Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BHINNEKA TUNGGAL IKA

Disusun Oleh :
Nurul Fausyiah Syarif
X AKL 1

SMKN1 KABUPATEN SORONG


2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bhinneka tunggal ika” , tepat
pada waktu yang di tentukan . Makalah ini di ajukan untuk menyelesaikan tugas mata
pelajaran pendidikan pancasila karena keterbatasan pengetahuan penulis maka makalah yang
telah di buat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis dapat menerima kritikan dan
saran dari siapa saja yang membaca untuk memperbaiki makalah ini. Besar harapan penulis
agar dapat memperoleh nilai yang memuaskan serta dapat menambah ilmu bagi pembaca

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Bhineka Tunggal Ika ...................................................................... 4
B. Penetapan Lambang Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Pilar Bangsa
Indonesia ...................................................................................................... 5
C. Penerapan Bhineka Tunggal Ika................................................................... 6
D. Keragaman Suku Bangsa Di Indonesia........................................................ 7
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Indonesia adalah negara kesatuan yang penuh dengan keragaman.
Indonesia terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa, suku, agama, ras, dan
kepercayaan. Namun Indonesia dapat mempersatukan berbagai keragaman itu
dengan semboyan bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah kepercayaan yang
ada di indonesia. Keragaman budaya Indonesia adalah sesuatu yang tidak
dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat
majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia
juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang
merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang
ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana
mereka tinggal tersebar di pulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami
dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Hal ini berkaitan
dengan tingkat peradapan kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di
Indonesia yang berbeda.
Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi
proses asimilasi kebudayaan yang ada di indonesia sehingga menambah
ragamnya jenis kebudayaan yang ada di indonesia. Kemudian juga
berkembang dan meluasnya Agama-agama besar di indonesia juga ikut
mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga mencerminkan
kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu
negara dengan tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja
keanekaragaman budaya kelompok suku bangsa namun juga keanekaragaman
budaya dalam konteks peradaban, tradisional hingga modern, dan
kewilayahan. Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat
dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya.
Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di indonesia mampu hidup
secara berdampingan, saling mengisi, dan berjalan secara pararel. Misalnya
kebudayaan kerjaan yang berdiri sejalan secara pararel dengan kebudayaan
berburu dan meramu kelompok masyarakat tertentu. Dalam konteks kekinian
dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan
pararel dengan kebudayaan pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu
meramu yang hidup jauh terpencil. hubungan-hubungan antara Kebudayaan
tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, di mana
bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamannya bukan hanya mengacu
kepada keanekaragaman kelompok suku bangsa semata namun kepada
konteks kebudayaan. Didasari pula bahwa dengan jumlah kelompok suku

