Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBENTUKAN DAN PENGGUNAAN FRASE

DISUSUN OLEH:

NAMA : VIPIN SAPTURI SA’BANOVA

MK : BAHASA INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING: NURMELI S.pd,M.pd

YAYASAN AKBID AGUNG HUSADA

KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

TAHUN AJARAN 2020


KATAENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segenap limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia dengan
judul “PEMBENTUKAN DAN PENGGUNAAN FRASE” sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Dalam penyelesaian tugas makalah ini saya mendapat
bantuan dari banyak pihak, maka sepantasnya saya mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu,
atas berbagai arahan dan bimbingannya pada proses penyelesaian makalah ini.

Saya berharap dengan makalah Bahasa Indonesia ini dapat memberikan


banyak manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan saya pada khususnya.
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya
mengharapkan keritik dan saran dari paca pembaca demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Frase
2.2 Pembentukan Dan Penggunaan Frase
2.3 Ciri-Ciri Frase
2.4 Jenis-Jenis Frase

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bahasa Indonesia ialah sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa
resmi Republik Indonesia Kata “Indonesia” berasal dari dua kata bahasa Yunani,
yaitu Indos yang berarti “India” dan nesos yang berarti “pulau”. Jadi kata
Indonesia berarti kepulauan India, atau kepulauan yang berada di wilayah India.
Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945.

Sejarah Bahasa Indonesia Sebelum kemerdekaan Prasasti tertua berbahasa


Melayu dengan huruf Pallawa abad ke-7.Masuknya agama Islam abad ke-13
membawa pengaruh tradisi tulis bahasa Melayu.Huruf Arab digunakan untuk
menulis bahasa Melayu (tulisan Jawi) sampai abad ke-19.Masa penjajahan
Belanda, bahasa Melayu digunakan sebagai sarana perhubungan luas, termasuk
bahasa surat kabar.Pada 28 Oktober 1928 kongres pemuda menyepakati Sumpah
Pemuda yang mengubah nama bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia dan
mencetuskannya sebagai bahasa persatuan Tahun 1938 diselenggaran kongres
pertama bahasa Indonesia di Solo.Masa penjajahan Jepang, bahasa Indonesia
semakin berkembang karena pemerintah Jepang melarang penggunaan bahasa
Belanda Setelah Kemerdekaan,Sehari setelah merdeka, 18 Agustus 1945, dalam
UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara (pasal 36).

Ejaan Bahasa Indonesia dibakukan dan ditetapkan sejak 1972, setelah


mengalami beberapa perubahan (tahun 1901 Ejaan van Ophuijsen dan tahun 1947
Ejaan Soewandi). Tahun 1975 dikeluarkan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD)Lima tahun sekali, Ejaan bahasa Indonesia senantiasa
disempurnakan hingga sekarang melalui Kongres Nasional Bahasa Indonesia
dengan motor penggerak Pusat Bahasa.Di era kesejagatan kini, bahasa Indonesia
dipelajari di berbagai PT nasional dan internasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah frase itu ?


2. Dimana penempatan frase yang baik itu?
3. Apa fungsi dari frase?
4. Apa ciri-ciri frase?
5. Apa saja macam-macam frase?
1.3 TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui apa itu frase


2. Untuk mengetahui penempatan frase yang baik
3. Untuk mengetahui fungsi dari frase
4. Untuk mengetahui ciri-ciri frase
5. Untuk mengetahui macam-macam frase
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FRASE

Frase adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan,
dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat(subjek, predikat, objek, atau
keterangan). Contohnya, dalam kalimat “presiden suharto sudah meresmikan jalan
tol itu kemaren pagi”, yang menjadi subjeknya adalah frase presiden suharto; yang
menjadi predikatnya adalah frase sudah meresmikan; yang menjadi objeknya
adalah frase jalan tol baru itu; dan yang menjadi keteranganya adalah frase
kemarin pagi.

