Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REPORT

PENDIDIKAN KEWARGANEGRAAN
“Demokrasi Pancasila Dan Bhineka Tunggal Ika
Solusi Heterogenitas”

Disusun Oleh:

NAMA MAHASISWA : NADILA CEMPAKA HANY


NIM : 4202431016
KELAS : PSPK 20B
DOSEN PENGAMPU : NELLY ARMAYANTI SP M. S. P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang yang telah
memberikan kesehatan untuk saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Adapun judul dari makalah ini adalah Critical Journal Report dimana makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan yang diampu oleh ibu
dosen Nelly Armayanti SP, M. S. P.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen pengampu yang telah memberikan tugas
ini kepada saya, semoga saya dapat menejelaskan hal yang bisa dimengerti dalam makalah ini.

Saya sadar betul makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya mengharap saran
dan kritik dari pembaca da ibu dosen sekalian. Saya harap makalah ini dapat bermanfaat bagi
semuanya.

Stabat, 25 November 2021

Penulis

Nadila Cempaka Hany

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan .................................................................................................. 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 2

BAB 3 PEMBAHASAN ................................................................................................... 6

BAB 4 PENUTUP ............................................................................................................ 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kesatuan yang penuh dengan keragaman. Indonesia terdiri
atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, dll.
Namun Indonesia mampu mepersatukan bebragai keragaman itu sesuai dengan semboyan
bangsa Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” , yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah kepercayaan yang ada di bumi
Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan
kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah
bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok
suku bangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana
mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah
dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir,
dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat
peradaban kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang kami jabarkan diatas, maka dapat diambil beberapa
rumusan masalah guna menunjang isi makalah ini, antara lain : Bagaimana perjalanan
Sejarah tentang Bhineka Tunggal Ika sebagai bentuk identitas Bangsa Indonesia. Kapan
pertama ditetapkannya, penerapan Bhineka Tunggal Ika, dan Pengimplementasiaan
Lambang Bhineka Tunggal Ika pada saat ini?

C. Tujuan
Tujuan yang dapat diperoleh dari Lambang Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetap satu
jua, yang dimana kita sebagai penerus bangsa agar tetap bersatu di era Globalisasi ini.

D. Manfaat
Dari makalah ini dapat kami peroleh manfaat bagi semua orang dan orang yang
membacanya, bahwasanya dalam hidup berbangsa dan bernegara dapat memaknai dan
melakukan apa yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika dan Bisa menjadikan dalam
kehidupan untuk lebih mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi.
Dan juga dapat Memaknai arti Bhineka Tunggal Ika yang saat ini sudah mulai memudar
dan dapat menjaga persatuan Bangsa Indonesia.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang memiliki karakteristi yang unik ini
dapat dilihat dari budaya gotong royong, teposliro, budaya menghormati orang tua (cium tangan),
dan lain sebagainya. Bhinneka Tunggal Ika seperti kita pahami sebagai motto Negara, yang
diangkat dari penggalan kitab Sutasoma karya besar Mpu Tantular pada jaman Kerajaan Majapahit
(abad 14) secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu (berbeda-beda tetapi tetap satu
jua). Motto ini digunakan sebagai ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural, dan
sosial-kultural dibangun diatas keanekaragaman.
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa yang tercantum dan menjadi bagian dari
lambang negara Indonesia, yaitu Garuda Pancasila. Sebagai semboyan bangsa, artinya Bhinneka
Tunggal Ika adalah pembentuk karakter dan jati diri bangsa. Bhinneka Tunggal Ika sebagai
pembentuk karakter dan jati diri bangsa ini tak lepas dari campur tangan para pendiri bangsa yang
mengerti benar bahwa Indonesia yang pluralistik memiliki kebutuhan akan sebuah unsur pengikat
dan jati diri bersama. Bhinneka Tunggal Ika pada dasarnya merupakan gambaran dari kesatuan
geopolitik dan geobudaya di Indonesia, yang artinya terdapat keberagaman dalam agama, ide,
ideologis, suku bangsa dan bahasa.
Di samping itu bangsa Indonesia relatif berhasil membentuk identitas nasional. Beberapa
bentukidentitas bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Bahasa Nasional atau persatuan, bahasa Indonesia.
2. Dasar filsafat Negara yaitu pancasila.
3. Lagu kebangsaan Indonesia Raya.
4. Lambang Negara Garuda Pancasila.
5. Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika
6. Bendera Negara Sang Merah Putih.
7. Konstitusi Negara yaitu UUD 1945.
8. Bentuk Negara kesatuan Republik Indonesia.
9. Konsep Wawasan Nusantara.
10. Kebudayaan daerah yang diterima sebagai kebudayaan nasional.

