Didin adalah anak yang dilahirkan dari
pasangan suku sunda dan batak.
3. Diversity
Diversity atau keragaman budaya adalah suatu bentuk yang ideal dari asuhan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya individu,
kepercayaan, dan tindakan.
4. Etnosentris
Prsepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Ras
Perbedaan manusia didasarkan pada asal muasal manusia.
6. Cultural shock
Suatu keadaan yang dialami klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi.
7. Diskriminasi
Perbedaan perlakuan individu atau kelompok berdasarkan ras, etnik, jenis
kelamin, sosial, dan lain sebagainya.
8. Sterotyping
Anggapan suatu individu atau kelompok bahwa semua anggota dari kelompok
budaya adalah sama. Seperti, perawat beranggapan bahwa semua orang
Indonesia menyukai nasi.
9. Assimilation
Suatu proses individu untuk membangun identitas kebudayaannya, sehingga
akan menghilangkan budaya kelompoknya dan memperoleh budaya baru.
10. Perjudice
Adalah prasangka buruk atau beranggapan bahwa para pemimpin lebih suka
untuk menghukum terlebih dahulu suatu anggota.
5
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan
dan melakukan pilihan.
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan
suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan
untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya
saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan
simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh
manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah
ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur
sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke
dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang di berikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan di tujukan memandirikan individu sesuai
dengan budaya kilen. Strategi yang di gunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negosiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien.
6
Perawat dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi klien yang
memiliki latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda. Untuk menghadapi
situasi ini penting bagi perawat untuk memahami bahwa klien memiliki
pendangan dan interpretasi mengenai penyakit dan kesehatan yang berbeda.
Pandangan tersebut didasarkan pada keyakinan sosial-budaya klien.
Perawat harus sensitif dan waspada terhadap keunikan warisan budaya dan
tradisi kesehatan klien dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dari latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Perawat harus mengkaji dan mendengarkan
dengan cermat tentang konsistensi warisan budaya klien. Pengakajian tentang budaya
klien merupakan pengkajian yang sisrematik dan komprehensif dari nilai-nilai pelayanan
budaya, kepercayaan, dan praktik individual, keluarga, komunitas. Tujuan pengkajian
budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat
dapat menerapkan kesamaan budaya ( Leininger dan MC Farland, 2002).
Perawat dalam melakukan pengkajian terhadap kebudayaan klien dimulai dari
menentukan warisan kultural budaya klien, latar belakang organisasi sosial, dan
keterampilan bahasa serta menanyakan penyakit atau masalah untuk mengetahui
klien mendapatkan pengobatan rakyat secara tradisional baik secara ilmiah maupun
mesogisoreligius atau kata ramah, suci untuk mencegah dan mengatasi penyakit. Hal ini
dilakukan untuk pemenuhan komponen pengkajian budaya untuk menyediakan informasi
yang bergunadalam mengumpulkan data kebudayan klien. Model matahari terbit dari
leininger menggambarkan keberagaman budaya dalam kehidupan sehari-hari dan
membantu melaksanakan pengkajiaan budaya yang dilakukan secara komperhensif.
Model ini beranggapan bahwa nilai – nilai pelayanan budaya, kepercayan, dan
masyarakat, konteks lingkungan bahasa dan riwayat etik atau peristiwa bersejarah dari
kelompok tertentu (Potter and Perry, Fundamental Keperawatan ed 7, 187).
Tahapan pengkajian budaya dimulai dari mengetahui perubahan demografik
populasi pada lingkungan praktik komunitas yang disebut dengan data sensus. Data
sensus didapatkan dari data sensus lokal dan regional serta laporan pelayanan
kesehatan. Langkah berikutnya perawatan menggunakan teknik wawancara yang
terbuka, terfokus, dan kontras untuk mendorong klien menceritakan nilai-ilai,
kepercayaan, dan praktik dalam warisan budayanya (Spradley, 1979). Dalam
melaksanakan pengkajian budaya seorang perawt menjalin hubungan dengan klien dan
memiliki keterampilam dalam berkomunikasi. Pengkajian budaya yang komprehensif
membutuhkan keterampilan, waktu hingga persiapan dan antisipasi sangat diperlukan.
7
hanya asuhan keperawatan yang melihat sisi medisnya saja, tetapi juga melihat dari sisi
budaya. Jika melihat dari sisi budaya, ini termasuk ilmu keperawatan yang memasuki
level midle theory range, yaitu teori transkultural nursing.
