Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

INTEGRASI NASIONAL
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu :
Dr. Ari Metalin Ika Puspita, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Muhammad Guntur Himawan 22010714019
2. Rosa Nilla Nurjannah 22010714027
3. Alika Atha Amani 22010714047
4. Putri Sa’adah 22010714048

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
Kesehatan dan kelancaran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu dan sesuai dengan harapan. Tidak lupa Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada Ibu Dr. Ari Metalin Ika Puspita, M.Pd. Sebagai dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan pemahaman kepada
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Seperti kata pepatah
“Tak ada gading yang tak retak” Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna Oleh karena itu Kami meminta kritik dan juga saran konstruktif dari
pembaca terlebih kepada dosen pengampu mata kuliah untuk menjadikan makalah ini
menjadi lebih baik. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi semua yang membacanya dan kita senantiasa diberikan kesehatan oleh Tuhan.

Surabaya, 15 September 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Pengertian Integrasi Nasional ......................................................................................... 3
2.2 Faktor Pendorong Integrasi Nasional .............................................................................. 4
2.3 Faktor Penghambat Integrasi Nasional ........................................................................... 5
2.4 Integrasi Nasional dan Latar Belakang Sejarah, Integrasi Nasional Dalam
Kemajemukan ................................................................................................................ 8
2.5 Integrasi Nasional Dalam Kemajemukan Penduduk dan Kondisi Geografis Negara ... 11
2.6 Integrasi Nasional dan Kemajemukan Budaya ............................................................ 12
2.7 Integrasi Nasional dan Tugas-Tanggung Jawab Masa Depan ...................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 15
3.2 Saran .............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Integrasi nasional merupakan isu penting yang dihadapinegara-negara yang
baru merdeka dan berkembang terlibat dalamupaya memajukan dan menciptakan
persatuan dan solidaritas nasional. Masuki abad ini Sejak tanggal 21 Oktober
bangsa Indonesia menghadapi tekanan dan pengaruh globalisasi, dimana Teknologi
informasi, komunikasi dan transportasi telah menciptakan wacana dan pertunjukan
yang benar-benar baru, dapat diakses kapan saja, di mana saja, dan oleh siapapun.
Oleh karena itu, mau tidak mau masyarakat Indonesiaharus masuk didalamnya
dengan segala resiko dan konsekuensinya. Memasuki era globalisasi, permasalahan
utama yangdihadapi dan diatasi masyarakat Indonesia adalah pemeliharaan serta
menjagapersatuan dan kesatuan bangsadalam konteks kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara khususnya Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pembinaan integrasi nasionalakhir-akhir ini menjadi topik yang penting dan
perlu diskusi untuk mempertimbangkan kembali kesadaran nasional, bernegara,
dan bermasyarakat menemukan kembali budaya dan identitas nasional dengan
mempromosikan dan mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa yang utuh dan
bulat. negara Indonesiaterdiri dari keberagaman latar belakang suku, agama, ras,
dan antargolongan Aspek dasarnya adalah realitas kehidupan masyarakat,kekayaan
atau harta benda bangsa yang tidak ternilai harganya. Namun di sisi lain, pluralism
persatuan bangsa dan dapatmenjadi sumber yang rentan dan berbahaya bagi
persatuan bangsa, apalagi jika ada pihakyang memanfaatkannya. Bangsa Indonesia
saat inimenghadapi dan mengatasi berbagai permasalahan yang berasal dari dalam
negeri maupun tekanan global yang dapat mengganggu prestasi dan persatuan
bangsa.
Perjalanan integrasi nasional bangsa Indonesia telah mengalami pasang surut
dan bahkan menggeser nilai-nilai kearifan local yang dahulu dijadikan tatanan dan
pedoman bertiingkah laku oleh Masyarakat, namun kini telah berubah ke arah cara
hidup yang lebih praktik dan instan, dengan mengabaikan nilai-nilai kearifan local
mereka sendiri. Berdasarkan latar belakang diatas maka dirasa perlu untuk
menanamkan Kembali kesadaran berbangsa, bernegara dan bermasyarakat melalui
1
pentingnya integrasu nasional. Integrasi nasional adalah Upaya dan proses
menyatukan perbedaan dalam suatu negara untuk menciptakan kerukunan dan
keselarasan nasional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibentuk rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa definisi dari integrasi nasional ?
2. Apa saja faktor pendorong Integrasi Nasional ?
3. Apa saja Faktor Penghambat Integrasi Nasional ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat dibentuk
tujuan penulisan makalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami definisi integrasi nasional
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor pendorong dari Integrasi Nasional
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang menjadi penghambat Integrasi
Nasional

