INTEGRASI NASIONAL
Oleh:
KELOMPOK II
NONI DIANA : 19075038
PARHAN FEBRIAN : 19060116
PUTRI YULIANDA SUKMA : 19060117
REKA ANGGRAINI : 18006316
REZA PUTRA : 19061070
SRI RETNO WIDYANINGSIH : 18006139
DOSEN PENGAMPU:
FIRZA, S.Pd, M.Pd
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kekuatan dan petunjuk
untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya kami sekelompok
tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran yang telah
dititipkan kepada kelompok kami. Makalah ini memuat tentang “Integrasi Nasional”
tema yang dibahas di makalah ini sengaja dipilih oleh Dosen kami untuk kami pelajari
lebih dalam. Butuh waktu yang cukup panjang untuk mendalami materi ini sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada Dosen kami yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Semoga makalah yang kami buat
ini dapat dinilai dengan baik dan dihargai oleh pembaca. Meski makalah ini masih
mempunyai kekurangan, kami selaku penyusun mohon kritik dan sarannya
terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dan uregnsi integrasi nasional.
2. Mengetahui sumber historis, sosiologis, politik tentang integarasi nasional.
3. Mengetahui dinamika dan tantangan integrasi nasional.
4. Mengetahui esensi dan urgensi integrasi nasional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.2 Jenis Integrasi
Menurut Myron Weiner dalam Ramlan Surbakti (2010) lebih cocok
menggunakan istilah integrasi politik daripada integrasi nasional. Menurutnya
integrasi politik adaldah penyatuan masyarakat dengan sistem politik. Integrasi
politik dibagi menjadi lima jenis, yakni :
1. Integrasi Bangsa
Menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas nasional.
2. Integrasi Wilayah
Menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat
di atas unit-unit sosisal yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok-kelompok
sosial budaya masyarakat tertentu.
3. Integrasi Elit Masa
Menunjuk pada masalah penghubungan antaara pemerintah dengan yang
diperintah mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada
kelompok elit dan massa.
4. Integrasi Nilai
Menunjuk pada adanya konsensu terhadap nilai yang minimum yang
diperlukan dalam memlihara tertib sosial.
5. Integrasi Tingkah Laku
Menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan diterima demi
mencapai tujuan bersama.
4
Berdasar pendapat ini, integrasi nasional meliputi: 1) Integrasi politik, 2)
Integrasi ekonomi, dan 3) Integrasi sosial budaya.
a. Integrasi Politik
Dalam integrasi politik terdapat dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi
yang bersifat vertikal meyangkut hubungan elit dan massa, baik antara elit politik
dengan massa pengikut, atau antara penguasa dan rakyat guna menjembatani
celah perbedaan dalam rangka pengembangan proses politik yang partisipatif.
Dimensi horizontal menyangkut hubungan yang berkaitan dengan masalah
teritorial, antar daerah, antar suku, umat beragama dan golongan masyarakat
Indonesia.
b. Integrasi Ekonomi
Terjadinya saling ketergantungan antar daerah dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidup. Adanya saling ketergantungan menjadikan wilayah dan
orang-rang dari berbagai latar akan mengadakan kerjasama yang menguntungkan
dan sinergis. Di sisi lain, integrasi ekonomi adalah penghapusan
hambatan-hambatan antar daerah yang memungkinkan ketidaklancaran hubungan
antar keduanya, misal peraturan, norma dan prosedur dan pembuatan aturan
bersama yang mampu menciptakan keterpaduan di bidang ekonomi.
c. Integrasi Sosial Budaya
Merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat
sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat
meliputi ras, etnis, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan sebagainya.
Integrasi sosial budaya bagi kelompok-kelompok sosial budaya di masyarakat
misal suku, agama, dan ras.
5
perbedaan itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang tepat.
Namun apapun kondisi integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat
dibtuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena itu
perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat
berarti kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat
mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
Sejarah indonesia adalah sejarah yang merupakan proses dari bersatunya
suku-suku bangsa menjadi sebuah bangsa. Ada semacam proses konvergensi,
baik yang disengaja maupun tidak disengaja, ke arah menyatunya suku-suku
tersebut menjadi satu kesatuan negara dan bangsa. (Sumartana dkk, 2001 : 100)
6
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dibina melalui jaringan birokrasi
kolonial yang terdiri dari pegawai Belanda dan pribumi yang tidak memiliki
jaringa dengan massa rakyat. Integrasi model kolonial ini tidak mampu
menyatukan segenap keragaman bangsa Indonesia tetapi hanya untuk maksud
menciptakan kesetiaan tunggal pada penguasa kolonial.
c. Model Integrasi Indonesia
Model integrasi ketiga ini merupakan proses berintegrasinya bangsa
Indonesia sejak bernegara merdeka tahun 1945. meskipun sebelumnya ada
integrasi kolonial, namun integrasi model ketiga ini berbeda dengan model kedua.
