Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
KEBHINEKAAN DALAM BERBANGSA DAN BERTANAH AIR
INDONESIA

(Disusun untuk memenuhi projek UAS mata kuliah Pendidikan Pancasila)


Dosen Pengampu: Nunu M. Firdaus, M.Pd

Disusun Oleh:

Aprillya Nurizki 23210028


Puja Sri Rahayu 23210007
Ayu Lestari 23210109
Emi Mutiara 23210031
Yorensina Anip Kalakmabin 23210020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA
IKIP SILIWANGI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan artikel ini dengan baik. Artikel ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Kami menyadari pentingnya pemahaman mengenai pentingnya Kebhinekaan dalam berbangsa
dan bertanah air di Indonesia. Dalam penyusunan artikel ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila, yang telah memberikan arahan dan bimbingan
sehingga artikel ini dapat terselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah memberikan dukungan dan inspirasi dalam proses penulisan artikel
ini.

Kami berharap artikel ini dapat memberikan pemahaman yang jelas mengenai
Kebhinekaan khususnya makna Bhineka Tunggal Ika, serta bermanfaat bagi pembaca yang
ingin mengetahui lebih lanjut tentang konsep Kebhinekaan. Kami juga mengakui bahwa artikel
ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran untuk perbaikan artikel
ini sangat kami harapkan demi kesempurnaan isi dan mutu artikel ini di masa yang akan iiating.

Akhir kata, kami berharap artikel ini tidak hanya sekadar menjadi tugas akademis
semata, tetapi juga dapat menginspirasi dan mendorong pembaca untuk terus mendalami dan
menghargai arti Kebhinekaan.

Cimahi, 21 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Makna Bhineka Tunggal Ika ................................................................... 4
B. Praktik-praktik penerapan kebhinekaan dalam kehidupan sehari-hari ... 5
C. Hambatan-hambatan penerapan Bhineka Tunggal Ika ........................... 6
D. Mitigasi hambatan penerapan Bhineka Tunggal Ika ............................... 7

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 8


2.1. Kesimpulan ............................................................................................. 8
2.2. Saran ....................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tulisan ini akan membahas tentang pentingnya memupuk Bhineka Tunggal Ika dalam
masyarakat. Bhineka Tunggal Ika merupakan moto negara Indonesia yang berasal dari bahasa
Jawa yang berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu". Moto ini menggambarkan keberagaman
budaya, suku, agama, dan bahasa yang ada di Indonesia yang harus dihargai dan dijaga.
Indonesia memiliki beragam suku bangsa yang memiliki adat istiadat, bahasa, dan kepercayaan
yang berbeda-beda. Keberagaman ini menjadi kekayaan Indonesia dan menjadi identitas
bangsa yang kuat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kita sering melihat perpecahan dan
konflik yang berbasis perbedaan tersebut.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memupuk Bhineka Tunggal Ika agar
keberagaman ini tetap menjadi kekuatan positif bagi bangsa. Memupuk Bhineka Tunggal Ika
berarti kita harus menghargai perbedaan, menghormati hak-hak orang lain, dan menerima
keberagaman dengan tangan terbuka.

Salah satu cara untuk memupuk Bhineka Tunggal Ika adalah dengan meningkatkan
pemahaman dan toleransi antar budaya. Pendidikan multikultural dapat menjadi sarana untuk
mengajarkan nilai-nilai keberagaman kepada generasi muda. Dalam lingkungan sekolah, siswa
dapat diajarkan tentang keberagaman budaya dan diajak untuk saling menghormati dan bekerja
sama tanpa memandang perbedaan. Selain itu, penting juga untuk membangun dialog dan
komunikasi yang baik antara kelompok-kelompok yang berbeda. Dengan saling mendengarkan
dan memahami, kita dapat menemukan kesamaan dan memecahkan perbedaan dengan cara
yang damai dan konstruktif.

Pemerintah dan lembaga masyarakat juga memegang peranan penting dalam memupuk
Bhineka Tunggal Ika. Mereka dapat mengadakan acara-acara yang mempromosikan
keberagaman, seperti festival budaya, seminar, dan lokakarya. Selain itu, pemerintah juga perlu
melindungi hak-hak semua warga negara tanpa memandang perbedaan. Dalam kesimpulannya,
memupuk Bhineka Tunggal Ika sangat penting dalam membangun masyarakat yang harmonis
dan damai. Keberagaman budaya di Indonesia harus dijaga dan dihargai oleh setiap individu.
Dengan saling menghormati dan bekerja sama, kita dapat menciptakan Indonesia yang kuat
dan maju.

