TUNGGAL IKA
DISUSUN OLEH :
Farida 202226083
LHOKSEUMAWE
Puji syukur kami ucapakan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penyusun sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
2.4 Implementasi Bhineka Tunggal Ika dan Cita-Cita Luhur Bangsa ....16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bhinneka Tunggal Ika seperti kita pahami sebagai motto Negara, yang
diangkat dari penggalan kitab Sutasoma karya besar Mpu Tantular pada jaman
Kerajaan Majapahit (abad 14) secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai tetapi
satu (berbeda-beda tetapi tetap satu jua). Motto ini digunakan sebagai ilustrasi dari
jati diri bangsa Indonesia yang secara natural, dan sosial-kultural dibangun diatas
keanekaragaman.
2
semboyan bangsa, artinya Bhinneka Tunggal Ika adalah pembentuk karakter dan
jati diri bangsa. Bhinneka Tunggal Ika sebagai pembentuk karakter dan jati diri
bangsa ini tak lepas dari campur tangan para pendiri bangsa yang mengerti benar
bahwa Indonesia yang pluralistik memiliki kebutuhan akan sebuah unsur pengikat
dan jati diri bersama.
Kebhinekaan Indonesia itu bukan sekedar mitos, tetapi realita yang ada di
depan mata kita. Harus kita sadari bahwa pola pikir dan budaya orang Jawa itu
berbeda dengan orang Minang, Papua, Dayak, Sunda dan lainnya. Elite pemimpin
yang berasal dari kota-kota besar dan metropolitan bisa jadi memandang
Indonesia secara global akan tetapi elite pemimpin nasional dari budaya lokal
tertentu memandang Indonesia berdasarkan jiwa, perasaan dan kebiasaan
lokalnya. Ini saja menunjukkan kalau cara pandang kita tentang Indonesia
berbeda. Jadi tanpa kemauan untuk menerima dan menghargai kebhinekaan maka
sulit untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Apa yang dilakukan oleh
pendahulu bangsa ini dengan membangun kesadaran kebangsaan atau
nasionalisme merupakan upaya untuk menjaga loyalitas dan pengabdian terhadap
bangsa.
Selama ini sifat nasionalisme kita kurang operasional atau hanya berhenti
pada tataran konsep dan slogan politik. Nasionalisme bisa berfungsi sebagai
pemersatu beragam suku, tetapi perlu secara operasional sehingga mampu
memenuhi kebutuhan objektif setiap warga dalam suatu negara-bangsa. Tradisi
dari suatu bangsa yang gagal memenuhi fungsi pemenuhan kebutuhan hidup
objektif akan kehilangan peran sebagai peneguh nasionalisme. Saat ini diperlukan
tafsir baru nasionalisme sebagai kesadaran kolektif di tengah pola kehidupan baru
yang mengglobal dan terbuka. Batas-batas fisik negara-bangsa yang terus mencair
menyebabkan kesatuan negara kepulauan seperti Indonesia sangat rentan terhadap
serapan budaya global yang tidak seluruhnya sesuai tradisi negeri ini. Disamping
3
itu realisasi otonomi daerah yang kurang tepat akan memperlemah nilai dan
kesadaran kolektif kebangsaan di bawah payung nasionalisme.
Di samping itu bangsa Indonesia relatif berhasil membentuk identitas
nasional. Beberapa bentukidentitas bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Bahasa Nasional atau persatuan, bahasa Indonesia.
2. Dasar filsafat Negara yaitu pancasila.
3. Lagu kebangsaan Indonesia Raya.
4. Lambang Negara Garuda Pancasila.
5. Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika
6. Bendera Negara Sang Merah Putih.
7. Konstitusi Negara yaitu UUD 1945.
8. Bentuk Negara kesatuan Republik Indonesia.
9. Konsep Wawasan Nusantara.
10. Kebudayaan daerah yang diterima sebagai kebudayaan nasional.
Dari ke-10 identitas bangsa Indonesia tersebut akan dibahas salah satu
yaitu mengenai semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang merupaka semboyan
pemersatu bangsa Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang kami jabarkan diatas, maka dapat diambil
beberapa rumusan masalah guna menunjang isi makalah ini, antara lain :
4
1. Bagaimana perjalanan Sejarah tentang Bhineka Tunggal Ika sebagai
bentuk identitas Bangsa Indonesia.?
