Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH GLOBALISASI DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM

KEPERAWATAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kulia psikososial dan budaya dalam keperawatan
Dosen pengampu :
Aditiya Nuraminudin Aziz S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh : kelompok 1


1. Safiqoh el nabila (2021030001)
2. Kusmiyati (2021030006)
3. Fino ahmadi (2021030007)
4. Fitri wahyuni (2021030015)
5. Filsa murnawati (2021030021)
6. Sambah widiatmoko (2021030039)
7. Salwa q. Fadhilah (2021030045)
8. Yana Talapessy (2021030047)
9. Shofiyah kusuma w. (2021030051)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "makalah globalisasi
dan perspektif transkultural dalam keperawatan ".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Jombang ,

November 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3
2.1 Pengertian Transkultural ...................................................................................3
2.2 Konsep Transkultural .......................................................................................3
2.3 Peran Dan Fungsi Transkultural........................................................................4
2.4 Konsep Dan Prinsip Dalam Asuhan Keperawatan Tanskultural.......................4
2.5 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya.........................................................6
2.6 Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya...........................................................7
2.7 Keunggulan Bangsa Indonesia Dengan Keanekaragamannya..........................9
2.8 Faktor Penyebab Keberagaman Budaya............................................................10
2.9 Dampak Dari Keanekaragaman Yang Dimiliki Bangsa Indonesia...................10
2.10 Peran Masyarakat Dalam Menjaga Keragaman Budaya ................................13
BAB III PENUTUP...........................................................................................................14
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................14
3.2 Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................15

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, terjadi
peningkatan jumlah penduduk baik populasi maupun variasinya. Keadaan ini
memungkinkan adanya multikultural atau variasi kultur pada setiap wilayah. Tuntutan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas pun semakin
tinggi. Hal ini menuntut setiap tenaga kesehatan profesional termasuk perawat
untuk mengetahui dan bertindak setepat mungkin dengan prespektif global dan medis
bagaimana merawat pasien dengan berbagai macam latar belakang kultur atau budaya
yang berbeda dari berbagai tempat di dunia dengan memperhatikan namun tetap pada
tujuan utama yaitu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Penanganan pasien
dengan latar belakang budaya disebut dengan transkultural nursing . 
Tanskultural nursing adalah suatu daerah/wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokusnya memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepda
manusia (Leininger, 2002). Proses keperawatan transkultural diaplikasikan untuk
mengurangi konflik perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai
profesional dan pasien.
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di
bumi Indonesia sebagai Negara yang memiliki banyak pulau. Keanekaragaman atau yang
sering disebut dengan multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia,ataupun kebijakan
kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanyakeragaman, dan
berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupanmasyarakat
menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Keanekaragaman bangsa Indonesia dilatarbelakangi oleh jumlah suku-suku bangsa di
Indonesia yang sangat banyak, dimana setiap suku bangsa tersebut mempunyai ciri atau
karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya. Suatu semboyan yang sejak
dahulu dikenal dan melekat dengan jati diri bangsa Indonesia adalah “Bhinneka Tunggal
Ika”. Semboyan tersebut terukir kokoh dalam cengkraman Burung Garuda yang
merupakan lambang bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bhineka Tunggal Ika
menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen, yaitu bangsa

1
yang mempunyai keanekaragaman, baik dalam aspek suku bangsa, budaya, ras dan
agama.
Sudah berlangsung cukup lama. Tanpa adanya persatuan dan kesatuan visi
dan misi dari seluruh bangsa Indonesia mustahil kita dapat keluar dari krisis tersebut.
Kebhinnekaan berupa sifat nyata bangsa Indonesia yang sering kita banggakan namun
sekaligus juga sering kita prihatinkan. Hal ini dikarenakan mengatur masyarakat
yangheterogen jauh lebih sulit dibandingkan dengan mengatur masyarakat homogen.
Masyarakat yang heterogen tentu mempunyai cita-cita, keinginan dan harapan yang jauh
lebih bervariasi dibandingkan dengan masyarakat homogen. Kebhinnekaan dapat menjadi
tantangan atau ancaman, karena dengan adanya kebhinnekaan tersebut mudah membuat
orang menjadi berbeda pendapat yang pada akhirnya dapat lepas kendali, memiliki rasa
kedaerahan atau kesukuan yang sewaktu-waktu bisa menjadi ledakan yang akan
mengancam integrasi atau persatuan dan kesatuan bangsa