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Integrasi Nasional


Integrasi nasional dalam bahasa Indonesia terdiri dari dua kata integrasi dan
nasional. Kata integrasi menurut KBBI berarti pembauran hingga menjadi kesatuan
yang utuh atau bulat. Sedangkan kata nasional berarti bersifat kebangsaan,
berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri meliputi suatu bangsa, cita-cita nasional
(KBBI, 2021). Mengacu pada penjelasan kedua istilah di atas maka integrasi
nasional identik dengan integrasi bangsa yang mempunyai pengertian suatu proses
penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial budaya ke dalam kesatuan
wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa yang harus dapat
menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam mencapai
tujuan bersama sebagai suatu bangsa (Agus, 2016).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah usaha dan
proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga
tercipta keserasian dan keselarasan (Agus, 2016) dan keseimbangan dalam
mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa (Widodo, 2019). Adapun yang
dimaksud dengan keselarasan digambarkan sebagai suasana tenang, aman,
nayaman, damai, tentram lahir dan batin, serta tidak ada benturan-benturan yang
berpotensi memecah belah bangsa.
Keserasian menggambarkan keberagaman etnis budaya, adat istiadat, bahasa
dan agama yang membentuk negara Indonesia. Keseimbangan menggambarkan
adanya perlakuan yang sama dari berbagai unsur-unsur yang ada dalam kehidupan
bersama sesuai kodrat, hakikat dan martabat, hak dan kewajiban, tugas dan
wewenangnya sehingga tercipta suatu keadilan (Widodo, 2019) Senada dengan
pengertian di atas, Myron Weiner menyatakan bahwa integrasi adalah sebuah
proses penyatuan suatu bangsa yang mencakup semua akses kehidupannya, seperti
aspek sosial, aspek politik, aspek ekonomi, dan aspek budaya (Istiqomah & Dewi,
2021). Pada dasarnya integrasi nasional memuat makna penyatuan visi dan misi
suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat.
Konsep ini tampaknya sejalan dengan kondisi Indonesia saat ini, sebagai bangsa
yang besar dan kaya baik dari kebudayaan ataupun wilayah. Hal tersebut di satu
sisi membawa dampak positif bagi bangsa karena dapat memanfaatkan kekayaan