2. Bagaimana penetapan lambang Bhineka Tunggal Ika sebagai pilar
bangsa Indonesia?
3. Bagaimana penerapan Bhineka Tunggal Ika.?
4. Bagaimana Implemntasi Bhineka Tunggal Ika dan cita-cita luhur
Bangsa Indonesia?
Dari makalah ini dapat kami peroleh manfaat bagi semua orang dan orang
yang membacanya, bahwasanya dalam hidup berbangsa dan bernegara dapat
memaknai dan melakukan apa yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika dan
Bisa menjadikan dalam kehidupan untuk lebih mengutamakan kepentingan
bersama dari pada kepentingan pribadi. Dan juga dapat Memaknai arti Bhineka
Tunggal Ika yang saat ini sudah mulai memudar dan dapat menjaga persatuan
Bangsa Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Jika diuraikan kata per kata, Bhineka berarti Berbeda, Tunggal berarti
Satu, dan Ika berarti Itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa walaupun berbeda-beda,
tapi pada hakekatnya satu. Dengan kata lain, seluruh perbedaan yang ada di
Indonesia menuju tujuan yang satu atau sama, yaitu bangsa dan Negara Indonesia.
6
Berbicara mengenai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia,
lambang Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditetapkan
secara resmi menjadi bagian dari Negara Indonesia melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 1951 pada 17 Oktober 1951 dan di-Undang-kan pada 28
Oktober 1951 sebagai Lambang Negara. Usaha pada masa Majapahit maupun
pada masa pemerintahan Indonesia berlandaskan pada pandangan yang sama,
yaitu pendangan mengenai semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan
sebagai modal dasar untuk menegakkan Negara.
7
pribumi tetap bertahan. Bahkan, kepercayaan pribumi memiliki peranan tertinggi
dan terbanyak di kalangan mayoritas masyarakat.
Namun, banyak dari mereka masuk agama Islam dan ikut menyiarkan
agama Islam. Ketiga, golongan penduduk pribumi. Penduduk pribumi ini jika
berjalan tidak menggunakan alas kaki, rambutnya disanggul di atas kepala.
Penduduk pribumi sepenuhnya percaya pada roh-roh leluhur.
Pada tahun 1951, sekitar 600 tahun setelah pertama kali semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang diungkap oleh Mpu Tantular, ditetapkan oleh
pemerintah Indonesia sebagai semboyan resmi Negara Republik Indonesia dengan
Peraturan Pemerintah No.66 tahun 1951. Peraturan Pemerintah tersebut
menentukan bahwa sejak 17 Agustus 1950, Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan
sebagai seboyan yang terdapat dalam Lambang Negara Republik Indonesia,
“Garuda Pancasila.” Kata “bhinna ika,” kemudian dirangkai menjadi satu kata
“bhinneka”. Pada perubahan UUD 1945 yang kedua, Bhinneka Tunggal Ika
dikukuhkan sebagai semboyan resmi yang terdapat dalam Lambang Negara, dan
8
tercantum dalam pasal 36a UUD 1945 yang menyebutkan :”Lambang Negara
ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika”. Dengan
demikian, Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang merupakan
kesepakatan bangsa, yang ditetapkan dalam UUDnya. Oleh karena itu untuk dapat
dijadikan acuan secara tepat dalam hidup berbangsa dan bernegara, makna
Bhinneka Tunggal Ika perlu difahami secara tepat dan benar untuk selanjutnya
difahami bagaimana cara untuk mengimplementasikan secara tepat dan benar
pula.
9
memberi peluang terjadinya perpecahan bangsa, atau yang semata-mata untuk
mengakomodasi kepentingan unsur bangsa harus dihindari. Suatu contoh
persyaratan untuk jabatan daerah harus dari putra daerah, menggambarkan
sempitnya kesadaran nasional yang semata-mata untuk memenuhi aspirasi
kedaerahan, yang akan mengundang terjadinya perpecahan. Hal ini tidak
mencerminkan penerapan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Dengan menerapkan
nilai-nilai tersebut secara konsisten akan terwujud masyarakat yang damai, aman,
tertib, teratur, sehingga kesejahteraan dan keadilan akan terwujud.
Bhinneka tunggal ika yang berarti berbeda tetapi satu, bila ditengok dari
asal usul kalimatnya yang tertuang dalam syair kitab sutasoma adalah
penggambaran dari dua ajaran atau keyakinan yang berbeda kala itu, namun pada
dasarnya memiliki satu kesamaan tujuan.
10
belum pernah diperdengarkan sebelumnya dan menyampaikan dengan bahasa
yang populer, yaitu bahasa yang bisa diterima saat itu, saat ini dan suatu saat yang
akan datang.
Sangat beragam juga bila kita dapat mengartikan bhinneka tunggal ika
dalam perwujudan sehari-hari. Bhinneka tunggal ika dalam kehidupan sehari-hari
seringkali ditemui, namun untuk memahaminya terkadang masih terasa sulit,
apalagi mengakuinya. Ada ungkapan yang menyatakan “perbedaan adalah
rahmat” dan inipun terkadang menjadi bahan perdebatan.
Matahari dan bulan itu berbeda akan tetapi saling menerangi bumi, siang
dan malam itu berbeda tetapi saling melengkapi hari, laki-laki dan perempuan
beda tapi saling mengisi dalam kehidupan, salah dan benar, baik dan buruk yang
Tuhan ciptakan tentu tidak dapat disangkal, lalu mengapa Tuhan ciptakan itu
semua? Apabila perbedaan itu seharusnya tidak perlu ada, apakah kemudian kita
berpikir bagaimana sebaiknya Tuhan? Mengakui perbedaan terkadang terasa sulit
seperti halnya mengakui kebenaran orang lain daripada melihat sisi salahnya.
Tangan dan kaki, telinga dan mata, yang kanan dan kiri memiliki bentuk dan
fungsi yang berbeda tetapi saling menyempurnakan bentuk manusia itu secara
utuh. Ketika dalam satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya
masing-masing memiliki perbedaan pendapat apakah itu tidak boleh? dan apabila
si anak memiliki keinginan yang bertentangan dengan orang tuanya apakah
kemudian menjadikan terputusnya hubungan darah? Kemudian apabila alam
semesta yang beraneka ragam ini tercipta karena adanya hubungan Tuhan dengan
ciptaan-Nya, apakah akan menjadikan putusnya hubungan, apabila ciptaan tidak
mengakui penciptanya? Perbedaan adalah kenyataan yang tidak bisa terelakan
lagi, mulai dalam diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara atau dunia.
Jika kita perhatikan malam yang digantikan siang, ini berjalan selaras
tidak saling mendahului tentu terasa sempurna hari yang terlewati, oleh karena
11
keselarasan itu maka dalam pertemuan malam dengan siang terlahir fajar yang
indah, begitu pula siang yang digantikan malam tercipta senja yang penuh misteri,
hal itu terwujud karena adanya keselarasan alam yang berbeda tetapi bersatu
menciptakan hari.Lalu bagaimana dengan perbedaan diantara kita, apakah bisa
berjalan selaras agar tercipta kedamaian?
12
Sepanjang era reformasi Indonesia menampilkan banyak kesaksian
peristiwa yang menunjukkan perubahan kehidupan warga, baik secara individu
atau kelompok, dalam berkehidupan kemasyarakatan, kehidupan berkenegaraan,
dan kehidupan berkebangsaan Faktor utama mendorong terjadinya proses
perubahan tersebut adalah pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an,
baik oleh rakyat, dan bahkan pemimpin atau penguasa mengindikasikan gejala
memudar. Kondisi ini dapat dilihat dari kecenderungan terjadinya konflik antar
individu, kelompok masyarakat yang berbeda agama, ras, suku/etnik, budaya, dan
berbeda kepentingan, serta rendahnya moral penguasa seperti banyaknya kepala
daerah dan anggota dewan yang terjerat hukum akibat korupsi.
13
melupakan asalnya sebagai orang Minang, namun memiliki suatu kesatuan
bersama yang lebih diutamakan yaitu sebagai rakyat Indonesia. Dengan demikian
identitas kesukuan atau daerah lebih rendah nilai dan Keutamaannya daripada
identitas nasional, Sesuai dengan makna Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri, dimana
persatuan adalah harga mati.