1
bangsa kurang lebih 700-an suku bangsa di seluruh nusantara, dengan
berbagai tipe kelompok masyarakat yang beragam, serta keragaman agama,
pakaian adat,rumah adat, kesenian adat Bahkan makanan yang dimakan pun
beraneka ragam.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang memiliki
karakteristik yang unik ini dapat dilihat dari budaya gotong royong, teposliro,
budaya menghormati orang tua atau cium tangan dan lain sebagainya.
Bhinneka Tunggal Ika seperti kita pahami sebagai motto negara yang
diangkat dari penggalan Kitab Sutasoma karya besar mpu Tantular pada
zaman kerajaan Majapahit abad 14 secara harfiah diartikan sebagai bercerai-
berai tetapi satu (berbeda-beda tetapi tetap satu).Motto ini digunakan sebagai
ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural,dan sosial kultural
dibangun di atas keanekaragaman.
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa yang tercantum dan
menjadi bagian dari lambang negara Indonesia, yaitu Garuda Pancasila
sebagai semboyan bangsa, artinya Bhinneka Tunggal Ika adalah pembentuk
karakter dan jati diri bangsa. Bhinneka Tunggal Ika sebagai pembentuk
karakter dan jati diri bangsa ini tak lepas dari campur tangan para pendiri
bangsa yang mengerti benar bahwa Indonesia pularistik memiliki kebutuhan
akan sebuah unsur pengikat dan jati diri bersama.
Kebhinekaan Indonesia itu bukan sekedar mitos tetapi relieta yang ada
di depan mata kita harus kita sadari bahwa pola pikir dan budaya orang Jawa
itu berbeda dengan orang Minang, Papua, Dayak, Sunda dan lainnya.
Pemimpin yang berasal dari kota-kota besar dan Metropolitan bisa jadi
memanding Indonesia secara global akan tetapi elit pemimpin nasional dari
budaya lokal tertentu memandang Indonesia berdasarkan jiwa perasaan dan
kebiasaan lokalnya. ini saja menunjukkan kalau cara pandang kita tentang
Indonesia berbeda.Jadi tanpa kemauan untuk menerima dan menghargai
kebhinekaan maka sulit untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Selama ini sifat nasionalisme kita kurang operasional atau hanya
berhenti pada tataran konsep dan slogan politik. Nasionalisme bisa berfungsi
sebagai pemersatu beragam suku tetapi perlu secara operasional sehingga
mampu memenuhi kebutuhan objektif Setiap warga dalam suatu negara
bangsa. Tradisi dari suatu bangsa yang gagal memenuhi fungsi pemenuhan
kebutuhan hidup objektif akan kehilangan peran sebagai penengah
nasionalisme saat ini diperlukan tafsir baru nasionalisme sebagai kesadaran
kolektif di tengah pola kehidupan baru yang mengglobal dan terbuka. Batas-
batas fisik negara bangsa yang terus mencair menyebabkan kesatuan negara
kepulauan seperti Indonesia sangat rentan terhadap serapan Budaya global
yang tidak seluruhnya sesuai tradisi negeri ini. Di samping itu realisasi
otonomi daerah yang kurang tepat akan memperlemah nilai dan kesadaran
kolektif kebangsaan Di bawah payung nasionalisme.

2
Di samping itu bangsa Indonesia relatif berhasil membentuk identitas
nasional, beberapa bentuk identitas bangsa Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Bahasa nasional atau Persatuan Bahasa Indonesia
2. Dasar filsafat negara yaitu Pancasila
3. Lagu kebangsaan Indonesia Raya
4. Lambang negara Garuda Pancasila
5. Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika
6. Bendera negara sang merah putih
7. Konstitusi negara yaitu undang-undang 1945
8. Bentuk negara kesatuan Republik Indonesi
9. Konsep wawasan nusantara
10. Kebudayaan daerah yang diterima sebagai kebudayaan nasional.
Dari ke-10 identitas bangsa Indonesia tersebut akan dibahas salah satu
yaitu mengenai semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan semboyan
persatuan bangsa Indonesia.
UUD Republik Indonesia menyatakan dengan tegas tentang realitas
multikultural bangsa Indonesia. Kenyataan tersebut dilukiskan di dalam
lambang negara Bhinneka Tunggal Ika. Kebhinekaan masyarakat dan bangsa
Indonesia diakui bahkan dijadikan sebagai dasar perjuangan nasional
permulaan abad ke-20 untuk itu integrasi nasional bangsa Indonesia pun harus
diwujudkan di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk karena masyarakat
majemuk merupakan salah satu potensi sumber konflik yang menyebabkan
disintegrasi bangsa agar identitas bangsa Indonesia di mata dunia terkenal
dengan bangsa yang majemuk tetapi satu dalam keanekaragaman suku,
bahasa, agama, yang berbeda-beda semboyan bhinnekaaTunggal Ika harus
diwujudkan.

B. RUMUSAN MASALAH
Perjalanan sejarah tentang Bhineka tunggal ika sebagaibentuk identitas
bangsa Indonesia Kapan pertama ditetapkannya penerapan Bhinneka Tunggal
Ika dan pengimplementasian lambang Bhinneka Tunggal Ika pada saat ini
Bagaimana