Integrasi model kedua lebih dimaksudkan agara rakyat jajahan (Hindia Belanda)
mendukung pemerintah kolonial melalui penguatan birokrasi kolonial dan
penguasaan wilayah.
Integrasi Indonesia dimaksudkan untuk membentuk kesatuan baru yakni
bangsa Indonesia yang merdeka, memiliki semangat kebangsaan yang baru atau
kesadaran kebangsaan yang baru.
Model integrasin nasional ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran
berbangsa khususnya pada diri orang-orang Indonesia yang mengalami proses
pendidikan sebagai dampak dari politik etis pemerintah kolonial Belanda. Mereka
mendirikan organisasi-organisasi pergerakkan baik yang bersifat keagaaman,
kepemudaan, kedaerahan, politik, ekonomi, perdagangan, dan kelompok
permpuan. Para kaum terpelajar ini mulai menyadari bahwa bangsa mereka
adalah bangsa jajahan yang harus berjuang meraih kemerdekaan jika ingin
menjadi bangsa merdeka dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Mereka
berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa yang merasa sebagai satu nasib dan
penderitaan sehingga bersatu menggalang kekuatan bersama. Misalnya, Soekarno
berasal dari Jawa, Mohammad Hatta bersala dari Sumatera, AA Maramis dari
Sulawesi, Tengku Mohammad Hasan dari Aceh.
Dalam sejarahnya, penumbuhan kesadaran berbangsa tersebut dilalui dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Masa Perintis
Masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui pembentukan
organisasi-organisasi pergerakkan. Masa ini ditandai dengan munculnya
pergerakkan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 19008. Kelahiran Budi Utomo
diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
2. Masa Penegas
Masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan pada diri bangsa Indonesia
yang ditandai dengan peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 20 Oktober 1928.
Dengan Sumpah Pemuda, masyarakat Indonesia yang beraneka ragam tersebut
menyatakan diri sebagai satu bangsa yang memiliki satu Tanah Air, satu bangsa,
dan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
7
3. Masa Percobaan
Bangsa Indonesia melalui organisasi pergerakkan mencoba meminta
kemerdekaan dari Belanda. Organisasi-organisasi pergerakkan yang tergabung
dalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia) tahun 1938 mengusulkan Indonesia
Berparlemen. Namun , perjuangan menurut Indonesia merdeka tersebut tidak
berhasil.
4. Masa Pendobrak
Pada masa tersebut semangat dan gerakan kebangsaan Indonesia telah
berhasil mendobrak belenggu penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan.
Kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Sejak saat itu bangsa Indonesia menjadi bangsa merdeka, bebas, dan sederajat
dengan bangsa lain. Nasionalisme telah mendasari bagi pembentukan negara
kebangsaan Indonesia Modern.
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan “revolusi
integratifnya” bangsa Indonesia, dari bangsa yang terpisah dengan beragam
identitas menuju bangsa yang satu yakni bangsa Indonesia. Tugas berat
selanjutnya adalah mengintegrasikan segenap unsur di dalam agar negara bangsa
yang baru ini kokoh, bersatu dan dapat melanjutkan kehidupannya sebagai satu
kesatuan kebangsaan yang baru.
8
baik, dan diterima oleh masyarakat yang beragam. Pada akhirnya masyarakat
bersatu dalam satu sistem pelayanan.
d. Ideologi Nasional
Ideologi merupakan seperangkat nilai-nilai yang diterima dan disepakati.
Ideologi juga memberikan visi dan beberapa panduan bagaimana cara menuju
visi atau tujuan itu. Jika suatu masyarakat meskipun berbeda-beda tetapi
menerima satu ideologi yang sama maka memungkinkan masyarakat tersebut
bersatu. Bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila. Merupakan nilai sosial bersama
yang bisa diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia.
e. Kesempatan Pembangunan Ekonomi
Jika pembangunan ekonomi berhasil dan menciptakan keadilan, maka
masyarakat bangsa tersebut bisa menerima sebagai satu kesatuan. Namuan jika
ekonomi menghasilkan ketidakadilan maka muncul kesenjangan atau
ketimpangan. Orang-orang yang dirugikan dan miskin sulit untuk mau bersatu
atau merasa satu bangsa dengan mereka yang diuntungkan serta yang
mendapatkan kekeyaan secara tidak adil. Banyak kasus karena ketidakadilan,
maka sebuah masyarakat ingin memisahkan diri dari bangsa yang bersangkutan.
Dengan pembangunan ekonomi yang merata maka hubungan dari integrasi antar
masyarakat akan semakin mudah dicapai.
9
(Sjamsudin, 1989). Strategi pertama dengan cara penghapusan difat-difat kultural
utama dari komunitas kecil yang berbeda menjadi semacam kebudayaan nasional.
Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri
khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Apabila asimilasi
ini menjadi sebuah strategi bagi integrasi nasional, berarti bahwa negara
mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur
budaya yang ada dalam negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan tidak
lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya adat.
Kebijakan strategi yang sebaiknya dilakuakn di Indonesia
Memperkuat nilai bersama
Membangun fasilitas
Menciptakan musuh bersama
Memperkokoh lembaga politik
Membuat organisasi untuk bersama
Menciptakan ketergantungan ekonomi antar kelompok
Mewujudkan kepemimpinan yang kuat
Menghapuskan identitas-identitas lokal
Membaurkan antar tradisi dan budaya lokal
Menguatkan identitas nasional
10
2.3 Membangun Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional
2.3.1 Dinamika Integrasi Nasional di Indonesia
Sejak kita bernegara tahun 1945, upaya membangun integrasi secara
terus-menerus dilakukan. Terdapat banyak perkembangan dan dinamika dari
integrasi yang terjadi di Indonesia. Dinamika integrasi sejalan dengan tantangan
zaman waktu itu.
Dinamika itu bisa kita contohkan peristiwa integrasi berdasar 5 (lima) jenis
integrasi sebagai berikut.
a. Integrasi Bangsa
Tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of Understanding) di
Vanta, Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil secara damai mengajak
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan setia memegang
teguh kedaulatan bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). proses
in telah berhasil menyelesaikan kasus disintegrasi yang terjadi di Aceh sejak
tahun 1975 sampai 2005.
b. Integrasi Wilayah
Melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, pemerintah Indonesia
mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia yakni lebar laut teritorial 12 mil
diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada
pulau-pulau Negara Indonesia. Dengan deklarasi ini maka terjadi integrasi
wilayah teritorial Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan dan laut
tidak lagi merupakan pemisah pulau, tetapi menjadi penghubung pulau-pulau di
Indonesia.
c. Integrasi Nilai
Pengamalan mengembangkan Pancasila sebagai nilai integratif terus-menerus
dilakukan, misalnya, melalui kegiatan pendidikan Pancasila baik dengan mata
kuliah di perguruan tinggi dan mata pelajaran di sekolah.
d. Integrasi Elit-Massa
Dinamika integrasi elit-massa ditandai dengan seringnya pemimpin medekati
rakyatnya melalui berbagai kegiatan. Misalnya kunjungan ke daerah, temu kader
PKK, dan kotak pos presiden. Kegiatan yang sifatnya mendekatkan elit dan
massa akan menguatkan dimensi vertikal integrasi nasional.
e. Integrasi Tingkah Laku
Mewujudkan perilaku integratif dilakukan dengan pembentukan
lembaga-lembaga politik dan pemerintahan termasuk birokrasi. Dengan lembaga
dan birokrasi yang terbentuk maka orang-orang dapat bekerja secara terintegratif
dalam suatu aturan dan pola kerja yang teratur, sistematis, dan bertujuan.
Pembentukan lembaga-lembaga politik dan birokrasi di Indonesia diawali dengan
hasil sidang I PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yakni memilih Presiden dan Wakil
Presiden. Sidang II PPKI tanggal 19 Agustus 1945 memutuskan pembentukan
dua belas kementrian dan delapan provinsi di Indonesia.
11
2.3.2 Tantangan Dalam Membangun Integrasi
Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang
dihadapi datang dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal,
tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahaan horizontal yang berakar pada
perbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal,
tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di
mana latar belakang pendidikan kekotaan menyebakan kaum elite berbeda dari
massa yang cenderung berpandangan tradisional. Masalah yang berkenaan
dengan dimensi vertikal lebih sering muncul ke permukaan setelah berbaur
dengan dimensi horizontal, sehingga hal ini memberikan kesan bahwa dalam
kasus Indonesia dimensi horizontal lebih menonjol daripada dimensi vertikalnya.
Terkait dengan dimensi horizontal ini, salah satu persoalan yang dialami oleh
negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam mewujudkan integrasi
nasional adalah primordialisme yang masih kuat. Titik goncangan primordial
biasanya berkisar pada beberapa hal yaitu masalah hubungan darah, jenis bangsa,
bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan.
Terkait dengan dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah kesedian para
pemimpin untuk terus menerus bersedia berhubungan dengan rakyatnya.
Pemimpin mau mendengar keluhan rakyat, mau turun kebawah, dan dekat dengan
kelompok-kelompok yang meras dipinggirkan.
Tantangan dari dimensi vertikal dan horizontol dalam integrasi nasional
Indonesia tersebut semakin tampak setelah memasuki era reformasi tahun 1998.