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan transkultural?
2. Bagaiman konsep dari transkultural?
3. Apa saja peran dan fungsi transkultural?
4. Bagaimana konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural?
5. Bagaiama cara melakukan pengkajian asuhan keperawatan budaya?
6. Apa saja instrumen pengkajian budaya?
7. Apa saja keunggulan bangsa Indonesia dengan keanekaragamannya?
8. Apa saja faktor penyebab keragaman budaya?
9. Apa saja dampak dari keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia?
10. Bagaimana peran masyarakat dalam menjaga keragaman budaya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui indikasi  –  indikasi yang dapat menyebabkan diperlukannya tindakan
sectio caesar

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transkultural


Bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan
culture, trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung, sedangkan culture
berarti budaya. Menurut kamus besar bahasa indonesia; trans berarti
melintang,menembus,melintas dan melalui. Cultur berarti kebudayaan, cara
pemeliharaan, kepercayaan, nilai-nilai dan pola prilaku yang umum berlaku bagi suatu
kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya, sedangkan cultural berarti sesuatu
yang berkaitan dengan kebudayaan.Jadi, transkultural dapat diartikan sebagai pertemuan
kedua nilai-nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial. Transkultural
nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun
kesamaan nilai-nilai budaya. Menurut Leininger (1991).

2.2 Konsep Transkultural


Kazier Barabara (1983) dalam bukunya yang berjudul Fundamentals Of
Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah
tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dan ilmu kesehatan dan seni merawat
yang meliputi pengetahuan ilmu humanistic, philosopi perawatan, praktik klinis
keperawatan, komunikasi dan ilmu sosial. konsep ini ingin memberikan penegasan
bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah
bersifat bio,psiko,sosial, spiritual. Oleh karenanya, tindakan perawatan harus didasarkan
pada tindakan yang komferhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang
nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat
menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan
yang berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat
dalam proses yang dijalaninya. Keberlangsungan terus-menerus dan lama merupakan
proses internalisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan
karakter,pola pikir,pola interaksi prilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai
pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan (cultural nursing approach).

2.3 Peran Dan Fungsi Transkultural


Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab

3
itu, penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat. misalnya
kebiasaan hidup sehari-hari,seperti tidur,makan,pekerjaan,pergaulan sosial dan lain-
lain. Kultur juga terbagi dalam subkultur. Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur
yang tidak seluruhnya menganut pandangan kelompok kultur yang lebih besar atau
memberi makna yang berbeda. Nilai-nilai budaya timur, menyebabkan sulitnya wanita
yang hamil mendapat pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa keadaan, lebih
mudah menerima pelayanan kesehatan dari dokter wanita dan bidan. Hal ini
menunjukkan bahwa budaya timur masih kental dengan hal-hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya
pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan. Perawatan transkultural merupakan
bidang yang relatif baru diberfokus pada studi perbandingan nilai-nilai dan praktik
budaya tentang kesehatan dan hubungan dengan perawatannya. Leinenger(1991)
mengatakan bahwa taranskultural nursing merupakan suatu area kejadian ilmiah yang
berkaitan dengan
 perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya.
Menurut Dr.Madelini Leininger, studi praktek pelayanan kesehatan
transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahamanan atas tingkah laku
manusia dalam kaitan dengan kesehatannya. Lininger berpendapat, kombinasi
pengetahuan tentang pola praktek transkultural dengan kemajuan teknologi dapat
menyebabkan makin sempurnanya pelayanan keperawatan dan kesehatan orang banyak
dan berbagai kultur.

