Anda di halaman 1dari 15

makalah PKN Integrasi Nasional

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

INTEGRASI NASIONAL
ANGGOTA KELOMPOK:
1. AHMAD ZIKRI (C1B014)
2. EKA SURYANI (C1B014)
3. FATRIK PRANATA (C1B014)
4. FERY CHANDRIA P (C1B014)
5. IZMI ANISA OKTAVIANI (C1B014)
6. NISYA PUSPITA SAFITRI ( C1B014023 )
7. NOVIE OKTAFANTIO ANANDA (C1B014)
8. RESYANAWATI (C1B014)
9. ZUHRATUL AULIA (C1B014)
DOSEN PEMBIMBING:
HJ.NETTY ,SH.MH

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
karunianya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
dibuat atas tugas dari Dosen Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraaan yang
mengharuskan kami untuk membuat sebuah makalahPendidikan
Kewarganegaraan mengenai materi “Integrasi Nasional”. , disamping itu sebagai media
pembelajaran kami, dalam melengkapi kegiatan perkuliahan.
Didalam makalah ini banyak sekali manfaat yang bisa diambil bagi pembaca,
selain dapat memberi wawasan yang lebih tentang Integrasi Nasional, kami juga
berharap pembaca dapat memahami maksud dari mempersatukan segala perbedaan
yang ada di dalam suatu negara menjadi satu kesatuan yang selaras dan seras secara
nasional.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga
kami yang senantiasa selalu mendo’akan kami, kepada Dosen Mata Kuliah Pendidikan
kewarganegaraan yang telah mempercayakan tugas makalah tentang Integrasi
Nasional ini kepada kami. Ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada seluruh pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa hormat kami.
Kami selalu merasa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan
,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak akan kami terima dengan lapang hati
demi kesempurnaan makalah ini.
Jambi,Desember 2014

Penyusun
Daftar isi
Katapengantar...........................................................................................................
1
Daftarisi..................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………..........………………………………………...... 3
1.2 Maksud dan Tujuan…………………..........……………………………………...... 3
1.3 Rumusan Masalah………………………….........………………………………..... 3
1.4 Metode Penelitian…………………………………..............………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Integrasi nasional …………………….....................…………….... 5
2.2 Pentingnya Integrasi nasional ……………………………………………........... 7
2.3 Srategi Integrasi ……………………………………………………..................... 9
2.4 Integrasi Nasional Indonesia…………………………...................................... 12
2.5 Faktor Pendorong Integrasi Nasional............................................................... 19
2.6 Faktor Pengahambat Integrasi Nasional.......................................................... 19
2.7 Contoh Wujud Integrasi Nasional.................................................................... 20
2.8 Contoh Pendorong-pendorong Integrasi Nasional........................................... 21

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………............... 22
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Makalah
Makalah ini dilatarbelakangi dari tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan, selain itu menjadi langkah awal untuk mengasah
kemampuan kami dalam membuat makalah. Makalah ini berisikan tentang Integrasi
Nasional. Makalah ini juga berisikan tentang betapa pentingnya Integrasi Nasional
dalam keterkaitannya dengan pluralitas.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari makalah ini yaitu kami ingin memberi gambaran kepada pembaca
tentang Penjelasan mengenai masyarakat madani supaya para pembaca dapat
memahami apa yang dimaksud dengan integrasi nasional dan penjelasannya . Makalah
ini juga bertujuan memberi wawasan dan pengetahuan yang lebih tentang integrasi
nasional yang berhubungan dengan kepluralitasan terutama bagi bangsa Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas beberapa masalah :
 Apa yang dimaksud dengan Integrasi Nasional?
 Apa pentingnya Integrasi Nasional?
Apa faktor-faktor Integrasi Nasional?
Bagaimana Integrasi Nasional di Indonesia?dll
1.4 Metode penelitian
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu dengan
menggunakan media internet dan merangkum buku paket.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Integrasi nasional
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara
nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik
dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi
bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau
mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan,hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang
baru.Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan
karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat
mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh
unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya (Saafroedin Bahar,1998).
“Mengintegrasikan” berarti membuat untuk atau menyempurnakan dengan jalan meny
atukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah. Menurut
Howard Wrigins (1996), integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yangberbeda dari
suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh
atau memadukan masyarakat-
masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa. Jadi menurutnya, integrasi ban
gsa dilihatnya sebagai peralihan
dari banyak masyarakat kecil menjadi satu masyarakat besar.
Tentang integrasi, Myron Weiner (1971) memberikan lima definisi mengenai integ
rasi, yaitu:
a. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budayadan
sosial dalam satu wilayah dan
proses pembentukan identitas nasional,membangun rasa kebangsaan dengan cara me
nghapus kesetiaan padaikatan-ikatan yang lebih sempit.
b. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang
kekuasaannasional pusat di atas unit-
unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakankelompok-
kelompok sosial budaya masyarakat tertentu.
c. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara
pemerintahdengan yang diperintah. Mendekatkan perbedaan-
perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok elit dan massa.
d. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang
minimum yangdiperlukan dalam memelihara tertib sosial.
e. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi
dan yangditerima demi mencapai tujuan bersama.
Sejalan dengan
definisi tersebut, Myron Weiner membedakan 5 (lima) tipe integrasi yaitu integrasi
nasional, integrasi wilayah, integrasinilai, integrasi elit-
massa, dan integrasi tingkah laku (tindakan integratif)
Integrasi merupakan upaya menyatukan bangsa-bangsa yang berbeda dari
suatu masyarakat menjadi satu
keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat kecil
yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa. Howard Wriggins (1996) menyebut
ada 5 (lima) pendekatanatau
cara bagaimana para pemimpin politik mengembangkan integrasibangsa.

