Anda di halaman 1dari 6

Pelestarian Bahasa Daerah Banten Sebagai Kekayaan Indonesia

Oleh : Mochamad Sandi

Bahasa merupakan alat komunikasi utama dan alat untuk menyampaikan


ekspresi dalam kehidupan bermasyarakat. Di Indonesia sendiri tidak hanya
Bahasa Indonesia yang merupakan identitas bangsa yang dapat dijadikan sebagai
alat komunikasi dan alat penyampai ekspresi, melainkan di setiap daerah di
Indonesia memiliki bahasa daerah yang merupakan bahasa khas daerah tersebut
dan digunakan sebagai alat komunikasi serta alat penyampai ekspresi sekaligus
identitas untuk daerahnya tesebut. Bahasa daerah yang ada di Indonesia juga
sebagai kekayaan budaya Indonesia yang berbeda dengan negara lain. Bisa
dikatakan saat seluruh bangsa Indonesia menjunjung bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan, pada saat yang sama juga membawa, menjinjing, dan memapah
bahasa daerah sebagai wujud kecintaan terhadap daerahnya tanpa mengurangi rasa
nasionalisme. Dengan pemahaman tersebut, pada saat yang sama dengan
perkembangan bahasa Indonesia, bahasa daerah juga terus dijaga karena bahasa
daerah adalah kekayaan budaya. Bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
Indonesia inilah yang menjadi alasan mengapa bahasa daerah harus dijaga
kelestariannya.

Salah satunya yaitu bahasa daerah yang ada di Banten, dimana memuat beberapa
bahasa yang di antaranya bahasa Sunda dialek Banten, bahasa Jawa Serang,
bahasa Betawi, dan ada juga bahasa Lampung di daerah Cikoneng, Kabupaten
Serang.

Warga atau orang-orang yang tinggal di Banten pasti sudah tidak asing lagi
dengan bahasa-bahasa tersebut, karena sering dijumpai di daerah yang ada di
Banten. seperti di kota Serang dan kota Cilegon orang-orang nya lebih cenderung
menggunakan bahasa Jawa Serang, sedangkan di kota Pandeglang dan kota
Rangkas Bitung itu menggunakan bahasa sunda banten.
Ini adalah salah satu kekayaan yang dimiliki negara Indonesia, karna Provinsi
Banten menyumbangkan lebih dari satu bahasa daerah.

Secara geografis Banten terbagi menjadi dua wilayah. Pertama, wilayah selatan
yang terkenal dengan sebutan ‘Bansel’ (Banten Selatan) merupakan daerah
persawahan berundak-undak dan pegunungan dengan hutan-hutan yang begitu
lebat. Umumnya di wilayah ini mata pencahariannya adalah petani. Bahasa yang
dipakai adalah bahasa Sunda. Yang termasuk ke wilayah Bansel adalah kabupaten
Pandeglang dan kabupaten Lebak. Kedua, wilayah utara yang bertopografi daerah
rendah yang banyak sawah-sawah datar dan juga bergaris pantai yang panjang.
Daerah ini dikenal dengan sebutan Banten Utara yang saat ini sudah mulai
berubah menjadi daerah industri dan juga menjadi daerah tujuan wisata pantai.
Pada umumnya masyarakat Banten Utara menjadikan bahasa Jawa dialek Banten
(BJB) sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Termasuk ke dalam wilayah ini
adalah kabupaten Serang, kota Serang, dan kota Cilegon.

Adapun wilayah kabupaten Tanggerang, kota Tanggerang dan kota Tanggerang


Selatan, meskipun secara administrasi masuk ke wilayah provinsi Banten tetapi
secara letak geografis maupun budaya lebih cenderung dekat ke Jakarta. Hal ini
menyebabkan kebanyakan orang menyebut wilayah Tangerang sebagai daerah
yang termasuk Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi) dan sebagian
tidak mengetahui bahwa wilayah Tangerang termasuk wilayah Banten.

Yang paling kental dalam budaya bahasa di provinsi Banten yaitu suku Baduy
yang terletak di kabupaten Lebak. Badui termasuk dalam suku Sunda, mereka
dianggap sebagai suku Sunda yang belum terpengaruh modernisasi atau kelompok
yang hampir sepenuhnya terasing dari dunia luar.

Mereka masih sangat menganut kepercayaan leluhur begitu dengan bahasanya


yaitu bahasa Sunda, Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Sunda dialek
Badui. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan
Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari
sekolah.

Tetapi mungkin sebagian dari kita heran kenapa sebagian wilayah di Banten
penggunaan bahasanya menggunakan Bahasa Jawa.

Seperti yang diketahui, Provinsi Banten merupakan pemekaran dari provinsi Jawa
Barat yang notabene masyarakatnya menggunakan Bahasa Sunda.

Lantas mengapa sebagian orang di daerah Banten menggunakan Bahasa Jawa


dalam keseharian mereka. Bahasa Jawa yang dituturkan pun cukup berbeda dari
Bahasa Jawa pada umumnya.

menurut sejarah Bahasa Jawa Serang atau Jawa Banten mulai dituturkan pada
zaman Kesultanan Banten pada masa ke-16 sekitar 1526 pada awal terbentuknya
Kesultanan Banten dibawah naungan Sultan Maulana Hasanuddin.

Asal muasal Kesultanan Banten memang berasal dari laskar gabungan antara
Demak dan Cirebon yang sukses merebut wilayah Pesisir Utara Kerajaan
Pajajaran.