2.4 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural


Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada saat ini,
termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin tinggi.
Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara menyebabkan
adanya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Sehingga, perawat tidak
hanya dituntut untuk bisa berkembang pada masa kini tapi perawat pun harus
berkembang dari masa lalu, seperti kebudayaan klien, latar belakag klien, dan lain
sebagainya.
Menurut J.N Giger dan Davidhizar konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan
ada beberapa, antara lain:
1. Budaya
 Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2. Cultural

4
Seseorang yang memiliki pertentanan antara dua individu dari budaya, gaya
hidup, dan hukum hidup. Contohnya, Didin adalah anak yang dilahirkan dari
pasangan suku sunda dan batak.
3.  Diversity
Diversity atau keragaman budaya adalah suatu bentuk yang ideal dari asuhan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya individu,
kepercayaan, dan tindakan.
4.  Etnosentris
Prsepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Ras
Perbedaan manusia didasarkan pada asal muasal manusia.
6. Cultural shock
Suatu keadaan yang dialami klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi.
7.  Diskriminasi
Perbedaan perlakuan individu atau kelompok berdasarkan ras, etnik, jenis
kelamin, sosial, dan lain sebagainya.
8. Sterotyping
Anggapan suatu individu atau kelompok bahwa semua anggota dari kelompok
budaya adalah sama. Seperti, perawat beranggapan bahwa semua orang
Indonesia menyukai nasi.
9.  Assimilation
Suatu proses individu untuk membangun identitas kebudayaannya, sehingga
akan menghilangkan budaya kelompoknya dan memperoleh budaya baru.
10.  Perjudice
Adalah prasangka buruk atau beranggapan bahwa para pemimpin lebih suka
untuk menghukum terlebih dahulu suatu anggota.

Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan,


nilai- nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang
budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :

5
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan
dan melakukan pilihan.
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan
suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan
untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya
saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan
simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh
manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah
ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur
sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke
dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang di berikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan di tujukan memandirikan individu sesuai
dengan budaya kilen. Strategi yang di gunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negosiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien.

2.5 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

6
Perawat dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi klien yang
memiliki latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda. Untuk menghadapi
situasi ini penting bagi perawat untuk memahami bahwa klien memiliki
pendangan dan interpretasi mengenai penyakit dan kesehatan yang berbeda.
Pandangan tersebut didasarkan pada keyakinan sosial-budaya klien.
Perawat harus sensitif dan waspada terhadap keunikan warisan budaya dan
tradisi kesehatan klien dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dari latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Perawat harus mengkaji dan mendengarkan
dengan cermat tentang konsistensi warisan budaya klien. Pengakajian tentang budaya
klien merupakan pengkajian yang sisrematik dan komprehensif dari nilai-nilai pelayanan
budaya, kepercayaan, dan praktik individual, keluarga, komunitas. Tujuan pengkajian
budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat
dapat menerapkan kesamaan budaya ( Leininger dan MC Farland, 2002).
Perawat dalam melakukan pengkajian terhadap kebudayaan klien dimulai dari
menentukan warisan kultural budaya klien, latar belakang organisasi sosial, dan
keterampilan bahasa serta menanyakan penyakit atau masalah untuk mengetahui
klien mendapatkan pengobatan rakyat secara tradisional baik secara ilmiah maupun
mesogisoreligius atau kata ramah, suci untuk mencegah dan mengatasi penyakit. Hal ini
dilakukan untuk pemenuhan komponen pengkajian budaya untuk menyediakan informasi
yang bergunadalam mengumpulkan data kebudayan klien. Model matahari terbit dari
leininger menggambarkan keberagaman budaya dalam kehidupan sehari-hari dan
membantu melaksanakan pengkajiaan budaya yang dilakukan secara komperhensif.
Model ini beranggapan bahwa nilai  –  nilai pelayanan budaya, kepercayan, dan
masyarakat, konteks lingkungan bahasa dan riwayat etik atau peristiwa bersejarah dari
kelompok tertentu (Potter and Perry, Fundamental Keperawatan ed 7, 187).
Tahapan pengkajian budaya dimulai dari mengetahui perubahan demografik
populasi pada lingkungan praktik komunitas yang disebut dengan data sensus. Data
sensus didapatkan dari data sensus lokal dan regional serta laporan pelayanan
kesehatan. Langkah berikutnya perawatan menggunakan teknik wawancara yang
terbuka, terfokus, dan kontras untuk mendorong klien menceritakan nilai-ilai,
kepercayaan, dan praktik dalam warisan budayanya (Spradley, 1979). Dalam
melaksanakan pengkajian budaya seorang perawt menjalin hubungan dengan klien dan
memiliki keterampilam dalam berkomunikasi. Pengkajian budaya yang komprehensif
membutuhkan keterampilan, waktu hingga persiapan dan antisipasi sangat diperlukan.

2.6 Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya


Pada abad ke-21 ini,tuntutan terhadap asuhan keperawatan semakin besar, tak

7
hanya asuhan keperawatan yang melihat sisi medisnya saja, tetapi juga melihat dari sisi
budaya. Jika melihat dari sisi budaya, ini termasuk ilmu keperawatan yang memasuki
level midle theory range, yaitu teori transkultural nursing.
Tanskultural nursing adalah suatu daerah/wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokusnya memandang perbadaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002) transkulturan nursing merupakan tahapan yang sama dengan

proses keperawatan, antara lain pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan


evaluasi. Pengkajian dalam transkultural nursing memiliki instrumen atau komponen
tersendiri antara lain : warisan sejarah etnik, variasi biologis, religious, dan
kepercayaan, organisasi sosial, komunikasi, wakti, kepercayaan keperawatan dan

prakteknya, serta pengalaman sebagai tenaga proposional.


Warisan budaya dan sejarah etnik sering membawa pada nilai-nilai dan
norma yang berlaku pada suatu adat istiadat, ras klien, atau dalam hal ini dapat dikaji
tentang persepsin sehat dan sakit menurut budaya klien, keikutsertaan cara-cara
budaya dalam proses perawatan. Relijius dan kepercayaan ini dalah faktor yang sangat
mempengaruhi karena membawa motivasi tersendiri untuk menempatkan kebenaran di
atas segalanya. Kajian religious dapat meliputi agama yang dianut, sudut
pandang pasien terhadap penyeban penyakit, proses penyembuhannya serta sisi
positif agama pasien yang dapat membantu proses kesembuhanya. Variasi biologis,
perbedaan biologis antara anggota kelompok kultur, seperti struktur dan bentuk tubuh,
warna kulit, variasi enzimatik dan genetik, kerentanan terhadap penyakit, variasi nutrisi.
Pengkajian organisasi sosial mengacu pada unit keluarga dan kelompok sosial,
dimana di lihat tentang keadaan soal keluarga seperti ekonomi, pergaulan sosial.
Sedangkan pada kelompok sosila klien dapat dilihat sejarah lingkungan dan kondisi
lingkungan.
Komunikasi adalah hal terpenting dalam pelangsanaakn proses asuhan
keperawatan, ketidak berhasilan komunikasi dapat menghambat proses diagnosis dan
tindakaan serta dapat membawa pada hasil yang trgis. Dalam hal ini perawat harus dapat
melihat bahasa yang digunakan pasien secra verbal maupun non verbal. Ruang personal
menujukkan sikap klien yang harus ditanggapi oleh perawat secara sensitive, sehingga
kidatk menimbulkkan rasa ketidak nyamanan pasien. Bukan hanya mengenai ruang
personal yang harus menjadi pertimbangan tetapi juga mengenai waktu ,orientasi waktu
berbeda-deada dalam setiap ethic ada yang memprioritaskan pada saat ini ada juga yang

8
saat mendatang. Perbedaan orientasi waktu ini akan membawa pada perencaan asuhan
jangka panjang. Keyakinan perawatan klien juga menjadi factor kajian, di sini perawat
harus melihat bagai mana keyakinan dan praktik pengobatan tradisional yang dipercai
pasien dlam proses penyembuhannya apakah dapat membantu atau memperparah
penyakitnnya. Dan faktor kajian terakhir yang mempengaruhi adalah pengalaman
profesional perawatan itu sendiri dalam menanggapi atau dalam member asuhan
keperawatan itu.

2.7 Keunggulan Bangsa Indonesia dengan Keanekaragamannya


Keunggulan Bangsa Indonesia dengan Keanekaragamannya Keragaman budaya
di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam
konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa,
masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah
ini bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok
suku bangsa yang ada di daerah tersebut. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar
juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga
menambah ragam dan jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.
Berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia juga turut
mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia yang pada akhirnya memcerminkan
kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara
dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang sangat
tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok suku bangsa namun juga
keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradisional hingga ke modern, dan
kewilayahan.
Keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan suatu keunggulan
jika dibandingkan dengan negara lainnya, karena potret kebudayaannya lengkap dan
bervariasi. Dan yang tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat
Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang
dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar
kelompok suku bangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di
dunia. Berlabuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya
telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat
itu. Hubungan antar pedagang Gujarat dan pesisir Jawa juga memberikan arti yang
penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-
singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa
Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Di sisi yang lain bangsa Indonesia
juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal di tengah-tengah singgungan

9
antar peradaban itu.
Secara ringkas, keunggulan  –  keunggulan dari keaneragaman bangsa
Indonesia, antara lain :
a. Keanekaragaman kebudayaan sangat menarik dan dapat dijadikan objek
pariwisata.
 b. Keanekaragaman budaya daerah dapat membantu meningkatkan pengembangan
Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila, sesuai Tap MPR No. II
tahun 1998, yang berbunyi : Kebudayaan nasional yang berlandaskan
Pancasila adalah
 perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan
keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan
martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan
makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa
c. Tertanamnya sikap untuk saling menghormati dan menghargai antar suku
yang berbeda.
d. Indonesia memiliki bahasa daerah terbanyak didunia (ada lebih dari 746
bahasa daerah).
e. Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman suku, agama dan budaya yang
terdapat dalam kehidupan masyarakatnya, dan keragaman tersebut dapat
kita satukan dalam satu kesatuan Bhineka Tunggal Ika.

2.8 Faktor Penyebab Keberagaman Budaya


Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebardi lebih
dari 13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas social, politik, dan budaya
yang berbeda identitas yang berbeda beda ini, kita dapat mengatakan bahwa
Indonesia memiliki kebudayaan local yang sangat beragam.
Ada beberapa faktor antara lain :
a. Keberagaman suku bangsa
b. Keberagaman bahasa dan dialek
c. Keberagaman agama
d. Keberagaman seni dan budaya
e. Faktor Pembentukan budaya
f. Faktor Perubahan budaya

2.9 Dampak dari Keanekaragaman yang Dimiliki Bangsa Indonesia

10
Keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama yang yang ada pada diri bangsa
Indonesia merupakan keunggulan sekaligus tantangan. Tantangan-tantangan yang
muncul akibat keanekaraman bangsa Indonesia tersebut antara lain:
a. Konflik
Konflik adalah proses sosial disosiatif yang dapat menyebabkan perpecahan dalam
masyarakat karena ketidakselarasan dan ketidakseimbangan dalam suatu hubungan
masyarakat. Berdasarkan tingkatannya konflik dapat dibagi menjadi konflik
horisontal dan vertikal.
1) Konflik Horisontal
Konflik horisontal adalah konflik yang terjadi diantara kelompok-kelompok
sosial yang sifatnya sederajat. Konflik sosial horisontal dapat berupa
konflik antar suku, antar ras, agama, maupun konflik antar golongan.
• Konflik antar suku
Konflik antar suku pada umumnya disebabkan oleh
primordialisme yang berkembang menjadi etnosentrisme. Contoh :
konflik antara suku Dayak dan suku Madura yang terjadi di Sampit,
konflik antara suku-suku kecil di Papua.
• Konflik antar ras
Konflik antar ras pada umumnya disebabkan oleh
primordialisme yang berkembang menjadi stereotipe. Contoh :
Kekerasan terhadap etnis Tionghoa pada Mei 1998, termasuk
pemerkosaan dan pembunuhan terhadap lebih dari 100 wanita etnis
Tionghoa.
• Konflik agama
Konflik masalah agama pada umumnya disebabkan oleh
primordialisme yang berkembang menjadi fanatisme. Konflik agama
dapat berupa konflik internal umat beragama misalnya konflik antar
golongan pemeluk Islam murni dengan golongan Ahmadiyah, maupun
konflik antar umat beragama (konflik eksternal) misalnya konflik
masyarakat Ambon pemeluk Islam dengan masyarakat Ambon pemeluk
Kristen.
• Konflik antar golongan
Konflik antar golongan pada umumnya disebabkan oleh semangat
in group yang kuat sehingga dengan kelompok out group akan
menimbulkan antipati. Contoh : Peristiwa Kudatuli, dimana ada
konflik antar pendukung Partai PDI versi Megawati Soekarno putrid

11
dan pendukung Partai PDI versi lainnya.
2) Konflik Vertikal Konflik
vertikal adalah konflik yang terjadi diantara lapisan-lapisan di dalam
masyarakat. Contoh konflik vertikal :
• Konflik antar kelas atas dengan kelas bawah, konflik antar kelas atas
dengan kelas bawah dapat berupa konflik kolektif dan individual.
Konflik kolektif misalnya konflik antara buruh dengan pimpinan
perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji. Konflik individual
misalnya konflik antara pembantu dengan majikan yang berakibat
pada kekerasan.
• Konflik antara pemerintah pusat dengan daerah, misalnya
pemberontakan dan gerakan seporadis seperti OPM, GAM, dll. Selain
itu konflik vertikal bisa diterjemahkan sebagai konflik antar pihak
yang berkuasa dan penentangnya, misalnya kasus penculikan aktivis
’98 , yang merupakan kasus pelanggaran HAM tidak pernah selesai
sampai saat ini.
• Konflik antara orang tua dan anak, konflik antara orang tua dan anak
akan menimbulkan hambatan dalam sosialisasi nilai dan norma dan
terkadang menimbulkan kenakalan remaja.
 b. Integrasi Karena Keterpaksaan (Coersif)
Integrasi karena keterpaksaan terjadi karena suatu ketergantungan dan
mau tidak mau antar lapisan masyarakat harus saling berhubungan untuk
memenuhi kebutuhan. Namun dalam integrasi yang terjadi karena paksaan
biasanya ada upaya antar kelompok untuk mendominasi satu sama lain.
Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari bermacam-macam
etnis, ras, agama, dan suku bangsa yang masing-masing membawa bendera
primordialismenya masing-masing. Apabila masing-masing kelompok tidak
bisa saling menghargai dan mengurangi etnosentrisme, stereotype, dan
fanatisme maka akan menimbulkan konflik SARA. Integrasi karena
keterpaksaan dilihat dari segi historis juga dapat dicontohkan pada masa feodal.
Dimana antara golongan pemerintah kolonial, golongan Asia Timur, golongan
kerabat kerajaan, dan bumiputera hidup dalam satu wilayah namun tidak
dapat membaur. Terdapat batas-batas yang tegas dan adanya upaya dari
pemerintah kolonial untuk terus menerus mendominasi dan menjajah. Contoh
lain integrasi karena keterpaksaan (coersif) dalam kehidupan sehari-hari terjadi
pada saat demonstrasi atau unjuk rasa yang ricuh, kemudian polisi akan

12
memberikan peringatan dengan gas air mata dengan tujuan mengatur para
demonstran untuk menyampaikan aspirasi secara tertib dan sesuai hukum.
c. Disintegrasi
Disintegrasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada
bagian-bagian dari suatu kesatuan masyarakat. Disintegrasi atau kesenjangan
merupakan akibat dari adanya pembangunan dimana kelas atas menguasai
pembangunan yang berperan sebagai subjek sekaligus objek pembangunan,
namun disisi lain kelas tengah dan bawah hanya berperan sebagai objek
pembangunan. Akibatnya kelas tengah dan bawah akan mengalamai
eksploitasi dan diskriminasi di bidang sosial, ekonomi, dan politik.
Kesenjangan inilah yang akan mempengaruhi pola hidup dan pola hubungan
antar kelompok.

2.10 Peran Masyarakat dalam Menjaga Keragaman Budaya


Peran masyarakat dalam menjaga keragaman dan keselaran budaya antara lain
sebagai berikut:
• Mengembangkan sikap saling menghargai terhadap nilai-nilai dan norma
sosial yang
 berbeda-beda dari anggota masyarakat, tidak mementingkan kelompok, ras,
etnik atau kelompok agamanya.
• Meninggalkan sikap primodialisme terutama yang menjurus pada sikap
etnosentrisme dan ekstrimisme(berlebih-lebihan)
• Menegakan supremasi hukun yang artinya sutau peraturan formal harus berlaku
pada semua warga negara tanpa memandang kedudukan sosial, ras, etnik dan
agama yang mereka anut.
• Mengembangkan rasa nasionalisme terutama melalui penghayatan
wawasan berbangsa dan bernegara namun menghindari sikap chauvimisme
yang akan mengarah pada sikap ekstrim dan menutup diri akan perbedaan yang
ada dalam masyarakat.
• Menyelesaikan semua konflik dengan cara yang akomodatif melalui mediasi,
kompromi dan ajudikasi.
• Mengembangkan kesadaran sosial. Contoh kongkritnya adalah di Bali sedang
digalakkannya program Ajeg Bali guna mempertahankan kebudayaan di dalam
kehidupan masyarakat Bali yang makin lama terlihat makin memudar karena

13
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya, karena Indonesia
mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Kebhinnekaan telah
menjadi kekayaan khusus bagi bangsa Indonesia yang amat menarik, bagi bangsa
Indonesia sendiri ataupun bagi bangsa-bangsa lain yang dapat dapat menambah devisa
melalui kunjungan wisata atau kunjungan lainnya. Keanekaragaman suku, budaya, ras
dan agama yang yang ada pada diri bangsa Indonesia merupakan keunggulan sekaligus
tantangan. Tantangan-tantangan yang muncul akibat keanekaraman bangsa Indonesia
tersebut antara lain terjadinya konflik, integrasi karena keterpaksaan dan disintegrasi.
Untuk menghadapi tantangan sebagai dampak keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia, dapat dilakukan dengan upaya reintegrasi dan menanamkan nilai-nilai
pancasila yang merupakan ideologi yang menjadi dasar hidup kenegaraan.

3.2 Saran
Perbedaan merupakan keniscayaan yang mesti dan harus diterima oleh semua
orang dalam kehidupannya. Fakta menunjukkan bahwa manusia memang makhluk unik
dan khas. Keunikan dan kekhasan ini dalam konteks bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat akan menimbulkan keragaman tatanan sosial dan kebudayaan.
Keragaman ini yang ditunjukkan oleh Indonesia antara lain terdiri atas beragam etnis,
agama, dan bahasa. Keragaman ini perlu dikelola secara serius dan sungguh-sungguh
dalam suatu bentuk tatanan nilai yang dapatdibagi bersama. Oleh karena itu,
keanekaragaman yang ada dalam masyarakat Indonesia sungguh merupakan tantangan

14
yang menuntut upaya sungguh-sungguh dalam bentuk transformasi kesadaran
multikultural. Suatu kesadaran yang diarahkan kepada identitas nasional, integrasi
nasional, dan kesadaran menempatkan agama untuk kesatuan bangsa. Dengan demikian,
kesatuan Indonesia dapat ditegakkan sejalan dengan semangat kebersamaan yang
terkandung dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.

15

Anda mungkin juga menyukai