Kelima pendekatan yang selanjutnya kami sebut sebagai faktor yang menentuka
n tingkat integrasi suatu negara adalah:
1) adanya ancaman dari luar,
2) gaya politik kepemimpinan
3) kekuatan lembaga-lembaga politik,
4) ideologi nasional, dan
5) kesempatan pembangunan ekonomi
Hampir senada dengan pendapat di
atas, Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat
dapat terintegrasi apabila,
1) masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamentalyang
dapat dijadikan rujukan bersama,
2) masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki “croos
cuttingaffiliation” sehingga menghasilkan “croos cutting loyality”, dan 3) masyarakat b
erada di atas saling ketergantungan di antara unit-unit sosial
yang terhimpun di dalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.

2.2 Pentingnya Integrasi nasional


Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi
setiap negara. Sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yang
diperlukan bagi negara untuk membangun kejayaan nasional demi mencapai t
ujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara
senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan banyak
kerugian yang diderita, baik kerugian berupa fisik materiil seperti
kerusakan sarana dan
prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,maupun kerugian mental spiritual s
eperti perasaan kekawatiran, cemas,
ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang berkepanjangan. Di sisi lain banyak pula
potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara, yangmestinya dapat digunaka
n untuk melaksanakan pembangunan bagi
kesejahteraan masyarakat, harus dikorbankan untuk menyelesaikan
konflik tersebut. Dengan demikian negara yang senantiasa diwarnai
konflik di dalamnya akan sulit untuk mewujudkan kemajuan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diw
ujudkan, karena setiap masyarakat di samping membawakan
potensi integrasi juga menyimpan potensi konflik atau pertentangan.
Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerjasama, serta konsensustentang nilai-
nilai tertentu dalam masyarakat, merupan potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya p
erbedaan-perbedaan yang ada
dalam masyarakat seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya,
dan perbedaan kepentingan adalah menyimpan potensi konflik, terlebih
apabila perbedaan-perbedaan itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara
dan sikap yang tepat.
Namun apapun kondisinya integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang
sangan dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena it
u perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat
berarti kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
Sejarah Indonesia adalah sejarah yang merupakan proses daribersatunya suku-
suku bangsa menjadi sebuah bangsa. Ada semacam
proses konvergensi, baik yang disengaja atau tak disengaja, ke arah menyatunya suku-
suku tersebut menjadi satu kesatuan negara dan bangsa.(Sumartana dkk, 2001:100)
2.3 Strategi Integrasi
Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami oleh
semuanegara, terutama adalah negara-negara berkembang.
Dalam usianya yang masih relatif muda dalam membangun negara bangsa (nation
state), ikatanantara kelompok-kelompok yang berbeda dalam negara masih rentan
dan mudah tersulut untuk terjadinya pertentangan antar kelompok. Di
samping itu masyarakat di negara berkembang umumnya memiliki ikatan
primordial yang masih kuat. Kuatnya ikatan
primordial menjadikan masyarakat lebih terpancang pada ikatan-
ikatan primer yang lebih sempit
seperti ikatan keluarga, ikatan kesukuan, ikatan sesama pemeluk agama, dan
sebagainya. Dengan demikian upaya mewujudkan integrasi nasional yang
notabene mendasarkan pada ikatan yang lebih luas dan melawati batas-batas
kekeluargaan, kesukuan, dan keagamaan menjadi sulit untuk diwujudkan.
Dalam
rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang mantap ada beberapa strat
egi yang mungkin ditempuh, yaitu:
1. Stategi Asilmilasi
2. Strategi Akulturasi
3. Strategi Pluralis
