Anda di halaman 1dari 12

UJIAN AKHIR SEMESTER

ARTIKEL IMPLEMENTASI BHINNEKA TUNGGAL IKA


Diajukan untuk memenuhi ujian akhir semester mata kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : Nunu Mahmud Firdaus, M. Pd

Disusun Oleh Kelompok 1 :

SITI MAYSHA FARDIJAH 23010174


NOVIA MARDAWATI 23010150
OCA JULIA 23010136
DELLA SYIFA NUR FADILAH 23010160
RAIHAN KEVIN PRATAMA 23010144

KELAS A3

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP SILIWANGI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proyek ujian akhir semester ini.

Untuk memenuhi nilai ujian akhir semester mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Dalam artikel ini, kami akan membahas poin-poin dari Kebhinnekaan

Tunggal Ika . Kami berharap artikel ini dapat memberikan kontribusi kecil dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman pembaca tentang topik yang

dibahas.

Kami menyadari bahwa artikel ini jauh dari kesempurnaan, dan kami

sangat menghargai saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa

depan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Cimahi , Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

PEMBAHASAN .....................................................................................................2

A. Makna Semboyan Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika .................................. 2

B. Praktik -praktik implementasi kebhinnekaan dalam kehidupan sehari-hari 3

C. Hambatan - hambatan penerapan Bhinneka Tunggal Ika ............................ 5

D. Mitigasi hambatan penerapan tunggal ika ....................................................6

KESIMPULAN ...................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................9

iii
PENDAHULUAN

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia. Semboyan


ini tertulis di dalam lambang negara Indonesia, Burung Garuda Pancasila. Pada
kaki Burung Garuda itulah terpampang dengan jelas tulisan Bhinneka Tunggal Ika.
Dengan hal tersebut, telah diatur dalam pasal 36A Undang - Undang Dasar (UUD)
1945 yang berbunyi “Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika”.
Istilah “ Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu
Tantular. Semua istilah tersebut menunjukkan pada semangat toleransi keagamaan,
khususnya antara agama Hindu dan Budha. Setelah diangkat menjadi semboyan
bangsa Indonesia, konteks permasalahan menjadi lebih luas yang meliputi suku,
agama, ras, dan antar golongan (SARA). Indonesia merupakan salah satu negara
di Asia Tenggra yang kaya dengan keanekaragaman sehingga pantas jika
Bhinneka Tunggal Ika dijadikan sebagai semboyan bangsa.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan iwa dan semangat bangsa
Indonesia yang mengakui realitasnya sebagai bangsa majemuk, namun tetap
menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika adalah suatu cerminan
keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur
kesamaan yang menjadi ciri kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan
tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaan
dan keekaan, antara hal banyak dan hal satu. Jika kita mengkaji semua hal yang
terjadi di negara ini, sulit bagi kita memerkirakan kapan negara ini akan bangkit
dari segala kekeliruan pengelola nefara. Kapankah negara ini menjadi negara
dambaan dunia ? semua, itu akan terjawab oleh waktu yang terus maju dan nurani
kita semua serta kesadaran, kepedualian, dan keinginan kita untuk menjadi lebih
baik.
Maka daripada itu, arrtikel ini di buat bertujuan untuk mengungkap makna
yang terkandung dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dan implementasi
pada kehidupan sehari -hari.

