Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FONOLOGI, TATA BUNYI, FONETIK, FONEMIK

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi. Oleh
karena itu pengajaran Bahasa Indonesia pada hakekatnya mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang
menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.

Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentang fonologi. Sebagai calon
pendidik selayaknya memahami kajian tentang fonologi ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan
pelajaran Bahasa Indonesia. Penyusun merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar dapat
membantu penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya untuk mengetahui tentang
batasan dan kajian fonologi, beberapa pengetian mengenai tata bunyi, kajian fonetik, kajian fonemik,
gejala fonologi Bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalahnya, yaitu:
1. Bagaimana batasan dan kajian fonologi?
2. Apa pengertian mengenai tata bunyi (fonem dan alofon)?
3. Apa yang dimaksud dengan kajian fonetik?
4. Apa yang dimaksud dengan kajian fonemik?
5. Bagaimana gejala fonologi Bahasa Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui batasan dan kajian fonologi
2. Untuk mengetahui beberapa pengetian mengenai tata bunyi (fonem dan alofon)
3. Untuk mengetahui kajian fonetik
4. Untuk mengetahui kajian fonemik
5. Untuk mengetahui gejala fonologi Bahasa Indonesia
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Batasan dan Kajian Fonologi

Istilah fonologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phone = bunyi, logos = ilmu. Secara harfiah,
fonologi adalah ilmu bunyi.
Fonologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi. Objek kajian fonologi yang
pertama bunyi bahasa (fon) yang disebut tata bunyi (fonetik) dan yang kedua mengkaji fonem yang
disebut tata fomen (fonemik).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang
mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi
bahasa secara umum dan fungsional.
B. Beberapa Pengetian Mengenai Tata Bunyi

a. Fonem
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya
satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna.
Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macaam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam
kata atau suku kata. Contoh fonem /t/ jika berada di awal kata atau suku kata, dilafalkan secara
lepas. Pada kata /topi/, fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun jika berada di akhir kata, fonem /t/ tidak
diucapkan lepas. Bibir kita masih tetap rapat tertutup saat mengucapkan bunyi, misal pada kata
/buat/.

b. Alofon
Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama pada kata makan dan makna
secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Alofon
dituliskan diantara dua kurung siku []. Kalau [p] yang lepas kita tandai dengan [p] saja, sedangkan
[p] yang tak lepas kita tandai dengan [p>]. Maka kita dapat berkata bahwa dalam Bahasa Indonesia
fonem /p/ mempunyai dua alofon, yakni [p] dan [p>].

c. Kajian Fonetik

a. Klasifikasi Bunyi
1) Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam saluran suara.

Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan. Pada
pembentukan vokal tidak ada artikulasi.

Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian
alat ucap. Dalam hal ini terjadi artikulasi.

Bunyi semi-vokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi karena pada
waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni.

2) Berdasarkan jalan keluarnya arus udara.

Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara ke luar melalui rongga
mulut dan membuka jalan agar arus udara dapat keluar melalui rongga hidung.

Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung anak tekak mendekati
langit-langit lunak untuk menutupi rongga hidung, sehingga arus udara keluar melalui mulut.

3) Berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara saat bunyi di artikulasikan.

Bunyi keras (fortis), yaitu bunyi bahasa yang pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan
kuat arus.

Bunyi lunak (lenis), yaitu bunyi yang pada waktu diartikulasikan tidak disertai ketegangan
kuat arus.

4) Berdasarkan lamanya bunyi pada waktu diucapkan atau diartikulasikan

Bunyi panjang

Bunyi pendek

5) Berdasarkan derajat kenyaringannya


Bunyi dibedakan menjadi bunyi nyaring dan bunyi tak nyaring. Derajat kenyaringan ditentukan oleh
luas atau besarnya ruang resonansi pada waktu bunyi diucapkan. Makin luas ruang resonansi saluran
bicara waktu membentuk bunti, makin tinggi derajat kenyaringannya. Begitu pula sebaliknya.

6) Berdasarkan perwujudannya dalam suku kata

Bunyi tunggal, yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata (semua bunyi vokal atau
monoftong dan konsonan).

Bunyi rangkap, yaitu dua bunyi atau lebih yang terdapat dalam satu suku kata. Bunyi rangkap
terdiri dari

Diftong (vokal rangkap) : [ai], [au] dan [oi].

Klaster (gugus konsonan) : [pr], [kr], [tr] dan [bl].

7) Berdasarkan arus udara

a) Bunyi egresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam paruparu. Bunyi egresif dibedakan menjadi :

Bunyi egresif pulmonik : dibentuk dengan mengecilkan ruang paru-paru,otot perut dan rongga
dada.

Bunyi egresif glotalik : terbentuk dengan cara merapatkan pita suara sehingga glotis dalam
keadaan tertutup.

b) Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara menghisap udara ke dalam paru-paru.

Ingresif glotalik : pembentukannya sama dengan egresif glotalik tetapi berbeda pada arus
udara.

Ingresif velarik : dibentuk dengan menaikkan pangkal lidah ditempatkan pada langit-langit
lunak.

Kebanyakan bunyi bahasa Indonesia merupakan bunyi egresif.

b. Pembentukan Vokal, Konsonan, Diftong, dan Kluster


1) Pembentukan Vokal
Vokal dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, bentuk bibir, dan
strikturnya. Berikut ini jenis-jenis vokal berdasarkan cara pembentukannya, yakni:

Berdasarkan bentuk bibir : vokal bulat, vokal netral, dan vokal tak bulat;

Berdasarkan tinggi rendahnya lidah : vokal tinggi, vokal madya (sedang), dan vokal rendah;

Berdasarkan bagian lidah yang bergerak : vokal depan, vokal tengah, dan vokal belakang;

Berdasarkan strikturnya : vokal tertutup, vokal semi-tertutup, vokal semi-terbuka, dan vokal
terbuka.

2) Pembentukan Konsonan
Pembentukan konsonan didasarkan pada empat faktor, yakni daerah srtikulasi, cara artikulasi,
keadaan pita suara, dan jalan keluarnya udara. Berikut ini klasifikasi konsonan tersebut:

Berdasarkan daerah artikulasi : konsonan bilabial, labio dental, apikodental, apikoalveolar,


palatal, velar, glotal, dan laringal;

Berdasarkan cara artikulasi : konsonan hambat, frikatif, getar, lateral, nasal, dan semi-vokal;

Berdasarkan keadaan pita suara : konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara;

Berdasarkan jalan keluarnya udara : konsonan oral dan konsonan nasal.

3) Pembentukan Diftong
Diftong adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat diucapkan berubah kualitasnya.
Perbedaan vokal dengan diftong adalah terletak pada cara hembusan nafasnya.
Diftong dalam bahasa indonesia adalah sebagai berikut:
a) Diftong /au/, pengucapannya [aw]. Contohnya :
[harimaw] /harimau/
[kerbaw] /kerbau/
b) Diftong /ai/, pengucapannya [ay]. Contohnya :
[santay] /santai/
[sungay] /sungai/
c) Diftong /oi/, pengucapannya [oy]. Contohnya :
[amboy] /amboi/
[asoy] /asoi/
4) Pembentukan Kluster
Gugus atau kluster adalah deretan konsonan yang terdapat bersama pada satu suku kata.
a) Gugus konsonan pertama : /p/,/b/,/t/,/k/,/g/,/s/ dan /d/.
b) Gugus konsonan kedua : /l/,/r/ dan /w/.
c) Gugus konsonan ketiga : /s/,/m/,/n/ dan /k/.
d) Gugus konsonan keduanya adalah konsonan lateral /l/, misalnya :
(1) /pl/ [pleno] /pleno/
(2) /bl/ [blako] /blangko/
(3) dan begitu seterusnya hingga konsonan kedua /r/ dan /w/.
e) Jika tiga konsonan berderet, maka konsonan pertama selalu /s/, yang kedua /t/,/p/ dan /k/ dan
yang ketiga adalah /r/ atau /l/. Contohnya :
(1) /spr/ [sprey] /sprei
(2) /skr/ [skripsi] /skripsi/
(3) /skl/ [sklerosis] /sklerosis/
D. Kajian Fonemik
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya
satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem juga dapat dibatasi sebagai unit
bunyi yang bersifat distingtif atau unit bunyi yang signifikan.

Dalam hal ini perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi
dalam rangka pembedaan makna tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk (1)
menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan (2) membuat ortografi yang praktis atau ejaan
sebuah bahasa.

Untuk mengenal dan menentukan bunyi-bunyi bahasa yang bersifat fungsional atau fonem, biasanya
dilakukan melalui kontras pasangan minimal. Dalam hal ini pasangan minimal ialah pasangan
bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa (biasanya berupa kata
tunggal) yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda. Sekurang-kurangnya ada empat premis
untuk mengenali sebuah fonem, yakni (1) bunyi bahasa dipengaruhi lingkungannya, (2) bunyi bahasa
itu simetris, (3) bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan ke dalam kelas fonem
yang berbeda, dan (4) bunyi bahasa yang bersifat komplementer harus dimasukkan ke dalam kelas
fonem yang sama.

a. Realisasi Fonem
Realisasi fonem adalah pengungkapan yang sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yakni fonem
menjadi bunyi bahasa. Realisasi fonem erat kaitannya dengan variasi fonem. Variasi fonem merupakan
salah satu wujud pengungkapan dari realisasi fonem. Secara segmental fonem bahasa Indonesia
dibedakan atas vokal dan konsonan.

b. Variasi Fonem
Variasi fonem adalah wujud pelbagai manifestasi bersyarat maupun tak bersyarat dari fonem. Ujud
variasi suatu fonem yang ditentukan oleh lingkungannya dalam distribusi yang komplementer disebut
varian alofonis atau alofon.

E. Gejala Fonologi Bahasa Indonesia


a. Penambahan Fonem
Penambahan fonem pada suatu kata pada umumnya berupa penambahan bunyi vokal. Penambahan
ini dilakukan untuk kelancaran ucapan.

b. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem adalah hilangnya bunyi atau fonem pada awal, tengah dan akhir sebuah kata
tanpa mengubah makna. Penghilangan ini biasanya berupa pemendekan kata.

c. Perubahan Fonem
Perubahan fonem

adalah berubahnya bunyi atau fonem pada sebuah kata agar kata menjadi

terdengar dengan jelas atau untuk tujuan tertentu.

d. Kontraksi
Kontraksi adalah gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan.
Kadang-kadang ada perubahan atau penggantian fonem.

e. Analogi
Analogi adalah pembentukan suatu kata baru berdasarkan suatu contoh yang sudah ada (Keraf,
1987:133).

f. Fonem Suprasegmental
1.

Fonem vokal dan konsonan merupakan fonem segmental karena dapat diruas-ruas. Fonem
tersebut biasanya terwujud bersama-sama dengan ciri suprasegmental seperti tekanan,
jangka dan nada. Di samping ketiga ciri itu, pada untaian terdengar pula ciri suprasegmental
lain, yakni intonasi dan ritme.

2.

Jangka, yaitu panjang pendeknya bunyi yang diucapkan. Tanda []

3.

Tekanan, yaitu penonjolan suku kata dengan memperpanjang pengucapan, meninggikan nada
dan memperbesar intensitas tenaga dalam pengucapan suku kata tersebut.

4.

Jeda atau sendi, yaitu ciri berhentinya pengucapan bunyi.

5.

Intonasi, adalah ciri suprasegmental yang berhubungan dengan naik turunnya nada dalam
pelafalan kalimat.

6.

Ritme, adalah cirri suprasegmental yang br\erhubungan dengan pola pemberian tekanan pada
kata dalam kalimat.

Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna.
Namun, pelafalan kata yang menyimpang dalam hal tekanan, dan nada kan terasa janggal.

****LANJUTKAN KE KESIMPULAN, SARAN DAN DAFTAR PUSTAKA MAKALAH FONOLOGI,


TATA BUNYI, FONETIK, FONEMIK****

Makalah lengkap tentang Fonologi, Tata bunyi, fonetik dan fonemik


Pembahasan dalam makalah :
Pengertian Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses
terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.

Batasan dan Kajian Fonologi


Beberapa Pengetian Mengenai Tata Bunyi
Kajian Fonetik
Pembentukan Vokal, Konsonan, Diftong, dan Kluster
Kajian Fonemik
Gejala Fonologi Bahasa Indonesia

FONOLOGI, FONOLOGI FONEMIK DAN FONOLOGI FONETIK

FONOLOGI
Dari beberapa sumber, pengertian fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa
(Keraf, 1984: 30).
2) Fonologi ialah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya (Kridalaksana, 1995: 57).
3) Fonologi ialah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan
runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi
dan logi yaitu ilmu (Chaer, 1994: 102).
Fonologi adalah bidang linguistik atau ilmu bahasa yang menyelidiki, mempelajari,
menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia beserta fungsinya , yang secara etimologi kata fonologi terbentuk dari katafon yaitu
bunyi, dan logi yaitu ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya fonologi
dibedakan menjadi fonetik dan fonemik.
1. Fonologi Fonetik
Secara umum fonologi fonetik ialah cabang studi fonologi yang menyelidiki, mempelajari,
dan menganalisis penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi-bunyi ujaran/bahasa yang
dipakai dalam tutur tanpa memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna/arti, yang
melibatkan analisis ilmu fisika, anatomi, dan psikologi.
Untuk bedanya, kalau kita perhatikan baik-baik ternyata bunyi [i] yang terdapat pada katakata [intan], [angin], dan [batik] adalah tidak sama. Begitu juga bunyi [p] pada kata bahasa
inggris [pace], [space], dan [map], juga tidak sama. Ketidaksamaan bunyi [i] dan bunyi [p] pada
deretan kata-kata diatas itulah sebagai salah satu contoh objek, atau sasaran ato fonetik.
Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi ini serta
menjelaskan sebab-sebabnya.
Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu dibedakan adanya 3 jenis fonetik, yatu
fonetik altikulator, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.

Fonetik altikulator, disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana
mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta
bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisiss atau fenomena alam. Bunyibunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya.
Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga
kita.
Dari ketiga jenis fonologi fonetik ini, yang paling berurusan dengan dunia linguistik adalah
fonetik artikulator, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi
bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia, sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan
dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris lebih berkenaan dengan bidang kedokteran yaitu
neurologi.

Kridalaksana (1995: 57) mengemukakan adanya fonetik-fonetik sebagai berikut :


Fonetik Instrumental adalah bagian dari fonetik yang merekam, menganalisis, dan mengukuur
unsur-unsur bunyi dengan mesin atau alat-alat elektronis seperti spektograf, osiloskop, dan lainlain.

Fonetik Parametris adalah pendekatan dalam fonetik yang memandang wicara sebagai sistem
fisiologis tunggal dengan variabel-variabel artikulasi dalam saluran suara yang terus-menerus
bergerak dan saling bekerja sama dalam dimensi waktu untuk menghasilkan kontinuum bunyi
yang disegmentasikan oleh pendengar menurut kaidah bahasa yang berlaku
Fonetik Terapan yaitu bidang linguistik terapan yang mencakup metode dan teknik pengucapan
bunyi dengan tepat; misalnya, untuk melatih orang yang gagap, untuk melatih pemain drama,
dan sebagainya.
Ramelan (1985: 82) mengemukakan adanya fonetik sebagai berikut:
Fonetik Umum, yaitu fonetik yang membahas bunyi bahasa yang dapat dihasilkan manusia
secara umum.
Fonetik Khusus, yaitu fonetik yang memfokuskan perhatiannya pada bunyi bahasa tertentu,
misalnya fonetik yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa Indonesia disebut fonetik bahasa
Indonesia.