Jadi tidak heran mengapa masyarakat bagian utara Serang kebanyakan berbahasa
Jawa Serang atau Jawa Banten. Karena pada zaman itu Bahasa yang digunakan
sebagian masyarakat Banten tidak ada bedanya dengan Bahasa Jawa Cirebon,
yang sedikit diwarnai dialek Banyumasan. Sebagian wilayah Banten
menggunakan Bahasa Jawa karena Sultan Maulana Hasanuddin adalah putra dari
Sunan Gunung Jati, Raja Kesultanan Cirebon.

Sedangkan di Tangerang Raya banyak yang menggunakan bahasa betawi, karena


lokasinya berdekatan dengan Jakarta yang memakai bahasa betawi. Namun
Bahasa Betawi di Tangerang memiliki ciri khas. Kekhasan itu disebabkan oleh
letaknya yang berbatasan langsung dengan daerah yang memakai bahasa Sunda
dan bahasa Betawi di Tangerang Raya memiliki perbedaan kosakata yang
digunakan sehari-hari khususnya di desa-desa tertentu.
Jadi Provinsi Banten memiliki beragam bahasa daerah terutama ke tiga bahasa
diatas, yang dimana harus dilestarikan khususnya oleh masyarakat Banten.

Tapi terkadang banyak orang tidak peduli terhadap itu, apalagi msyarakat milenial
dizaman ini banyak yang tidak mengerti atau tidak bisa melafalkan bahasa
daerahnya sendiri. Lebih cenderung sering menggunakan bahasa Indoensia
semata. memang tidak salah selalu menggunakan bahasa Indoensia, namum
dengan begitu seiring berjalannya waktu akan ada banyak generasi baru yang
tidak bisa berbahasa daerah, karena dengan begitu sama saja kita melupakan
bahasa yang harusnya dilestarikan. “Adapun bahasa daerah yang berpenutur
sedikit dan cenderung menyusut akan tenggelam dan harus diselamatkan,
teristimewa oleh daerahnya dan para putra daerahnya Bahkan bisa saja akan
terlupakan atau punah” (Mahsun, 2005). Seperti Bahasa Mawes yang terdapat di
Papua, Bahasa Kajeli/Kayeli yang terdapat di Maluku, dan Bahasa Ternateno
yang terdapat di Maluku Utara.

Menurut saya itu sangat mengerikan, dimana budaya bahasa yang harusnya tetap
terjaga dan bisa digunakan, malah hilang ditelan zaman.

”Suatu kebudayaan (dalam hal ini bahasa) dapat dikatakan bernilai tinggi apabila
dia mampu menjawab tantangan yang ada dengan bertanggung jawab” (cf.
Sujatmoko, 1983).

Dan sebenarnya ada beberapa cara untuk melestarikan budaya bahasa


terkhususnya di provinsi Banten ini, yaitu :

1. Berbicara dengan menggunakan bahasa daerah

Menggunakan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari. Dengan terus


menerapkannya dalam keseharian, dapat dipastikan bahasa daerah akan selalu
digunakan dan tidak akan punah. Karena akan terbiasa dengan bahasanya.

2. Memasukkan bahasa daerah ke kurikulum sekolah

Pemerintah memiliki peran penting dalam cara ini. Pemerintah bisa membuat
kebijakan untuk menjadikan bahasa daerah ke dalam kurikulum wajib agar
siswa dari generasi ke generasi tetap mengenal dan mempelajari bahasa
daerah. Salah satunya terdapat di SD Negeri Cikande 1, dimana sekolah itu
menerapkan kurikulum bahasa daerah, yaitu Sunda Banten dan Jawa Serang.

3. Mengadakan lomba dan kompetisi tentang bahasa daerah

Lomba dan kompetisi dengan bahasa daerah dapat diadakan bersamaan


dengan peringatan hari kartini untuk melestarikan bahasa sekaligus budaya
daerah yang ada di Indonesia. Dan itu akan terus mengalir dalam darah
putra/putri daerah.

Bahasa daerah yang ada di provinsi Banten ini terbilang cukup banyak dan
beragam dengan sejarahnya. Jadi kita sepatutnya untuk bersyukur tinggal di
daerah yang kaya akan budaya terutama dalam bahasanya.

Dan kita harus tetap menjaga serta melestarikan apa yang pendahulu kita
titipkan di Provinsi Banten, dengan semaksimal mungkin. Karena bahasa
yang ada sekarang ini adalah salah satu kekayaan yang dimiliki negara
Indonesia.

Daftar Pustaka

Bantenprov. 2022. https://www.bantenprov.go.id/profil-provinsi/kebudayaan .


(Diakses pada tanggal 13 Maret 2022.)
Berita Hari Ini. 2022. https://kumparan.com/berita-hari-ini/3-cara-melestarikan-
bahasa-daerah-dan-mencegah-kepunahannya-1xKzXa9NoUA/full . (
Diakses pada tanggal 13 Maret 2022.)
Mahsun .2005. ”Indigenisasi Bahasa Sumbawa di Lombok: Proses Adaptasi
Menuju Pergeseran atau Pemertahaan Bahasa?”. Dalam Persidangan
Linguistik Asian Ketiga, 29— 30 November 2005. Jakarta: Pusat Bahasa.
Sujatmoko. 1983. Dimensi Manusia dalam Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Anda mungkin juga menyukai