2.2 PEMBENTUKAN DAN PENGGUNAAN FRASE

Di dalam pertuturan atau karangan, bahasa itu diwujudkan dalam bentuk


satuan-satuan bahasa yang di sebut kalimat. Sedangkan kalimat itu sendiri
terbentuk dari satuan-satuan kata yang dirangkai-rangkaikan. Kalimat-kalimat ini,
secara teoritis, dibentuk oleh unsur subjek(s), predikat(p), objek(o), keterangan(k).
Subjek adalah bagian dari kalimat yang merupakan pokok pembicaraan; predikat
adalah bagian dari kalimat yang memberikan penjelasan mengenai mengapa,
bagaimana, atau apayang terjadi terhadap pokok pembicaraan itu; objek adalah
bagian kalimat yang memberi penjelasan terhadap kejadian yang menyangkut
pokok pembicaraan; keterangan adalah bagian dari kalimat yang memberi
penjelasan tambahan mengenai kapan, dimana, atau dalam keadaan apa pristiwa
yang dialami pokok pembicaraan yang berlangsung. Inilah unsur-unsur yang
dapat membentuk frase. Dilihat dari unsur pembentuknya frase terbagi menjadi
tiga macam yaitu sebagai berikut:

1. FRASE

 Frase setara

Frase yang kedudukan kedua unsurnya sama derajatnya, yang satu tidak
tergantung dengan yang lain, sehingga keduanya dapat menggantikan kedudukan
frase itu di dalam kalimat. Misalnya frase ayah ibu di dalam kalimat: Ternyata
ayah ibu sudah tidak ada. Frase ayah ibu dapat di ganti kedudukanya dalam
kalimat dalam kalimat itu oleh kata ayah saja atau ibu saja, sehingga menjadi:
Ternyata ayah sudah tidak ada. Ternyata ibu sudah tidak ada.

 Frase bertingkat

Frase yang kedudukan kedua unsurnya tidak sama, usur yang satu
kedudukanya sangat penting sehingga tidak dapat di tinggalkan; sedangkan unsur
yang lain kedudukanya hanya merupakan penjelas saja atau tambahan saja.,
sehingga dapat di tinggalkan. Contohnya frase sudah mendirikan dalam kalimat:
Mereka sudah mendirikan koperasi. Kata mendirikan merupakan unsur penting di
dalam frase itu sehingga kedudukanya tidak dapat di tinggalkan. Karena kalau
ditinggalkan: Mereka sudah koperasi Kalimat menjadi tidak dapat di terima.
Sebalikya, kata sudah karena merupakan unsur penjelas saja, kedudukanya dapat
ditinggalkan. Kalau dikatakan: Mereka mendirikan koperasi. Kalimatnya masih
bisa diterima.

 Frase terpadu

Frase yang kedudukan kedua unsurnya tidak dapat ditinggalkan sama sekali.
Kalau salah satu unsurnya di tinggalakan, maka kalimatnya tidak dapat diterima.
Contohnya frase dari pasar dalam kalimat: Ibu baru pulang dari pasar. Kata dari
atau kata pasar tidak dapat ditinggalkan, karena kalau di tinggalkan maka
kalimatnya tidak dapat di terima. Contoh:

a. Ibu baru pulang dari


b. Ibu baru pulang pasar.

Dilihat dari fungsi dan jenisnya di bedakan adanya empat macam frase, yaitu:

(1) Frase benda (fb)

Lazimnya digunakan untuk menjadi subjek atau objek di dalam kalimat.

Contoh:

-Kami mendengarkan pidato presiden melalui radio.

-Pidato presiden akan disiarkan lagi oleh rri.

(2) Frase kerja (fk)

Lazimnya menjadi unsur predikat di dalam kalimat. Makna yang di dapat sebagai
hasil penggabungan kedua kata itu menjadi sebuah frase kerja,

contohnya:
-Kepastian atau kemungkinan.

(3) Frase sifat (fs)

Lazimnya menjadi unsur predikat juga.

Contohnya:

-Indah sekali

-Kuat sekali

-Pandai skali

(4) Frase depan dan frase keterangan.

Mempunyai struktur unsur pertama berupa kata penghubung dan unsur kedua
merupakan kata keterangan atau kata-kata lain.

Contohnya:

-Dengan hati-hati

-Sambil tersenyum

-Karena sakit keras

Jadi, sudah di sebutkan di muka bahwa frase dapat menggantikan kata sebagai
unsur yang membentuk kalimat. Frase benda dapat menjadi unsur subjek atau
objek, frase kerja menjadi unsur predikat, frase sifat dapat menjadi unsur predikat,
dan frase proposisi dan frase keterangan menjadi unsur keterangan.

2.3 CIRI-CIRI FRASE

 Frasa harus mempunyai satu makna gramatikal.


 Frasa bersifat nonpredikatif.
 Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
 Frasa harus terdiri minimal dua kata atau lebih.
 Menduduki atau mempunyai fungsi gramatikal dalam kalimat.

2.4 JENIS-JENIS FRASE

1. Frase Endosentris
Frasa Endosentris merupakan frasa yang kedudukannya sejajar, sehingga
dalam suatu fungsi tertentu dapat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang
dapat menggantikan fungsi tertentu dari frasa tersebut disebut sebagai unsur pusat.
Dengan kata lain frasa endosentris merupakan frasa yang memiliki unsur pusat.

