Anda di halaman 1dari 11

Makalah Kewarganegaraan tentang Integrasi Nasional

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

INTEGRASI NASIONAL

OLEH
1. FRANSISIKUS D. DARMA ( 14.31.6036)
2. NATALIA SERVIANI (16.31.6036)
3. KAROLINA ANI ( 14.31. 6189)
4. YOHANES ARBONI

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


STKIP ST. PAULUS RUTENG
2016/2017
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini dibuat sebagai bentuk kepedulian kelompok terhadap masalah integrasi
nasional yang kian mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia. Makalah ini banyak berbicara
tentang masalah integrasi nasional, faktor-faktor pembentuk integrasi, baik yang positif maupun
negatif dan strategi integrasi untuk menghadapi bangsa yang majemuk.
Tujuan lain penulisan makalah ini adalah sebagai bagian dari pemenuhan nilai tugas mata
kuliah Kewarganegaraan yang penting untuk pembentukan karakter kaum muda terutama yang
berada di lingkungan kampus STKIP St. Paulus
Anggota kelompok mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesikan karya tulis ini khususnya orang tua, dosen pengampuh
mata kuliah, kakak, adik dan teman-teman yang senantiasa mendukung kami sehingga tulisan
selesai tepat waktu.
Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala kritikan dan masukan agar makalah ini semakin baik dan berguna untuk
kita semua.

ii

DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Kata Pengantar……………………………………………………………………… ii
Daftar Isi.................................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2.Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Integras Nasional dan Pluralitas Masyarakat................................................. 3
2.1.1 Integrasi Nasional……………………………………………………… 3
2.1.2 Jenis-jenis Integrasi…………………………………………………… 4
2.2 Strategi Integrasi.............................................................................................. 7
2.3 Integrasi nasional Indonesia………………………………………………….. 9
2.4 Syarat Integrasi……………………………………………………………. 10
2.5 Faktor Pembentuk Integrasi………………………………………………... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 13
3.2 Saran............................................................................................................... 13
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 14

iii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terpisah-pisah dari segi lingkungan geogarfisnya yang
terdiri dari pulau-pulau dari yang terbesar sampai ke pulau yang terkecil. Dari segi wilayah
Indonesia dapat dibagi dua yaitu Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Kenyataan semacam ini
yang menyebabkan NKRI terdiri dari berbagai aspek budaya yang berbeda. Baik dari suku, ras,
bahasa dan agama yang berbeda-beda. Dari hal ini tergambar jelas tentang bagaimana upaya
yang akan kita lakukan untuk mempersatukan perbedaan ini menjadi suatu kesatuan yang utuh
tanpa mengilangkan keasliannya. Suatu negara tidak mungkin bisa mempertahankan integrasinya
jika kelompok yang ada di dalamnya tidak bersatu.
Suatu negara membutuhkan persatuan untuk membangun bangsanya yang dinamakan
integrasi nasional. Dengan membangun integrasi, negara dapat memperkokoh persatuan dan
kesatuannya. Dapat dikatakan integrasi sebagai salah satu tolak ukur pembentukan suatu bangsa
yang majemuk atau plural. Jika hal semacam ini tidak dilakukan, dengan sendiri kita akan mudah
goyah dan rutuh seiring perkembangan zaman. Setiap individu dituntut untuk bekerja sama tanpa
melihat perbedaan dari segi suku, bahasa, dan budaya. Individu juga harus mengedepankan
kepetingan umum sebelum kepentingan pribadi.
Konsep integrasi pada dasarnya sejalan dengan kondisi Indonesia pada saat ini ketika konflik
antar etnik, antara daerah, antara agama,suku, partai politik, antar pelajar, serta konflik lainya
yang mengatasnamakan kepentingan sendiri diberbagai daerah yang ada di Indonesia.
Persoalan-persoalan seperti ini tentu tak lepas dari perhatian kita sebagai bagian dari Indonesia
yang terkenal dengan kemajemukannya sebagai bangsa yang aman. Memang pada
pelaksanaannya sangat sulit mempersatukan atau mengintegrasikan suata masyarakat yang
majemuk seperti bangsa Indonesia. Kita juga harus menyadari bahwa konflik karena suatu
perbedaan tidak akan pernah selesai secara sepenuhnya dan bukan berarti kita pasrah pada
kenyataan ini. Untuk itu integrasi perlu diupayakan lebih lanjut untuk membangun Indonesia
yang lebih baik.
Pada makalah ini kelompok kami akan membahas beberapa hal yang terdiri dari subtema
berkaitan dengan integrasi nasional terutama berkaitan dengan pluralitas masyarakat Indonesia,
strategi integrasi dan integrasi nasional di Indonesia.
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberi gambaran, wawasan dan pengetahuan tentang
pentingnya integrasi nasional yang berkaitan dengan kemajemukan bangsa Indonesia.
1.3 Manfaat
a. Bagi pembaca
Para pembaca dapat mengetahui dan memahami konsep integrasi, kemajemukan bangsa
Indonesia, strategi integrasi, faktor pembentuk dan penghambat integrasi serta kesadaran akan
pentinnya integrasi bangsa bagi kaum muda.
b. Bagi penulis
Penulis lebih memahami pentingnya integrasi bangsa Indonesia melihat kenyataan bangsa kita
yang majemuk dan tantangan global yang menguji integrasi nasional

