Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya hantarkan kepada Allah SAW yag telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas untuk memenuhi mata kuliah Pendidikan Kewarga Negaraan,
dengan judul:BHINEKA TUNGGAL IKA

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan saya, oleh karena itu, saya berharap
segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak,
akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Pacitan, 30 November 2019

Imam Tamami

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
1.3. Tujuan...........................................................................................................................................2
1.4. Manfaat.........................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................3
2.1. Sejarah Bhineka Tunggal Ika........................................................................................................3
2.2. Penetapan Lambang Bhineka Tunggal Ika sebagai Pilar Bangsa Indonesia..................................4
2.3. Penerapan Bhineka Tunggal Ika...................................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................................9
PENUTUPAN.........................................................................................................................................9
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kesatuan yang penuh dengan keragaman. Indonesia terdiri atas
beraneka ragam budaya, bahasa daerah, suku bangsa, agama dan kepercayaan, Namun
Indonesia mampu mempersatukan berbagai keragaman itu sesuai dengan semboyan bangsa
Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”. yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah kepercayaan yang ada di bumi
Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan
kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah
bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok, suku
bangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka
tinggal tersebar dipulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan
kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran
rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban
kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.

Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi


kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada
di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesi
juga ikut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga mencerminkan
kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan
tingkat keaneka ragaman budaya yang tinggi. Tidak saja keaneka ragaman budaya kelompok
suku bangsa, namun juga keaneka ragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional
hingga kemoderan, dan kewilayahan. Dengan keaneka ragaman kebudayaannya Indonesia
dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang memiliki karakteristik yang
unik ini dapat dilihat dari budaya gotong royong, teposliro, budaya menghormati orang tua
(cium tangan), dan lain sebagainya.Bhinneka Tunggal Ika seperti kita pahami sebagai motto
Negara, yang diangkat dari penggalan kitab Sutasoma karya besar Mpu Tantular pada jaman
Kerajaan Majapahit(abad 14) secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu
(berbeda-beda tetapi tetap satu jua). Motto ini digunakan sebagai ilustrasi dari jati diri bangsa
Indonesia yang secara natural, dan sosial-kultural dibangun diatas keaneka ragaman.

1
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa yang tercantum dan menjadi bagian
dari lambang negara Indonesia, yaitu Garuda Pancasila. Sebagai semboyan bangsa, artinya
Bhineka Tunggal Ika adalah pembentuk karakter dan jati diri bangsa. Bhineka Tunggal Ika
sebagai pembentuk karakter dan jati diri bangsa ini tak lepas dari campur tangan para pendiri
bangsa yang mengerti benar bahwa Indonesia yang memiliki kebutuhan akan sebuah unsur
pengikat dan jati diri bersama. Bhineka Tunggal Ika pada dasarnya merupakan gambaran dari
kesatuan geopolitik dan geobudaya di Indonesia, yang artinya terdapat keberagaman dalam
agama, ide, suku bangsa dan bahasa.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang kami jabarkan diatas, maka dapat diambil beberapa
rumusan masalah guna menunjang isi makalah ini, antara lain :

1. Bagaimana perjalanan Sejarah tentang Bhineka Tunggal Ika sebagai bentuk identitas
Bangsa Indonesia.?
2. Bagaimana penetapan lambang Bhineka Tunggal Ika sebagai pilar Bangsa Indonesia?
3. Bagaimana penerapan Bhineka Tunggal Ika.?
4. Bagaimana Implementasi Bhineka Tunggal Ika dan cita-cita luhur Bangsa Indonesia?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui perjalanan sejarah tentang Bhineka Tunggal Ika sebagai bentuk
identitas bangsa
2. Untuk mengetahui lambang Bhineka Tunggal Ika sebagai pilar bangsa Indonesia.
3. Untuk mengetahui penerapan Bhineka Tunggal Ika
4. Untuk mengetahui Implementasi Bhineka Tunggal Ika dan cita-cita luhur Bangsa
Indonesia

