Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari kekurangan serta keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki sehingga dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari pembaca sebagai koreksi dan
evaluasi demi kesempurnaan tugas ini ke depan,yang tentunya akan memperkaya ilmu dan
wawasan bagi penulis.
Harapan penulis semoga tugas ini bermanfaat bagi yang membaca serta pihak yang
berkepentingan, terutama bagi penulis sendiri.

Denpasar, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Budaya ....................................................................................................................3
B. Faktor Pembentukan Budaya .................................................................................. 4
C. Konsep Budaya ....................................................................................................... 4
D. Budaya Lokal Dan Budaya Nasional ...................................................................... 7
E. Indonesia dengan Keberagaman Budaya ................................................................ 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi
Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan
kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah
bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok
sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana
mereka tinggal tersebar di pulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah
dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir,
dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan.
Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan
masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga
mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah
ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan
meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan
Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa
Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat
heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa
namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern,
dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan
yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik
masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang
dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok
sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya
kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri
Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar
pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun
interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada
dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan
1
perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan
budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.

B. Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan budaya?
2. Bagaimana Budaya terbentuk?
3. Apakah yang dimaksud dengan konsep budaya?
4. Seperti apa budaya lokal dan budaya nasional?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan budaya.
2. Memahami dari konsep budaya.
3. Mengetahui budaya lokal dan budaya nasional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan
orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya :
Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan


pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
3
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang
lain.

B. Faktor Pembentukan Budaya


Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa yang
memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Keseluruhan proses dan hasil interaksi antar
kebudayaan yang hidup dan berkembang di indonesia. Berikut adalah beberapa fsktor
pembentukan Budaya Nasional.

Persebaran Masyarakat Karena Faktor Geografis

Faktor Negara kepulauan menyebabkan masyarakat indonesia memiliki kebudayaan sendiri


karena terpisah tiap pulau

Pengaruh Budaya Asing

Pengaruh Hidu-Budha Pengaruh yang pertama kali menyentuh masyarakat Indonesia berupa
pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha dari India sejak 400 tahun sebelum masehi.

Pengaruh Islam Pengaruh kebudayaan Islam mulai memasuki masyatrakat Indonesia sejak
abad ke 13, akan tetapi baru benar-benar mengalami proses penyebaran yang meluas
sepanjang abad ke 15.

Pengaruh Barat (Khatolik/Kristen) Pengaruh kebudayaan Barat mulai memasuki masyarakat


Indonesia melalui kedatangan bangsa Portugis pada permulaan abad ke 16, kedatangan
mereka ke tanah Indonesia ini karena tertarik dengan kekayaan alam berupa rempah-rempah.

C. Konsep Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas.

4
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Beberapa alasan mengapa
orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat
dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan
oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang
memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
“individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan
“kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia
makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk
memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.Dengan demikian,
budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian
disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-
benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
5
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia
menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut
adalah :
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Sistem organisasi masyarakat
4. Sistem teknologi dan peralatan
5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
6. Sistem religi
7. Kesenian
Pada jaman modern seperti ini budaya asli negara kita memang sudah mulai
memudar, faktor dari budaya luar memang sangat mempengaruhi pertumbuhan kehidupan di
negara kita ini. Contohnya saja anak muda jaman sekarang, mereka sangat antusias dan up to
date untuk mengetahui juga mengikuti perkembangan kehidupan budaya luar negeri.
Sebenarnya bukan hanya orang-orang tua saja yang harus mengenalkan dan melestarikan
kebudayaan asli negara kita tetapi juga para anak muda harus senang dan mencintai
kebudayaan asli negara sendiri. Banyak faktor juga yang menjelaskan soal 7 unsur budaya
universal yaitu :

1. Bahasa
Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan
untuk mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang
dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.

2. Sistem pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda
sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu
disampaikan agar yang lain juga mengerti.

3. Sistem organisasi masyarakat

6
Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai
makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing –
masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.

4. Sistem teknologi dan peralatan


Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu
yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam
makhluk hidup yang lain.

5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi


Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu
yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam
makhluk hidup yang lain.

6. Sistem religi
Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena
kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.

7. Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat
memenuhi kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.

D. Budaya Lokal Dan Budaya Nasional


1. Budaya Lokal
Dalam wacana kebudayaan dan sosial, sulit untuk mendefinisikan dan memberikan
batasan terhadap budaya lokal atau kearifan lokal, mengingat ini akan terkait teks dan
konteks, namun secara etimologi dan keilmuan, tampaknya para pakar sudah berupaya
merumuskan sebuah definisi terhadap local culture atau local wisdom ini. berikut
penjelasannya:
 Superculture, adalah kebudayaan yang berlaku bagi seluruh masyarakat. Contoh:
kebudayaan nasional;
 Culture, lebih khusus, misalnya berdasarkan golongan etnik, profesi, wilayah atau
daerah. Contoh : Budaya Sunda;

7
 Subculture, merupakan kebudyaan khusus dalam sebuah culture, namun kebudyaan
ini tidaklah bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh : budaya gotong
royong
 Counter-culture, tingkatannya sama dengan sub-culture yaitu merupakan bagian
turunan dari culture, namun counter-culture ini bertentangan dengan kebudayaan
induknya. Contoh : budaya individualisme
Dilihat dari stuktur dan tingkatannya budaya lokal berada pada tingat culture.

Hal ini berdasarkan sebuah skema sosial budaya yang ada di Indonesia dimana terdiri
dari masyarakat yang bersifat manajemuk dalam stuktur sosial, budaya (multikultural)
maupun ekonomi. Dalam penjelasannya, kebudayaan suku bangsa adalah sama dengan
budaya lokal atau budaya daerah. Sedangkan kebudayaan umum lokal adalah tergantung pada
aspek ruang, biasanya ini bisa dianalisis pada ruang perkotaan dimana hadir berbagai budaya
lokal atau daerah yang dibawa oleh setiap pendatang, namun ada budaya dominan yang
berkembang yaitu misalnya budaya lokal yang ada dikota atau tempat tersebut. Sedangkan
kebudayaan nasional adalah akumulasi dari budaya-budaya daerah.

Definisi Jakobus itu seirama dengan pandangan Koentjaraningrat (2000). Koentjaraningrat


memandang budaya lokal terkait dengan istilah suku bangsa, dimana menurutnya, suku
bangsa sendiri adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan
’kesatuan kebudayaan’. Dalam hal ini unsur bahasa adalah ciri khasnya.

Menurut Judistira (2008:141), kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan regional, dan
kebudayaan regional adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentukan kebudayaan nasional.

Dalam pengertian yang luas, Judistira (2008:113) mengatakan bahwa kebudayaan daerah
bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan melalui kesenian belaka;
tetapi termasuk segala bentuk, dan cara-cara berperilaku, bertindak, serta pola pikiran yang
berada jauh dibelakang apa yang tampak tersebut.

Contoh Budaya Lokal


1. Provinsi DKI Jakarta Ibukota nya adalah Jakarta

8
Tarian Tradisional : Tari Ronggeng, Tari Yapong
Rumah Adat : Rumah Kebaya
Senjata Tradisonal : Golok
Lagu Daerah :Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung, Keroncong Kemayoran, Surilang,
Terang Bulan
Suku : Betawi
Julukan : Kota Metropolitan

2. Provinsi Jawa Barat (JABAR) Ibukota nya adalah Bandung

Tarian Tradisional : Tari Topeng Kuncaran, Tari Merak, Tari Jaipong


Rumah Adat : Rumah Kasepuhan Cirebon
Senjata Tradisonal : Kujang
Lagu Daerah :Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan, Manuk Dadali,
Panon Hideung, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, Tokecang
Suku : Sunda
Julukan : Kota Kembang / Paris Van Java

3. Provinsi Banten Ibukota nya adalah Serang

9
Tarian Tradisional : Tari Topeng
Rumah Adat : Rumah Kesepuhan
Senjata Tradisonal : Kujang
Lagu Daerah : Dayung Sampan
Suku : Baduy, Sunda, dan Banten
Julukan : Kota Santri

4. Provinsi Jawa Tengah (JATENG) Ibukota nya adalah Semarang

Tarian Tradisional : Tari Bedhaya Ketawang, Tari Serimpi, Tari Gambyong, Tari bambangan
Cakil, Tari Gandrung, Tari sintren
Rumah Adat : Rumah Joglo
Senjata Tradisonal : Keris.
Lagu Daerah : Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran, Bapak
Pucung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Stasiun Balapan, Suwe Ora Jamu, Tembang
Mocopat, Tombo Ati, Caping Gunung, Cublak-cublak Suweng, Walang Kekek.
Suku : Jawa, Karimun, dan Samin
Julukan : Kota Lumpia / Kota Jamu

5. Provinsi DI Yogyakarta Ibukota nya adalah Yogyakarta

10
Tarian Tradisional : Tari Serimpi Sangupati, Tari Bedhaya Semang
Rumah Adat : Rumah Joglo
Senjata Tradisonal : Keris
Lagu Daerah : Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah
Suku : Jawa
Julukan : Kota gudeg, kota pelajar, kota Seni dan Budaya

Nama Propinsi di Kalimantan Indonesia


1. Provinsi Kalimantan Barat (KALBAR) Ibukota nya adalah Pontianak

Tarian Tradisional : Tari Monong, Tari Zapin Tembung


Rumah Adat : Rumah Istana Kesultanan Pontianak
Senjata Tradisonal : Mandau
LaguDaerah : Cik-Cik Periuk, Cak Uncang, Batu Ballah, Alok Galing, Tandak Sambas,
Sungai Sambas Kebanjiran, Alon-Alon
Suku : Kayau, Ulu Aer, Mbaluh, Manyuke, Skadau, Melayu-Pontianak, Punau, Ngaju, dan
Mbaluh

11
2. Provinsi Kalimantan Tengah (KALTENG) Ibukota nya adalah Palangkaraya

Tarian Tradisional : Tari Balean Dadas, Tari Tambun & Bungai


Rumah Adat : Rumah Bentang
Senjata Tradisonal : Mandau
Lagu Daerah: Kalayar
Suku : Kapuas, Ot Danum, Ngaju, Lawangan, Dusun, Maanyan, dan Katingan

3. Provinsi Kalimantan Selatan (KALSEL) Ibukota nya adalah Banjarmasin

Tarian Tradisional : Tari Baksa Kembang, Tari Radap Rahayu


Rumah Adat : Rumah Banjar Bubungan Tinggi
Senjata Tradisonal : Keris
Lagu Daerah :Ampar-Ampar Pisang, Paris Barantai, Saputangan Bapuncu Ampat
Suku : Ngaju, Laut, Maamyan, Bukit, Dusun, Deyah, Balangan, Aba, Melayu, Banjar, dan
Dayak
Julukan : Kota Seribu Sungai
4. Provinsi Kalimantan Timur (KALTIM) Ibukota nya adalah Samarinda

12
Tarian Tradisional : Tari Perang, Tari Gong
Rumah Adat : Rumah Lamin
Senjata Tradisonal : Mandau
Lagu Daerah : Indung-Indung
Suku : Ngaju, Otdanum, Apokayan,Punan, Murut, Dayak, Kutai, Kayan, Punan, dan Bugis
Julukan : Kota Tepian

Berdasarkan daerahnya, wilayah Indonesia menurut Koentjaraningrat (1999) terdiri dari


beberapa budaya lokal sbb:
1. Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang sangat sederhana, dengan keladi dan
ubi jalar sebagai tanaman pokoknya dalam kombinasi dengan berburu dan meramu
2. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau di sawah dengan
padi sebagai tanaman pokok.
3. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah dengan padi
sebagai tanaman pokoknya.
4. Tipe masyarakat perkotaan yang mempunyai ciri-ciri pusat pemerintahan dengan sektor
perdagangan dan Industri yang lemah
5. Tipe masyarakat metropolitan yang mulai mengembangkan suatu sektor perdagangan
dan industri yang agak berarti, tetapi masih didominasi oleh aktivitas kehidupan
pemerintahan, dengan suatu sektor kepegawaian yang luas dan dengan kesibukan politik
di tingkat daerah maupun nasional.

2. Budaya Nasional
Budaya Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di Negara tersebut.
Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan dareah lain
di suatu Negara akan terus tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dari
Negara tersebut. Misalkan daerah satu dengan yang lain memang berbeda, tetapi jika dapat

13
menyatukan perbedaan tersebut maka akan terjadi budaya nasional yang kuat yang bisa
berlaku di semua daerah di Negara tersebut walaupun tidak semuanya dan juga tidak
mengesampingkan budaya daerah tersebut. Contohnya Pancasila sebagai dasar negara,
Bahasa Indonesia dan Lagu Kebangsaan yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober
1928 yang diikuti oleh seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang membulatkan
tekad untuk menyatukan Indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang
berbeda budaya tiap daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam
semboyan “bhineka tunggal ika”.
Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang ada di Negara
tersebut. Kebudayaan Nasional Indonesia secara hakiki terdiri dari semua budaya yang
terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu tak ada Kebudayaan
Nasional. Itu tidak berarti Kebudayaan Nasional sekadar penjumlahan semua budaya lokal di
seantero Nusantara. Kebudayan Nasional merupakan realitas, karena kesatuan nasional
merupakan realitas. Kebudayaan Nasional akan mantap apabila di satu pihak budaya-budaya
Nusantara asli tetap mantap, dan di lain pihak kehidupan nasional dapat dihayati sebagai
bermakna oleh seluruh warga masyarakat Indonesia (Suseno; 1992).
Pembatasan atau perbedaan antara budaya nasional dan budaya lokal atau budaya
daerah menjadi sebuah penegasan untuk memilah mana yang disebut budaya nasional dan
budaya lokal baik dalam konteks ruang, waktu maupun masyarakat penganutnya.
Menurut Usman Pelly setidaknya budaya nasional memiliki 2 (dua) fungsi, yakni :
a. Sebagai pedoman dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa bagi masyarakat
majemuk Indonesia
b. Sebagai pedoman dalam pengambilalihan ilmu dan teknologi modern.
Pewujudan budaya Nasional, meliputi cara bebahasa, cara berprilaku, cara
berpakaian, dan peralatan hidup yang dimiliki bangsa Indonesia

Karakteristik Budaya Nasional :


1. Hasil budi daya masyarakat bangsa
2. Hasil budi daya masyarakat sejak dahulu hingga kini
3. Hasil budi daya yang dibanggakan
4. Hasil budi daya yang memiliki kekhasan bangsa
5. Hasil budaya yang menciptakan jati diri bangsa
6. Hasil budaya yang memberikan identitas Bangsa
E. Indonesia dengan Keberagaman Budaya
14
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah yang luas, terbentang dari
Aceh sampai ke Papua. Ada 17.504 pulau yang tersebar di seluruh kedaulatan Republik
Indonesia, yang terdiri atas 8.651 pulau yang bernama dan 8.853 pulau yang belum bernama
(Situmorang, 2006). Di samping kekayaan alam dengan keanekaragaman hayati dan nabati,
Indonesia dikenal dengan keberagaman budayanya. Di Indonesia terdapat puluhan etnis yang
memiliki budaya masing-masing. Misalnya, di Pulau Sumatra: Aceh, Batak, Minang, Melayu
(Deli, Riau, Jambi, Palembang, Bengkulu, dan sebagainya), Lampung; di Pulau Jawa: Sunda,
Badui (masyarakat tradisional yang mengisolasi diri dari dunia luar di Provinsi Banten),
Jawa, dan Madura; Bali; Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tengara Timur: Sasak, Mangarai,
Sumbawa, Flores, dan sebagainya; Kalimantan: Dayak, Melayu, Banjar, dsb.; Sulawesi:
Bugis, Makassar, Toraja, Gorontalo, Minahasa, Manado, dsb.; Maluku: Ambon, Ternate,
dsb.; Papua: Dani, Asmat, dsb.)
Selain itu, di Sumatra dikenal pula suku bangsa Minangkabau, yang menempati
Provinsi Sumatra Barat, sebagian Provinsi Jambi dan Bengkulu, di samping tersebar di
seluruh Nusantara, bahkan sampai ke Semenanjung Malaysia. Orang Minang—sebutan untuk
masyarakat Minangkabau—memiliki budaya yang unik jika dibandingkan dengan
masyarakat suku lain. Mereka terkenal dengan pandai berdagang dan banyak menjadi
sastrawan semasa Balai Pustaka dan Pujangga Baru dan tokoh kemerdekaan di awal
kemerdekaan Republik Indonesia. Keunikan budaya Minang terlihat dari sistem kekerabatan
menurut jalur ibu (matrilineal). Sosok ibu menjadi dasar penentuan nama keluarga (family).
Bahkan, dalam adat Minang selain nama keluarga berasal dari keluarga ibu, seseorang laki-
laki yang sudah menikah akan diberi gelar adat sehingga, menurut adat yang berlaku di
Minang—yang bersangkutan harus dipanggil dengan gelarnya, bukan nama kecilnya.
Misalnya, seseorang bernama Abdullah yang setelah menikah diberi gelar Sutan Maharajo
(’Sultan Maharaja’) harus dipanggil dengan Sutan atau Marajo, sesuai dengan pepatah ”Ketek
banamo, gadang bagala” (kecil diberi nama, besar diberi gelar). Di luar Minang biasanya
seorang istri akan tinggal di rumah keluarga suami, sebaliknya di Minang suami akan tinggal
di rumah istri. Apabila keluarga suami-istri ingin membangun rumah baru, lokasinya masih
berada di sekitar rumah orang tua istri (mertua). Dengan demikian, akan berkembang
keluarga besar dari pihak istrinya. Akibatnya, anak akan hidup di lingkungan keluarga istri
dan itulah uniknya budaya kekerabatan di Minang. Sebagai masyarakat yang menganut
agama Islam, budaya Minang terlihat berpadu dengan budaya Islami. Dasar kemasyarakatan
di Minang tertuang dalam prinsip adat, yakni ”adat bersandikan syarak (aturan agama Islam),
syarak bersandikan Kitabullah (Alquran)”.
15
Dengan demikian, masyarakat Minang memiliki tradisi keberagamaan yang kuat.
Biasanya, tradisi itu tetap dibawa ke mana pun mereka merantau ke negeri orang. Di mana
pun mereka tinggal, kebiasaan keberagamaan yang kuat itu masih terlihat. Ada yang agak
unik bagi masyarakat Minang, yakni di mana pun mereka tinggal atau hidup di lingkungan
masyarakat lain, mereka mampu berintegrasi dengan masyarakat setempat. Itu pula yang
menyebabkan bahwa di mana pun di Indonesia kita tidak akan menemukan nama kampung
atau kawasan dengan Kampung Minang. Agak berbeda dengan masyarakat etnis lain, seperti
Jawa, Madura, Bugis, atau Cina akan kita temukan kawasan Kampung Jawa, Kampung
Madurua, Kampung Bugis, atau Kampung Cina. Keberagamaan masyarakat Minang tidak
berbeda dengan keberagamaan seperti masyarakat Aceh, Melayu, Sunda, Madura, dan Bugis.
Etnis itu dikenal dengan penganut Islam yang taat walaupun tidak dapat dimungkiri bahwa
pengaruh teknologi modern berdapak terhadap keberagamaan masyarakat.
Bali pun yang sudah dikenal oleh masyarakat mancanegara–memiliki agama
mayoritas Hindu. Bahkan, pengaruh Hindu mewarnai kehidupan sosialnya. Begitu
menyatunya Hindu dalam kehidupan mereka, kehidupan sosial dan pemerintahan pun
dipengaruhi Hindu. Barangkali tingkat keberagamaan di Bali lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tingkat keberagamaan masyarakat dari etnis lain. Hal itu ditandai dengan setiap
aktivitas mereka tidak lepas dari pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Shang Widhi)
yang terlihat dalam upacara keagamaan (Bagus, 2002). Ada hal yang menarik lagi di Bali,
yakni sistem pertanian yang diatur dalam subak. Dalam sistem itu setiap sawah mendapatkan
jumlah air yang sama sehinga tidak ada sawah yang tidak mendapatkan jatah air. Hal itu
berlaku pada semua perkampungan yang diatur dalam atruran masyarakatnya. Sistem
pengairan seperti itu tidak ditemukan di wilayah lain di Indonesia.
Agama pun berbeda-beda. Tidak dapat diingkari bahwa masih ada sistem religi
masyarakat Indonesia yang menganut kepercayaan kepada benda-benda alam (animisme).
Akan tetapi, pada umumnya masyarakat Indonesia menganut enam agama resmi, yakni Islam,
Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan yang terakhir diakui Konghucu. Semuanya hidup
berdampingan yang diatur dalam kerukunan hidup beragama. Memang konsep kerukunan
lahir pada masa Orde Baru yang sudah tumbang, tetapi keberadaannya masih dipertahankan,
yakni kerukunan intraumat dan antarumat beragama. Apalagi sejak reformasi digulirkan pada
tahun 1998 yang ditandai dengan jatuhnya pemerintahan Soharto, mantan Presiden Kedua
Republik Indonesia, kehidupan masyarakat Indonesia lebih transparan. Setiap orang
mempunyai hak yang sama di negara Indonesia. Hal itu terbukti dengan tumbuh
berkembangnya budaya Cina, termasuk pengakuan terhadap agama Konghucu bagi
16
masyarakat keturunan Cina di Indonesia. Angin segar itu disambut bahagia oleh masyarakat
keturunan Cina, yang selama ini mereka agak dimarginalkan dalam system pemerintahan
Orde Baru. Dari sudut keagamaan itu, Islam di Indonesia mencapai 87 persen. Dengan
jumlah itu tidaklah berarti bahwa kehidupan sosial politik tidak memperhatikan keberagaman
agama.
Di Indonesia tradisi keberagaman agama dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa sangat menonjol. Sebagai warga dengan jumlah mayoritas, umat Islam di
Indonesia sangat memperhatikan kerukunan antarumat beragama. Prinsip-prinsip agama
sebagai pembawa rahmat dan kedamaian untuk seluruh isi alam sangat mereka perhatikan
Hal itu sudah menjadi dasar kemasyarakatan yang tidak dapat diingkari. Malah, ada
masyarakat yang begitu tinggi toleransinya sehingga gesekan apa pun yang menerpanya tidak
akan menggoyahkan sendi-sendi kemasyarakat yang toleran. Memang tidak dapat disangkal
bahwa situasi politik kadangkala memengaruhi kehidupanan masyarakat yang rukun dan
aman. Ada upaya-upaya untuk memecah belah persatuan bangsa melalui goncangan terhadap
kerukunan umat beragama dengan mencuatkan sentimen keagamaan. Hal itu sengaja
diciptakan oleh orang-orang yang tidak senang dengan kondisi politik yang stabil. Akibatnya,
umat beragama terpengaruh ke dalam konflik tertentu. Kondisi itu kadangkadang disesalkan
oleh masyarakat itu sendiri mengapa mereka terjerumus ke dalam konflik yang tidak mereka
inginkan. Walaupun begitu, kehidupan rukun yang telah mereka warisi secara turun-temurun
mengekalkan mereka dalam kebersamaan dan kerukunan yang sejati.

1. Hubungan Budaya Lokal Dan Budaya Nasional


Budaya lokal yang bernilai positif, bersifat luhur dapat mendukung budaya nasional. Dalam
pembangunan kebudayaan bangsa, nilai-nilai budaya positif baik budaya daerah perlu
dipertahankan dan dikembangkan karena justru menjadi akar atau sumber budaya nasional.
Mengingat budaya bangsa merupakan “hasil budidaya rakyat Indonesia seluruhnya” maka
cepat lambat pertumbuhannya tergantung kearifan peran serta seluruh masyarakatnya.
Bagaimana peran keluarga, sekolah dan pemerintah menanamkan budaya daerah pada
generasi berikutnya dan kearifan generasi muda dalam melestarikan budaya daerah.

2. Potensi Keberagaman Budaya

17
Walaupun Indonesia menurut Van Volenholen terdiri dari 19 hukum adat, tetapi pada
dasarnya Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah yang tersebar
dalam ratusan pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini memiliki ciri fisik, bahasa,
kesenian, adat istiadat yang berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia
sebagai negara yang kaya akan budaya. Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia
antara lain suku, bahasa, agama dan kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini
merupakan daya tarik tersendiri dan potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian
bagi banyak ilmuwan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan. Hal yang utama dari
kekayaan budaya yang kita miliki adalah adanya kesadaran akan adanya bangga akan
kebudayaan yang kita miliki serta bagaimana dapat memperkuat budaya nasional sehingga
“kesatuan kesadaran “ atau nation bahwa kebudayaan yang berkembang adalah budaya yang
berkembang dalam sebuah NKRI sehingga memperkuat integrasi.
Disatu sisi bangsa Indonesia juga mempunyai permasalahan berkaitan dengan
keberagaman budaya yaitu adanya konflik yang berlatar belakang perbedaan suku dan agama.
Banyak pakar menilai akar masalah konflik ialah kemajemukan masyarakat, atau adanya
dominasi budaya masyarakat yang memilki potensi tinggi dalam kehidupan serta adanya
ikatan primordialisme baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu kesenjangan antara
dua kelompok masyarakat dalam bidang ekonomi, kesempatan memperoleh pendidikan atau
mata pencaharian yang mengakibatkan kecemburuan sosial, terlebih adanya perbedaan dalam
mengakses fasilitas pemerintah juga berbeda (pelayanan kesehatan, pembuatan KTP, SIM
atau sertifikat serta hukum). Semua perbedaan tersebut menimbulkan prasangka atau
kontravensi hingga dapat berakhir dengan konflik.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suku bangsa adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri
mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan kebudayaan. Ada
beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku bangsa, yaitu: ciri fisik,
bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama. Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit,
rambut, wajah, dan bentuk badan. Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan
suku bangsa lainnya. Suku bangsa merupakan kumpulan kerabat (keluarga) luas. Mereka
percaya bahwa mereka berasal dari keturunan yang sama. Mereka juga merasa sebagai satu
golongan. Dalam kehidupan sehari-hari mereka mempunyai bahasa dan adat istiadat sendiri
yang berasal dari nenek moyang mereka. Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah
merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut
dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan
sangat berpengaruk terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional
yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan
daerah / kebudayaan lokal.
Kebudayaan merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain
merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa
atau daerah. Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka
menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu,
dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh
setiap suku bangsa.

B. Saran
Keragaman suku bangsa merupakan kenyataan bangsa kita. Inilah kekayaan bangsa
kita. Kalau kita tidak menghormati suku bangsa sendiri, kita tidak akan menjadi bangsa yang
kuat. Kita tidak boleh hanya membanggakan suku bangsa kita sendiri dan merendahkan suku
bangsa lain. Kalau kita tidak menghormati keanekaragaman suku bangsa, tidak akan tercipta
kedamaian dalam hidup bersama. Tidak adanya saling menghormati antarsuku bangsa akan
menimbulkan konflik. Contohnya banyak. Antara lain konflik di Poso, konflik di Sambas,
dan konflik di Maluku.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

http://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/

http://werdiati.blogspot.com/2014/09/sebaran-keragaman-budaya.html

http://nhikmahsuryani11.blogspot.com/2013/05/budaya-lokal-dan-budaya-
__________nasional.html

http://tirzarest.wordpress.com/2011/03/23/keberagaman-budaya/

20

Anda mungkin juga menyukai