Konflik horizontal maupun vertikal sering terjadi bersamaan dengan melemahnya
otoritas pemerintahan di pusat. Kebebasan yang di gulirkan pada era reformasi
sebagai bagian dari proses domokratisasi telah banyak disalahgunakan oleh
kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk berrindak seenaknya sendiri.
Tindakan ini kemudian memunculkan adanya gesekan-gesekan atau kerusuhan
antar kelompok.
Keinginan yang kuat dari pemerintah untuk mewujudkan aspirasi
masyarakat, kebijakan pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan
masyarakat, dukungan masyarakat terhadap pemerintah yang sah, dan ketaan
warga masyarakat melaksanakan kebijakan pemerintah adalah pertanda adanya
integrasi dalam vertikal. Sebaliknya kenijakan yang diambil oleh pemerintah
yang kurang sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat serta penolakan
sebagian besar warga masyarakat terhadap kebijakan pemerintah menggambarkan
kurang adanya integrasi vertikal.
Jalinan hubungan dan kerjasama di antara kelompok-kelompok yang berbeda
dalam masyarakat, kesedian untuk hidup berdampingan secara damai dan saling
menghargai antara kelompok-kelompok masyarakat dengan pembedaan yang ada
satu sama lain, merupakan pertanda adanya integrasi dalam arti horizontal.
12
2.4 Mendekripsikan Esensi dan Urgensi Nasional
Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap
negara. Sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yang sangat diperlukan
bagi negara untuk membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang
diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara senantiasa diwarnai oleh
pertentangan atau konflik, maka akan banyak kerugian yang diderita, baik
kerugian berupa fisik material seperti kerusakan sarana dan prasarana yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental spiritual seperti perasaan
kekhawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang
berkepanjangan. Di sisi lain, banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh
negara di mana semestinya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan
bagi kesejahteraan masyarakat akhirnya harus dikorbankan untuk menyelesaikan
konflik tersebut. Dengan demikian negara senantiasa diwarnai dengan konflik di
dalamnya akan sulit untuk mewujudkan kemajuan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin
diwujudkan, karena setiap masyarakat di samping membawa potensi integrasi
juga menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan,
kebutuhan untuk bekerjasama, serta konsesnsus tentang nilai-nilai tertentu dalam
masyarakat, merupakan potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya
perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti perbedaan suku, agama,
ras, budaya dan kepentingan menyimpan potensi konflik, terlebih apabila
perbedaan-perbedaan itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang
tepat. Namun apa pun kondisinya, integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang
sangat dibuthkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara sehingga perlu
senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat
berarti kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat
mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian-bagian, unsur
atau elemen yang terpisah dari masyarakat menjadi satu kesatuan yang lebih
bulat, sehingga menjadi satu nation (bangsa). Integrasi mencakup 1) Integrasi
bangsa, 2) Integrasi wilayah, 3) Integrasi nilai, 4) Integrasi elit-massa, 5) Integrasi
tingkah laku. Integrasi yang berlangsung di Indonesia adalah model integrasi
imperium Majapahit, integrasi kolonial, dan integrasi nasional Indonesia.
Integrasi bangsa diperlukan guna membangkitkan kesadaran akan identitas
bersama, menguatkan identitas nasional, dan membangun persatuan bangsa.
Dengan adanya integrasi nasional kita dapat memanfaatkan kekayaan alam
Indonesia secara bijak atau mengelola budaya-budaya yang melimpah untuk
kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga
menimbulkan masalah yang bisa berakibat perpecahan. Dengan peran pemerintah
dan masyarakat kita pasti bisa mempersatukan perbedaan tersebut secara berkala
melalui integrasi nasional.
3.2 Saran
Pemahaman integrasi nasional perlu ditanamkan dari sejak dini agar
masyarakat Indonesia dapat menerima perbedaan suku, ras, agama, budaya,
kebiasaan dan sebagainya. Perlunya peran pemerintah dalam menangani
permasalahan disintegrasi tersebut agar tidak terjadi dan memecah persatuan
Indonesia. Sebagai contoh dalam memberikan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dan Pemahaman Pancasila dari sejak dini hingga dewasa. Oleh
sebab itu pemerintah dan masyarakat harus menerapkan integrasi nasional dalam
kehidupan bernegara agar terciptanya persatuan dan kesatuan nasional.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arfani, RN. 2001. “Integrasi Nasional dan Hak Azasi Manusia” dalam Jurnal Sosial
Politik. UGM ISSN 1410-4946. Volume 5, Nomor 2, Nopember 2001
(253-269)
Bahar, S. 1996. Integrasi Nasional, Teori Masalah dan Strategi. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian
https://www.academia.edu/15354643/Makalah_Integrasi_Nasional.
15