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Integrasi Nasional dan Pluralitas Masyarakat
2.1.1 Integrasi Nasional
Integrasi nasional terdiri dari istilah integrasi dan nasional. Integrasi berasal dari bahasa
Inggris” integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi memiliki dua
pengertian, yaitu (a) pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem
sosial tertentu dan (b) membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) integrasi berarti pembaruan dan
penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Berintegrasi artinya berpadu atau
bergabung menjadi satu kesatuan yang utuh. Secara antropologis integrasi nasional berarti
proses penyesuaian di antara unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai unsur
keserasian dalam kehidupan bermasyarakat. Saafroedin Bahar ( 1997) menyatakan bahwa
intregasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan
wilayahnya . Mengintegrasikan berarti membuat atau menyempurnakan dengan jalan
menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah. Sedangkan menurut Howard Wringgisn(
2016: 152) integrasi adalah penyatuan bagian yang berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi
suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat kecil yang jumblahnya banyak
menjadi suatu kesatuan bangsa.

Tentang integrasi, Myron Weiner (1971) memberikan lima definisi mengenai integrasi, yaitu:
a. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam satu
wilayah dan proses pembentukan identitas nasional, membangun rasa kebangsaan dengan cara
menghapus kesetiaan pada ikatan-ikatan yang lebih sempit.
b. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat di atas
unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok-kelompok sosial budaya
masyarakat tertentu.
c. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintah dengan yang diperintah.
Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok elit dan massa.
d. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang diperlukan dalam
memelihara ketertiban sosial.
e. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang diterima demi
mencapai tujuan bersama.

Menurut kelompok kami integrasi nasional adalah proses penyatuan kelompok-kelompok


yang berbeda menjadi satu kesatuan yang utuh.
2.1.2 Jenis-jenis Integrasi
Myron Weiner dalam Ramlan Surbakti (2010) lebih cocok menggunakan istilah integrasi
politik daripada integrasi nasional. Menurutnya integrasi politik adalah penyatuan masyarakat
dengan sistem politik. Integrasi politik dibagi menjadi lima jenis, yakni:
1) Integrasi bangsa
2) Integrasi wilayah
3) Integrasi nilai
4) Integrasi elit-massa
5) Integrasi tingkah laku (perilaku integratif).
1. Integrasi bangsa
Integrasi bangsa adalah proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam satu
kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas nasional. Ini dilakukan untuk
membangun rasa kebangsaan dalam suatu wilayah.
Contoh : Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, kebudayaan dan agama yang
berbeda namun berintegrasi dalam suatu wilayah yang membentuk negara Indonesia
2. Integrasi wilayah
Integrasi wilayah yaitu pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat di atas unit-unit sosial
yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok kelompok sosial budaya masyarakat tertentu.
Contoh : Negara Indonesia berkuasa atas wilayah dari Sabang sampai Merauke dengan batas-
batas wilayah yang telah ditentukan.
3. Integrasi nilai
Integrasi nilai, yakni adanya persetujuan atau konsensus terhadap nilai- nilai bersama yang
diperlukan untuk memelihara nilai sosial.
Contoh : Masyarakat Indonesia bersepakat bahwa nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila
merupakan nilai yang mampu menyatukan keberagaman bangsa.
4. Integrasi elit-massa
Integrasi elit- massa adalah kemampuan menghubungkan antara yang memerintah dengan yang
diperintah, antara penguasa dengan rakyat.
Contoh: Adanya komunikasi yang terjalin dengan seorang bupati atau kepala desa dengan
masyarakatnya.
5. Integrasi tingkah laku
Integrasi tingkah laku, yakni kemampuan orang-orang di dalam masyarakat untuk berorganisasi,
bekerja sama demi mencapai tujuan bersama dan yang bermanfaat.
Contoh: Orang-orang yang mempunyai modal dan membuka suatu usaha lalu bekerja sama
dengan orang lain di bawah manajemen yang sama.