BAB II
PEMBAHASAN
3
A. SEJARAH BHINEKA TUNGGAL IKA
Awalnya semboyan yang dijadikan semboyan resmi negara Indonesia
sangat panjang, yaitu Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dikenal untuk pertama kalinya pada masa
Majapahit era kepemimpinan Wisnuwardhana. Perumusan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika ini dilakukan oleh Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma.
Perumusan semboyan ini pada dasarnya merupakan pernyataan kreatif
dalam usaha mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan. Hal itu
dilakukan sehubungan usaha bela negara kerajaan Majapahit saat itu.
Semboyan negara Indonesia ini telah memberikan nilai-nilai inspiratif
terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan. Bhinneka Tunggal Ika
pun telah menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan negara kesatuan
Republik Indonesia.
Dalam kitab Sutasoma, definisi Bhinneka Tunggal Ika lebih ditekankan
pada perbedaan dalam hal kepercayaan dan keanekaragaman agama yang ada
di kalangan masyarakat Majapahit. Namun, sebagai semboyan negara
kesatuan Republik Indonesia, konsep bineka Tunggal Ika Bukan hanya
perbedaan agama dan kepercayaan menjadi fokus, tapi pengertiannya lebih
luas. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara memiliki cakupan lebih
luas, seperti perbedaan suku, bangsa, budaya (adat istiadat), dan agama. Yang
menuju persatuan dan kesatuan Nusantara.
Jika diuraikan kata per kata, Bhineka tunggal ika berarti berbeda,
tunggu berarti satu, dan ika berarti itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
walaupun berbeda-beda, tetapi pada hakekatnya satu. Dengan kata lain,
seluruh perbedaan yang ada di Indonesia menuju tujuan yang satu atau sama,
yaitu bangsa dan negara Indonesia.
Berbicara mengenai lambang negara kesatuan Republik Indonesia,
lambang Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
ditetapkan secara resmi menjadi bagian dari negara Indonesia melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 1951 pada 17 Oktober 1951 dan
diundangkan pada 28 Oktober 1951 sebagai lambang negara. Usaha pada
masa Majapahit maupun pada masa pemerintahan Indonesia berlandaskan
pada pandangan yang sama, yaitu pandangan mengenai semangat rasa,
kesatuan dan kebersamaan sebagai modal dasar untuk menegakkan negara.
Sementara itu, semboyan “Tan Hana Dharma Mangrwa dipakai
sebagai motto lambang lembaga Pertahanan Nasional(Lemhanas). Makna dari
semboyan itu adalah “tidak ada kebenaran yang bermuka dua”. Namun
Lemhanas kemudian mengubah semboyan tersebut menjadi yang lebih praktis
dan ringkas, yaitu “bertahan karena benar”. Makan “tidak ada kebenaran
bermuka dua”sebenarnya memiliki pengertian agar hendaknya manusia
senantiasa berpengaruh dan berlandaskan pada kebenaran yang satu.

4
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma mangrwa adalah
ungkapan yang memaknai kebenaran aneka unsur kepercayaan pada
Majapahit, tidak hanya siswa dan Buddha, tetapi juga Sejumlah aliran yang
sejak awal telah dikenal lebih dulu sebagian besar anggota masyarakat
Majapahit yang memiliki sifat majemuk.
Sehubungan dengan semboyan Bhinneka Tunggal, cikal bakal dari
Singasari, yakni pada masa Wisnuwardhana sang dhinarmeng ring
Jajaghu(candi Jago), semboyan tersebut dan Candi Jago disempurnakan pada
masa kerajaan Majapahit. Oleh karena itu, kedua simbol tersebut lebih dikenal
sebagai hasil peradaban masa kerajaan Majapahit.
Dari segi agama dan kepercayaan, masyarakat Majapahit merupakan
masyarakat yang majemuk. Selain adanya beberapa aliran agama dan
kepercayaan yang berdiri sendiri, muncul juga gejala sintetisme yang sangat
menonjol antara siswa dan Budha serta pemujaan terhadap roh leluhur.
Namun, kepercayaan pribumi terhadap pertahanan bahkan kepercayaan
pribumi ini memiliki peranan tertinggi dan terbanyak di kalangan mayoritas
masyarakat.
Pada saat itu, masyarakat Majapahit terbagi menjadi beberapa
golongan, pertama, golongan orang-orang Islam yang datang dari barat dan
menetap di Majapahit. Kedua, golongan orang-orang Cina yang mayoritas
berasal dari Canton, Chang-ehou dan Fukien yang kemudian bermukin di
daerah Majapahit.
Namun, banyak dari mereka masuk agama Islam dan ikut menyiarkan
agama Islam. Ketiga, golongan penduduk pribumi. Penduduk pribumi ini jika
berjalan tidak menggunakan alas kaki, rambutnya di sanggul di atas kepala.
Penduduk pribumi sepenuhnya percaya pada roh-roh leluhur.

B. PENETAPAN LAMBANG BHINNEKA TUNGGAL IKA


SEBAGAI PILAR BANGSA INDONESIA
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama kali oleh mpu
Tantular, Pujangga Agung Kerajaan Majapahit yang hidup pada masa
pemerintahan raja Hayam Wuruk, diabad ke-14 1350 sehingga 1389. Susanti
tersebut terdapat dalam karyanya kakawin Sutasoma yang berbunyi Bhinneka
Tunggal Ika, Tan Hana Dharma mangrwa, yang artinya “berbeda-beda itu satu
itu tak ada pengabdian yang Mendua”. Semboyan yang kemudian dijadikan
prinsip dalam kehidupan dalam pemerintahan kerajaan Majapahit itu untuk
mengantisipasi adanya keanekaragaman agama yang dipeluk oleh rakyat
Majapahit pada waktu itu. Meskipun mereka berbeda agama tetapi mereka
tetap satu dalam Pengabdian.
Pada tahun 1951, sekitar 600 tahun setelah pertama kali semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang diungkap oleh mpu Tantular, ditetapkan oleh

5
pemerintah Indonesia sebagai semboyan resmi negara Republik Indonesia
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 1951. Peraturan Pemerintah
tersebut menentukan bahwa sejak 17 Agustus 1950 Bhinneka Tunggal Ika
ditetapkan sebagai semboyan yang terdapat dalam lambang negara Republik
Indonesia, “Garuda Pancasila ,” kata “bhinna ika,” kemudian dirangka
“Bhinneka.” pada perubahan undang-undang 1945 yang kedua Bhinneka
Tunggal Ika dikukuhkan sebagai semboyan resmi yang terdapat dalam
lambang negara dan tercantum dalam pasal 36a UUD 1945 yang menyebutkan
: “ lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika.” dengan demikian Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan
yang merupakan kesepakatan bangsa, yang di dalam undang-undang dasar.
Oleh karena itu untuk dapat dijadikan acuan secara tepat dalam hidup
berbangsa dan bernegara makna Bhinneka Tunggal Ika perlu dipahami secara
tepat dan benar untuk selanjutnya dipahami Bagaimana cara untuk
mengimplementasikan secara tepat dan benar.
Prinsip pluralistik dan multikulturalistik adalah asas yang mengakui
adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa,
adat budaya,, keadaan daerah, dan ras.
Suatu masyarakat yang tertutup ada eksklusif sehingga tidak
memungkinkan terjadinya perkembangan tidak mungkin menghadapi arus
globalisasi yang demikian deras dan kuatnya serta dalam menghadapi
keanekaragaman budaya bangsa. Sifat terbuka yang terarah merupakan syarat
bagi berkembangnya masyarakat.

C. PENERAPAN BHINEKA TUNGGAL IKA


Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda tetapi tetap satu bila
ditengok dari asal-usul kalimat yang tertuang dalam syair Kitab Sutasoma
adalah penggambaran dari dua ajaran atau keyakinan yang berbeda kala itu
namun pada dasarnya memiliki satu kesamaan tujuan.
Mpu Tantular sebagai pencetus kalimat yang tertuang itu tentunya
memahami benar arti dan makna yang tersimpan di dalamnya walaupun
kalimat itu merupakan bentuk pernyataan beliau dari suatu keadaan yang
sedang dialami namun Kenyataan diterapkan dan diterima hingga saat
sekarang ini dan memang seperti itulah seseorang yang populis berani
menyampaikan sesuatu yang belum pernah diperdengarkan sebelumnya dan
menyampaikan dengan bahasa yang populer yaitu bahasa yang bisa diterima
saat itu, saat ini Dan suatu saat yang akan datang.
Perbedaan adalah kenyataan yang tidak bisa terelakkan lagi mulai dari
diri sendiri keluarga masyarakat negara atau dunia jika kita perhatikan malam
yang digantikan siang ini berjalan Selaras tidak saling mendahului tentu rasa
sempurna hari yang terlewati Oleh karena itu keselarasan itu maka dalam
pertemuan malam dengan siang terlahir Fajar yang indah begitu pula siang