Ketiga strategi tersebut terkait dengan seberapa jauh penghargaan yang dibe
rikan atas unsur-
unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat. Srtategiasimilasi, akulturasi, dan
pluralisme masing-masing menunjukkan
penghargaan yang secara gradual berbeda dari yang paling kurang, yang
lebih, dan yangpaling besar penghargaannya terhadap unsur-unsur perbedaan
dalam masyarakat,di dalam upaya mewujudkan integrasi nasional tersebut.
1. Strategi Asimilasi
Asimilasi adalah_proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebihmenjadi
satu kebudayaan yang baru, di mana dengan percampurantersebut maka masing-
masing unsur budaya melebur menjadi satu_sehingga dalam kebudayaan yang
baru itu tidak tampak lagi identitas_budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini
menjadi
sebuah strategi integrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikanmasyarakat
nya dengan mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada
dalam negara itu benar-
benar melebur menjadi satu dan tidak lagi menampakkan ident itas budaya kelompok
atau budaya lokal. Dengan strategi yang demikian tampak bahwa
upaya mewujudkan integrasi nasional dilakukan tanpa menghargai unsur-
unsur budaya kelompok atau budaya lokal
dalam masyarakat negara yang bersangkutan. Dalam konteks
perubahan budaya, asimilasi memang bisa saja terjadi dengan sendirinya
oleh adanya kondisi tertentu dalam masyarakat. Namun bisa juga hal itu merupakan ba
gian dari strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya,
yaitu dengan cara melakukan rekayasa budaya agar integrasi nasional dapat diwujud
kan. Dilihat dari perspektif
demokrasi, apabila upaya yang demikian itu dilakukan dapat dikatakan sebagai
cara yang kurang demokratis dalam mewujudkan integrasi nasional.
2. Strategi Akulturasi
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan_atau_lebih se
hingga memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri_ciri budaya_asli pembentukn
ya masih tampak dalam kebudayaan baru tersebut.
Dengandemikian berarti bahwa kebudayaan baru yang terbentuk tidak “melumat”
semua unsur budaya pembentuknya. Apabila akulturasi ini menjadistrategi integras
i yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara, berarti bahwanegara mengintegrasikan
masyarakatnya dengan mengupayakan adanya identitas budaya bersama namun ti
dak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok atau budaya lokal.
Dengan strategi
yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional dilakukan de
ngantetap menghargai unsur-unsur budaya
kelompok atau budaya lokal, walaupunpenghargaan tersebut dalam
kadar yang tidak terlalu besar. Sebagaimanaasimilasi, proses akulturasi juga
bisa terjadi dengan sendirinya tanpa sengaja dikendalikan oleh negara.
Namun bisa juga akulturasi menjadi bagian dari strategi pemerintah negara dala
m mengintegrasikan masyarakatnya. Dihat dari perspektif demokrasi, strategi integ
rasi nasionalmelalui upaya akulturasi dapat dikatakan sebagai
cara yang cukup demokratis dalam mewujudkan integrasi nasional, karena ma
sih menunjukkan penghargaan terhadap unsur-
unsur budaya kelompok ataubudaya lokal.
3. Strategi Pluralis
Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya
perbedaan dalam masyarakat. Paham
pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasinasional
dengan memberi kesempatan pada segala
unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat
untuk hidup dan berkembang. Ini berarti bahwa dengan strategi pluralis,
dalam mewujudkan integrasi nasionalnegara memberi kesempatan kepada semua
unsur keragaman dalam negara, baiksuku, agama, budaya daerah, dan perbedaan-
perbedaan lainnya untuk tumbuh dan berkembang, serta hidup berdampingan
secara damai. Jadi integrasinasional diwujudkan dengan tetap menghargai terdapa
tnya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.
Hal ini sejalan dengan pandanganmultikulturalisme, bahwa setiap unsur
perbedaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama, sehingga masing-
masing berhak mendapatkan kesempatan untukberkembang.