1.4. Manfaat
Dari makalah ini dapat kami peroleh manfaat bagi semua orang dan orang yang
membacanya, bahwasanya dalam hidup berbangsa dan bernegara dapat memaknai dan
melakukan apa yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika dan Bisa menjadikan dalam
kehidupan untuk lebih mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi.
serta dapat Memaknai arti Bhineka Tunggal Ika yang saat ini sudah mulai memudar dan
dapat menjaga persatuan Bangsa Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Bhineka Tunggal Ika

Awalnya, semboyan yang dijadikan semboyan resmi Negara Indonesia sangat panjang,
yaitu Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrawa. Semboyan BhinekaTunggal Ika
dikenal untuk pertama kalinya pada masa Majapahit era kepemimpinan Wisnu wardhana.
Perumusan semboyan Bhineka Tunggal Ika ini dilakukan oleh MpuTantular dalam kitab
Sutasoma.

Perumusan semboyan ini pada dasarnya merupakan pernyataan kreatif dalam usaha
mengatasi keaneka ragaman kepercayaan dan keagamaan. Hal itu dilakukan sehubungan usaha
bina Negara kerajaan Majapahit saat itu. Semboyan Negara Indonesia ini telah memberikan
nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan. Bhineka Tunggal Ika
pun telah menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam kitab Sutasoma, definisi Bhineka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan
dalam hal kepercayaan dan keaneka ragaman agama yang ada di kalangan masyarakat
Majapahit. Namun, sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, konsep Bhineka
Tungggal Ika bukan hanya perbedaan agama dan kepercayaan menjadi fokus, tapi pengertiannya
lebih luas. Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara memiliki cakupan lebih luas, seperti
perbedaan suku, bangsa, budaya (adat istiadat), beda pulau, dan tentunya agama dan kepercayaan
yang menuju persatuan dan kesatuan Nusantara.

Jika diuraikan kata per kata, Bhineka berarti Berbeda, Tunggal berarti Satu, dan Ika
berarti Itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa walaupun berbeda-beda, tapi pada hakekatnya satu.
Dengan kata lain, seluruh perbedaan yang ada di Indonesia menuju tujuan yang satu atau sama,
yaitu bangsa dan Negara Indonesia.Berbicara mengenai lambang Negara Kesatuan Republik
Indonesia, lambing Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditetapkan secara
resmi menjadi bagian dari Negara Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
1951 pada 17 Oktober 1951 dan diundang-undangkan pada 28 Oktober 1951 sebagai Lambang
Negara. Usaha pada masa Majapahit maupun pada masa pemerintahan Indonesia berlandaskan
pada pandangan yang sama, yaitu pendangan mengenai semangat rasa persatuan, kesatuan dan
kebersamaan sebagai modal dasar untuk menegakkan Negara.

Sementara itu, semboyan “Tan Hana Darma Mangrawa dipakai sebagai motto lambang
Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas). Makna dari semboyan itu adalah“ Tidak ada
kebenaran yang bermuka dua”. Namun, Lemhanas kemudian mengubah semboyan tersebut
mejadi yang lebih praktis dan ringkas, yaitu “Bertahan karena benar”. Makna “Tidak ada

3
kebenaran bermuka dua” sebenarnya memiliki pengertian agar hendaknya manusia senantiasa
berpegangan dan berlandaskan pada kebenaran yang satu. Semboyan Bhineka Tunggal Ika Tan
Hana Darma Mangrwa adalah ungkapan yang memaknai kebenaran aneka unsur kepercayaan
pada Majapahit. Tidak hanya Siwadan Budha, tapi juga sejumlah aliran (sekte) yang sejak awal
telah dikenal lebih dulu sebagian besar anggota masyarakat Majapahit yang memiliki sifat
majemuk.

2.2. Penetapan Lambang Bhineka Tunggal Ika sebagai Pilar Bangsa Indonesia
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama kali oleh Mpu
Tantular, pujangga agung kerajaan Majapahit yang hidup pada masa pemerintahan Raja Hayam
wuruk, di abad ke empat belas (1350-1389).ditahun tersebut terdapat dalam karyanya; kawin
Sutasoma yang berbunyi “. Bhinna ika tunggal ika, tan hana dharma mangrwa, “ yang artinya
“Berbeda- beda itu, satu itu, tak ada pengabdian yang mendua”.

Semboyan yang kemudian dijadikan prinsip dalam kehidupan dalam pemerintahan


kerajaan Majapahit itu untuk mengantisipasi adanya keaneka ragaman agama yang dipeluk oleh
rakyat Majapahit pada waktu itu. Meskipun mereka berbeda agama tetapi mereka tetap satu
dalam pengabdian. Pada tahun 1951, sekitar 600 tahun setelah pertama kali semboyan
BhinnekaTunggal Ika yang diungkap oleh Mpu Tantular, ditetapkan oleh pemerintah Indonesia
sebagai semboyan resmi Negara Republik Indonesia dengan Peraturan Pemerintah No.66 tahun
1951. Peraturan Pemerintah tersebut menentukan bahwa sejak 17 Agustus 1950, Bhinneka
Tunggal Ika ditetapkan sebagai semboyan yang terdapat dalam Lambang Negara.

Republik Indonesia, “Garuda Pancasila” Kata “bhinna ika” kemudian dirangkai menjadi
satu kata “bhinneka”. Pada perubahan UUD 1945 yang kedua, Bhinneka Tunggal Ika
dikukuhkan sebagai semboyan resmi yang terdapat dalam Lambang Negara, yang tercantum
dalam pasal 36 UUD 1945 yang menyebutkan : Lambang Negara ialah Garuda Pancasila
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika”.

Dengan demikian,Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang merupakan


kesepakatan bangsa, yang ditetapkan dalam UUD . Oleh karena itu untuk dapat dijadikan acuan
secara tepatdalam hidup berbangsa dan bernegara, makna Bhinneka Tunggal Ika perlu difahami
secara tepat dan benar untuk selanjutnya difahami bagaimana cara untuk mengimplementasikan
secara tepat dan benar pula.

Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam kehidupan
yang terikat dalam suatu kesatuan. Prinsip pluralistik dan multikulturalistik adalah asas yang
mengakui adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat
budaya, keadaan daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai serta
didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman tersebut dalam kesatuan
yang kokoh. Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa,

4
tetapi merupakan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa, untuk
selanjutnya diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam
menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.

Suatu masyarakat yang tertutup atau eksklusif sehingga tidak memungkinkan terjadinya
perkembangan tidak mungkin menghadapi arus globalisasi yang demikian deras dan kuatnya,
serta dalam menghadapi keanekaragaman budaya bangsa. Sifat terbuka yang terarah merupakan
syarat bagi berkembangnya masyarakat modern. Sehingga keterbukaan dan berdiri sama tinggi
serta duduk sama rendah, memungkinkan terbentuknya masyarakat yang pluralistik secara
koeksistensi, saling hormat menghormati, tidak merasa dirinya yang paling benar dan tidak
memaksakan kehendak yang menjadi keyakinannya kepada pihak lain. Segala peraturan
perundang-undangan khususnya peraturan daerah harus mampu mengakomodasi masyarakat
yang pluralistic dan multikutural, dengan tetap berpegang teguh pada dasar negara Pancasila dan
UUD1945. Suatu peraturan perundang-undangan, utamanya peraturan daerah yang memberi
peluang terjadinya perpecahan bangsa, atau yang semata-mata untuk mengakomodasi
kepentingan unsur bangsa harus dihindari. Suatu contoh persyaratan untuk jabatan daerah harus
dari putra daerah, menggambarkan sempitnya kesadaran nasional yang semata-mata untuk
memenuhi aspirasi kedaerahan, yang akan mengundang terjadinya perpecahan. Hal ini tidak
mencerminkan penerapan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut
secara konsisten akan terwujud masyarakat yang damai, aman, tertib, teratur, sehingga
kesejahteraan dan keadilan akan terwujud.

2.3. Penerapan Bhineka Tunggal Ika

Pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an masyarakat multikultural/majemuk


sebagai pilar nasionalisme, sekaligus untuk memberi wacana dan sumbang saran kepada semua
pihak, terutama para pelaksana dan penentu kebijakan diberbagai instansi tekait, agar dapat
dijadikan tambahan acuan dalam menentukan peraturan berkaitan dengan aktualisasi pemahaman
nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an oleh masyarakat multikultural sebagai pilar nasionalisme
yang kokoh menghadapi perubahan global Kalimat yang terpampang pada pita putih yang
tercengkeram oleh kaki burung garuda, lambang negara Indonesia yaitu BHINEKA TUNGGAL
IKA memiliki makna yang menggambarkan keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia,
meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya merupakan satu kesatuan Indonesia.

Bhinneka tunggal ika yang berarti berbeda tetapi satu, bila ditengok dari asal usul
kalimatnya yang tertuang dalam syair kitab suta soma adalah penggambaran dari dua ajaran atau
keyakinan yang berbeda kala itu, namun pada dasarnya memiliki satu kesamaan tujuan.

Empu Tantular sebagai pencetus kalimat yang tertuang itu tentunya memahami benar arti
dan makna yang tersimpan di dalamnya. Walaupun kalimat itu merupakan bentuk pernyataan
beliau dari suatu keadaan yang sedang dialami, namun kenyataannya dapat diterapkan dan

5
diterima hingga saat sekarang ini. Dan memang seperti itulah. seorang yang populis, berani
menyampaikan sesuatu yang belum pernah diperdengarkan sebelumnya dan menyampaikan
dengan bahasa yang populer, yaitu bahasa yang bisa diterima saat itu, saat ini dan suatu saat yang
akan datang.

Hanya orang bijaklah yang mampu menyampaikan kata-katanya dengan bahasa yang
dapat dipahami atau dimengerti oleh masing-masing pendengar atau pembacanya sesuai tingkat
pemahamannya masing-masing. Sangat beragam juga bila kita dapat mengartikan bhinneka
tunggal ika dalam perwujudan sehari-hari. Bhinneka tunggal ika dalam kehidupan sehari-hari
seringkali ditemui, namun untuk memahaminya terkadang masih terasa sulit, apalagi
mengakuinya. Ada ungkapan yang menyatakan “perbedaan adalah rahmat” dan inipun terkadang
menjadi bahan perdebatan.

Matahari dan bulan itu berbeda akan tetapi saling menerangi bumi, siang dan malam itu
berbeda tetapi saling melengkapi hari, laki-laki dan perempuan beda tapi saling mengisi dalam
kehidupan, salah dan benar, baik dan buruk yang Tuhan ciptakan tentu tidak dapat disangkal,
lalu mengapa Tuhan ciptakan itu semua? Apabila perbedaanitu seharusnya tidak perlu ada,
apakah kemudian kita berpikir bagaimana sebaiknya Tuhan? Mengakui perbedaan terkadang
terasa sulit seperti halnya mengakui kebenaran orang lain dari pada melihat sisi salahnya. Tangan
dan kaki, telinga dan mata, yang kanan dan kiri memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda tetapi
saling menyempurnakan bentuk manusia itu secara utuh. Ketika dalam satu keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anaknya masing-masing memiliki perbedaan pendapat apakah itu tidak
boleh? Dan apabila si anak memiliki keinginan yang bertentangan dengan orang tuanya apakah
kemudian menjadikan terputusnya hubungan darah? Kemudian apabila alam semesta yang
beraneka ragam ini tercipta karena adanya hubungan Tuhan dengan ciptaan-Nya,apakah akan
menjadikan putusnya hubungan, apabila ciptaan tidak mengakui penciptanya? Perbedaan adalah
kenyataan yang tidak bisa terelakan lagi, mulai dalam dirisendiri, keluarga, masyarakat, negara
atau dunia.

Jika kita perhatikan malam yang digantikan siang, ini berjalan selaras tidak saling
mendahului tentu terasa sempurna hari yang terlewati, oleh karena keselarasan itu maka dalam
pertemuan malam dengan siang terlahir fajar yang indah, begitu pula siang yang digantikan
malam tercipta senja yang penuh misteri, hal itu terwujud karena adanya keselarasan alam yang
berbeda tetapi bersatu menciptakan hari. Lalu bagaimana dengan perbedaan diantara kita, apakah
bisa berjalan selaras agar tercipta kedamaian?

Para pendiri bangsa Indonesia terdahulu tentu memiliki harapan yang sangat besardengan
menjadikan kalimat “BHINNEKA TUNGGAL IKA” ini sebagai simbolis Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dengan memahami arti dan makna yang terkandung didalamnya serta
dengan mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari dirisendiri, berharap bangsa ini
berjalan dengan selaras dan tumbuh menjadi bangsa yang besar.

6
Bangsa Indonesia menjadikan Pancasila sebagai landasan ideologi yang berjiwa
persatuan dan kesatuan wilayah dengan tetap menghargai serta menghormati ke-Bhinneka
Tunggal Ika-an (persatuan dalam perbedaan) untuk setiap aspek kehidupannasional guna
mencapai tujuan nasional. Artinya, sudah menjadi hal yang tidak dapat dinafikan bahwa
masyarakat Indonesia itu jamak, plural, dan daerah yang beragam,terdiri dari berbagai macam
suku, bahasa, adat-istiadat dan kebiasaan, agama,kepercayaan kekayaan yang terbentang dari
Sabang sampai Merauke.

Oleh karena itu nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an harus diwujudkan dan
diaktualisasikan dalamkehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Implementasinya
dalam kehidupannasional adalah, memahami kemajemukan sosial dan budaya atau
multikulturalismesebagai dasar untuk membangun kehidupan bermasyarakat, bernegara dan
berbangsa.Pemahaman terhadap nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dimaksud
adalahmenerapkan atau melaksanakan nilai-nilai Ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam
kehidupansehari-hari, baik secara individu, kelompok masyarakat, dan bahkan secara
nasional,mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta pertahanan nasional
diseluruh lapisan masyarakat yang jumlahnya besar (sekitar 230 juta jiwa) dan beragam,sehingga
tercipta stabilitas nasional yang kondusif untuk pembangunan masyarakatsejahtera, adil-makmur
dan merata.

Sepanjang era reformasi Indonesia menampilkan banyak kesaksian peristiwa


yangmenunjukkan perubahan kehidupan warga, baik secara individu atau kelompok, dalam
berkehidupan kemasyarakatan, kehidupan berkenegaraan, dan kehidupan berkebangsaan Faktor
utama mendorong terjadinya proses perubahan tersebutadalah pemahaman nilai-nilai ke-
Bhinneka Tunggal Ika-an, baik oleh rakyat, dan bahkan pemimpin atau penguasa
mengindikasikan gejala memudar. Kondisi ini dapat dilihat darikecenderungan terjadinya konflik
antar individu, kelompok masyarakat yang berbedaagama, ras, suku/etnik, budaya, dan berbeda
kepentingan, serta rendahnya moral penguasa seperti banyaknya kepala daerah dan anggota
dewan yang terjerat hukum akibatkorupsi.

Pada masa kepemimpinan Ir.Soekarno, beliau pernah melakukan usaha mempersatukan


seluruh bangsa dengan jargon “Ganyang Malaysia”, “Amerika kitaSeterika”, “Jepang kita
Panggang”, dan “Inggris kita Linggis” dimana pada kesempatan tersebut beliau menebar
propaganda bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki musuh bersama yaitu Malaysia,
Jepang, Amerika dan Inggris.

Dengan adanya Ultimate Goal maka persatuan akan semakin kuat dikarenakan
tumbuhnya perasaan senasib-sepenanggungan dalam masyarakat sebangsa dan setanahair.
Perasaan, semangat dan tujuan seperti itulah yang akan membuat masyarakat heterogen menjadi

7
bersatu, membentuk suatu identitas sosial nasional yang lebih kuat daripada kepentingan
kelompok, golongan dan pribadi.

Dengan mengakui perbedaan dan menghormati perbedaan itu sendiri ditambah kuatnya
mempertahankan ikrar satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa merupakan suatu model identitas
sosial yang sangat baik dalam bangsa ini. Sehingga terjalin kerjasama antar semua golongan
tanpa pernah menyinggung perbedaan karena memiliki suatutujuan utama dan kebanggaan
bersama atas persatuan bangsa.

Toleransi dalam konteks kehidupan berbangsa adalah sikap menghargai satu samalain,
melarang adanya dikriminasi dan ketidak-adilan dari kelompok mayoritas terhadap minoritas,
baik secara suku, budaya dan agama dengan tujuan untuk mewujudkan cita-cita luhur bersama.

Selain masalah kebangsaan, tantangan kedepan pada masa mendatang dari bangsa ini
adalah menghadapi era globalisasi ekonomi, kapitalisme yang menggurita, imperialis,orientalis,
penyusupan paham-paham menyimpang dari pihak luar, serta dari dalam negeri sendiri seperti
pengkhianatan, fundamentalis dan ‘barisan sakit hati’ yang bertujuan memperkeruh keadaan,
menyulut konflik dan kesenjangan sehingga terjadiaksi-aksi dengan hasil keadaan yang
menjauhkan kita dari jalur pencapaian cita-citaluhur.

8
BAB III

PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan
Pemaaman nilai-nilai Bhinneka-Tunggal Ika dalam masyarakat Indonesia dapatwujud
secara integral dengan kerjasama seluruh komponen bangsa, baik oleh pemerintah selaku
penyelenggara negara maupun setiap insan pribadi warga. Peningkatan sosialisasi aktualisasi
pemahaman nilai- keseharian seluruh kompenen warga dalam rangka memperkuat integrasi
nasional, karena Indonesia dengan keberagaman budaya,suku/etnik, bahasa, agama, kondisi
geografis, dan strata sosial yang berbeda. Indonesia dengan gambaran masyarakat majemuk yang
terdiri dari suku-suku bangsa yang beradadi bawah kekuasaan sebuah sistem nasional, termasuk
di dalamnya pemerintah yang menjalankan proses pembangunan masyarakat harus bersinergis
untuk bersama-samadengan rakyat tanpa membedakan keberagaman budaya, bahasa, agama,
suku/etnik, dan bahkan strata sosial, mewujudkan cita-cita bangsa sesuai dengan komitmen
bersama, berlandaskan nilai-nilai yang terkandung dalam ke-Bhinneka Tungal Ika-an
yangtermaktub dalam Pancasila. Ciri kemajemukan masyarakat Indonesia yang
terintegrasisecara nasional adalah sangat penting sebagai kekayaan dan merupakan potensi
yangdapat dikembangkan sehingga dapat dimanfaatkan dalam sistem komunikasi sebagaiacuan
utama bagi menunjukkan jati diri bangsa Indonesia sebagai nasionalisme

Peningkatan pemahaman terhadap kemajemukan sosial budaya sebagai pencitraan dari


budaya bangsa Indonesia yang semakin dewasa merupakan upaya membangun citradiri
didasarkan aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka-an yang dimiliki, dapat menjadi
investasi yang diandalkan pada pelaksanaan pembangunan nasional sebagaisalah satu pilar
demokrasi. Untuk itu diharapkan tindakan nyata oleh pemerintah agar memaknai pentingnya
kondisi kemajemukan yang terintegrasi secara nasional melalui wawasan kebangsaan di era
globalisasi saat ini untuk menjaga kedaulatan NKRI. Untuk merealisasikan harapan ini,
masyarakat dan segenap komponen bangsa harus lebihdewasa dalam mengaktualisasikan
pemahaman nila-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-andalam mewujudkan integrasi nasional di
negara yang dikenal dengan kemajemukannya berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 demi
pencapaian tujuan nasional.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37948606/MAKALAH_BHINEKA_TUNGGAL_IKA_

10

Anda mungkin juga menyukai