1. Pluralitas Masyarakat Indonesia


Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralis atau masyarakat
majemuk merupakan suatu hal yang sudah sama-sama dimengerti. Dengan meminjam istilah
yang digunakan oleh Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah merupakan masyarakat yang
terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri, masing-masing
masing-masing sub sistem terikat ke dalam oleh ikatan-ikatan yang bersifat primordial (Geertz,
1963: 105 dst.).
Ikatan primordial adalah ikatan yang muncul dari perasaan yang lahir dari apa yang ada
dalam kehidupan sosial, yang sebagian besar berasal dari hubungan keluarga, ikatan kesukuan
tertentu, keanggotaan dalam keagamaan tertentu, budaya, bahasa atau dialek tertentu, serta
kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang membawakan ikatan yang sangat kuat dalam kehidupan
masyarakat.
Menurut Pierre L. van den Berghe masyarakat majemuk memiliki karakteristik (Nasikun,
1993: 33):
a. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki sub-
kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-
komplementer;
c. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat
dasar;
d. Secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain;
e. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan
dalam bidang ekonomi;
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.
Meskipun pendapat dari Piere sebagaimana yang telah tertulis di atas tidak secara utuh mewakili
kenyataan yang ada pada masyarakat Indonesia namun pendapatnya dapat digunakan sebagai
acuan untuk mengetahui masalah-masalah yang ada di Indonesia. Masyarakat Indonesia sangat
unik yang ditandai dengan dua ciri, yakni:
Pertama, secara horizontal yang ditandai dengan kenyatan kesatuan-kesatuan sosial
berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa , perbedaan agama, adat, serta perbedaan-
perbedaan yang bersifat kedaerahan.
Kedua, secara vertikal masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan
vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. (Nasikun, 1993: 28). Dalam
dimensi horizontal kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dilihat dari adanya berbagai
macam suku bangsa seperti suku bangsa Jawa, suku bangsa Sunda, suku bangsa Batak, suku
bangsa Minangkabau, suku bangsa Dayak, dan masih banyak yang lain.
Skinner menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa di Indonesia dengan bahasa dan adat
istiadat yang berbeda satu sama lain. Perbedaan yang mencolok dari jumlah suku bangsa yang
disebutkan di atas bisa terjadi karena perbedaan dalam melihat unsur-unsur keragaman pada
masing-masing suku bangsa tersebut. Namun seberapa jumlah suku bangsa yang disebutkan
oleh masing-masing, cukup rasanya untuk mengatakan bahwa masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang majemuk.
Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia masing masing memiliki adat-istiadat, budaya,
dan bahasanya yang berbeda satu sama lain, yang sekarang dikenal sebagai adat-istiadat, budaya,
dan bahasa daerah. Kebudayaan suku selain terdiri atas nilai-nilai dan aturan-aturan tertentu, juga
terdiri atas kepercayaan-kepercayaan tertentu, pengetahuan tertentu, serta seni yang diwariskan
dari generasi ke generasi. Di Indonesia juga terdapat kelompok warga masyarakat yang sering
