Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU LUGHAH

FONEMIK

Dosen Pengampu:
Mufrodi, MA.Pd

Di Susun Oleh:
Rasmi Saryati 1988204035
Rizkiah Dwita Sanjaya 1988204038

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Pengertian Fonemik ................................................................................................ 2
B. Identifikasi fonem ................................................................................................... 3
C. Perubahan Fonem ................................................................................................... 4
D. Fonem dan Grafem ................................................................................................. 6
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 8
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 9

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Fonemik ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Ilmu Lughah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Fonemik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mufodi, MA.Pd,. selaku


dosen mata kuliah Ilmu Lughah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 5 Juni 2021

Penulis

ii
BAB I
PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bunyi bahasa yang dapat kita hasilkan sebenarnya jumlahnya sangat banyak,
dan satu sama lain jumlahnya berbeda. Bagi orang awam, perbedaan itu mungkin
tidak seluruhnya dapat dirasakan, selama perbedaan itu tidak fungsional, artinya
tidak membedakan makna bahasanya. Bagi penutur asli bahasa Indonesia perbedaan
bunyi dari fonem /i/ pada suku kata kedua dan dan ketiga dari kata pemimpin tidak
begitu penting. Perbedaan itu tidak mereka sadari. Mereka akan menyadarinya
apabila perbedaan itu membedakan makna. Misalnya antara /i/ dan /e/ pada
pasangan kata bila dan bela.

Pemahaman bunyi-bunyi yang fungsional dalam suatu bahasa sangat


penting. Karena akan memudahkan kita mengetahui berapa banyak jumlahnya
bunyi yang fungsional itu dan bagaimana bunyi-bunyi tadi membentuk kontruksi
yang lebih besar dalam suatu ujaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan fonemik?

2. Bagaimana indenfitikasi fonem?

3. Apa itu fonem dan grapem?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui maksud dari fonemik.

2. Untuk mengetahui identifikasi fonem.

3. Untuk mengetahui fonem dan grafem.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fonemik
Fonetik adalah bagian dari studi linguistik yang mempelajari bunyi bahasa
secara umum, tanpa memperhatikan makna, yang tidak bersifat fungsional, kajian
bunyi bahasa manapun, sedangkan fonemik adalah bagian dari studi linguistik yang
mempelajari bahasa tertentu yang memperhatikan perbedaan makna.

Fonemisasi adalah salah satu prosedur atau cara menemukan fonem suatu
bahasa. Penemuan fonem suatu itu didasarkan pada data-data yang secara fonetis
akurat. Salah satu prosedur fonemasi adalah “pasangan minimal” (minimal pairs).
Pasangan minimal, yaitu bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna dalam
sebuah bahasa yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi yang tidak sama. Hasil
dari fonemisasi dengan prosedur pasangan minimal adalah ditemukannya suatu
fonem, yaitu satuan bunyi yang terkecil yang fungsional atau distingtif, dalam arti
membedakan makna.

Sudah dijelaskan bahwa fonologi dibedakan atas fonetik dan fonemik. Objek
kajian fonetik adalah fon, yaitu bunyi pada umumnya tanpa memperhatikan apakah
bunyi tersebut membedakan makna atau tidak. Sebaliknya objek kajian fonemik
adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang membedakan makna kata. Dalam fonetik,
lita mempelajari bunyi-bunyi /u/ yang membedakan pada kata-kata seperti busur,
buku dan kuil atau meneliti perbedaan bunyi /i/ seperti yang terdapat pada kata-kaya
isi, indah dan pasir. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita
sebut fonem dan bukan fonem apabila tidak membedakan makna. Jadi, jelaslah
bahwa fonem adalah bunyi bahasa yang fungsional, yaitu membedakan makna kata.

2
B. Identifikasi Fonem

Untuk menentukan apakah sebuah bunyi itu fonem atau bukan, kita hrus
mencari sebuah kata, yang mengandung bunyi tersebut. Lalu membandingkannya
dengan kata lain yang mirip. Jika ternyata kedua kata itu berbeda maknanya, maka
bunyi tersebut merupakan sebuah fonem, karena bunyi itu membedakan makna
kedua kata tersebut. Misalnya, kata Indonesia lupa dan rupa. Kedua kata itu mirip.
Masing-masing terdiri dari empat buah bunyi. Yang pertama mempunyai bunyi [l],
[u], [p], dan [a]; dan yang kedua mempunyai bunyi [r], [u], [p], dan [a]. jika kita
bandingkan:

[l], [u], [p], [a]


[r], [u], [p], [a]

Jika diperhatikan secara seksama dari kedua kata diatas, perbedaannya hanya
pada bunyi fonem yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. maka dengan
demikian dapat disimpilkan bahwa bunyi [l] dan bunyi [r] adalah dua buah fonem
yang berbeda di dalam bahasa Indonesia. Contoh lain, dalam bahasa Indonesia
adalah suku dan suhu. Bunyi [k] pada kata pertama dan bunyi [h] pada kata kedua,
masing-masing adalah fonem yang berlainan, yaitu fonem /k/ dan fonem /h/, karena
kedua bunyi itu membedakan makna kedua tersebut.