2
Dari ke-10 identitas bangsa Indonesia tersebut akan dibahas salah satu yaitu mengenai
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang merupaka semboyan pemersatu bangsa Indonesia. UUD
Republik Indonesia menyatakan dengan tegas tentang realitas multikultural Bangsa Indonesia.
Kenyataan tersebut dilukiskan di dalam lambang negara “Bhinneka Tunggal Ika.” Kebhinnekaan
masyarakat dan bangsa Indonesia diakui bahkan dijadikan sebagai dasar perjuangan nasional
permulaan abad ke-20. Untuk itu integrasi nasional bangsa Indonesia pun harus diwujudkan di
tengah masyarakat Indonesia yang majemuk karena masyarakat yang majemuk merupakan salah
satu potensi sumber konflik yang menyebabkan disintegrasi bangsa. Agar identitas bangsa
Indonesia di mata dunia terkenal dengan bangsa yang majemuk tetapi satu dalam keanekaragaman
(suku, bahasa, agama, dll, yang berbeda-beda) semboyan Bhinneka Tunggal Ika harus diwujudkan.
Perbedaan suku, bahasa, agama, serta budaya, telah terbentuk menjadi satu kesatuan yang utuh
(NKRI), yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Keragaman tersebut berdiri tegak dalam
lingkaran persamaan, di bawah naungan satu bendera: bendera Merah Putih. Satu lagu kebangsaan:
lagu Indonesia Raya. Satu bahasa: Bahasa Indonesia. Satu lambang negara, yakni seekor Garuda
yang memiliki azas Pancasila, dan dipadu dengan seuntai kalimat bermakna agung "Bhinneka
Tunggal Ika" sebagai mottonya.
Jika merujuk pada esensi atau inti dari motto "Bhinneka Tunggal Ika" yang hakekatnya
mengandung nilai-nilai nasionalisme, yaitu persatuan, kesatuan, serta kebersamaan untuk satu niat
dan tujuan (visi dan misi), yang dijalin erat oleh rasa persaudaraan. Sudah tentu, keragaman yang
terikat dalam Bhinneka Tunggal Ika adalah aset yang paling berharga bagi bangsa Indonesia untuk
mewujudkan cita-cita luhurnya, yakni menata dan membangun bangsa Indonesia untuk menjadi
bangsa bermartabat yang mampu berdiri sendiri: adil, makmur, damai, sentosa.
Tapi, bagaimana mungkin, Garuda yang konotasi melambangkan eksistensi serta perjalanan
bangsa Indonesia di era kemerdekaan, bisa mengepakkan sayap dan terbang mengangkasa, bila
Pancasila hanya sebatas ruh yang pasif dalam jasadnya, dan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi
penggerak bagi ruh tersebut tidak dinamis, atau tidak bergerak efektif sesuai inti dari kandungan
maknanya.
Dalam demokrasi Indonesia, yang menginduk pada Pancasila dan berorientasi pada Undang-
Undang Dasar 1945, serta mengacu pada Musyawarah Mufakat, nuansa kebebasan yang sudah
diatur dan dilindungi norma-norma atau etika kebangsaan, telah melahirkan kembali berbagai
perbedaan yang kongkrit sebagai bentuk apresiasi dari kedemokrasian tersebut, seperti partai-