dikatakan sebagai warga peranakan. Seperti warga peranakan Cina, peranakan Arab, peranakan
India. Kelompok warga masyarakat tersebut juga memiliki kebudayaannya sendiri, yang tidak
mesti sama dengan budaya suku-suku asli di Indonesia, sehingga muncul budaya orang-orang
Cina, budaya orang-orang Arab, budaya orang-orang India, dan lain-lain.
Keberagaman suku bangsa di Indonesia disebabkan oleh keadaan geografis Indonesia
yang merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang sangat banyak dan letaknya yang
saling berjauhan. Karena isolasi geografis antara satu pulau dengan pulau yang lain,
mengakibatkan masing-masing penghuni pulau dalam waktu yang cukup lama mengembangkan
kebudayaannya sendiri-sendiri terpisah satu sama lain. Di situlah secara perlahan-lahan identitas
kesukuan itu terbentuk, atas keyakinan bahwa mereka masing-masing berasal dari satu nenek
moyang, dan memiliki kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan suku yang lain.
Di Indonesia juga terdapat bermacam-macam agama seperti Islam, Kristen Katolik,
Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Selain keenam agama ini, masih ada juga aliran kepercayaan
lain yang penganutnya lumayan banyak. Ini sebabkan karena Indonesia berada pada jalur
perdagangan yang melintasi dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
2.2 Strategi Integrasi
Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang baik, ada beberapa strategi
ditempuh, yaitu:
1. Stategi Asilmilasi
2. Strategi Akulturasi
3. Strategi Pluralis
1. Strategi Asimilasi
Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi satu
kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka masing-masing unsur
budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak lagi
identitas masing-masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi sebuah strategi
integrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan
agar unsur-unsur budaya yang ada dalam negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan tidak
lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal.
2. Strategi Akulturasi
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih sehingga
memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih tampak
dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian berarti bahwa kebudayaan baru yang
terbentuk tidak “melumat” semua unsur budaya pembentuknya. Apabila akulturasi ini. Dengan
strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional dilakukan dengan
tetap menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal, walaupun penghargaan
tersebut dalam kadar yang tidak terlalu besar.
3. Strategi Pluralis
Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam masyarakat.
Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan memberi kesempatan
pada segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk hidup dan berkembang. Ini
berarti bahwa dengan strategi pluralis, dalam mewujudkan integrasi nasional negara memberi
kesempatan kepada semua unsur keragaman dalam negara, baik suku, agama, budaya daerah,
dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh dan berkembang, serta hidup berdampingan
secara damai. Jadi integrasi nasional diwujudkan dengan tetap menghargai terdapatnya
perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.

