Salah satunya yaitu bahasa daerah yang ada di Banten, dimana memuat beberapa
bahasa yang di antaranya bahasa Sunda dialek Banten, bahasa Jawa Serang,
bahasa Betawi, dan ada juga bahasa Lampung di daerah Cikoneng, Kabupaten
Serang.
Warga atau orang-orang yang tinggal di Banten pasti sudah tidak asing lagi
dengan bahasa-bahasa tersebut, karena sering dijumpai di daerah yang ada di
Banten. seperti di kota Serang dan kota Cilegon orang-orang nya lebih cenderung
menggunakan bahasa Jawa Serang, sedangkan di kota Pandeglang dan kota
Rangkas Bitung itu menggunakan bahasa sunda banten.
Ini adalah salah satu kekayaan yang dimiliki negara Indonesia, karna Provinsi
Banten menyumbangkan lebih dari satu bahasa daerah.
Secara geografis Banten terbagi menjadi dua wilayah. Pertama, wilayah selatan
yang terkenal dengan sebutan ‘Bansel’ (Banten Selatan) merupakan daerah
persawahan berundak-undak dan pegunungan dengan hutan-hutan yang begitu
lebat. Umumnya di wilayah ini mata pencahariannya adalah petani. Bahasa yang
dipakai adalah bahasa Sunda. Yang termasuk ke wilayah Bansel adalah kabupaten
Pandeglang dan kabupaten Lebak. Kedua, wilayah utara yang bertopografi daerah
rendah yang banyak sawah-sawah datar dan juga bergaris pantai yang panjang.
Daerah ini dikenal dengan sebutan Banten Utara yang saat ini sudah mulai
berubah menjadi daerah industri dan juga menjadi daerah tujuan wisata pantai.
Pada umumnya masyarakat Banten Utara menjadikan bahasa Jawa dialek Banten
(BJB) sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Termasuk ke dalam wilayah ini
adalah kabupaten Serang, kota Serang, dan kota Cilegon.
Yang paling kental dalam budaya bahasa di provinsi Banten yaitu suku Baduy
yang terletak di kabupaten Lebak. Badui termasuk dalam suku Sunda, mereka
dianggap sebagai suku Sunda yang belum terpengaruh modernisasi atau kelompok
yang hampir sepenuhnya terasing dari dunia luar.
Tetapi mungkin sebagian dari kita heran kenapa sebagian wilayah di Banten
penggunaan bahasanya menggunakan Bahasa Jawa.
Seperti yang diketahui, Provinsi Banten merupakan pemekaran dari provinsi Jawa
Barat yang notabene masyarakatnya menggunakan Bahasa Sunda.
menurut sejarah Bahasa Jawa Serang atau Jawa Banten mulai dituturkan pada
zaman Kesultanan Banten pada masa ke-16 sekitar 1526 pada awal terbentuknya
Kesultanan Banten dibawah naungan Sultan Maulana Hasanuddin.
Asal muasal Kesultanan Banten memang berasal dari laskar gabungan antara
Demak dan Cirebon yang sukses merebut wilayah Pesisir Utara Kerajaan
Pajajaran.
Jadi tidak heran mengapa masyarakat bagian utara Serang kebanyakan berbahasa
Jawa Serang atau Jawa Banten. Karena pada zaman itu Bahasa yang digunakan
sebagian masyarakat Banten tidak ada bedanya dengan Bahasa Jawa Cirebon,
yang sedikit diwarnai dialek Banyumasan. Sebagian wilayah Banten
menggunakan Bahasa Jawa karena Sultan Maulana Hasanuddin adalah putra dari
Sunan Gunung Jati, Raja Kesultanan Cirebon.
Tapi terkadang banyak orang tidak peduli terhadap itu, apalagi msyarakat milenial
dizaman ini banyak yang tidak mengerti atau tidak bisa melafalkan bahasa
daerahnya sendiri. Lebih cenderung sering menggunakan bahasa Indoensia
semata. memang tidak salah selalu menggunakan bahasa Indoensia, namum
dengan begitu seiring berjalannya waktu akan ada banyak generasi baru yang
tidak bisa berbahasa daerah, karena dengan begitu sama saja kita melupakan
bahasa yang harusnya dilestarikan. “Adapun bahasa daerah yang berpenutur
sedikit dan cenderung menyusut akan tenggelam dan harus diselamatkan,
teristimewa oleh daerahnya dan para putra daerahnya Bahkan bisa saja akan
terlupakan atau punah” (Mahsun, 2005). Seperti Bahasa Mawes yang terdapat di
Papua, Bahasa Kajeli/Kayeli yang terdapat di Maluku, dan Bahasa Ternateno
yang terdapat di Maluku Utara.
Menurut saya itu sangat mengerikan, dimana budaya bahasa yang harusnya tetap
terjaga dan bisa digunakan, malah hilang ditelan zaman.
”Suatu kebudayaan (dalam hal ini bahasa) dapat dikatakan bernilai tinggi apabila
dia mampu menjawab tantangan yang ada dengan bertanggung jawab” (cf.
Sujatmoko, 1983).
Pemerintah memiliki peran penting dalam cara ini. Pemerintah bisa membuat
kebijakan untuk menjadikan bahasa daerah ke dalam kurikulum wajib agar
siswa dari generasi ke generasi tetap mengenal dan mempelajari bahasa
daerah. Salah satunya terdapat di SD Negeri Cikande 1, dimana sekolah itu
menerapkan kurikulum bahasa daerah, yaitu Sunda Banten dan Jawa Serang.
Bahasa daerah yang ada di provinsi Banten ini terbilang cukup banyak dan
beragam dengan sejarahnya. Jadi kita sepatutnya untuk bersyukur tinggal di
daerah yang kaya akan budaya terutama dalam bahasanya.
Dan kita harus tetap menjaga serta melestarikan apa yang pendahulu kita
titipkan di Provinsi Banten, dengan semaksimal mungkin. Karena bahasa
yang ada sekarang ini adalah salah satu kekayaan yang dimiliki negara
Indonesia.
Daftar Pustaka