Tanskultural nursing adalah suatu daerah/wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokusnya memandang perbadaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002) transkulturan nursing merupakan tahapan yang sama dengan
8
saat mendatang. Perbedaan orientasi waktu ini akan membawa pada perencaan asuhan
jangka panjang. Keyakinan perawatan klien juga menjadi factor kajian, di sini perawat
harus melihat bagai mana keyakinan dan praktik pengobatan tradisional yang dipercai
pasien dlam proses penyembuhannya apakah dapat membantu atau memperparah
penyakitnnya. Dan faktor kajian terakhir yang mempengaruhi adalah pengalaman
profesional perawatan itu sendiri dalam menanggapi atau dalam member asuhan
keperawatan itu.
9
antar peradaban itu.
Secara ringkas, keunggulan – keunggulan dari keaneragaman bangsa
Indonesia, antara lain :
a. Keanekaragaman kebudayaan sangat menarik dan dapat dijadikan objek
pariwisata.
b. Keanekaragaman budaya daerah dapat membantu meningkatkan pengembangan
Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila, sesuai Tap MPR No. II
tahun 1998, yang berbunyi : Kebudayaan nasional yang berlandaskan
Pancasila adalah
perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan
keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan
martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan
makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa
c. Tertanamnya sikap untuk saling menghormati dan menghargai antar suku
yang berbeda.
d. Indonesia memiliki bahasa daerah terbanyak didunia (ada lebih dari 746
bahasa daerah).
e. Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman suku, agama dan budaya yang
terdapat dalam kehidupan masyarakatnya, dan keragaman tersebut dapat
kita satukan dalam satu kesatuan Bhineka Tunggal Ika.
10
Keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama yang yang ada pada diri bangsa
Indonesia merupakan keunggulan sekaligus tantangan. Tantangan-tantangan yang
muncul akibat keanekaraman bangsa Indonesia tersebut antara lain:
a. Konflik
Konflik adalah proses sosial disosiatif yang dapat menyebabkan perpecahan dalam
masyarakat karena ketidakselarasan dan ketidakseimbangan dalam suatu hubungan
masyarakat. Berdasarkan tingkatannya konflik dapat dibagi menjadi konflik
horisontal dan vertikal.
1) Konflik Horisontal
Konflik horisontal adalah konflik yang terjadi diantara kelompok-kelompok
sosial yang sifatnya sederajat. Konflik sosial horisontal dapat berupa
konflik antar suku, antar ras, agama, maupun konflik antar golongan.
• Konflik antar suku
Konflik antar suku pada umumnya disebabkan oleh
primordialisme yang berkembang menjadi etnosentrisme. Contoh :
konflik antara suku Dayak dan suku Madura yang terjadi di Sampit,
konflik antara suku-suku kecil di Papua.
• Konflik antar ras
Konflik antar ras pada umumnya disebabkan oleh
primordialisme yang berkembang menjadi stereotipe. Contoh :
Kekerasan terhadap etnis Tionghoa pada Mei 1998, termasuk
pemerkosaan dan pembunuhan terhadap lebih dari 100 wanita etnis
Tionghoa.
• Konflik agama
Konflik masalah agama pada umumnya disebabkan oleh
primordialisme yang berkembang menjadi fanatisme. Konflik agama
dapat berupa konflik internal umat beragama misalnya konflik antar
golongan pemeluk Islam murni dengan golongan Ahmadiyah, maupun
konflik antar umat beragama (konflik eksternal) misalnya konflik
masyarakat Ambon pemeluk Islam dengan masyarakat Ambon pemeluk
Kristen.
• Konflik antar golongan
Konflik antar golongan pada umumnya disebabkan oleh semangat
in group yang kuat sehingga dengan kelompok out group akan
menimbulkan antipati. Contoh : Peristiwa Kudatuli, dimana ada
konflik antar pendukung Partai PDI versi Megawati Soekarno putrid
11
dan pendukung Partai PDI versi lainnya.
2) Konflik Vertikal Konflik
vertikal adalah konflik yang terjadi diantara lapisan-lapisan di dalam
masyarakat. Contoh konflik vertikal :
• Konflik antar kelas atas dengan kelas bawah, konflik antar kelas atas
dengan kelas bawah dapat berupa konflik kolektif dan individual.
Konflik kolektif misalnya konflik antara buruh dengan pimpinan
perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji. Konflik individual
misalnya konflik antara pembantu dengan majikan yang berakibat
pada kekerasan.
• Konflik antara pemerintah pusat dengan daerah, misalnya
pemberontakan dan gerakan seporadis seperti OPM, GAM, dll. Selain
itu konflik vertikal bisa diterjemahkan sebagai konflik antar pihak
yang berkuasa dan penentangnya, misalnya kasus penculikan aktivis
’98 , yang merupakan kasus pelanggaran HAM tidak pernah selesai
sampai saat ini.