2.3 Integrasi Nasional Indonesia


1. Dimensi Integrasi Nasional
Integrasi nasional dapat kita lihat dari dua dimensi, yaitu secara vertikal dan horizontal. Dimensi
vertikal dari integrasi nasional berupaya utnuk menyatukan persepsi, keinginan, dan harapan
yang ada antara elit dan massa atau antara pemerintah dengan rakyat. Jadi integrasi secara
vertikal berupaya mewujudkan integrasi dengan membatasi perbedaan antara masyarakat dan
pemerintah.
Dimensi horizontal dari integrasi nasional adalah dimensi yang berkaitan dengan upaya
mewujudkan persatuan di antara perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat, baik itu
perbedaan wilayah, suku, agama, perbedaan budaya dan perbedaan-perbedaan lainnya. Dapat
dikatakan bahwa integrasi secara horizontal adalah upaya mewujudkan integrasi dengan
menjembatani perbedaan antara kelompok dalam masyarakat. Integrasi nasional dalam dimensi
ini biasa disebut dengan integrasi territorial.
Dalam kajian tentang integrasi nasional Indonesia Wiliam Liddle dalam Nazarudin
Syamsudin (1989) menjelaskan dua jenis halangan integrasi yang dihadapi Indonesia. Pertama,
adanya pembelahan horizontal yang disebabkan perbedaan suku, ras, agama, suku dan
lingkungan geografi. Kedua secara vertikal, yakni perbedaan antara elit dan masa. Latar
belakang pendidikan yang berbeda yang menyebabkan kaum elit berbeda dari massa yang
berpandangan tradisional. Indonesia terdiri dari berbagai pulau yang terdiri dari berbagai suku,
bangsa dan agama. Suku-suku yang ada mempunyai identitas kebudayaannya sendiri dengan
bahasa yang berbeda-beda. Yang dominan adalah suku Jawa dengan jumblah sekitar 60% dari
jumblah pendduduk Indonesia. Dalam bidang keagamaan Indonesia termasuk bangsa yang terdiri
dari banyak agama dengan lima agama besar.
Secara vertikal juga masih terdapat kesenjangan pembangunan antara Jawa dengan luar Jawa,
antara bagian Timur dan bagian Barat. Saat ini sedang ada upaya dalam meminimalkan
kesejangan dengan kebijakan otonomi daerah serta percepatan pembangunan Indonesia bagian
Timur.
Pembelahan secara vertikal maupun horizontal ini dapat memicu adanya gejala-gejala yang
dapat mengancam integrasi bangsa Indonesia. Jika tidak ada upaya mengintegrasikan maka
pembelahan akan terjadi bagi kelompok masyarakat yang beragam.
2. Mewujudkan Integrasi Nasional Indonesia
Salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang dan negara yang majemuk
termasuk negara Indonesia dalam mewujudkan keutuhan nasionalnya adalah masalah
primordialisme yang masih kuat. Titik pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada
beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah,
agama, dan kebiasaan. Keberadaan suatu negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu
tarikan dari luar berupa globalisasi yang cenderung mangabaikan batas-batas negara-bangsa, dan
tarikan dari dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatan-ikatan yang sempit seperti ikatan
etnis, kesukuan, atau kedaerahan. Nasionalisme dan keberadaan negara nasional mengalami
tantangan yang semakin berat.
Nasionalisme sebagai karakter semakin diperlukan dalam menjaga harkat dan martabat
bangsa di era-globalisasi karena gelombang “peradaban kesejagatan” ditandai oleh semakin
kaburnya batas-batas teritorial negara akibat gempuran informasi global yang nyaris tanpa
hambatan yang dihadirkan oleh jaringan teknologi informasi dan komunikasi. (Budimansyah dan
Suryadi, 2008:164). Dengan keadaan yang ada potensi konflik sangat besar terjadi, baik secara
vertikal maupun secara horizontal. Sejak zaman reformasi tidak pernah lepas konflik yang
bersifat kedaerahan yang ingin memisahkan diri dengan dengan NKRI. Sedangkan dari segi
horizontal dimensi horizontal, sering pula dijumpai adanya gejolak atau pertentangan di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik konflik yang bernuansa ras, kesukuan, keagamaan,
atau antar golongan.
2.4 Syarat Integrasi
Syarat keberhasilan suatu integrasi
a. Anggota –anggota masyarakat merasa bahwa mereka saling mengisi dengan kebutuhan yang
satu dan yang lainnya.
b. Terciptannya kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
dilestarikan dan dijadikan pedoman
c. Norma-norma dan nilai sosial dijadikan aturan baku dalam proses integrasi sosial

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Keseimbangan dalam menjalankan hak dan kewajiban ini dilakukan agar tidak terjadi
kesalapahaman yang merugikan orang lain dan bagi diri sendiri. Salah satu kewajiban sebagai
warga negara adalah menjaga integrasi nasional dalam Bhineka Tunggal Ika. Caranya adalah
dengan tidak membedakan satu dengan yang lainnya terutama istilah mayoritas dan moniritas.