2.4 Integrasi Nasional Indonesia


2.4.1 Dimensi Integrasi Nasional
Integrasi nasional dapat dilihat dari
dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horisontal. Dimensi vertikal dari integra
si adalah dimensi yangberkenaan dengan upaya menyatukan persepsi, keinginan,
dan harapan yang ada antara elite dan massa atau antara pemerintah
dengan rakyat.Jadi integrasi vertikal merupakan upaya mewujudkan integrasi
dengan menjebatani perbedaan-perbedaan antara pemerintah dan
rakyat. Integrasi nasional dalam dimensi yang demikian biasa disebut
dengan integrasi politik. Sedangkan dimensi horisontal daari integrasi
adalah dimensi yangberkenaan dengan upaya mewujudkan persatuan di
antara perbedaan-
perbedaan yang ada dalam masyarakat itu sendiri, baik perbedaan wilayah tempat tin
ggal, perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan pernedaan-
perbedaan lainnya. Jadi integrasi horisontal merupakanupaya mewujudkan integrasi
dengan menjembatani perbedaan antar kelompokdalam masyarakat. Integrasi
nasional dalam dimensi ini biasa disebut denganintegrasi teritorial.
Pengertian integrasi nasional mecakup baik dimensi vertikal maupun dimensi ho
risontal. Dengan demikian persoalan integrasi nasional menyangkutkeserasian hubunga
n antara pemerintah dan rakyat, serta keserasian hubungan di antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat dengan latarbelakang perbedaan di dalamnya.
Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi data
ng dari keduanya. Dalam dimensi horizontal tantangan yangada berkenaan dengan pe
mbelahan horizontal yang berakar pada
perbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal tant
angan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, dimana latar
belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum
elite berbeda dari massa yang cenderung berpandangan tradisional.Masalah y
ang berkenaan dengan dimensi vertikal lebih sering muncul ke
permukaan setelah berbaur
dengan dimensi horizontal, sehinggamemberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesi
a dimensi horizontal lebih menonjol daripada dimensi vertikalnya. (Sjamsuddin, 1989: 1
1). Tantanganintegrasi nasional tersebut lebih menonjol ke permukaan
setelah memasukiera reformasi tahun 1998. Konflik horizontal maupun vertikal
sering terjadi bersamaan dengan melemahnya otoritas pemerintahan di
pusat. Kebebasan yang digulirkan pada era reformasi sebagai bagian dari
prosesdemokratisasi telah banyak disalahgunakan oleh kelompok-
kelompok dalammasyarakat untuk bertindak seenaknya sendiri, tindakan mana kemudia
nmemunculkan adanya gesekan-gesekan antar
kelompok dalam masyarakat dan memicu terjadinya konflik atau
kerusuhan antarkelompok. Bersamaan dengan itu demontrasi menentang kebijakanp
emerintah juga banyak terjadi, bahkan seringkali demonstrasi itu diikuti oleht indakan-
tindakan anarkhis.
Keinginan yang kuat dari pemerintah untuk mewujudkan
aspirasimasyarakat, kebijakan
pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, dukungan ma
syarakat terhadap pemerintah yang sah, dan ketaatan
warga masyarakat melaksanakan kebijakan pemerintah
adalah pertanda adanya integrasi dalam arti vertikal. Sebaliknya kebijakan
demi kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang tidak/kurang sesuai
dengan keinginan dan harapan masyarakat serta penolakan sebagian besar
warga masyarakat terhadap kebijakan pemerintah menggambarkan kurang
adanya integrasi vertikal. Memang tidak ada kebijakan pemerintah yang
dapat melayani dan memuaskan seluruh warga masyarakat, tetapi setidak-
tidaknya kebijakan pemerintah hendaknya
dapat melayani keinginan dan harapan sebagian besar warga masyarakat.
Sedangkan jalinan hubungan dan kerjasama di antara kelompok-
kelompokyang berbeda dalam masyarakat, kesediaan untuk
hidup berdampingan secaradamai dan saling menghargai antara kelompok-
kelompok masyarakat dengan pembedaan yang ada satu sama lain, merupaka
n pertandaadanya integrasi dalam arti horisontal. Kita juga tidak
dapat mengharapkanterwujudnya integrasi horisontal ini dalam arti yang
sepenuhnya. Pertentangan atau konflik antar kelompok dengan berbagai latar belak
ang perbedaanyang ada, tidak pernah tertutup sama sekali
kemungkinannya untuk terjadi.Namun yang diharapkan bahwa konflik itu
dapat dikelola dan dicarikan solusinya dengan baik, dan terjadi dalam
kadar yang tidak terlalu mengganggu upaya pembangunan bagi
kesejahteraan masyarakat danpencapaian tujuan nasional.
2.4.2 Mewujudkan Integrasi Nasional Indonesia
Salah satu persoalan yang dialami oleh negara-
negara berkembangtermasuk Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional
adalah masalah primordialisme yang masih
kuat. Titik pusat goncangan primordial
biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah(kesukuan
), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan.
(Geertz, dalam: Sudarsono, 1982: 5-7).
Di era globalisasi, tantangan itu bertambah oleh adanya tarikan
global di mana keberadaan negara-bangsa sering dirasa terlalu sempit
untuk mewadahi tuntutan dan kecenderungan global. Dengan demikian
keberadaan negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan dari luar berup
a globalisasi yang cenderung mangabaikan batas-batas negara-
bangsa, dan tarikan dari dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatan-
ikatan yang sempit seperti ikatan
etnis, kesukuan, atau kedaerahan. Di situlah nasionalisme dan keberadaan negara n
asional mengalami tantangan yang semakin berat.
Namun demikian harus tetap diyakini bahwa nasionalisme sebagai
karakter bangsa tetap diperlukan di era Indonesia merdeka sebagai
kekuatan untuk menjaga eksistensi, sekaligus mewujudkan taraf peradaban yang luhu
r, kekuatan yang tangguh, dan mencapai negara-
bangsa yang besar. Nasionalisme
sebagai karakter semakin diperlukan dalam menjaga harkat dan martabat bangsa
di era globalisasi karena gelombang “peradaban kesejagatan” ditandai oleh sem
akin kaburnya batas-
batas teritorialnegara akibat gempuran informasi global yang nyaris tanpa hambatan y
ang dihadirkan oleh jaringan teknologi informasi dan
komunikasi.(Budimansyah dan Suryadi, 2008:164).
Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang diwarnai oleh berbagai
keanekaragaman, harus disadari bahwa masyarakat Indonesia menyimpan
potensi konflik yang sangat besar, baik konflik yang bersifat vertikalmaupun bersif
at horizontal. Dalam dimensi vertikal, sepanjang sejarah
sejak proklamasi Indonesia hampir tidak pernah lepas dari gejolak
kedaerahan berupa tuntutan untuk memisahkan diri. Sedangkan dalam
dimensihorizontal, sering pula dijumpai adanya gejolak atau pertentangan di
antarakelompok-
kelompok dalam masyarakat, baik konflik yang bernuansa ras,kesukuan, keagamaan,
atau antargolongan. Di samping itu juga konflik yangbernuansa kecemburuan sosial. D
alam skala nasional, kasus Aceh, Papua, Ambon merupakan
konflik yang bersifat vertikal dengan target untukmemisahkan diri dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kasus-kasus tersebut dapat dilihat
sebagai konflik antara masyarakat daerah denganotoritas kekuasaan yang
ada di pusat. Di samping masuknya kepentingan-
kepentingan tertentu dari masyarakat yang ada di daerah, munculnya konflik terseb
ut merupakan ekspresi ketidakpuasan terhadap kebijakanpemerintah pusat yang
diberlakukan di daerah. Kebijakan pemerintah pusat dianggap memunculkan kese
njangan antardaerah, sehingga ada daerah-daerah tertentu yang
sangat maju pembangunannya, sementara adadaerah-
daerah yang masih terbelakang. Dalam hubungan ini, isu dikhotomi Jawa-luar
Jawa sangat menonjol, di mana Jawa dianggap merepresentasikan pusat
kekuasaan yang kondisinya sangat maju,sementara banya daerah-daerah
di luar Jawa yang merasa menyumbangkan pendapatan yang besar pada negara, ko
ndisinya masih terbelakang. Denganmengacu pada faktor-
faktor terjadinya konflik kedaerahan sebagaimanadisebutkan di atas, konflik
kedaerahan di Indonesia agaknya terkait secara akumulatif dengan berbagai f
aktor tersebut.
Di samping konflik vertikal tersebut, konflik horizontal juga sering muncul, baik
konflik yang berlatarbelakang keagamaan, kesukuan, antarkelompok ataugolongan dan
semacamnya yang muncul dalam bentuk
kerusuhan, perang antarsuku, pembakaran rumah-rumah ibadah, dan
sebagainya. Dalam hal ini dapat kita sebutkan kasus-kasus yang terjadi di Poso,
Sampit, Ambon, kasusdi Lombok, dan masih ada tempat-tempat yang lain.
Terjadinya konflik horizontal biasanya juga merupakan akumulasi dari berbagai
faktor baik faktor kesukuan atau etnis, agama, ekonomi, sosial, dan
sebagainya. Apa yang tampak sebagai kerusuhan yang berlatarbelakang agama bis
a jadilebih terkait dengan sentimen etnis
atau kesukuan, begitu juga dengan konflik yang tampak dengan latar belakang etn
is atau keagamaansebenarnya hanya merupakan perwujudan
dari kecemburuan sosial. Sejak awal berdirinya negara Indonesia, para pendiri negara
menghendaki persatuandi negara ini diwujudkan dengan menghargai terdapatnya perb
edaan
didalamnya. Artinya bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesiadilakukan
dengan tetap memberi kesempatan kepada unsur-
unsur perbedaan yang ada untuk dapat tumbuh dan berkembang secarabersa
ma-sama. Proses pengesahan Pembukaan UUD
1945 oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang bahannya diambil
dari Naskah Piagam Jakarta, dan di dalamnya terdapat rumusan dasar
dasar negara Pancasila, menunjukkan pada kita betapa tokoh-tokoh
pendiri negara (the founding fathers) pada waktu itu menghargai perbedaan-
perbedaan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Para pendiri negara rela mengesampingkan persoalan perbedaan-
perbedaan yang ada demi membangun sebuah negara yang
dapat melindungi seluruh rakyat Indonesia.
Sejalan dengan itu dipakailah semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yangartinya walau
pun berbeda-beda tetapi tetap
satu adanya. Semboyan tersebutsama maknanya dengan istilah “unity
in diversity”, yang artinya bersatu dalamkeanekaragaman, sebuah
ungkapan yang menggambarkan
cara menyatukan secara demokratis suatu masyarakat yang di dalamnya
diwarnai oleh adanya berbagai perbedaan. Dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika tersebut segala perbedaan dalam masyarakat ditanggapi bukan seb
agai keadaan yang menghambat persatuan dan
kesatuan bangsa, melainkan sebagai kekayaan budaya yang dapat dijadikan s
umber pengayaan kebudayaan nasional kita.
Untuk terwujudnya masyarakat yang menggambarkan semboyan
BhinnekaTunggal Ika, diperlukan pandangan atau
wawasan multikulturalisme.Multikulturalisme adalah pandangan bahwa setiap
kebudayaan memiliki nilaidan kedudukan yang sama dengan kebudayaan lain, sehingg
a setiap kebudayaan berhak mendapatkan tempat sebagaimana
kebudayaan lainnya. (Baidhawy, 2005:5).
Perwujudan dari multikulturalisme adalah kesediaan orang-
orang dari kebudayaan yang beragam untuk hidup berdampingansecara damai. Di
sini diperlukan sikap
hidup yang memandang perbedaan diantara anggota masyarakat sebagai
kenyataan yang wajar dan tidak menjadikan perbedaan tersebut sebagai
alasan untuk berkonflik. Disamping itu perlu memandang kebudayaan orang lain
dari perspektif pemilik kebudayaan yang bersangkutan, dan bukan memandangkebu
dayaan orang lain dari perspektif dirinya sendiri. Oleh karena itu multikulturalisme men
ekankan pentingnya belajar tentang kebudayaan-
kebudayaan lain dan mencoba memahaminya secara penuh
dan empatiksehingga dapat menghargai kebudayaan-kebudayaan lain di
sampingkebudayaannya sendiri.

2.5 Faktor Pendorong Integrasi Nasional


Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan
dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan
perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan
oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan,
Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
2.6 Faktor Penghambat Integrasi Nasional
Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:

1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor


kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah,
agama yang dianut, ras dan sebagainya.
2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh
lautan luas.
3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang
merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam
maupun luar negeri.
4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah
SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan,
demonstrasi dan unjuk rasa.
5. Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan
kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
2.7 Contoh Wujud Integrasi Nasional
Contoh wujud integrasi nasional, antara lain sebagai berikut:

1. Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah


Republik Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks Taman Mini
Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua propinsi di Indonesia (waktu itu ada 27
provinsi). Setiap anjungan menampilkan rumah adat beserta aneka macam hasil budaya
di provinsi itu, misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas daerah, dan sebagainya.
2. Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman,
tetangga atau saudara, kita harus saling menghormati.
3. Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau
mempelajari budaya daerah lain, misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar
menari legong yang merupakan salah satu tarian adat Bali. Selain anjungan dari semua
propinsi di Indonesia, di dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah juga terdapat
bangunan tempat ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia, yaitu masjid
(untuk agama Islam), gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk agama
Hindu) dan wihara (untuk agama Buddha). Perlu diketahui, bahwa waktu itu agama
resmi di Indonesia baru 5 (lima) macam.
2.8 Contoh-contoh pendorong integrasi nasional
Contoh-contoh pendorong integrasi nasional :

– Adanya rasa keinginan untuk bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan
tangguh di masa yang akan datang.
– Rasa cinta tanah air terhadap bangsa Indonesia
– Adanya rasa untuk tidak ingin terpecah belah, karena untuk mencari kemerdekaan itu
adalah hal yang sangat sulit.
– Adanya sikap kedewasaan di sebagian pihak, sehingga saat terjadi pertentangan
pihak ini lebih baik mengalah agar tidak terjadi perpecahan bangsa.
– Adanya rasa senasib dan sepenanggungan
– Adanya rasa dan keinginan untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi
terciptanya kedamaian.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami hampir
semua negara, terutama negara-negara yang usianya masih relatifmuda, termasuk
Indonesia. Hal ini disebabkan karena mendirikan negara berarti menyatukan orang
-
orang dengan segala perbedaan yang adamenjadi satu entitas kebangsaan yang bar
u menyertai berdirinya negara tersebut. Begitu juga negara Indonesia yang usianya
masih relatif muda.Sejak proklamasi kemerdekaan sampai
sekarang negara Indonesia masihmenghadapi persoalan bagaimana menyatukan pend
uduk
Indonesia yang didalamnya terdiri dari berbagai macam suku, memeluk agama yang
berbeda-beda, berbahasa dengan bahasa daerah yang beranekaragam,
serta memiliki kebudayaan daerah yang berbeda satu sama lain, untuk menjadisat
u entitas baru yang dinamakan bangsa Indonesia.
Pengalaman menunjukkan bahwa dalam perjalanan membangun
kehidupan bernegara ini, kita masih sering dihadapkan pada kenyataan adanya
konflik atar kelompok dalam masyarakat, baik konflik yangberlatarbelakang
kesukuan, konflik antar pemeluk agama, konflik karenakesalahpahaman budaya,
dan semacamnya. Hal itu menunjukkan bahwa persoalan integrasi nasional
Indonesia sejauh ini masih belum tuntas perlu terus dilakukan pembinaan. Walau
pun harus juga disadari bahwa integrasi nasional
dalam arti sepenuhnya tidak mungkin diwujudkan, dankonflik di antara sesama w
arga bangsa tidak dapat dihilangkan sama
sekali. Tulisan ini akan memaparkan kondisi masyarakat Indonesiayang diwa
rnai oleh berbagai macam perbedaan dan upaya mewujudkanintegrasi nasional dengan
tetap menghargai terdapatnya perbedaan- perbedaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Bagir, Zainal Abidin, 2011, Pluralisme Kewargaan, Arah Baru PolitikKerag
aman di Indonesia, Mizan dan CRCS, Bandung-Yogyakarta.
Buku-Modul-Kuliah-Kewarganegaraan.Pdf
Ismail, Faisal. 1999. Agama dan Integrasi Nasional (Makalah). Yogyakarta:Tidak
Diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai