FONEMIK
Dosen Pengampu:
Mufrodi, MA.Pd
Di Susun Oleh:
Rasmi Saryati 1988204035
Rizkiah Dwita Sanjaya 1988204038
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Fonemik ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Ilmu Lughah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Fonemik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunyi bahasa yang dapat kita hasilkan sebenarnya jumlahnya sangat banyak,
dan satu sama lain jumlahnya berbeda. Bagi orang awam, perbedaan itu mungkin
tidak seluruhnya dapat dirasakan, selama perbedaan itu tidak fungsional, artinya
tidak membedakan makna bahasanya. Bagi penutur asli bahasa Indonesia perbedaan
bunyi dari fonem /i/ pada suku kata kedua dan dan ketiga dari kata pemimpin tidak
begitu penting. Perbedaan itu tidak mereka sadari. Mereka akan menyadarinya
apabila perbedaan itu membedakan makna. Misalnya antara /i/ dan /e/ pada
pasangan kata bila dan bela.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fonemik
Fonetik adalah bagian dari studi linguistik yang mempelajari bunyi bahasa
secara umum, tanpa memperhatikan makna, yang tidak bersifat fungsional, kajian
bunyi bahasa manapun, sedangkan fonemik adalah bagian dari studi linguistik yang
mempelajari bahasa tertentu yang memperhatikan perbedaan makna.
Fonemisasi adalah salah satu prosedur atau cara menemukan fonem suatu
bahasa. Penemuan fonem suatu itu didasarkan pada data-data yang secara fonetis
akurat. Salah satu prosedur fonemasi adalah “pasangan minimal” (minimal pairs).
Pasangan minimal, yaitu bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna dalam
sebuah bahasa yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi yang tidak sama. Hasil
dari fonemisasi dengan prosedur pasangan minimal adalah ditemukannya suatu
fonem, yaitu satuan bunyi yang terkecil yang fungsional atau distingtif, dalam arti
membedakan makna.
Sudah dijelaskan bahwa fonologi dibedakan atas fonetik dan fonemik. Objek
kajian fonetik adalah fon, yaitu bunyi pada umumnya tanpa memperhatikan apakah
bunyi tersebut membedakan makna atau tidak. Sebaliknya objek kajian fonemik
adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang membedakan makna kata. Dalam fonetik,
lita mempelajari bunyi-bunyi /u/ yang membedakan pada kata-kata seperti busur,
buku dan kuil atau meneliti perbedaan bunyi /i/ seperti yang terdapat pada kata-kaya
isi, indah dan pasir. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita
sebut fonem dan bukan fonem apabila tidak membedakan makna. Jadi, jelaslah
bahwa fonem adalah bunyi bahasa yang fungsional, yaitu membedakan makna kata.
2
B. Identifikasi Fonem
Untuk menentukan apakah sebuah bunyi itu fonem atau bukan, kita hrus
mencari sebuah kata, yang mengandung bunyi tersebut. Lalu membandingkannya
dengan kata lain yang mirip. Jika ternyata kedua kata itu berbeda maknanya, maka
bunyi tersebut merupakan sebuah fonem, karena bunyi itu membedakan makna
kedua kata tersebut. Misalnya, kata Indonesia lupa dan rupa. Kedua kata itu mirip.
Masing-masing terdiri dari empat buah bunyi. Yang pertama mempunyai bunyi [l],
[u], [p], dan [a]; dan yang kedua mempunyai bunyi [r], [u], [p], dan [a]. jika kita
bandingkan:
Jika diperhatikan secara seksama dari kedua kata diatas, perbedaannya hanya
pada bunyi fonem yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. maka dengan
demikian dapat disimpilkan bahwa bunyi [l] dan bunyi [r] adalah dua buah fonem
yang berbeda di dalam bahasa Indonesia. Contoh lain, dalam bahasa Indonesia
adalah suku dan suhu. Bunyi [k] pada kata pertama dan bunyi [h] pada kata kedua,
masing-masing adalah fonem yang berlainan, yaitu fonem /k/ dan fonem /h/, karena
kedua bunyi itu membedakan makna kedua tersebut.
Dua bentuk kata yang mirip, seperti kata lupa dan rupa atau kata suku dan
suhu disebut kata-kata yang berkontras minimal atau berpasangan minimal
(minimal pair). Untuk menentukan sebuah bunyi itu fonem atau bukan. Pertama-
tama haruslah dicari pasangan minimalnya ini tidak mempunyai jumlah yang persis
sama. Misalnya, kata tuju dan tujuh juga merupakan pasangan minimal, sebab
tiadanya bunyi [h] pada kata itu mengubah maknanya. Jadi dalam hal itu,bunyi [h]
adalah sebuah fonem.
3
C. Perubahan Fonem
1. Asimilasi
Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi
bunyi yang sama atau yang hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi bahasa itu
diucapkan secara beruntun, sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi.
Contoh: kata bahasa inggris top diucapkan [top’] dengan [t] apiko-dental.
Tetapi, setelah mendapatkan [s] lamino-palatal pada stop, kata tersebut diucapkan
[s t op’] dengan [t] juga lamino-palatal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
[t] pada [stop’] disesuaikan atau diasimilasikan artikulasinya dengan [s] yang
mendahuluinya sehingga sama-sama lamino-palatal.
2. Disimilasi
Kebalikan dari asimilasi, disimilasi adalah bunyi dari dua bunyi yang sama
atau mirip dengan bunyi yang tidak sama atau berbeda.
4
alofon dari fonem /r/ dan [l] merupakan alofon dari fonem /l/, maka disebut
disimilasi fonemis.
3. Netralisasi
4. Arkifonem
Fonem /d/ pada kata hard yang bisa terwujud /t/ atau /d/ dalam peristilahan
linguistik disebut arkifonem. Dalam hal ini biasanya dilambangkan dengan hurug
besar /D/. mengapa dipilih /D/ dan bukannya /T/? karena bentuk “aslinya” yang
tampak dalam bentuk harder adalah /d/. bukannya /t/. dalam bahasa Indonesia ada
kata jawab yang diucapkan /jawap/ atau juga /jawab/; jawaban. Jadi, disini ada
arkifonem /B/, yang realisasinya bisa menjadi /b/ atau /p/.
5. Kontraksi
Kontraksi adalah pemendekan suatu kata, suku kata, atau gabungan kata
dengan cara penghilangan huruf yang melambangkan fon di dalam kata tersebut.
Dalam kata bahasa tradisional, kontraksi dapat mengakibatkan pembentukan kata
baru yang disingkat tersebut.
6. Metasis
Metasis adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga
menjadi dua bentuk kata yang bersaing. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata yang
mengalami metatesis ini tidak banyak. Hanya beberapa kata saja. Misalnya:
5
Kerikil menjadi kelikir
Jalur menjadi lajur
Brantas menjadi bantras
Mentasis ini juga bisa dilihat secara diakronis. Misalnya:
7. Epentensis
Perubahan bunyi atau fonem yang dibicarakan diatas hanya terjadi pada
bahasa-bahasa tertentu, yang tidak harus terjadi pada bahasa lain. Begitupun
mungkin terdapat pula perubahan bunyi dalam bentuk lain, selain yang dibicarakan
di atas.
dari uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi
bahasa terkecil yang fungsional atau membedakan makna kata. Untuk menetapkan
sebuah bunyi berstatus sebagai fonem atau bukan. Antara lain harus dicara
minimalnya, yang berupa dua buah kata yang mirip, yang memiliki lingkungan yang
sama dan satu bunyi yang berbeda. Bila ternyata kedua kata itu memiliki makna
yang berbeda, maka kedua bunyi itu adalah dua buah fonem yang berbeda. Fonem
dianggap sebagai konsep abstrak, yang didalam percakapan direalisasikan oleh
6
sebuah alofon atau lebih yang sesuai dengan lingkungan tempat hadirnya fonem
tersebut.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sudah dijelaskan bahwa fonologi dibedakan atas fonetik dan fonemik. Objek
kajian fonetik adalah fon, yaitu bunyi pada umumnya tanpa memperhatikan apakah
bunyi tersebut membedakan makna atau tidak. Sebaliknya objek kajian fonemik
adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang membedakan makna kata. Dalam fonetik,
lita mempelajari bunyi-bunyi /u/ yang membedakan pada kata-kata seperti busur,
buku dan kuil atau meneliti perbedaan bunyi /i/ seperti yang terdapat pada kata-kaya
isi, indah dan pasir. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita
sebut fonem dan bukan fonem apabila tidak membedakan makna. Jadi, jelaslah
bahwa fonem adalah bunyi bahasa yang fungsional, yaitu membedakan makna kata.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami tulis, kami yakin dalam pembuatan makalh
ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan dalam pembuatan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami dan
juga pembaca. Aamiin.
8
DAFTAR PUSTAKA