14
pihak luar, serta dari dalam negeri sendiri seperti pengkhianatan, fundamentalis
dan ‘barisan sakit hati’ yang bertujuan memperkeruh keadaan, menyulut konflik
dan kesenjangan sehingga terjadi aksi-aksi dengan hasil keadaan yang
menjauhkan kita dari jalur pencapaian cita-cita luhur.
15
tidak atau kurang memperhitungkan pihak lain, memupuk kecurigaan,
kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat. Bhinneka Tunggal Ika
bersifat inklusif. Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan
bernegara tidak memaksakan kehendaknya pada golongan minoritas.
3. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis yang hanya menunjukkan
perilaku semu. Bhinneka Tunggal Ika dilandasi oleh sikap saling percaya
mempercayai, saling hormat menghormati, saling cinta mencintai dan
rukun. Hanya dengan cara demikian maka keanekaragaman ini dapat
dipersatukan.
4. Bhinneka Tunggal Ika bersifat konvergen tidak divergen, yang bermakna
perbedaan yang terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk dibesar-
besarkan, tetapi dicari titik temu, dalam bentuk kesepakatan bersama. Hal
ini akan terwujud apabila dilandasi oleh sikap toleran, non sektarian,
inklusif, akomodatif, dan rukun.
5. Prinsip atau asas pluralistik dan multikultural Bhinneka Tunggal Ika
mendukung nilai:
2. terbuka,
4. kesetaraan,
6. toleransi,
16
2.4.1 Perilaku inklusif
17
2.4.3. Tidak mencari menangnya sendiri
18
pengorbanan, sekurang-kurangnya mengurangi kepentingan dan pamrih
pribadi, kesatuan tidak mungkin terwujud.
Bhineka Tunggal Ika pada era Glablisasi saat ini, Indonesia pada
saat ini banyak mengalami kemunduran persatuan dan kesatuan.
Penyebabnya adalah adanya ketimpangan sosial, kesenjangan ekonomi,
belum stabilnya kondisi politik pemerintahan di Indonesia menjadikan
rakyat tumbuh menjadi rakyat yang apatis terhadap pemerintah.
Dampak buruk globalisasi yang membawa kebudayaan-kebudayaan baru
menjadikan komposisi kebudayaan masyarakat Indonesia menjadi lebih
kompleks atau rumit. Karena banyaknya kebudayaan baru yang datang dan
diterima begitu saja, menyebabkan terjadinya penyimpangan kebudayaan
di masyarakat. Belum lagi masalah klasik yang sepele namun berdampak
serius seperti perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan yang
semakin memecah belah kesatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Melihat
kondisi seperti ini tentu kita semua tidak boleh pesimis dan patah
semangat, Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-
beda tetapi tetap satu jua, selamanya akan tetap relevan untuk mengiringi
kehidupan bernegara di negeri yang multikultural ini, karena komposisi
kehidupan rakyat Indonesia akan terus beragam sampai kapanpun.
19
Ketimpangan sosial, kesenjangan ekonomi, perbedaan suku, agama, ras
dan antar golongan di antara kita janganlah dijadikan pembeda.
Perkembangan jaman yang cepat dan masuknya budaya baru biarkanlah
berlalu, karena pada dasarnya kita semua satu, satu bangsa, Bangsa
Indonesia. Satu tanah air, Tanah air Indonesia. Satu bahasa, bahasa
Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu jua. Jaya
Indonesia !
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
21
mengaktualisasikan pemahaman nila-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam
mewujudkan integrasi nasional di negara yang dikenal dengan kemajemukannya
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 demi pencapaian tujuan nasional.nilai ke-
Bhinneka Tunggal Ika-an harus dilakukan melalui tindakan nyata dalam
kehidupan.
3.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
http://.ui.ac.id/system files.users/turita,indah/publication/2009btisebagai
pembentuk ukbdj.pdf
http:research.amicom.ac.id/indeks.php/ST/article/viewfile/6829/4686
http://download.portalgaruda .org./article.php?article106635&val=22274&title
http://tikanayya.blogspot.com/2014/01 makalah-bhineka-tunggal-ika.html
23