2. Fonologi Fonemik
Fonologi Fonenim adalah sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa
dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Sudah disebutkan
dimuka bahwa objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi bahasa pada umumnya tanpa
memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau
tidak. Sebaliknya objek penelitian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat atau
berfungsi membedakan makna kata. Kalau dalam fonetik, misalnya, kita meneliti bunyi-bunyi [a]
yang berbeda pada kata-kata lancar, laba dan lain : atau meneliti perbedaan bunyi [I] seperti
yang terdapat pada kata-kata ini, intan dan pahit : maka dalam fonemik kita meneliti apakah
perbedaan bunyi itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna makna atau tidak. Jika bunyi
itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jika tidak membedakan
makna adalah bukan fonem.
Contoh:
Perbedaan bunyi p dan b yang terdapat misalnya pada kata paru dan baru adalah menjadi
contoh sasaran studi fonemik sebab perbedaan bunyi p dan b itu menyebabkan berbedanya
makna antara paru dan juga baru itu.

Sumber/Daftar Pustaka :
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1994. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mengenal Fonetik dan Fonemik dalam Istilah Fonologi


Posted: 15 May 2013 in Bahasa, Essay Sastra
Tags: Bahasa, Fonetik. Fonemik, Fonologi, Ilmu Bahasa

5 Votes

Sebagai seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra, saya memang dituntut untuk mahir dalam menggunakan Bahasa. dari semester Pertama saya mengenal Pengantar Linguistik, hingga sekarang sampailah pada waktunya memahami Fonologi. dan, diantara kesekian mata kuliah Pengantar kebahasaan itu saya mendapat nilai A. alhamdulillah sekali. namun satu hal, rupanya saya belum mampu sepenuhnya mengaplikasikan pengetahuan saya di Bidang Bahasa dan Sastra. Dan kali ini, supaya nilai A saya bermanfaat, pada postingan ini saya berkanan ingin berbagi pengetahuan kepada pengunjung blog tersayang

saya supaya sedikit mengerti tentang diskusi Ilmu Bahasa, yakni Fonologi, Fonetik dan Fonemik.

semoga bermanfaat!

Fonologi

Ilmu yang mempelajari seluk-beluk bunyi bahasa serta merumuskannya secara teratur dan sistematis tersebut dinamakan fonologi (phone: bunyi; logos: ilmu). Istilah fonologi di Indonesia menunjuk pada pengertian studi bunyi bahasa secara umum sebab fonologi masih dibagi kedalam dua bidang telaah, yaitu fonemik dan fonetik.

Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan-runtutan bunyi bahasa disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yang artinya bunyi dan logi artinya ilmu. Menurut hirarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya. Fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik, secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan

memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Fonemik menitikberatkan perhatiaannya kepada ciri fungsional, yakni berfungsi membedakan arti. Di Amerika istilah fonologi menunjuk pada pengertian studi bunyi bahasa menurut fungsinya. Jadi fonologi sama dengan fonetik.

Sebagai bidang linguistik (ilmu bahasa), fonemik dan fonetik secara praktis sulit untuk dipisahkan, karena itu setiap pembicaraan mengenai fonemik tidak bisa terlepas dari fonetik, demikian juga sebaliknya. Namun, bagi kepentingan penelitian , keduanya harus dibatasi karena keduanya memiliki objek penelitian yang bisa dibedakan.

Contoh:

Bunyi [i] yang terdapat pada kata [intan], [angin], dan [batik] adalah tidak sama.

Bunyi [p] yang terdapat pada kata [pace], [space], dan [map] adalah tidak sama.

Ketidaksamaan tersebut yang menjadi objek kajian fonetik. Dalam kajiannya, fonetik berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjeaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat pada kata [paru] dan [baru] adalah yang menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna [paru] dan [baru].

Apa bedanya fonetik dan fonemik?

FONETIK

Di bawah payung Fonologi, terdapat dua cabang ilmu yang masing-masingnya merupakan kajian berbeda. Yang satu bernama fonetik dan yang satu lagi bernama fonemik. Secara sekilas, istilah ini memang mirip sehingga sering dirancukan penggunaannya oleh orang awam tetapi bagi linguis, kedua ilmu ini adalah dua ilmu yang berbeda sehingga perlu dipahami betul-betul pengertian dan cakupannya agar tidak terjadi salah kaprah.

Fonetik adalah ilmu yang mempelajari produksi bunyi bahasa. Ilmu ini berangkat dari teori fisika dasar yang mendeskripsikan bahwa bunyi pada hakikatnya adalah gejala yang timbul akibat adanya benda yang bergetar dan menggetarkan udara di sekelilingnya. Oleh karena bunyi bahasa juga merupakan bunyi, bunyi bahasa tentunya diciptakan dari adanya getaran suatu benda yang menyebabkan udara ikut bergetar. Perbedaan antara bunyi bahasa dengan bunyi lainnya menurut fonetik adalah bunyi bahasa tercipta atas getaran alat-alat ucap manusia sedangkan bunyi biasa tercipta dari getaran benda-benda

selain alat ucap manusia. Namun demikian, pada dasarnya deskripsi bunyi bahasa fonetik ini masih kurang lengkap sehingga akan dilengkapi oleh deskripsi bunyi bahasa menurut fonemik.

Dalam fonetik, bunyi bahasa dianggap setara dengan bunyi, yaitu sebuah gejala fisika yang dapat diamati proses produksinya. Fonetik memang berorientasi dalam deskripsi produksi bunyi bahasa serta cara-cara yang dapat mengubah bunyi bahasa itu dalam produksinya. Oleh karena itu, fonetik bertugas mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa yang terdapat di dalam suatu bahasa. Salah satu contoh konkretnya adalah identifikasi bunyi-bunyi kontoid dan vokoid dalam suatu bahasa.

FONEMIK

Fonemik sendiri adalah ilmu yang mempelajari fungsi bunyi bahasa sebagai pembeda makna. Pada dasarnya, setiap kata atau kalimat yang diucapkan manusia itu berupa runtutan bunyi bahasa. Pengubahan suatu bunyi dalam deretan itu dapat mengakibatkan perubahan makna. Perubahan makna yang dimaksud bisa berganti makna atau kehilangan makna. Contoh:

binatang berkaki empat

sebutan lain untuk ayah

Pada contoh di atas, kata babi memiliki dua konsonan [b] yang menjadi awal suku kata pertama dan kedua sedangkan kata papi memiliki konsonan [p] sebagai awal suku kata pertama dan keduanya. Selain kedua bunyi itu, bunyi lainnya dan posisi/urutan bunyi lain itu sama. Perbedaan bunyi [b] dan [p] pada posisi/urutan yang sama dapat mengubah makna kata, inilah yang dikaji oleh fonemik.

Ada trik lain untuk mengenali suatu kajian merupakan fonetik atau fonemik, yaitu melalui istilah yang digunakan untuk menyebut bunyi bahasa. Fonetisi, para ahli fonetis, cenderung menggunakan istilah fon untuk satuan bunyi bahasa dan nama vokoid-kontoid-semivokoid untuk kategori fon. Untuk fonemik, para ahli menggunakan istilah fonem dan vokal-konsonan-semivokal.

Sumber pustaka:

Chaer, Abdul.2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Marsono. 1989. Fonetik. yogyakarta: Universitas Gagjah Mada

Anda mungkin juga menyukai