1
PEMBAHASAN

A. Makna Semboyan Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika


Istilah “ Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya
Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Istilah tersebut
tercantum dalam bait pupuh 139. Kitab Sutasoma mengajarkan toleransi
kehidupan beragama, yang menempatkan agama Hindu dan agama Buddha hidup
bersama dengan rukun dan damai, meskipun agama Hindu dan Buddha merupaka
dua subtansi yang berbeda namun perbedaan itu tidak menimbulkan perpecahan.
Karena kebenaran Hindu dan Buddha bermuara pada ha “Satu”. Hindu dan
Buddha memang berbeda, tetapi sesungguhnya satu jenis, tidak ada perbedaan
dalam kebenaran.
Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” yang semula menunjukkan
semangat toleransi keagamaan, ke- mudian diangkat menjadi semboyan bangsa
Indonesia. Sebagai semboyan bangsa konteks permasalahan- nya bukan hanya
menyangkut toleransi beragama tetapi jauh lebih luas seperti yang umum disebut
dengan istilah suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Semboyan itu
dilukiskan di bawah lam- bang negara Indonesia yang dikenal dengan nama
Garuda Pancasila. Lambang negara Indonesia lengkap dengan semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika” telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 66
tahun 1951 tentang Lambang Negara.
Jika dianalisis, semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berasal
dari bahasa Sansekerta itu terdiri dari kata “Bhinneka”, “Tunggal”, dan “Ika”.
Kata “Bhinneka” berasal dari kata “Bhinna” dan “Ika”. “Bhinna” artinya berbeda-
beda dan “Ika” artinya itu. Jadi, kata “Bhinneka” berarti “yang berbeda- beda itu”.
Analisa lain menunjukkan bahwa kata “bhinneka” terdiri dari unsur kata “bhinn-a-
eka”. Unsur “a” artinya tidak, dan “eka” artinya satu. Jadi, kata “bhinneka” juga
dapat berarti “yang tidak satu”. Sedangkan kata “Tunggal” artinya satu, dan “Ika”
artinya itu. Berdasarkan analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika” berarti “yang berbeda-beda itu dalam yang satu itu” atau
“beranekaragam namun satu jua”.

2
Kebhinnekaan atau yang berbeda-beda itu menunjuk pada realitas
objektif masyarakat Indo- nesia yang memiliki keanekaragaman yang tinggi.
Keanekaragaman masyarakat Indonesia dapat dite- mukan dalam berbagai bidang
kehidupan. Keanekaragaman di bidang politik diwarnai oleh adanya kepentingan
yang berbeda-beda antara individu atau kelompok yang satu dengan individu atau
kelompok yang lainnya. Makna kesatuan (tunggal ika) dalam Bhinneka Tunggal
Ika merupakan cerminan rasionalitas yang lebih menekankan kesamaan daripada
perbedaan. Kesatuan merupakan sebuah gambaran ideal. Di- katakan ideal karena
kesatuan merupakan suatu harapan atau cita-cita untuk mengangkat atau
menempatkan unsur perbedaan yang terkandung dalam keanekaragaman bangsa
Indonesia ke dalam suatu wadah, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kesatuan adalah upaya untuk mencipta- kan wadah yang mampu menyatukan
kepelbagaian atau keanekaragaman
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa Bhinneka
Tunggal Ika merupakan pernyataan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang
menga- kui realitas bangsa yang majemuk, namun tetap menjunjung tinggi
kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni
antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keaneka- an dan keekaan, antara
kepelbagaian dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme
dan monisme.

B. Praktik -praktik implementasi kebhinnekaan dalam kehidupan sehari-


hari
Bhinneka Tunggal Ika sangat memiliki peran penting bagi Indonesia, salah
satunya digunakan sebagai pemersatu bangsa demi meningkatkan derajat Negara
Indonesia. Kemudian salahsatu usaha yang harus di tempuh yakni meningkatkan
kesadaran pola fikir masyarakat Indonesia untuk menggunakan hak konstitusi
dalam berkumpul maupun berserikat, dan juga mendorong masyarakat untuk lebih
menggunakan dasar agama sebagai landasan kehidupan dalam bersosialisasi yang
juga menegaskan bahwa tuhanlah tujuan hidup mereka seperti yang tertera dalam
agama yang di anut setiap individu masyarakat.