3
alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya yang melimpah untuk
kesejahteraan rakyat, namun disisi lain,hal tersebut pada akhirnya menimbulkan
masalah baru. Ketika terjadi konflik antar etnik, konflik antar daerah, konflik antar
agama, dan sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus
menerus melanda Indonesia (Irianto, 2013).
2.2 Faktor Pendorong Integrasi Nasional
Integrasi nasional memiliki faktor pendorong antara lain:
1. Identitas Nasional
Kesadaran akan identitas nasional menjadi faktor penting dalam memperkuat
Integrasi Nasional. Identitas nasional yang kuat dapat mempertahankan
kebersamaan dalam keragaman suku, agama, dan budaya.
2. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah yang mengedepankan kesatuan dan kebersamaan bangsa
Indonesia seperti Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, menjadi faktor penting
dalam memperkuat Integrasi Nasional. Kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya
seperti pembangunan infrastruktur dan pengentasan kemiskinan juga dapat
memperkuat Integrasi Nasional.
3. Ekonomi
Ekonomi juga berperan penting dalam memperkuat Integrasi Nasional.
Pemerintah perlu memberikan kesempatan yang sama bagi semua lapisan
masyarakat dalam mengakses sumber daya dan peluang ekonomi. Hal ini dapat
diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan yang menjamin distribusi kekayaan
secara adil, pengembangan sektor ekonomi yang merata, dan penguatan industri
dalam negeri.
4. Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan juga merupakan faktor penting dalam memperkuat
Integrasi Nasional. Pemerintah perlu menjaga keamanan negara dan memberikan
perlindungan kepada seluruh rakyat Indonesia dari ancaman dalam maupun luar
negeri. Upaya-upaya pengamanan nasional juga harus dilakukan dengan
mengedepankan hak asasi manusia dan menghindari tindakan-tindakan yang
merugikan masyarakat.
2.3 Faktor Penghambat Integrasi Nasional
Integrasi nasional tidakhanya memiliki faktor pendorong. Terdapat pula faktor
yang bisa menjadi penghambat terjadinya integrasi nasional. (Salamah, 2018) juga
4
menyebutkan faktor penghambat integrasi nasional lainnya, yaitu kurangnya
toleransi, kurangnya kesadaran diri, dan sikap masyarakat pribumi yang kurang
mendukung upaya pembauran. Namun, juga menyebutkan faktor pendorong
integrasi nasional, seperti rasa senasib seperjuangan, pemaknaan Ideologi Nasional,
keinginan untuk bersatu, dan antisipasi ancaman dari luar.
Dalam konteks pendidikan, (Husaini & Anisaturrahmi, 2019) membahas
integrasi kurikulum sebagai suatu upaya pengembangan kurikulum dengan
memadukan antara kurikulum agama dan kurikulum umum. Upaya integrasi
dilakukan tidak hanya terkait dengan materi, tetapi juga metode dan
pengevaluasiannya. Dari hasil pencarian Faktor penghambat ini tidaklah bersifat
mutlak karena tiap pembentukan bangsa dan integrasinya merupakan hal yang unik
di tiap-tiap Negara antara lain yaitu:
1. Heteroginitas Budaya, Agama dan lntoleransi
Keragaman budaya, agama dalam suatu bangsa dan negara merupakan suatu
kekayaan. Akan tetapi, hal tersebut juga bisa menjadi faktor penghambat apabila
tidak bisa dikelola dengan tepat. Terlebih lagi diunjang dengan sikap-sikap yang
intoleran. Intoleransi merupakan sifat atau sikap yang tidak bertenggalg rasa
(menghargai, membiarkan, membolehkan) perihal apapun yang berbeda atau
bertentangan dengan nilai yang dipegang oleh individu mau punkelompoknya.
Apabila keragaman budaya dan agama yang pasti memiliki perbedaan nilai
dipraktikkan daiam kehidupan dengan sikap yang tidak ramah dan intoleran akan
menjadikan suatu bangsa tidak bisa berjalan bersama dan beriringan. Sikap untuk
bisa memahami dan menerima perbedaan dalam budaya dan agama sangat penting
untuk mewujudkan integrasi. Heterogenitas budaya, agama, dan intoleransi
merupakan beberapa tantangan yang dihadapi dalam integrasi nasional. Berikut
beberapa penjelasan dan permasalahan terkait tantangan tersebut:
• Heterogenitas budaya : Indonesia adalah negara yang beragam dengan berbagai
suku, bahasa, dan budaya. Perbedaan budaya dapat menimbulkan kesalah
pahaman, konflik, dan ketegangan sosial. Misalnya saja di Pondok Pesantren
Modern di Kabupaten Demak, pengembangan sumber daya manusia yang
bermoral tinggi dan profesional sangat diperlukan untuk mempersiapkan
generasi masa depan Indonesia. Namun keberagaman budaya dan agama juga
bisa menjadi sumber kekuatan dan persatuan apabila dikelola dengan baik.

5
• Heterogenitas agama : Perbedaan agama juga dapat menimbulkan konflik dan
intoleransi. Misalnya saja di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang,
pelaksanaan perkawinan beda agama pasca berlakunya UU Perkawinan Nomor
1 Tahun 1974 mendapat kritik. Namun di SD Nasional 3 Bahasa Putera Harapan
Purwokerto, pengembangan budaya toleransi beragama berbasis
multikulturalisme dalam pendidikan agama Islam berhasil dilakukan. Oleh
karena itu, peningkatan toleransi beragama dan penghormatan terhadap
keberagaman merupakan hal yang penting dalam integrasi nasional.
• Intoleransi: Intoleransi terhadap perbedaan budaya dan agama dapat
menimbulkan diskriminasi, kekerasan, dan keresahan sosial. Misalnya saja di
Pontianak, efektivitas Perda Ketertiban Umum terhadap anak penjual koran di
persimpangan jalan dipertanyakan. Oleh karena itu, meningkatkan toleransi dan
menghormati keberagaman sangat penting untuk mencegah intoleransi dan
mendorong integrase nasional. Kesimpulannya, heterogenitas budaya dan
agama serta intoleransi merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dalam
integrasi nasional. Mempromosikan toleransi dan menghormati keberagaman
sangat penting untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan meningkatkan
persatuan nasional.
2. Luas Wilayah
Bisa dilihat dari suatu negara yang begitu luas di negara kita sendiri
Indonesia merupakan negara terluas di kawasan ASEAN. Menurut laporan terbaru
Worldometers, luas wilayah di Indonesia mencapai 1,9 juta kilometer persegi
(km²). terdiri dari ribuan pulau yang di selimuti oleh lautan yang luas. Dengan
begitu juga memiliki besarnya sebuah ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan yang membangun demi keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik
yang berasal dari dalam maupu luar negeri.
3. Pembangunan Tidak Merata
Pembangunan tidak merata dapat menjadi penghambat integrasi nasional
karena dapat menyebabkan ketimpangan antara wilayah satu dengan wilayah
lainnya. Hal ini dapat memecahkan masalah sosial dan ekonomi antar wilayah,
sehingga dapat memicu konflik dan ketidakpuasan masyarakat. Beberapa faktor
yang dapat menyebabkan tidak meratanya wilayah di Indonesia antara lain:

6
• Kurangnya perhatian pemerintah: Beberapa wilayah di Indonesia mungkin tidak
mendapatkan perhatian yang sama dari pemerintah dalam hal pembangunan,
sehingga menyebabkan ketimpangan antar wilayah.
• Keterbatasan sumber daya: Beberapa wilayah mungkin memiliki keterbatasan
sumber daya yang dapat digunakan untuk pembangunan, seperti sumber daya
alam, tenaga kerja, dan modal.
• Keterpencilan: Beberapa wilayah mungkin terlindungi dari pusat-pusat
pembangunan, sehingga sulit untuk mengakses sumber daya dan infrastruktur
yang dibutuhkan untuk pembangunan.
4. Etrosme
Etnosentrisme adalah pandangan atau sikap yang menganggap budaya atau
kelompok etnis tertentu sebagai yang paling unggul dibandingkan dengan budaya
atau kelompok etnis lainnya (Widiastuti, 2012). Etnosentrisme dapat
mempengaruhi persepsi dan perilaku seseorang terhadap produk atau orang dari
budaya atau kelompok etnis lainnya. Setiap kelompok memupuk kebanggaandan
kesombongannya membanggakan sendiri, dirinya superior, mengagungkan diri
sendiri dan melihat dengan memandang rendah kelompok luar yang lainnya.
Dalam masyarakat yag beragam kita harusmenghindari sifat ini.
2.4 Integrasi Nasional dan Latar Belakang Sejarah, Integrasi Nasional Dalam
Kemajemukan
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia , identitas nasional ditandai dan
kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah
penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Tetapi di era globalisasi saat ini apakah
identitas nasional dapat ditandai dari ekspresi fisikal tersebut atau dibutuhkan
reinterpreasi tentang tentang identitas nasional? Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain
melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung
demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang
sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi.
Kesadaran identitas nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya
integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri
bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari
7
subordinasi (ketergantungan, ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa
asing. Dengan demikian, integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk
pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-
masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia (Irianto, 2013).
Integrasi Nasional berasal dari dua kata, yakni Integrasi dan Nasional.
Integrasi ini berasal dari Bahasa Inggris (integrate) yang memiliki arti
menyatupadukan, mempersatukan atau menggabungkan.
a. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Integrasi memiliki arti
pembauran sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh.
b. Secara Politis. Integrasi Nasional secara politis ini memiliki arti bahwa
penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah
nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
c. Secara Antropologi Integrasi Nasional secara antropologis ini berarti bahwa
proses penyesuaian diantara unsurunsur kebudayaan yang berbeda sehingga
mencapai suatu kesatuan fungsi di dalam kehidupan masyarakat.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan Integrasi nasional
adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada pada
suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional
(Astawa, 2017). Ditilik dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia, pembelajaran
integrasi nasional dapat dipilah ke dalam empat episode, yaitu:
1. Zaman sebelum kedatangan penjajah
Pada masa sebelum kedatangan penjajah menunjukkan halwa setiap
komponen bangsa mampu mengembangkan kearifan lokal yang mendasari
terbentuknya nilai-nilai terluhur budaya sebagaimana yang tersimpul dalam
ideologi Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Sebelum kedatangan bangsa-
bangsa asing setiap kerajaan sebenarnya telah mampu membentuk sistem sosial,
ekonomi, politik dan pemerintahan yang sangat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat Kebesaran nama negara kerajaan sriwijaya dan Majapahit,
ternyata mengandang kedatangan bangsa-bangsa lain datang ke Indonesia baik
untuk berdagang dan atau ingin menjajah.
2. Zaman penjajahan
Pada zaman penjajahan, keadaan di seluruh wilayah Indonesia berbalik dari
kondisi adil makmur (gemah ripak lok jinawi) menjadi bangsa yang dikuasai oleh
pemerintah kolonial dan ilmperialis, yang menjadikan bangsa Indonesia
8
menderita, melarat, miskin, sengsara, hina dan terbelakang. Akibatnya, timbullah
ketidakpuasan sebagian putra/putri bangsa Indonesia untuk melakukan
perlawanan dan pemberontakan terhadap penjajah baik secara fisik maupun
sosial. Perlawanan terhadap penjajah pada dasarnya adalah sikap antipati terhadap
kolonialisme dan imperialisme di seluruh negeri dan tersebar secara merata di
seluruh wilayah (Poeponegoro dan Notosusanto, 2009). Gerakan menentang
penjajah telah tersebar merata dari Pulau Sumatera di sebelah Barat sampai pulau
Papua di sebelah Timur Berbagai pemberontakan seperti Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat/Padang Palembang, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY,
Pulau Bali, Pulau Lombok. Kepulauan Maluku, Pulau Kalimantan, Pulau
Sulawesi dan pulau-pulau lain di seluruh wilayah Indonesia pada dasarnya adalah
ekspresi ketidakpuasan terhadap pemerintah kolonial dan imperialis. Kegigihan
dan keberanian putra/putri daerah wajib diapresiasi dalam bentuk pemberian gelar
pahlawan nasional.
3. Zaman pergerakan nasional
Perlawanan putra/putri daerah yang masih bersifat kedaerahan, ternyata mudah
dikalahkan oleh penjajah. Belajar dan pengalaman itu maka perjuangan menuju
Indonesia merdeka diubah melalui pergerakan nasional yang terhimpun dalam
wadah organisasi yang ditandai oleh berdirinya Budi Utomo atau yang kemudian
disebut sebagai angkatan perintis. Budi Utomo, sebagai organisasi sosial-politik
bercita-cita mencapai Indonesia merdeka dengan mendahulukan pendidikan.
Setelah lahirnya Budi Utomo, maka berdirilah organisasi-organisasi sosial-politik
seperti Serikat Dagang Islam/Serikat Islam, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah,
Partai Nasional Indonesia, Partai Katholik Indonesia, Jong Java, Jong Selebes dan
organisasi sosial dan politik lainnya yang secara bersama-sama menuntut Indonesia
merdeka.
4. Zaman setelah kemerdekaan
Pasca kemerdekaan, ternyata terjadi perbedaan, gesekan dan bahkan
pertentangan ideologis, politis, ekonomis dan kepentingan individu atau
kelompok. Akibatnya, terjadi ketidakpuasan dan ekstrimitas yang dilatarbelakangi
oleh kekuatan agama, komunis, dan kondisi tertentu di mana orang/kelompok
orang ingin memaksakan kehendak baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
negeri. Bangsa Indonesia sepakat bahwa ekstrimitas yang berasal dari dalam
dikelompokkan menjadi tiga ekstrim, yaitu: (1) ekstrim kanan yaitu ekstrim yang
9
ingin menyelenggarakan negara dengan dasar agama. (2) ekstrim kiri yaitu
ekstrim yang ingin menyelenggarakan negara dengan dasar komunis dan (3)
golongan tidak puas, yaitu ekstrim yang memanfaatkan kondisi tertentu untuk
memaksakan kehendak kepada pemerintah yang sah. Sedang, ekstrimitas yang
berasal dari luar negeri, muncul sebagai bagian dari tekanan dan pengaruh
globalisasi yang dikaitkan dengan isu-isu: (1) Pelanggaran HAM dan Human
Trafficking (2) Isu demokratisasi (3) Isu Liberalisasi ekonomi.
2.5 Integrasi Nasional Dalam Kemajemukan Penduduk dan Kondisi Geografis
Negara
Kemajemukan bangsa Indonesia merupakan modal utama yang sangat
berpotensi untuk membangun persatuan dan kesatuan, nilai persatuan dan
kesatuan tersebut telah tercermin ketika masa perjuangan kemerdekaan. Proses
perjuangan pergerakan Indonesia pada masa itu bertujuan untuk Indonesia
merdeka dengan memahami nilai-nilai dalam peristiwa sejarah dan akhirnya
tercipta integrasi nasional. Perbedaan yang sangat beragam di Indonesia dibaluti
juga dengan persamaan-persamaan, di antaranya yaitu budaya tentang pemujaan
roh nenek moyang yang dilakukan dalam bentuk sesajen atau penghormatan
leluhur, selain itu kesamaan akan sejarah yang di mana bangsa Indonesia
mengalami penjajahan kolonial bangsa barat yang merendahkan diri bangsa
Indonesia serta menyebabkan keterbelakangan di berbagai bidang (Sukawati &
Perbawa, 2017). Dengan adanya berbagai macam persamaan dan perbedaan
tersebut menyebabkan pembangunan bangsa memerlukan prhatian khusus
terhadap kemajemukan penduduk yang terdiri dari beragam SARA, latar belakang
geografis, latar belakang kebudayaan dan sebagainya.
Permasalahan yang muncul adalah jumlah penduduk Indonesia saat ini
tersebar tidak merata dan memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Artinya,
jumlah penduduk berkaitan langsung dengan upaya memenuhi kebutuhan
dasar/pokok manusia baik pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan
maupun rekreasi bagi semua warganegara. Pertumbuhan penduduk yang tidak
terkendali akan memunculkan masalah baru yaitu keseimbangan antara jumlah
kelahiran dengan ketersediaan kebutuhan dasar tersebut. Permasalahan jumlah
penduduk jika dikaitkan dengan konfigurasi dan konstelasi wilayah akan
memunculkan masalah baru yaitu luas lahan pertanian berubah menjadi

10
pemukiman sehingga produksi barang pertanian semakin menyusut yang
membahayakan kecukupan dan ketahanan pangan bagi rakyatnya.
Konstelasi wilayah Indonesia terletak pada posisi silang, yaitu menjadi
pusat lalulintas kekuatan dan pengaruh asing yang terbuka lebar setiap saat, dari
segala penjuru sedang daya adaptasi bangsa masih rendah. Jumlah pulau di
Indonesia adalah 17.557 pulau, baik besar maupun kecil, akibatnya, sebagian
wilayah Indonesia berpenduduk sedikit dan bahkan tidak berpenduduk sama
sekali. Ketimpangan distribusi penduduk tersebut sangat rentan terhadap
pertumbuhan ekonomi yang merata, pertahanan-keamanan negara, pencurian
kekayaan alam baik hayati maupun non-hayati (hasil hutan, ikan, hasil tambang)
setiap saat di seluruh wilayah utamanya pada wilayah yang tidak berpenduduk.
Komposisi penduduk Indonesia jika dilihat dari tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, usia penduduk dan sejenisnya masih menunjukkan ketidak seimbangan
komposisi. Indikatornya, sebagian Warga Negara Indonesia yang berusia
pendidikan dasar masih terdapat yang buta huruf. Jenis pekerjaan yang tersedia di
Indonesia dapat dipilah menjadi tiga kelompok yaitu pekerjaan yang berkait
dengan Pegawai Negeri sekitar 10 juta orang pekerja swasta sekitar 100 juta
sedang orang tidak bekerja sekitar 100 juta. Ketidakmerataan komposisi
pekerjaan tersebut di satu sisi menimbulkan kecemburuan sosial yang mengarah
pada berbagai ekspresi ketidakpuasan seperti demonstrasi dan pemogokan kerja.
2.6 Integrasi Nasional dan Kemajemukan Budaya
Bangsa Indonesia terbentuk dari unit-unit sosial yang sudah teruji
keampuhannya di mana setiap suku memiliki dan mengembangkan konsep dan
prinsip-prinsip kearifan lokal yang khas dan sangat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat. Pada saat ini, upaya pembangunan bangsa sering melupakan
kemajemukan budaya dengan segala konsekuensinya. Dinamika pergolakan
masalah sosial yang bersumber dari perbedaan budaya lokal, harus diantisipasi
sedini mungkin agar tidak berkembang menjadi konflik sosial dan berpuncak pada
terjadinya revolusi sosial. Ketidakmampuan mengatasi masalah sosial dikuatirkan
akan merembet pada masalah lainnya yang lebih luas.
Permasalahan yang sejajar antar unsur budaya terletak pada adanya perbedaan
antar suku bangsa. Akibatnya, masyarakat yang berpendidikan rendah tidak dapat
memasuki ruang pekerjaan yang emerlukan keahlian tertentu. Berbagai hasil

11
penelitian menunjukkan bahwa penduduk yang masih bertempat tinggal di daerah
asal pada umumnya tidak cepat berkembang daripada merantau di tempat lain.
Dari perspektif tertentu, kebudayaan seringkali diartikan oleh para ahli
antropologi sebagai sistem pemaknaan yang disampaikan melaui simbol-simbol
dalam kehidupan masyarakat, yang membimbing perilaku manusia dalam
menghadapi lingkungannya (Geertz, 1963). Kebudayaan sangat bervariasi dan
berbeda antara masyarakat satu dengan yang lainnya. Semakin besar kebudayaan
semakin besar pula potensi konflik yang terkandung di dalamnya.
Bertolak dari pasal 32 UUD NRI Tahun 1945 maka makna kebudayaan
nasional harus merupakan kerangka acuan bagi setiap penduduk untuk
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran kebudayaan
nasional di tengah-tengah budaya daerah atau suku tertentu mampu mengisi
kekosongan sistem nilai yang berlaku secara nasional.
Kajian kebudayaan nasional khas Indonesia pada dasarnya dapat dipilah
menjadi tiga kelompok yaitu: (1) kebudayaan suku bangsa; (2) kebudayaan daerah
dan (3) kebudayaan nasional. Masing-masing kebudayaan berfungsi sebagai
kerangka acuan serta menjadi lingkungan temapt tumbuhnya pergaulan antar
anggota masyarakat. Pengembangan kebudayaan nasional sebagai satu kesatuan
sangat diperlukan pada masyarakat yang bersifat majemukseperti Indonesia.
Pelajaran yang dapat dipetik dari nilai-nilai kearifan lokal, tradisi dan nilai-
nilai terluhur budaya adalah ditemukannya kesamaan terhadap prinsip-prinsip,
etika, norma dan petunjuk kehidupan yang bersifat dan berlaku secara universal.
Artinya, setiap daerah memiliki pranata sosial-budaya yang berlaku. Kemajemukan
tradisi budaya daerah membentuk budaya nasional yang kokoh dalam bentuk
saripati nilai-nilai terluhur budaya sebagaimana yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila.
2.7 Integrasi Nasional dan Tugas-Tanggung Jawab Masa Depan
Integrasi nasional merupakan bagian penting dari pengembangan budaya
bangsa dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan serta jatidiri bangsa.
Karakteristik “Kebhinekaan isi” pada dasarnya adalah modal dan aset bangsa yang
tak berniali harganya, karena masalah di masa lalu telah mampu membentuk
kesatuan sosial dan jati diri bangsa. Akan tetapi, “kebhinekaan isi” dapat berubah
menjadi sumber ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa bila ada pihak yang

12
berupaya memaksakan kehendak baik di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya maupun pertahanan-keamanan.
Pada saat ini, bangsa Indonesia telah memasuki tekanan dan pengaruh global
sehingga harus masuk ke dalamnya padahal daya adaptasi masih rendah. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar untuk
mempertahankan jatidiri sebagai bangsa berbudaya. Dengan berlakunya otonomi
daerah maka kecenderungan daerah untuk mempertahankan eksklusivisme
kesukuan menjadi tema penting dalam memasuki era global ini.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Integrasi nasional identik dengan integrasi bangsa yang mempunyai pengertian
suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial budaya ke dalam
kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa yang harus dapat
menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam mencapai
tujuan bersama sebagai suatu bangsa. Pada dasarnya integrasi nasional memuat
makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-
masing anggota masyarakat. Konsep ini tampaknya sejalan dengan kondisi
Indonesia saat ini, sebagai bangsa yang besar dan kaya baik dari kebudayaan
ataupun wilayah.
Ada beberapa faktor dalam integrasi nasional antara lain yaitu faktor
pendorong dan faktor penghambat. Dalam faktor pendorong sendiri antara lain
yaitu: pembentukan bangsa, sumpah pemuda, nasionalisme. Dalam faktor
pendorong tersebut kita bisa memahami dan meningkatkan rasa cinta tanah air dan
saling menghargai meskipun berbeda SARA. Dalam faktor penghambat antara lain
yaitu: Pembangunan Tidak Merata, Luas Wilayah Heteroginitas Budaya, Agama
dan lntoleransi, dan etrosme. Kesadaran identitas nasional selanjutnya menjadi
dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan
mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya
melepaskan bangsa dari subordinasi. Kemajemukan bangsa Indonesia merupakan
modal utama yang sangat berpotensi untuk membangun persatuan dan kesatuan,
nilai persatuan dan kesatuan tersebut telah tercermin ketika masa perjuangan
kemerdekaan. Bangsa Indonesia terbentuk dari unit-unit sosial yang sudah teruji
keampuhannya di mana setiap suku memiliki dan mengembangkan konsep dan
prinsip-prinsip kearifan lokal yang khas dan sangat sesuai dengan kebutuhan

14
masyarakat setempat. Pada saat ini, upaya pembangunan bangsa sering melupakan
kemajemukan budaya dengan segala konsekuensinya.
3.2 Saran
Saran dari kelompok kita sebagai warga Indonesia kita wajib saja mengikuti
pedoman bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Di dalam Pancasila menurut kita sudah
lengkap dalam mencakup beberapa aspek kehidupan seperti contohnya dalam sila
pertama yang berbunyi “kemanusian yang adil dan beradab” degan begitu kita
harus saling menghargai satu sama lain dan jangan sampai negara kita terpecah
belah dengan sikap warga negara kita sendiri.
Pada saat ini, bangsa Indonesia telah memasuki tekanan dan pengaruh global
sehingga harus masuk ke dalamnya padahal daya adaptasi masih rendah. Maka dari
itu saran dari kelompok kami kita sebagai pemuda/pemudi bangsa Indonesia
memiliki tanggung jawab yang besar untuk mempertahankan jatidiri sebagai
bangsa berbudaya. Dengan berlakunya otonomi daerah maka kecenderungan
daerah untuk mempertahankan eksklusivisme kesukuan menjadi tema penting
dalam memasuki era global ini

15
DAFTAR PUSTAKA

Aeni, S. N. (2018). Pengembangan Budaya Toleransi Beragama Berbasis Multikultural


dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Nasional 3 Bahasa Putera
Harapan Purwokerto. 1–117. http://repository.iainpurwokerto.ac.id/4095/
Astawa, P. A. (2017). Integrasi Nasional. Universitas Udayana, 1–25.
Christyanto, M., & Mayulu, H. (2021). Pentingnya pembangunan pertanian dan
pemberdayaan petani wilayah perbatasan dalam upaya mendukung ketahanan pangan
nasional: Studi kasus di wilayah perbatasan Kalimantan. Journal of Tropical AgriFood,
3(1), 1. https://doi.org/10.35941/jtaf.3.1.2021.5041.1-14
Clifford, G. (1992). Kebudayaan dan Agama, diterjemahkan oleh F. Budi Hardiman dari
The Interpretation of Cultures. Kanisius.
Dody K.S. (2013). Pelaksanaan Perkawinan Beda Agama Setelah Berlakunyaundang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dikecamatan Koto Tangah Kota
Padang.
Husaini, & Anisaturrahmi. (2019). Implementasi Integrasi Kurikulum pada TK Almanar
Kabupaten Bener Meriah. Jurnal Pendidikan, 8(1), 56–72.
Irianto, A. M. (2013). Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia.
Jurnal Pendikan, 18(1), 1–7.
Luckyto, S. A. C. (1997). Pondok Pesantren Modern Di Kabupaten Demak. 1–6.
Putra, H. S. A. (1999). Kemajemukan Budaya, Demokrasi, Komunikasi, Dan Integrasi
Nasional. In Jurnal i-lib UGM. http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=2816
Rahayu, S. (2016). Efektifitas Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 1 Tahun 2010
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun
2004 Tentang Ketertiban Umum Dalam Kaitannya Pada Anak – Anak Yang Berjualan
Koran Di Persimpangan Jalan Di Kota Pontianak.
Salamah, A. (2018). Penguatan Integrasi Nasional Di Era Disrupsi Dalam Perspektif
Pancasila. Seminar Nasional PKn UNNES, 26–40.

16
Sukawati, K., & Perbawa, L. P. (2017). Peran Integrasi Nasional Dalam Memperkuat
Kemajemukan Negara Indonesia Yang Berlandaskan Pancasila dan Kebinekaan.
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati, 1, 80–87.
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/semnasfh/article/view/4823
Washington, B. T. (2017). Character building. Character Building, 1–204.
https://doi.org/10.4324/9781315081526
Widiastuti, T. (2012). Sebuah Konflik Antarbudaya di Media. Journal Communication
Spectrum, Vol. 1 No., 147–170.

17

Anda mungkin juga menyukai