Dua bentuk kata yang mirip, seperti kata lupa dan rupa atau kata suku dan
suhu disebut kata-kata yang berkontras minimal atau berpasangan minimal
(minimal pair). Untuk menentukan sebuah bunyi itu fonem atau bukan. Pertama-
tama haruslah dicari pasangan minimalnya ini tidak mempunyai jumlah yang persis
sama. Misalnya, kata tuju dan tujuh juga merupakan pasangan minimal, sebab
tiadanya bunyi [h] pada kata itu mengubah maknanya. Jadi dalam hal itu,bunyi [h]
adalah sebuah fonem.

3
C. Perubahan Fonem

Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada


lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berbeda disekitarnya. Misalnya
seperti sudah dibicarakan dimuka domen /o/ kalu berada pada silabel tertutup akan
berbunyi dan kalau berada pada silabel terbuka akan berbunyi [o]. namun perubahan
yang terjadi pada kasus fonem /o/ bahasa Indonesia itu bersifat fonetis, tidak
mengubah fonem /o/ itu menjadi fonem lain. Dalam beberapa kasus lain, dalam
bahasa-bahasa tertentu ada dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas itu
menjadi fonem yang lain.

1. Asimilasi

Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi
bunyi yang sama atau yang hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi bahasa itu
diucapkan secara beruntun, sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi.

Contoh: kata bahasa inggris top diucapkan [top’] dengan [t] apiko-dental.
Tetapi, setelah mendapatkan [s] lamino-palatal pada stop, kata tersebut diucapkan
[s t op’] dengan [t] juga lamino-palatal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
[t] pada [stop’] disesuaikan atau diasimilasikan artikulasinya dengan [s] yang
mendahuluinya sehingga sama-sama lamino-palatal.

2. Disimilasi

Kebalikan dari asimilasi, disimilasi adalah bunyi dari dua bunyi yang sama
atau mirip dengan bunyi yang tidak sama atau berbeda.

Contoh: kata bahasa Indonesia belajar [belajar] berasal dari pergabungan


preksi ber [ber] dan bentuk dasar ajar [ajar]. Mestinya, kalau tidak ada perubahan
menjadi belajar [belajar]. Tetapi, karena ada dua bunyi [r], maka [r] yang pertama
diperbedakan atau di didisimilasikan menjadi [l], sehingga menjadi [belajar].
Karena perubahan tersebut sudah menembus batas fonem, yaitu [r] merupakan

4
alofon dari fonem /r/ dan [l] merupakan alofon dari fonem /l/, maka disebut
disimilasi fonemis.

3. Netralisasi

Netralisasi adalah perubahan bunyi fonemis sebagai akibat pengaruh


lingkungan. Untuk menjelaskan kasus ini bisa dicermati ilustrasi berikut. Dengan
cara pasangan minimal [baran] ‘barang’ – [parang] ‘paran’ bisa disimpulkan bahwa
bahasa Indonesia ada fonem /b/ dan /p/.

4. Arkifonem

Fonem /d/ pada kata hard yang bisa terwujud /t/ atau /d/ dalam peristilahan
linguistik disebut arkifonem. Dalam hal ini biasanya dilambangkan dengan hurug
besar /D/. mengapa dipilih /D/ dan bukannya /T/? karena bentuk “aslinya” yang
tampak dalam bentuk harder adalah /d/. bukannya /t/. dalam bahasa Indonesia ada
kata jawab yang diucapkan /jawap/ atau juga /jawab/; jawaban. Jadi, disini ada
arkifonem /B/, yang realisasinya bisa menjadi /b/ atau /p/.

5. Kontraksi

Kontraksi adalah pemendekan suatu kata, suku kata, atau gabungan kata
dengan cara penghilangan huruf yang melambangkan fon di dalam kata tersebut.
Dalam kata bahasa tradisional, kontraksi dapat mengakibatkan pembentukan kata
baru yang disingkat tersebut.

Contoh: kontraksi dalam bahasa inggris ada pada penyinggungan kata to be


yang berpasangan dengan subjek dalam kalimat.

6. Metasis

Metasis adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga
menjadi dua bentuk kata yang bersaing. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata yang
mengalami metatesis ini tidak banyak. Hanya beberapa kata saja. Misalnya:

5
Kerikil menjadi kelikir
Jalur menjadi lajur
Brantas menjadi bantras
Mentasis ini juga bisa dilihat secara diakronis. Misalnya:

Lemari berasal dari bahasa portugis almari


Rabu berasal dari bahasa arab Arba
Rebab berasal dari bahasa arab arbab

7. Epentensis

Dalam proses epetensis sebuah fonem tertentu, biasanya yang homorgan


dengan lingkungannya, disisipkan kedalam sebuah kata. Dalam bahasa Indonesia
ada sampi disamping sapi; kampak disamping kapak; da ada jumblah disamping
jumlah. Kita lihat pada kasus sampi dan sapi atau kampak dan kapak dan kapak
bunyi [m] yang disisipkan ditengah kata; dan pada kasus jumblah dan jumlah ada
bunyi [b] yang disisipkan ditengah kata.

Perubahan bunyi atau fonem yang dibicarakan diatas hanya terjadi pada
bahasa-bahasa tertentu, yang tidak harus terjadi pada bahasa lain. Begitupun
mungkin terdapat pula perubahan bunyi dalam bentuk lain, selain yang dibicarakan
di atas.

D. Fonem dan Grafem

dari uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi
bahasa terkecil yang fungsional atau membedakan makna kata. Untuk menetapkan
sebuah bunyi berstatus sebagai fonem atau bukan. Antara lain harus dicara
minimalnya, yang berupa dua buah kata yang mirip, yang memiliki lingkungan yang
sama dan satu bunyi yang berbeda. Bila ternyata kedua kata itu memiliki makna
yang berbeda, maka kedua bunyi itu adalah dua buah fonem yang berbeda. Fonem
dianggap sebagai konsep abstrak, yang didalam percakapan direalisasikan oleh

6
sebuah alofon atau lebih yang sesuai dengan lingkungan tempat hadirnya fonem
tersebut.

Alofon-alofon yang merealisasikan sebuah fonem itu dapat dilambangkan


secara akurat dalam wujud tulisan dan transkripsi fonetik. Dalam transkripsi fonetik
ini setiap alofon, termasuk unsur-unsur suprasegmentalnya, dapat digambarkan
secara tepat atau tidak meragukan. Dalam transkripsi fonemik, penggambaran
bunyi-bunyi itu sudah tidak akurat, sebab alofon-alofon yang bunyinya jelas tidak
sama dilambangkan dengan lambang yang sama. Yang dilambangkan adalah
fonemnya, bukan alofonnya. Misalnya alofon [o] dan [c] dari fonem /o/ dalam
bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf yang sama, yaitu huruf [o]. begitu
juga alofon [k] huruf [k]. bandingkan ucapan huruf [k] pada kata rakyat dan raksasa.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sudah dijelaskan bahwa fonologi dibedakan atas fonetik dan fonemik. Objek
kajian fonetik adalah fon, yaitu bunyi pada umumnya tanpa memperhatikan apakah
bunyi tersebut membedakan makna atau tidak. Sebaliknya objek kajian fonemik
adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang membedakan makna kata. Dalam fonetik,
lita mempelajari bunyi-bunyi /u/ yang membedakan pada kata-kata seperti busur,
buku dan kuil atau meneliti perbedaan bunyi /i/ seperti yang terdapat pada kata-kaya
isi, indah dan pasir. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita
sebut fonem dan bukan fonem apabila tidak membedakan makna. Jadi, jelaslah
bahwa fonem adalah bunyi bahasa yang fungsional, yaitu membedakan makna kata.

Alofon merupakan realisasi sebuah fonem. Alofon dapat dilambangkan


dalam wujud tulisan atau transkripsi fonetik yaitu penulisan pengubahan menurut
bunyi, dan tandanya adalah […]. Grafem merupakan perlambangan fonem kedalam
transkripsi otografis, yaitu penulisan fonem-fonem suatu bahasa menurut sistem
ejaan yang berlaku pada suatu bahasa, atau penulisan menurut huruf dan ejaan suatu
bahasa.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami tulis, kami yakin dalam pembuatan makalh
ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan dalam pembuatan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami dan
juga pembaca. Aamiin.

8
DAFTAR PUSTAKA

Alek, 2018. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama


https://id.scribd.com/doc/93671282/Linguistik-Umum-by-Abdul-Chaer
https://inayyahsuharto.wordpress.com/2017/01/18/linguistik-umum-fonemik/

Anda mungkin juga menyukai