3
partai politik, organisasi massa, serta lembaga swadaya masyarakat. Dan maraknya keberadaan
kelompok, perkumpulan atau organisasi-organisasi, baik yang bergerak di bidang politik, sosial
kemasyarakatan ataupun yang lainnya, menunjukan bukti bahwa demokrasi di Indonesia telah
mengalami banyak perubahan dan kemajuan.
Demokrasi Indonesia atau Demokrasi Pancasila yang berazas musyawarah mufakat, yang
secara harfiah menyimpan makna dari nilai-nilai nasionalisme dalam Bhinneka Tunggal Ika, yaitu
kebersamaan yang diikat oleh rasa persaudaraan, yang menjadi manifestasi dari kokohnya
persatuan serta kesatuan untuk satu tujuan, dimana setiap keputusan adalah hasil kesepakatan yang
intensif dari kebersamaan, yang disaring secara jujur dan adil, dan dikembalikan dengan jujur dan
adil pula untuk kebersamaan.
Perbedaan kelompok, perbedaan pendapat dan pemikiran, yang disebut keragaman dalam
demokrasi Indonesia, bisa menjadi penyakit mematikan yang merongrong bangsa Indonesia dalam
mewujudkan cita-cita luhurnya, dan akan menjadi bumerang yang memalukan bagi paham serta
kedemokrasiannya, jika perbedaan atau keragaman tersebut telah saling berbenturan dan tidak lagi
memprioritaskan kepentingan serta tujuan bersama atas nama kebersamaan yang dilandasi oleh
rasa persaudaraan, seperti yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Sejarah panjang penderitaan bangsa Indonesia pun akan terus berlarut, dan Indonesia hanya
akan menjadi bangsa yang didominasi konflik internal di atas kemerdekaanya, jika ruang
demokrasi yang begitu luas memberi kebebasan untuk berekspresi dan beraspirasi, telah
menumbuhkan sikap egois, individualis, apatis, serta sikap mementingkan kelompok atau
golongan. Sikap-sikap tersebut adalah pembunuh kebenaran makna demokrasi, yang tegas
menyatakan bahwa kekuasaan sepenuhnya berada di tangan rakyat, dan rakyatlah yang memegang
kendali dalam sistem pemerintahan, yang kedudukannya berbentuk amanat.
Sikap-sikap yang jelas bertentangan dengan hakekat Bhinneka Tunggal Ika, hanya akan
membawa demokrasi Indonesia ke jurang kebablasan, dimana kedemokrasiannya bukan lagi
media atau alat untuk menegakkan nilai-nilai nasionalisme yang menjadi subjek dari satu niat dan
tujuan (visi dan misi) yang utuh. tetapi, menjadi ajang perseteruan dan menjadi kendaraan untuk
memperebutkan kursi kehormatan yang disebut kekuasaan. Dan Pancasila yang menjadi ruh
bangsa Indonesia, yang seharusnya menjadi tolak ukur bagi pola pikir dan tindakan bangsa
Indonesia untuk merealisasikan tujuan bersama dalam wadah demokrasi, hanya menjadi objek
yang mandul dalam kedemokrasiannya.

4
Dalam hal ini, yang dibutuhkan bangsa Indonesia adalah kesadaran dari setiap individunya
untuk bisa mengevaluasi dan merevisi diri, serta berevolusi untuk sebuah perubahan besar di dalam
diri individunya atau revolusi diri, yang disebut pembinaan moral atau akhlak. karena moral atau
akhlak, merupakan kerangka utama dalam demokrasi Indonesia atau Demokrasi Pancasila yang
disistematikan oleh Bhinneka Tunggal Ika untuk menerapkan kejujuran dan keadilan dalam
kebersamaan, demi menata dan membangun peradaban bangsa Indonesia dalam demokrasi yang
berjiwa amanat: amanat dari amanat, amanat oleh amanat, amanat untuk amanat, tanpa harus
dikotori oleh kebohongan. Sebab kebohongan adalah bentuk pengkhianatan yang tumbuh dari
kemiskinan moral atau akhlak, yang menjadi titik awal dari kebobrokan atau kehancuran.

5
BAB 3
PEMBAHASAN

Demokrasi Pancasila Dan Bhineka Tunggal Ika Solusi


1. Judul Jurnal
Heterogenitas.
2. Nama Jurnal Journal Demokrasi Pancasila
3. Download Cendikia
4. Tahun Terbit 2013
5. Volume Dan Halaman 4 dan 881- 894
6. Penulis Idjang Tjarsono
7. Reviewer Nadila Cempaka Hany
8. Tanggal 25 November 2021
9. Abstrak Penelitian
- Tujuan Penelitian Pertama, apakah peradaban yang kita miliki telah mampu
melahirkan sikap demokrastis? Hal ini mengingat bahwa
peradaban yang modernlah yang melahirkan sikap
demokratis, dan bukan sebaliknya. Modern, dalam hal
ini merujuk pada pola pikir rasional, (bukan emosional
dan bukan primordial) sebagai konsekuensi logis kondisi
pendidikan yang berkaitan erat dengan ekonomi
masyarakat. Sehingga tidak heran jika ada pendapat yang
mengatakan bahwa demokrasi baru bisa terlaksana dengan
baik jika minimal income-perkapita masyarakatnya 3500
US dollar. Kedua, apakah demokrasi yang baik harus seperti
yang berlaku di Negara Eropa Barat atau Amerika?
Peradaban sebagai embrio lahirnya demokrasi merupakan
cerminan dari basis kesadaran identitas suatu komunitas
(bangsa).

- Kata Kunci Pancasila, Unity in Diversity, Democracy, Ideology

6
10. Pendahuluan
- Latar Belakang Predikat demokrasi identik dengan konotasi modern, oleh
Dan Teori karenanya suatu negara akan menjadi bangga jika negaranya
telah menggunakan predikat demokrasi. Demokrasi
merupakan produk peradaban, dan peradaban merupakan
produk basis kesadaran identitas suatu bangsa. Basis
kesadaran identitas sebagai embrio lahirnya peradaban,
sedangkan jika kita melihat basis kesadaran identitas
bangsa Barat (AS dan Eropa Barat) sangatlah jelas
perbedaannya, Negara Barat: individualis, humanis, sekuler,
sedangkan masyarakat Indonesia: individu-sosial, humanis-
religious, agamis. Sehingga sangatlah wajar jika pada
tataran implementasinya demokrasi di Indonesia berbeda
dengan demokrasi yang berkembang di Barat, karena
memang basis kesadaran identitas keduanya sangatlah
berbeda. Sebagai basis kesadaran identitas suatu bangsa
(individualis-sosialis, humanis- religious, agamis) memang
tetap sifatnya, namun pemahaman dan implementasinya
yang senantiasa harus dinamis, dari sinilah akan muncul
konotasi primitive dan modern. Istilah primitive dan modern
sama sekali bukan mengindikasikan baik-buruk, atau maju
tertinggalnya, hanya saja perilaku demokratis adalah produk
peradaban modern.
11. Metode Penelitian
- Langkah Jika kita memperhatikan demokrasi model Barat, maka
Penelitian lebih bersifat kuantitatif, majority, yang banyak adalah yang
benar, baik dan menang, sedangkan pada demokrasi
Pancasila lebih mengutamakan kualitatif
(musyawarahmufakat) baru melalui voting (kuantitatif)
jika memang musyawarah tidak dapat terlaksana.

7
Disamping dalam demokrasi Pancasila tidak ada ruang
untuk oposisi, karena bertolak pada paradigma bahwa
pemerintah, negara dan rakyat adalah satu kesatuan,
sedangkan pada demokrasi liberal (Barat) oposisi diberi
tempat, karena memang mereka bertolak dari paradigm
bahwa rakyat dan pemerintah/negara adalah dua subyek
yang saling berhadap-hadapan dan masing-masing eksis.
- Hasil Penelitian Berkaitan dengan kebebasan individu dalam demokrasi
pancasila, maka kebebasan bukan sekedar kebebasan
melainkan harus diikuti rasa tanggung jawab atas
penggunaan kebebasan tersebut, disinilah ciri demokrasi
Pancasila bahwa tanggungjawab tidak sekedar bersifat
horizontal (sesama manusia) melainkan juga secara vertikal
(tehadap sang Pencipta) yang diartikan sebagai
humanismreligious. Demikian juga perbedaan pendapat
adalah wajar dalam demokrasi Pancasila, namun
penyelesaiannya harus merujuk pada sila ketiga Persatuan
Indonesia.
- Daftar Pustaka As”ad Said Ali, 2010, Negara Pancasila Jalan
Kemasalahatan Berbangsa, LP3ES, Jakarta.
Asshiddiqie, Jimly, 2007, Ideologi Pancasila dan Konstitusi,
Mahkamah Konstitusi, Jakarta
Khaelan, 2004, Pendidikan Pancasila, Paradigma,
Yoyakarta.
Notonagoro, 1974, Pancasila Dasar Falsafah Negara,
Pancuran Tujuh, Jakarta. Salim, Emil, 1979, Sistem
Ekonomi Pancasila, LP3ES, Jakarta
12. Analisis Jurnal
- Kekuatan - Sumber yang digunakan banyak. Sehingga data yang
Penelitian terdapat dalam jurnal memiliki keabsahan yang
jelas.

8
- Pemaparan dari hasil penelitian juga mudah
dipahami dan isinya tidak menggunakan kalimat
yang terlalu baku
- Kelemahan - Jurnal ini sudah bagus hanya saja kurangnya
Penelitian dokumentasi yang dilakukan saat penelitian kurang.
Kesimpulan Setiap bangsa memiliki wawasan (cara pandang) terhadap
diri dan lingkungannya, demikian juga bangsa Indonesia
memiliki cara pandang terhadap dirinya maupun
lingkungannya. Terhadap dirinya, bangsa Indonesia
memandang bahwa wilayah Indonesia adalah kepulauan,
dan bangsa Indonesia adalah heterogen. Sebagai negara
kepulauan (wilayahnya) yang heterogen (bangsanya),
Pancasila sebagai sarana perekat dan Bhineka Tunggal Ika
sebagai komitmen dalam rangka pelaksanaannya Pancasila
dan Bhineka Tunggal Ika, merupakan kebutuhan bagi
kelangsungan hidup bangsa yang wilayahnya kepulauan dan
bangsanya heterogen. Pancasila merupakan ruang yang
13.
nyaman bagi berkembangnya keanekaragaman
(heterogenitas) dan Bhineka Tunggal Ika sebagai basis
kesadaran identitas bangsa yang menempati ruang
Pancasila. Implementasi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika
yang berupa hukum positif tidak akan bermanfaat tanpa
dikuti oleh penegakan hukum. Suatu norma, nilai, aturan,
hukum baru berguna jika ada penegakan hukum, dan hal ini
akan tercipta jika penegak hukum berwibawa. Heterogenitas
adalah de facto dan demokrasi Pancasila adalah solusi dan
ruang dalam mengembangkan heterogenitas dan
BhinekaTunggal Ika adalah jiwa yang mendorong
perkembangan demokrasi pancasila

9
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap bangsa memiliki wawasan (cara pandang) terhadap diri dan lingkungannya,
demikian juga bangsa Indonesia memiliki cara pandang terhadap dirinya maupun
lingkungannya. Terhadap dirinya, bangsa Indonesia memandang bahwa wilayah Indonesia
adalah kepulauan, dan bangsa Indonesia adalah heterogen. Sebagai negara kepulauan
(wilayahnya) yang heterogen (bangsanya), Pancasila sebagai sarana perekat dan Bhineka
Tunggal Ika sebagai komitmen dalam rangka pelaksanaannya Pancasila dan Bhineka
Tunggal Ika, merupakan kebutuhan bagi kelangsungan hidup bangsa yang wilayahnya
kepulauan dan bangsanya heterogen.
Dan dalam jurnal ini telah banyak dijelaskan mengenai demokrasi dan bhineka tunggal
ika, kita sebagai generasi muda hendaknya selalu menganggap demokrasi dan bhineka
tunggal ika dengan pandangan yang baik. Dan selalu bisa menerapkan nya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
B. Saran
Jurnal ini sangat cocok dijadikan bahan untuk mencari sebuah materi dan sangat cocok
untuk mahasiswa untuk bisa mengasah pikiran mengenai demokrasi dan bhineka tunggal
ika.

10
DAFTAR PUSTAKA

Tjarsono, Idjang, 2013, Demokrasi Pancasila Dan Bhineka Tunggal Ika Solusi Heterogenitas,
Jurnal Demokrasi Pancasila, Jakarta, 4, 881- 894

https://www.kompasiana.com/senidanpemikiran.blogspot.com/550e8584a33311ad2dba810e/bhi
neka-tunggal-ika-dalam-demokrasi-indonesia

https://transnasional.ejournal.unri.ac.id/index.php/JTS/article/view/1211

11

Anda mungkin juga menyukai