2.5 Faktor Pembentuk Integrasi


Realitas bangsa Indonesia yang plural yang menyebabkan bangsa Indonesia terdiri dari
suku,budaya dan bahasa yang berbeda. Namun di tengah perbedaan yang ada, masyarakat harus
memahami pentingnya integrasi bangsa untuk menjaga keseimbangan kehidupan bernegara.
Kenyataan seperti ini tentu bermakna ganda, antara sebagai hal yang positif dan hal yang negatif
atau sebagai rahmat dan ancaman.
Dengan demikian kita perlu mengetahui faktor-faktor pembentuk maupun faktor yang dapat
menghambat integrasi nasional.
a. Faktor pembentuk integrasi nasional
1. Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah sebagai bangsa yang
pernah dijajah.
2. Adanya ideologi negara yang tercermin dalam symbol negara yaitu Garuda Pancasila dan
semboyan Bhineka Tunggal Ika.
3. Adanya keinginan untuk bersatu dan tekat yang kuat masyarakat Indonesia seperti yang
dinyatakan dalam Sumpah Pemuda.
4. Adanya ancaman dari bangsa lain yang menyebabkan munculnya rasa nasionalisme.
5. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu.
6. Semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa, bahasa dan tanah air.
7. Pandangan hidup yang sama, yaitu Pancasila.
8. Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan yang kuat.
9. Adanya rasa cinta tanah air
b. Faktor penghambat integrasi
1. Kurangnya penghargaan dan perhatian terhadap kenyataan bahwa bangsa Indonesia sebagai
bangsa majemuk yang heterogen.
2. Kurangnya toleransi antar golongan.
3. Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari luar.
4. Adanya ketidakpuasan dan ketimpangan terhadap pembangunan yang tidak merata.
Untuk mencapaai upaya intagrasi nasional dapat dilakukan dengan cara menjaga keselarasan
antarbudaya. Tentunya hal ini akan terwujud jika ada peran pemerintah dan partisipasi
masyarakat yang aktif dalaam pembentuk integrasi bangsa Indonesia

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Integrasi nasional merupakan salah satu persoalan bangsa-bangsa yang ada di dunia baik
negara yang berkembang maupun negara yang maju. Sama halnya dengan negara Indonesia
sebagai bangsa yang majemuk yang heterogen, apalagi negara Indonesia masih menjadi negara
yang berkembang dengan tingkat pemahaman masyarakatnya yang belum paham tentang
pentingnya integrasi nasional. Berdasarkan kenyataan yang ada selama ini masyarakat Indonesia
dihadapkan pada situasi yang mencekam dengan adanya konflik antar suku, antara pemeluk
agama, konflik karena kesalapahaman budaya dan konflik lainnya yang dapat memicu
pertikaian.
Masalah- masalah integrasi yang telah dijelaskan menunjukan tingkat pemahaman
masyarakat sangat minim tentang persatuan dan kesatuan bangsa. Maka dari itu kita perlu
memahami makna integrasi serta faktor apa saja yang menghambat integrasi bangsa Indonesia
yang majemuk. Tentunya hal yang paling penting dari semua ini adalah adanya rasa persatuan
dan kesatuan meskipun kita berbeda, baik suku, bahasa, budaya dan agama yang dianutnya.
3.2 Saran
Untuk mencapai integrasi tentunya membutuhkan proses yang panjang karena integrasi
membutuhkan pemahaman yang baik akan perbedaan. Dari masalah-masalah yang ada, kita
didorong untuk memahami satu sama lain meskipun kita berbeda-beda. Pemerintah harus
mampu menjaga kestabilan yang ada, baik dari segi pembangunan yang harus merata maupun
segala bentuk pelayanan yang dapat memicu disintegrasi karena pelayan yang sepihak.
Masyarakat juga dituntut tidak tinggal diam melihat fenomena sosial di Indonesia yang
disebabkan perbedaan sehingga memicu perang antara suku, budaya dan yang terjadi sekarang
ini adalah konflik antara agama yang sangat berpotensi memecah bangsa Indonesia.

.
Daftar Pustaka
Winarno. 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Askara
Nurhayadi dan Tolib. 2016, Pendidikan Pancasila dan Kewargenegaraan.Jakarta : Pusat
Kurikulum dan Pembukuan , Balitang, Kemendikbud.
Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016, pendidikan
kewarganegaraan. Jakarta: Risetdikti
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republic Indonesia. 2012,Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta: Risetdikti
Maladi, Agus. Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai