Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERSEBARAN DAN PERUBAHAN BUDAYA


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PENGANTAR ANTROPOLOGI

Dosen Pengampu :
Sastra Abijaya, S.Sos.,M.si

Disusun Oleh :

IPIN NIM 220221046

PRODI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan dan suri
tauladan kita Nabi Muhammad SAW.

Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan,


pengetahuan, dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan penyusun harapkan lebih
jauh agar pembaca dapat mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan
secara moral maupun material dalam proses penyelesaian pengerjaan tugas ini.

Wassalamu'alaikum, Wr. Wb

Cirebon, 18 Juli 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya.....................................................................................2
2.2 Konsep Budaya..........................................................................................2
2.3 Perubahan Kebudayaan dan Penyesuaian Diri Antar Budaya...................4
2.4 Faktor-faktor Terjadinya Perubahan..........................................................4
2.5 Jenis perubahan peristiwa-peristiwa kebudayaan......................................5

BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................8

ii
1.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia.
Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam
konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat
Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan
dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk
200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar di pulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami
dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir,
dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-
kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan
kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga
menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan
meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia
sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu
negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja
keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks
peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan. Dengan keanekaragaman kebudayaannya
Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia
mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial
budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar
kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar
kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya
kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada
lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa
juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia.
Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia
dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan
mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan. Berdasarkan
sifatnya, perubahan terjadi bukan hanya menuju kearah maju namun juga dapat menuju kearah
kemunduran. Perubahan yang terjadi sudah ada sejak zaman dahulu, ada kalanya perubahan-perubahan
yang terjadi berlangsung dengan pesat. Masyarakat dan kebudayaan manusia dimana pun selalu berada
dalam keadaan berubah. Pada masyarakat yang berkebudayaan primitif yang hidup terisolasi jauh dari
berbagai jalur hubungan dengan masyarakat lain diluar dunianya sendiri, perubahan yang terjadi dalam
keadaan lambat. Perubahan yang terjadi dalam mayarakat berkebudayaan primitif tersebut biasanya telah
terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan itu sendiri, yaitu
karena perubahan dalam hal jumlah dan komposisi penduduknya dan karena perunabahan lingkungan
alam dan fisik tempat mereka hidup.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan budaya?
2. Apakah yang dimaksud dengan konsep budaya?
3. Apa yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan?
4. Bagaimana cara penyesuaian diri antar budaya?
5. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan?
6. Apa sajakah jenis-jenis peristiwa kebudayaan?
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini
diantaranya: 1.Untuk memenuhi tugas
Antropologi.
2. Untuk Memahami apa yang dimaksud dengan
1
budaya. 3.Untuk Memahami dari konsep budaya.
4.Untuk mengetahui apa itu perubahan kebudayaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sekelompok orang.
Kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya. Budaya itu terbentuk dari beberapa unsur yang rumit.
Diantaranya yaitu adat istiadat, bahasa, karya seni, sistem agama dan politik. Bahasa sama halnya
dengan budaya, yakni suatu bagian yang tak terpisahkan dari manusia.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari Buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
Culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio- budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya :
Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-
bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu
dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan
hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
2.2 Konsep Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan
bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio- budaya ini tersebar
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah
suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk -bentuk berbeda dalam berbagai
budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan
“kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-
anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang
koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan

3
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi
ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink,
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda- benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada
tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur
kebudayaan universal tersebut adalah : 1.Bahasa, 2.Sistem pengetahuan, 3.Sistem organisasi masyarakat,
4.Sistem teknologi dan peralatan, 5.Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi, 6.Sistem religi,
7.Kesenian

Pada jaman modern seperti ini budaya asli negara kita memang sudah mulai memudar, faktor
dari budaya luar memang sangat mempengaruhi pertumbuhan kehidupan di negara kita ini. Contohnya
saja anak muda jaman sekarang, mereka sangat antusias dan up to date untuk mengetahui juga mengikuti
perkembangan kehidupan budaya luar negeri. Sebenarnya bukan hanya orang-orang tua saja yang harus
mengenalkan dan melestarikan kebudayaan asli negara kita tetapi juga para anak muda harus senang dan
mencintai kebudayaan asli negara sendiri. Banyak faktor juga yang menjelaskan soal 7 unsur budaya
universal yaitu :
1. Bahasa

Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk
mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan
bahasa universal seperti bahasa Inggris.
2. Sistem pengetahuan

Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga
memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu disampaikan agar yang lain
juga mengerti.
3. Sistem organisasi masyarakat

Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk
yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing– masing antar individu
sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
4. Sistem teknologi dan peralatan

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang– barang dan sesuatu yang baru
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang lain.
5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang
baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup
yang lain.

4
6. Sistem religi

Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran
bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
7. Kesenian

Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi
kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
2.3 Perubahan Kebudayaan dan Penyesuaian Diri Antar Budaya
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan
kebudayaan primitif yang terisolir jauh dari berbagai perhubungan dengan masyarakat yang lainnya.
Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan,
penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi.
Perubahan sosial dan perubahan budaya berbeda. Dalam perubahan sosial terjadi perubahan struktur
sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain sistem status, hubungan-hubungan didalam keluarga,
sistem politik dan kekuasaan serta persebaran penduduk. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan
kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga atau
sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan
sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian), dan bahasa.
Walaupun keduanya berbeda tetapi pembahasan keduanya tak akan mencapai suatu pengertian yang
benar tanpa mengaitkan keduanya.
Salah satu bentuk proses perubahan sosial yang terwujud didalam masyarakat dengan kebudayaan
primitif maupun dengan kebudayaan yang kompleks (maju) adalah proses imitasi, yang dilakukan oleh
generasi muda terhadap generasi yang lebih tua. Proses ini dilakukan dengan belajar meniru yang belum
tentu sempurna, bahkan tidak sempurna, dari berbagai pola tindakan generasi orang tua sehingga
hasilnya berjalan lambat dan perubahannya baru terasa apabila sudah mencapai jangka waktu yang
panjang.
Sedangkan perubahan didalam masyarakat yang maju (kompleks) biasanya terwujud melalui proses
penemuan (discovery) dalam bentuk penciptaan baru (invention) dan melalui proses difusi.
Jadi, discovery merupakan jenis penemuan baru yang mengubah persepsi mengenai hakikat suatu
gejala mengenai hubungan dua gejala atau lebih. Invention adalah suatu pembuatan bentuk baru yang
berupa benda (pengetahuan) yang dilakukain melalui proses penciptaan dan didasarkan atas
pengombinasian pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda dan gejala.
Proses penerimaan perubahan berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu
unsur kebudayaan baru diantaranya:
1) Terbiasanya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang
yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2) Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai
agama, dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada, maka penerimaan unsur baru itu
mengalami kelambatan dan harus disensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama
yang berlaku.
3) Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru.
Misalnya sistem ottoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4) Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi
landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5) Apabila unsur yang baru memiliki skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan mudah dibuktikan
kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.

2.4 Faktor-faktor Terjadinya Perubahan


a. Faktor yang Berasal dari Luar Masyarakat
1. Akulturasi (cultural contact) berarti suatu kebudayaan tertentu yang dihadapkan dengan unsur-unsur
kebudayaan asing yang sedemikian rupasehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing tersebut
melebur atau menyatu kedalam kebudayaan sendiri, tetapi tidak menyebabkan hilangnya kepribadian.
2. Difusi ialah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ketempat lain, sedikit demi sedikit,
hal ini berlangsung berkaitan dengan terjadinya perpindahan atau penyebaran manusia dari satu tempat
ketempat lain.

5
3. Penetrasi ialah masuknya unsur-unsur kebudayaan asing secara paksa, sehingga merusak kebudayaan
bangsa yang didatangi penetrasi tersebut yang dinamakan penetration violent.
4. Invasi yaitu masuknya unsur-unsur kebudayaan asing kedalam kebudayaan setempat dengan
peperangan bangsa asing terhadap bangsa lain.
5. Asimilasi kebalikan dari penetrasi, asimilasi adalah proses penyesuaian seseorang atau kelompok
orang asing terhadap kebudayaan setempat.
6. Hibriditasi adalah perubahan kebudayaan yang disebabkan oleh perkawinan campuran.
7. Milenarisasi merupakan salah satu bentuk gerakan kebangkitan, yang berusaha mengangkat golongan
masyarakat bawah yang tertindas dan telah lama menderita dalam kedudukan sosial yang rendah dan
memiliki ideologi subkultural yang baru.

b. Faktor yang Berasal dari Dalam Mayarakat


1. Sistem pendidikan yang maju.
2. Menghargai karya orang lain.
3. Adanya keterbukaan didalam masyarakat.
4. Adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
5. Penduduk yang heterogen.

2.5 Jenis Perubahan Peristiwa-Peristiwa Kebudayaan


1. Cultural Lag
Cultural lag adalah perbedaan antar taraf kemajuan bebagai bagian dalam kebudayaan. Artinya
tertinggal oleh kebudayaan, yaitu selang waktu antara saat suatu benda diperkenalkan pertama kali dan
saat benda itu diterima secara umum sampai masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap benda
tersebut.
Juga suatu lagi terjadi apabila irama perubahan dari dua unsur perubahan ataupun lebih, memiliki
kolerasi yang tidak sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh yang lainnya. Contoh dari
cultural lag, terlihat pada penguasaan teknologi komputer. Teknologi komputer merupakan hasil dari
perkembangan teknologi di negara-negara yang telah memiliki kebudayaan yang maju, penggunaan alat
tersebut harus pula disertai dengan ketersediaan peralatan-peralatan khusus untuk memperbaikinya
apabila rusak, adanya aliran listrik yang mempunyai tegangan tertentu yang konstan dan lain-lain, jika
hal tersebut belum tersedia terjadilah cultural lag. Faktor penyebab terjadinya cultural lag, yaitu:
1) Kurangnya kemampuan daya pikir dalam sektor yang harus menyesuaikan diri dengan perkembangan
sosial
2) Adanya hambatan-hambatan terhadap perkembangan
3) Heterogenitas masyarakat, berarti ada beberapa masyarakat yang sudah siap mental untuk menerima
perubahan dan sebaliknya ada sebagian masyarakat yang belum siap mental untuk menerima perubahan
4) Kurangnya kontak dengan budaya material masyarakat lain

Ada beberapa akibat yang ditimbulkan oleh cultural lag yaitu:


1) Kurangnya inventiveteit dalam sektor yang harus menyesuaikan dengan perkembangan sosial
2) Adanya hambatan terhadap perkembangan pada umumnya
3) Heterogenitas masyarakat, adanya golongan masyarakat yang memang sudah siap mental, mereka
berubah dari masyarakat luar. Sebaliknya ada masyarakat yang belum siap menerima perubahan tersebut
4) Kurangnya kontak dengan budaya material masyarakat lain

2. Cultural Survival
Cultural survival bersangkutan dengan cultural lag karena mengandung pengertian adanya suatu cara
tradisional yang tak mengalami perubahan sejak dahulu sampai sekarang. Cultural survival adalah suatu
konsep lain, artinya yaitu konsep yang dipakai untuk menggambarkan suatu praktek yang telah
kehilangan fungsi pentingnya seratus persen, yang tetap hidup dan berlaku semata-mata hanya diatas
landasan adat istiadat. Pengertian lag dapat dipergunakan paling sedikit dalam dua arti, yaitu:
1) Suatu jangka waktu antara terjadinya penemuan baru dan diterimanya penemuan tersebut.
2) Adanya perubahan dalam pikiran manusia dari alam pikiran tradisional ke alam pikiran yang
modern.
Terjadinya cultural lag karena adanya hasil ciptaan baru yang membutuhkan aturan-aturan serta
pengertian yang baru yang berlawanan dengan hukum-hukum serta cara-cara bertindak yang lama, tetapi
adapula kelompok yang memiliki sifat keterbukaan, dan mengharapkan timbulnya perubahan dan
menerimanya dengan mudah tanpa mengalami cultural lag.

6
3. Cultural Conflict (Pertentangan Kebudayaan)
Cultural conflict biasa disebut dengan pertentangan kebudayaan, pertentangan kebudayaan ini
munjul sebagai akibat relatifnya kebudayaan. Hal ini terjadi akibat konflik langsung antar kebudayaan.
Faktor-faktor yang menimbulkan konflik yaitu keyakinan-keyakinan yang berbeda sehubungan dengan
berbagai masalah aktifitas berbudaya. Konflik ini dapat terkjadi diantara anggota-anggota kebudayaan
yang satu dengan anggota-anggota kebudayaan yang lainnya.

4. Cultural Shock (Guncangan Kebudayaan)


Cultural shock juga disebut dengan guncangan kebudayaan, istilah ini pertama kali dikemukakan
oleh Kalervo Oberg pada tahun 1958 menyatakan bahwa sebagai suatu penyakit jabatan dari orang-orang
yang tiba-tiba dipindahkan kedalam suatu kebudayaan yang berbeda dari kebudayaannya sendiri,
semacam penyakit mental yang tidak disadari oleh korbannya. Hal ini diakibatkan oleh kecemasan
karena kehilangan atau tak melihat lagi semua tanda dan lambang pergaulan sosial yang sudah
dikenalnya dengan baik.
Ada empat tahap yang membentuk siklus culture shock, yaitu:
1) Tahap inkubasi; atau tahap bulan madu, sebagai suatu pengalaman baru yang menarik.
2) Tahap kritis; ditandai dengan suatu perasaan dendam, pada saat inilah terjadi korban.
3) Tahap kesembuhan; korban dapat melampaui tahap kedua, dengan cara berdamai.
4) Tahap penyesuaian diri; membanggakan sesuatu yang dilihatnya dan dirasakannya dalam kondisi
yang baru, rasa cemas dalam dirinya sudah berlalu.

Penyasuaian diri antar budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intern dan faktor
ekstern.
a. Faktor intern menurut Brislin, ialah faktor watak (traits) dan kecakapan (skill). Watak adalah segala
tabiat yang membentuk kepribadian seseorang, yang dalam sehari-hari biasanya emosional, pemberani,
bertanggung jawab, senang bergaul dan lain-lain. Orang yang memiliki watak senang bergaul biasanya
lebih mudah menyesuaikan diri dilingkungan masyarakat. Kecakapan atau skill menyangkut segala
sesuatu yang dapat dipelajari mengenai lingkungan budaya yang akan dimasuki seperti bahasa, adat
istiadat, tatakrama, keadaan geogarafi, keadaan ekonomi, situasi politik dan sebagainya. Selain faktor
watak dan kecakapan ada juga faktor sikap atau attitude seseorang berpengaruh terhadap penyesuaian
diri antar budaya. Menurut Allport, sikap adalah kesiagaan mental atau saraf yang terbina melalui
pengalaman yang memberikan pengarahan dan pengaruh terhadap bagaimana seseorang menanggapi
segala macam objek atau situasi yang dihadapinya. Contoh-contoh sikap: terus terang, orang yang
bersikap terus terang dan terbuka atau berprasangka baik akan lebih berhasil dalam menyesuaikan diri.
b. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri antar budaya:
1) Besar-kecilnya perbedaan antara kebudayaan tempat asalnya dengan kebudayaan lingkungan yang
dimasukinya.
2) Pekerjaan yang dilakukannya, yaitu apakah pekerjaan yang dilakukan itu dapat ditolerir dengan latar
belakang pendidikannya atau pekerjaan sebelumnya.
Suasana lingkungan tempatnya bekerja. Suasana lingkungan yang terbuka akan mempermudah
seseorang untuk menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan suasana lingkungan yang tertutup.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari Buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang
dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya : Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan
hidup mereka. Unsur-unsur sosio- budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang
memaksa” itu mengambil bentuk -bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar”
di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.

Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan


pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian
dengan hidup mereka.Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren
untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Dari berbagai definisi
tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda- benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Cultural survival adalah suatu konsep lain, artinya yaitu konsep yang dipakai untuk
menggambarkan suatu praktek yang telah kehilangan fungsi pentingnya seratus persen, yang tetap
hidup dan berlaku semata-mata hanya diatas landasan adat istiadat. Terjadinya cultural lag karena
adanya hasil ciptaan baru yang membutuhkan aturan-aturan serta pengertian yang baru yang
berlawanan dengan hukum-hukum serta cara-cara bertindak yang lama, tetapi adapula kelompok yang
memiliki sifat keterbukaan, dan mengharapkan timbulnya perubahan dan menerimanya dengan mudah
tanpa mengalami cultural lag.

Cultural Shock (Guncangan Kebudayaan) Cultural shock juga disebut dengan guncangan
kebudayaan, istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Kalervo Oberg pada tahun 1958 menyatakan
bahwa sebagai suatu penyakit jabatan dari orang-orang yang tiba-tiba dipindahkan kedalam suatu
kebudayaan yang berbeda dari kebudayaannya sendiri, semacam penyakit mental yang tidak disadari
oleh korbannya.

8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/budaya/
http://nurkholifahhh17.blogspot.com/2016/12/makalah-perubahan-budaya
https://www.scribd.com/document/430934856/MAKALAH-Persebaran-Keragamana-
Budaya-Nasioanal-Indonesia-Dan-Lokal

Anda mungkin juga menyukai