3
Seiring berkembangnya zaman, pengamalan Bhinneka Tunggal Ika
semakin lama semakin meredup. Bhinneka Tunggal Ika tidak cukup hanya sebatas
semboyan atau konsep pengembangan suatu Negara saja, Perlu ada suatu cara
baru yang lebih menyesuaikan dengan kehidupan di jaman sekarang. Salahsatu
cara yang bisa di lakukan adalah dengan mengadakan perayaan, perayaan adalah
salah satu langkah untuk bagaimana masyarakat bisa memaknai dan
mengamalkan Bhineka Tunggal Ika dengan cara turut aktif dalam sebuah
perayaan. Berikut beberapa praktik penerapan kebhinekaan dalam kehidupan
sehari-hari :
1. Menerima dan menghormati keyakinan agama orang lain tanpa membedakan,
merupakan suatu sikap yang mencerminkan toleransi, penghargaan, dan
penghormatan terhadapa keberagaman keyakinan agama dalam masyarakat.
2. Menghargai dan menghormati para penganut agama yang diakui di Indonesia,
suatu aspek penting dalam membangun kerukunan antarumat beragama di
negara Indonesia.
3. Menghormati perbedaan pendapat dalam politik dan partisipasi dalam proses
demokrasi, adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, saling
menghormati, dan mendorong pertumbuhan intelektual dan sosial.
4. Menunujukkan solidaritas dengan mereka yang membutuhkan bantuan,
tindakan empati dan kepedulian terhadap sesama yang sangat penting. Solidaritas
merupakan ekspresi nyata dari kepedulian sosial dan kemampuan untuk bersama-
sama mengatasi tantangan atau kesulitan yang dihadapi oleh individu atau
kelompok.
5. Menciptakan hubungan harmonis dalam keluarga dengan menerima perbedaan,
ialah kunci untuk membangun ikatan yang kuat, saling menghormati, dan
memperkuat rasa kebersamaan. Setiap individu dalam keluarga memiliki
kepribadian, nilai-nilai, dan prefensi yang berbeda.

4
C. Hambatan - hambatan penerapan Bhinneka Tunggal Ika
Saat ini kebhinekaan tersebut menghadapi ancaman, ancaman tersebut
yaitu kurangnya rasa menghargai kemajemukan yang bersifat heterogen. Kurang
toleransi antar Suku,Agama, Ras dan Antaragolongan (SARA). Kesadaran
terhadap ancaman luar yang rendah karena arus globalisasi. Ketidakpuasan atas
ketimpangan dan ketidakmerataan hasil pembangunan dan adanya Pravokasi dan
Intimdasi yang berdimensi. Bila tidak ada filter dalam memahami kebhinekaan
Indonesia bisa terganggu dan menjadi ancaman disintegrasi bangsa yang dapat
mengancam Kebhinekaan .
Banyak terjadi diskriminasi yang merupakan tindakan yang membeda-
bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok
subordinasinya. Jika prasangka lebih mengarah pada sikap dan keyakinan, maka
diskriminasi tertuju pada tindakan. Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh
orang yang memiliki prasangka kuat akibat tekanan tertentu, misalnya tekanan
budaya, adat istiadat, kebiasaan, atau hukum. Ada hubungan antara prasangka dan
diskriminasi yang saling menguatkan, selama ada prasangka, di sana ada
diskriminasi. Jika prasangka dipandang sebagai keyakinan atau ideologi, maka
diskriminasi adalah terapan keyakinan atau ideologi. Apabila sikap-sikap negatif
atau penyakit budaya itu sangat rawan terjadi pada negara kita yang bersifat
multikulturalisme, yang jika tidak diikat oleh nilai Pancasila yang berasaskan
Bhineka Tunggal Ika, akan menimbulkan perpecahan yang sangat merugikan
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
Kedua, Konflik antar-kepercayaan dapat menghalangi penerapan Bhinneka
Tunggal Ika karena adanya ketidakmenerimaan, diskriminasi, dan potensi konflik.
Bhinneka Tunggal Ika menekankan pentingnya kesatuan dalam keberagaman,
namun konflik antar-kepercayaan dapat mengancam kesatuan tersebut. Untuk
mengatasi hal ini, diperlukan sikap toleransi, saling menghormati, dan
meminimalisir konflik atas kepentingan pribadi atau kelompok. Contoh penerapan
Bhinneka Tunggal Ika dalam mengatasi konflik antar-kepercayaan meliputi saling
tolong-menolong antar sesama, menerima dan menghormati keyakinan agama
orang lain tanpa membedakan.

5
Dan terakhir, ketidakadilan dapat menjadi penghalang penerapan
Bhinneka Tunggal Ika. Dikarenakan menimnbulkan ketegangan antar-
kepercayaan dan merusak kesatuan dalam keberagaman. Untuk mengatasi hal ini,
diperlukan upaya untuk mewujudkan keadilan, kesetaraan, dan perlakuan yang
adil bagi semua elemen tanpa memandang perbedaan masyarakat. Contoh sikap
penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam mengatasi ketidakadilan meliputi upaya
untuk menciptakan lingkungan yang adil, menghormati hak asasi manusia, dan
meminimalkan disparitas sosial.

D. Mitigasi hambatan penerapan tunggal ika


1. Pendidikan dan Kesadaran: Mengintegrasikan pendidikan multikulturalisme
dan toleransi dalam kurikulum sekolah, menyelenggarakan program kesadaran
untuk memahami dan menghargai keberagaman, mempromosikan pemahaman
yang mendalam tentang nilai-nilai nasional dan semangat Bhineka Tunggal Ika.
2. Komunikasi Efektif: Mendorong komunikasi terbuka dan jujur antarberbagai
kelompok masyarakat, menggunakan media massa dan sosial untuk menyebarkan
pesan perdamaian, persatuan, dan toleransi, menyelenggarakan forum diskusi dan
dialog antarbudaya untuk membangun pemahaman bersama.
3. Hukum dan Kebijakan Inklusif: Menerapkan kebijakan anti-diskriminasi yang
kuat dan menyeluruh, melindungi hak-hak minoritas dan memastikan
perlindungan hukum untuk semua warga negara, mengatasi ketidaksetaraan sosial
dan ekonomi yang dapat menjadi sumber konflik.
4. Pelibatan Masyarakat: Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam program-
program kerukunan dan dialog antaragama, menyusun proyek-proyek kerja sama
antarbudaya dan antaragama untuk membangun kebersamaan, mengaktifkan
kelompok-kelompok masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah lokal.
5. Pelatihan Keterampilan Multikultural: Menyelenggarakan pelatihan
keterampilan multikultural bagi pekerja dan pemimpin masyarakat,
mengintegrasikan keterampilan resolusi konflik dalam kurikulum pendidikan dan

6
pelatihan, mendorong pembangunan kapasitas untuk mengelola keberagaman
dalam konteks bisnis dan organisasi.

7
KESIMPULAN

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia yang


dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit
sekitar abad ke-14. Semula Bhinneka Tunggal Ika menunjukkan pada semangat
toleransi keagamaan, khususnya antara agama Hindu dan Buddha. Setelah
diangkat menjadi semboyan bangsa Indonesia konteks permasalahannya menjadi
lebih luas yang meliputi suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan jiwa dan semangat bangsa
Indonesia yang meng- akui realitas bangsa yang majemuk, namun tetap
menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas
adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keaneka- an dan
keekaan, antara kepelbagaian dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau
antara pluralisme dan monisme. Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan
keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur
kesamaan yang menjadi ciri kesatuan.
Mensinergikan perbedaan dalam kebhinekaan perlu dilakukan untuk
mengantisipasi terjadinya bahaya disintegrasi, sekaligus untuk mewujudkan cita-
cita integrasi. Kuncinya, harus ada kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk
melihat kesama- an pada sesuatu yang berbeda. Perbedaan dalam masyarakat
majemuk seperti Indonesia merupakan suatu kenyataan. Karena itu janganlah
membeda-bedakan kenyataan yang memang sudah berbeda. Membeda-bedakan
sesuatu yang berbeda hanya akan menimbulkan bahaya disinte- grasi. Perbedaan
dalam kebhinnekaan perlu disinergikan atau dikelola dengan cara
mendayagunakan aneka perbedaan menjadi modal sosial untuk membangun
kebersamaan. Untuk itu diperlukan adanya kesadaran, kemauan, dan kemampuan
untuk melihat kesamaan pada sesuatu yang berbeda.

8
DAFTAR PUSTAKA

Pursika, N. I. (2009). Jurnal “Kajian Analitik Terhadap Semboyan “BHINNEKA

TUNGGAL IKA” “ .

Warsidi, Edi. (2011). Aku ingin paham Bhinneka Tunggal Ika. Penerbit

ANGKASA, Bandung.

Nisa, Zakiyatun. (2021). Penerapan Bhinneka Tunggal Ika di kehidupan sehari-

hari. Website Kompasiana.

S, Novita, A. W. (2017). Menjaga Keutuhan Bhinneka Tunggal Ika. UIN Raden

Intan Lampung.

Anda mungkin juga menyukai