1
1.2.Rumusan Masalah
a. Apa itu makna Bhineka Tunggal Ika?
b. Bagaimana cara praktik Kebhinekaan dalam kehidupan sehari-hari?
c. Apa yang menjadi hambatan-hambatan penerapan Bhineka Tunggal Ika dan bagaimana
mitigasinya?

1.3.Tujuan
a. Untuk mengetahui makna Bhineka Tunggal Ika
b. Untuk mengetahui praktik Kebhinekaan dalam kehidupan sehari-hari
c. Untuk mengetahui mitigasi dari hambatan-hambatan penerapan Bhineka tunggal ika

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Bhineka Tunggal Ika


Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan nasional Indonesia yang memiliki arti
"berbeda-beda tetapi tetap satu" atau "dalam perbedaan, tetap ada persatuan". Semboyan ini
menggambarkan pentingnya menghargai dan menyatukan keberagaman budaya, suku, agama,
dan bahasa yang ada di Indonesia.

Makna Bhineka Tunggal Ika adalah bahwa meskipun Indonesia terdiri dari beragam
suku, agama, ras, dan budaya, bangsa Indonesia tetap menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Keberagaman tersebut diakui, dihargai, dan disatukan dalam semangat persatuan.

Bhineka Tunggal Ika juga mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan dan


memperlakukan semua orang dengan adil tanpa memandang latar belakang mereka. Semboyan
ini mengingatkan kita bahwa keberagaman adalah kekayaan dan kekuatan bangsa Indonesia.
Sejarah Bhineka Tunggal Ika bermula pada abad ke-14 Masehi di pulau Jawa, Indonesia, pada
masa Kerajaan Majapahit. Semboyan ini pertama kali ditemukan dalam kitab kakawin
Sutasoma karya Mpu Tantular yang digubah pada masa kekuasaan Raja Rajasanagara
Majapahit yang tersohor yaitu Hayam Wuruk.

Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular semasa
Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Istilah tersebut tercantum dalam bait 5 pupuh 139. Bait
ini secara lengkap seperti di bawah ini:

Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,


Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan:

Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.

3
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?

Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal

Terpecah belahlah itu, tetapi satu jualah itu.

Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” yang semula menunjukkan semangat toleransi


keagamaan, kemudian diangkat menjadi semboyan bangsa Indonesia. Sebagai semboyan
bangsa konteks permasalahannya bukan hanya menyangkut toleransi beragama tetapi jauh
lebih luas seperti yang umum disebut dengan istilah suku, agama, ras, dan antar golongan
(SARA). Semboyan itu dilukiskan di bawah lambang negara Indonesia yang dikenal dengan
nama Garuda Pancasila. Lambang negara Indonesia lengkap dengan semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika” telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951 tentang
Lambang Negara.

Jika dianalisis, semboyan “Bhinneka Tungga Ika” yang berasal dari bahasa Sansekerta
itu terdiri dari kata “Bhinneka”, “Tunggal”, dan “Ika”. Kata “Bhinneka” berasal dari kata
“Bhinna” dan “Ika”. “Bhinna” artinya berbeda-beda dan “Ika” artinya
itu. Jadi, kata “Bhinneka” berarti “yang berbeda- beda itu”. Analisa lain menunjukkan bahwa
kata “bhinneka” terdiri dari unsur kata “bhinn-a-eka”. Unsur “a” artinya tidak, dan “eka”
artinya satu. Jadi, kata “bhinneka” juga dapat berarti “yang tidak satu”. Sedangkan kata
“Tunggal” artinya satu, dan “Ika” artinya itu. Berdasarkan analisa tersebut dapat disimpulkan
bahwa semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” berarti “yang berbeda-beda itu dalam yang satu itu”
atau “beranekaragam namun satu jua”. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika hampir sama artinya
dengan semboyan negara Amerika Serikat.

Dengan memahami dan menerapkan makna Bhineka Tunggal Ika, kita dapat menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia serta menciptakan masyarakat yang harmonis dan
damai.ineka Tunggal Ika merupakan semboyan nasional Indonesia yang memiliki arti
"berbeda-beda tetapi tetap satu" atau "dalam perbedaan, tetap ada persatuan". Semboyan ini
menggambarkan pentingnya menghargai dan menyatukan keberagaman budaya, suku, agama,
dan bahasa yang ada di Indonesia.