• Konflik antara orang tua dan anak, konflik antara orang tua dan anak
akan menimbulkan hambatan dalam sosialisasi nilai dan norma dan
terkadang menimbulkan kenakalan remaja.
b. Integrasi Karena Keterpaksaan (Coersif)
Integrasi karena keterpaksaan terjadi karena suatu ketergantungan dan
mau tidak mau antar lapisan masyarakat harus saling berhubungan untuk
memenuhi kebutuhan. Namun dalam integrasi yang terjadi karena paksaan
biasanya ada upaya antar kelompok untuk mendominasi satu sama lain.
Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari bermacam-macam
etnis, ras, agama, dan suku bangsa yang masing-masing membawa bendera
primordialismenya masing-masing. Apabila masing-masing kelompok tidak
bisa saling menghargai dan mengurangi etnosentrisme, stereotype, dan
fanatisme maka akan menimbulkan konflik SARA. Integrasi karena
keterpaksaan dilihat dari segi historis juga dapat dicontohkan pada masa feodal.
Dimana antara golongan pemerintah kolonial, golongan Asia Timur, golongan
kerabat kerajaan, dan bumiputera hidup dalam satu wilayah namun tidak
dapat membaur. Terdapat batas-batas yang tegas dan adanya upaya dari
pemerintah kolonial untuk terus menerus mendominasi dan menjajah. Contoh
lain integrasi karena keterpaksaan (coersif) dalam kehidupan sehari-hari terjadi
pada saat demonstrasi atau unjuk rasa yang ricuh, kemudian polisi akan
12
memberikan peringatan dengan gas air mata dengan tujuan mengatur para
demonstran untuk menyampaikan aspirasi secara tertib dan sesuai hukum.
c. Disintegrasi
Disintegrasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada
bagian-bagian dari suatu kesatuan masyarakat. Disintegrasi atau kesenjangan
merupakan akibat dari adanya pembangunan dimana kelas atas menguasai
pembangunan yang berperan sebagai subjek sekaligus objek pembangunan,
namun disisi lain kelas tengah dan bawah hanya berperan sebagai objek
pembangunan. Akibatnya kelas tengah dan bawah akan mengalamai
eksploitasi dan diskriminasi di bidang sosial, ekonomi, dan politik.
Kesenjangan inilah yang akan mempengaruhi pola hidup dan pola hubungan
antar kelompok.
13
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya, karena Indonesia
mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Kebhinnekaan telah
menjadi kekayaan khusus bagi bangsa Indonesia yang amat menarik, bagi bangsa
Indonesia sendiri ataupun bagi bangsa-bangsa lain yang dapat dapat menambah devisa
melalui kunjungan wisata atau kunjungan lainnya. Keanekaragaman suku, budaya, ras
dan agama yang yang ada pada diri bangsa Indonesia merupakan keunggulan sekaligus
tantangan. Tantangan-tantangan yang muncul akibat keanekaraman bangsa Indonesia
tersebut antara lain terjadinya konflik, integrasi karena keterpaksaan dan disintegrasi.
Untuk menghadapi tantangan sebagai dampak keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia, dapat dilakukan dengan upaya reintegrasi dan menanamkan nilai-nilai
pancasila yang merupakan ideologi yang menjadi dasar hidup kenegaraan.
3.2 Saran
Perbedaan merupakan keniscayaan yang mesti dan harus diterima oleh semua
orang dalam kehidupannya. Fakta menunjukkan bahwa manusia memang makhluk unik
dan khas. Keunikan dan kekhasan ini dalam konteks bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat akan menimbulkan keragaman tatanan sosial dan kebudayaan.
Keragaman ini yang ditunjukkan oleh Indonesia antara lain terdiri atas beragam etnis,
agama, dan bahasa. Keragaman ini perlu dikelola secara serius dan sungguh-sungguh
dalam suatu bentuk tatanan nilai yang dapatdibagi bersama. Oleh karena itu,
keanekaragaman yang ada dalam masyarakat Indonesia sungguh merupakan tantangan
14
yang menuntut upaya sungguh-sungguh dalam bentuk transformasi kesadaran
multikultural. Suatu kesadaran yang diarahkan kepada identitas nasional, integrasi
nasional, dan kesadaran menempatkan agama untuk kesatuan bangsa. Dengan demikian,
kesatuan Indonesia dapat ditegakkan sejalan dengan semangat kebersamaan yang
terkandung dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.
15