6
yang digantikan malam tercipta senja yang penuh misteri hal ini diwujudkan
karena adanya keselarasan alam yang berbeda tetapi bersatu menciptakan hari
lalu Bagaimana dengan perbedaan diantara kita maka bisa berjalan selalu agar
tercipta kedamaian
Para pendiri bangsa Indonesia terdahulu tentu memiliki harapan yang
sangat besar dengan menjadikan Kalimat Bhinneka Tunggal Ika ini sebagai
simbolis Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memahami arti dan
makna yang terkandung dalamnya serta mewujudkan dalam kehidupan sehari-
hari mulai dari diri sendiri berharap bangsa ini berjalan dengan Selaras dan
tumbuh menjadi bangsa yang benar.
Ada beberapa cara untuk menjadikan Bhinneka Tunggal Ika lebih
membumi dalam pribadi masyarakat yang heterogen ini salah satunya yaitu
dengan identitas sosial mutualisme differentiation model dari brewer dan
gaertner 2003 yang diterapkan pada diri setiap individu Dalam bangsa ini.
Mutual differentiation model adalah suatu model di mana seseorang atau
kelompok tertentu yang mempertahankan identitas asal kesukuan atau daerah
namun secara bersamaan ke semua kelompok tersebut juga memiliki suatu
tujuan bersama yang pada akhirnya mempersatukan mereka semua.
Model ini akan memunculkan identitas ganda yang bersifat hierarkis
dengan artian seseorang tidak akan melepaskan identitas asalnya dan memiliki
sesuatu identitas bersama yang lebih tinggi nilainya.

D. KERAGAMAN SUKU BANGSA DI INDONESIA


Di Indonesia banyak terdapat suku bangsa yang tersebar di pulau-pulau
yang ada suku-suku bangsa tersebut diantaranya sebagai berikut
1) Pulau Sumatra: suku aceh, Batak, karo, Mandailing, Melayu, Lampung,
komering, dan Minangkabau
2) Pulau Jawa : suku banten, betawi, baduit, Jawa, karimun, Madurai, dan
tengger
3) Pulau Bali : suku bali
4) Kepulauan Nusa Tenggara: suku Alor, Atoni, Adonara, Beli, Bima,
Bodha, Damar, Dompu, Ende, Flores, Jelong, Kupang,Larantuka,
Lombok, Malboro, Riung
5) Pulau Kalimantan:suku abai, Adang, Banjar, berudu, Bulungan, busang,
Dayak, dusun, melakukan, mudik, pinang, dan tabuyan
6) pulau Sulawesi:suku Ampana, Bada, Bajo, Binongko, Bugis, gimpu,
Kulawi, lampu, makassar, parigi, Selayar, Toli-toli, dan toraja
7) Pulau Maluku : suku aru, buru, Galela, kei, loda, moa, seram, taninar, to
belo
8) pulau Papua :suku Asmat, anggi, Arguni, bisk, bintuni, dani, jakui, mapia,
mikila, moni, Muti, senggi, Sentani, dan waigeo

7
8
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Pemahaman nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika dalam masyarakat Indonesia
dapat wujud secara integral dengan kerjasama seluruh komponen bangsa, baik
oleh pemerintah selaku penyelenggara negara maupun setiap Insan pribadi
warga. Peningkatan sosialisasi aktualisasi pemahaman nilai-nilai Bhineka
Tunggal ikatan harus dilakukan melalui tindakan nyata dalam kehidupan
keseharian seluruh komponen warga dalam rangka memperkuat integrasi
nasional karena Indonesia dengan keberagaman budaya suku atau etnik bahasa
agama kondisi geografis dan strata sosial yang berbeda. Indonesia dengan
gambaran masyarakat majemuk yang dari suku bangsa yang berada di bawah
kekuasaan sebuah sistem nasional termasuk di dalamnya pemerintah yang
menjalankan proses pembangunan masyarakat harus bersinergis untuk
bersama-sama dengan rakyat tanpa memindahkan keberagaman budaya
bahasa agama Suku etnik dan bahkan salah satu sosial mewujudkan cita-cita
bangsa sesuai dengan komitmen bersama berlandaskan nilai-nilai yang
terkandung dalam keaneka tunggal ikatan yang termasuk dalam Pancasila.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/476870441/MAKALAH-BHINNEKA-TUNGGAL-
IKA

10

Anda mungkin juga menyukai