4
B. Praktik-praktik penerapan kebhinekaan dalam kehidupan sehari-hari

Praktik-praktik penerapan Kebhinekaan dalam kehidupan sehari-hari merupakan


keharusan yang penting untuk menjaga harmoni dan kesatuan di antara masyarakat Indonesia
yang beragam. Berikut adalah beberapa praktik praktik penerapan kebhinekaan dalam
kehidupan sehari-hari:

1. Menghargai Perbedaan

Salah satu praktik penerapan kebhinekaan adalah dengan menghargai perbedaan. Kita
harus menghargai perbedaan agama, suku, budaya, dan bahasa yang ada di sekitar kita.
Dengan menghargai perbedaan, kita dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

2. Menjaga Kerukunan

Kerukunan antar sesama adalah kunci dalam memperkuat kebhinekaan. Kita harus
menjaga kerukunan dengan tetangga, teman, dan lingkungan sekitar. Dengan menjaga
kerukunan, kita dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai.

3. Mengenal Budaya Lain

Mengenal budaya lain juga merupakan praktik penerapan kebhinekaan. Kita dapat
mengenal budaya lain dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di sekitar kita.
Selain itu, kita juga dapat membaca buku atau menonton film yang mengangkat budaya
lain.

4. Menggunakan Bahasa yang Baik dan Benar

Menggunakan bahasa yang baik dan benar juga merupakan praktik penerapan
kebhinekaan. Kita harus menghindari penggunaan bahasa yang kasar atau mengandung
unsur SARA. Dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, kita dapat menciptakan
lingkungan yang nyaman dan aman bagi semua orang.

Dengan menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat
membangun kerukunan dan kebersamaan dalam masyarakat Indonesia yang beragam, menjaga
harmoni sosial, dan menciptakan suasana yang nyaman dan aman untuk semua cipta.

5
C. Hambatan-hambatan penerapan Bhineka Tunggal Ika

Beberapa hambatan yang dapat menghalangi penerapan konsep Bhinneka Tunggal Ika di
Indonesia meliputi:

1. Stereotip dan Prasangka:


Prasangka terhadap kelompok lain atau stereotip negatif dapat menjadi penghalang
utama dalam menerapkan keragaman. Ini bisa menghambat proses pengenalan yang
lebih baik antar-kelompok.
2. Ketidakseimbangan Sosial dan Ekonomi:
Ketimpangan sosial dan ekonomi antar-kelompok dapat menciptakan ketegangan dan
memperbesar kesenjangan. Ini dapat menghambat terciptanya rasa kesatuan di antara
masyarakat yang beragam.
3. Ekstremisme dan Intoleransi:
Adanya sikap ekstrem dan intoleransi terhadap kelompok lain dapat merusak harmoni
dan persatuan. Hal ini sering kali menjadi hambatan besar dalam mewujudkan
Bhinneka Tunggal Ika.
4. Kurangnya Pendidikan Multikulturalisme:
Kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai multikulturalisme dan kurangnya
pendidikan mengenai pentingnya menghormati perbedaan dapat menghambat
penerimaan terhadap keberagaman.
5. Politik Identitas dan Ketidakadilan:
Politik identitas yang memperkuat perbedaan dan ketidakadilan sosial dapat
menghalangi proses integrasi masyarakat.

Mengatasi hambatan-hambatan ini membutuhkan komitmen dari berbagai pihak, termasuk


pemerintah, lembaga pendidikan, kelompok masyarakat, dan individu untuk mempromosikan
pendidikan multikulturalisme, mengurangi ketimpangan sosial, serta memperkuat kerjasama
antar-kelompok sebagai langkah untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika.

D. Mitigasi hambatan penerapan Bhineka Tunggal Ika

Untuk mengatasi hambatan dalam penerapan Bhinneka Tunggal Ika, penting untuk:

1. Pendidikan Multikultural:

6
Perkuat pendidikan yang mendorong pemahaman tentang keragaman budaya, agama,
dan etnis. Hal ini dapat membantu mengurangi stereotip dan prasangka.
2. Dialog Antarbudaya:
Fasilitasi dialog terbuka antar kelompok budaya untuk meningkatkan pemahaman dan
toleransi. Diskusi terbuka dapat membantu meredakan ketegangan dan membangun
jembatan antar kelompok.
3. Kebijakan Inklusif:
Implementasikan kebijakan yang mendukung keberagaman, seperti kebijakan anti
diskriminasi dan inklusi dalam berbagai sektor, termasuk pekerjaan dan layanan publik.
4. Media yang Bertanggung Jawab:
Mendorong media untuk memberikan representasi yang adil dan akurat terhadap semua
kelompok masyarakat. Ini membantu menghindari pembentukan opini publik yang
bias.
5. Pelibatan Masyarakat:
Aktifkan peran masyarakat dalam mempromosikan toleransi dan kerjasama antar
kelompok. Proyek-proyek masyarakat dapat memperkuat ikatan antarindividu dari
berbagai latar belakang.
6. Hukum Anti Diskriminasi:
Kuatkan hukum yang melarang diskriminasi berbasis agama, etnis, atau budaya.
Penegakan hukum yang adil dapat memberikan efek jera dan melindungi hak-hak
semua individu.
7. Penegakan Hak Asasi Manusia:
Pastikan penegakan hak asasi manusia yang kuat untuk semua warga negara tanpa
memandang latar belakang mereka. Ini menciptakan dasar yang kuat untuk keadilan
sosial.
8. Pelatihan Keterampilan Antarbudaya:
Berikan pelatihan keterampilan antarbudaya kepada individu dan organisasi agar
mereka dapat lebih efektif berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang
berbeda.

Dengan pendekatan holistik seperti ini, dapat ditingkatkan pemahaman, toleransi, dan
kerjasama antar kelompok dalam masyarakat.

7
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan nasional yang menggambarkan


keberagaman budaya, suku, agama, dan bahasa yang ada di Indonesia, serta pentingnya
menghargai dan menyatukan keberagaman tersebut. Materi juga membahas praktik penerapan
kebhinekaan dalam kehidupan sehari-hari, hambatan-hambatan dalam penerapan Bhineka
Tunggal Ika, dan mitigasi hambatan tersebut. Praktik penerapan kebhinekaan meliputi
menghargai perbedaan, menjaga kerukunan, mengenal budaya lain, dan menggunakan bahasa
yang baik dan benar. Hambatan-hambatan penerapan Bhineka Tunggal Ika meliputi stereotip
dan prasangka, ketidakseimbangan sosial dan ekonomi, ekstremisme dan intoleransi,
kurangnya pendidikan multikulturalisme, serta politik identitas dan ketidakadilan. Mitigasi
hambatan tersebut meliputi pendidikan multikultural, dialog antarbudaya, kebijakan inklusif,
media yang bertanggung jawab, pelibatan masyarakat, hukum anti diskriminasi, penegakan hak
asasi manusia, dan pelatihan keterampilan antarbudaya.

Dengan memahami dan menerapkan konsep Bhineka Tunggal Ika, diharapkan dapat
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia serta menciptakan masyarakat yang
harmonis dan damai.

1.2 Saran

Segenap perhatian dan masukan konstruktif sangat dihargai dalam peninjauan makalah ini.
Mohon kiranya memberikan kritik serta saran yang mendalam guna memperkaya dan
memperbaiki substansi makalah ini, sehingga mampu lebih komprehensif serta efektif dalam
menyampaikan pesan yang disampaikan dalam penyusunan makalah mengenai Kebhinekaan
dalam berbangsa dan bertanah air Indonesia yang telah kami susun ini, kami ucapkan terima
kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Eka Darmaputera. 1997. Pancasila : Identitas dan Modernitas Tinjauan Etis dan Budaya, PT
BPK Gunung, Mulia, Jakarta.

Hardono Hadi. 1994. Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila, Kanisius, Yogyakarta.

Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), tt, “Mengelola Kebhinnekaan Menjadi Sinergi”


terdapat dalam http://himpsi.org/content/view/46/28/, diakses pada tanggal 30 September
2008.

"Bhinneka Tunggal Ika", terdapat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika,


diakses pada tanggal 12 Maret 2008

Media center sleman .(2021) Bhineka tunggal ika


https://mediacenter.slemankab.go.id/2021/03/24/bhinneka-tunggal-ika-sebagai-pengikat-
persatuan-bangsa/

Intan Rachmasari. (2023). Penerapan Bhineka Tunggal Ika

https://nasional.sindonews.com/read/1243225/15/35-contoh-sikap-penerapan-bhinneka-
tunggal-ika-dalam-kehidupan-sehari-hari-1699081894

Anda mungkin juga menyukai