Contohnya;

Sejumlah mahasiswa  di kelas

(S)                          (P)

Tiga pria  di pelabuhan

(S)               (P)

Pemilihan umum lima tahun sekali

(S)                          (P)

Kalimat ‘Sejumlah mahasiswa di kelas’ tidak dapat ditulis menjadi ‘Sejumlah


di kelas’ karena kata ‘mahasiswa’ merupakan unsur pusat. Begitu pula dengan
kalimat ‘Tiga pria di pelabuhan’ tidak dapat ditulis sebagai ‘Tiga di pelabuhan’
karena kata ‘pria’ merupakan unsur pusat pada frasa ‘tiga pria’. Sedangkan pada
kalimat ‘Pemilihan umum lima tahun sekali’ tidak dapat ditulis menjadi ‘umum
lima tahun sekali’ atau pun ‘pemilihan lima sekali’ karena kata ‘pemilihan’ dan
kata tahun ‘tahun’ merupakan unsur pusat.

2. Frase Verba

Frasa verba adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata verba dan
ditandai dengan adanya afiks verba. Frasa verba dapat ditambahkan imbuhan kata
‘sedang’ untuk verba aktif dan kata ‘sudah’ untuk verba yang menyatakan
keadaan. Frasa verba tidak dapat diberikan imbuhan kata ‘sangat’ dan biasanya
menduduki fungsi sebagai predikat dalam suatu kalimat.

Contoh :

 Berlari kencang.

 Memacu motornya kencang.

 Sedang menjemur.

 Menghitung penghasilan bulan ini.


 Berjalan memutari kompleks.

 Belajar beladiri.

 Membawa  keranjang buah.

 Pergi berlibur.

 Membantu teman.

 Menjenguk pamannya.

3. Frase Adjektiva

Frasa adjektiva adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata


adjektiva. Unsur dalam frasa adjektiva dapat diberikan imbuhan ter- (untuk
mewakili kata paling). Biasanya menduduki fungsi sebagai predikat dalam suatu
kalimat.

Contoh :

 Rumahnya sangat besar.

 Alangkah senangnya kami.

 Dia  itu sesukanya sendiri.

 Dia memang yang terbaik.

 Ananda sangat baik

 Jalannya sangat panjang.

 Panci itu sangat panas.

 Hasil ujiannya yang paling baik di antara  teman temannya

 Pekarangangan itu sangat lebar.

 Dia anak paling penurut di antara saudaranya.

4. Frase Numeralia

Frasa numeralia merupakan frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata
numeralia atau kata kata yang menyatakan suatu bilangan atau jumlah tertentu.
Frasa numeralia dapat diberi kata bantu bilangan seperti ekor, buah, satuan mata
uang, dan lain sebagainya.
Contoh :

 Dua puluh lima.

 Lima belas ribu.

 Dua ekor.

 Tiga puluh tangkai.

 Lima puluh lima tandan.

 Dua ratus juta rupiah.

 Enam milyar.

 Seratus juta rupiah.

 Tiga ribu dolar Amerika.

 Tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah.

5. Frase Preposisi

Frasa preposisi adalah frasa yang ditandai dengan adanya preposisi atau kata
depan sebagai penunjuk/indikator dan diikuti kata atau kelompok kata, yang
bukan klausa, yang berdiri sebagai petanda.

Contoh:

 Di teras.

 Di depan rumah.

 Dari sekolah.

 Untuk saya.

 Kepada hadirin yang terhormat.

 Untuk semua murid yang mengikuti upacara bendera.

 Ke stasiun.

 Dari arah utara.


 Menuju rumah.

 Ke arah yang berlawanan.

6. Frase Konjungsi

Frasa konjungsi adalah frasa yang ditandai dengan adanya konjungsi atau


kata penghubung. Frasa konjungsi disebut juga sebagai frasa verbal atau
keterangan.

Contoh:

 Terus diam.

 Ketika belajar.

 Masa lampau.

 Kemarin malam.

 Akhir minggu.

 Tadi sore.

 Tengah malam.

 Kemarin siang.

 Besok petang.

 Terus berlari.
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Frase adalah satuan gramatikal yang secara potensial berupa gabungan


kata yang terdiridari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas dan
mempunyai sifat nonpredikatif. Frase dapat dibedakan menjadi :

1. Frase Eksosntris dan Endosentris
 Frase Eksosentris :
 Eksosentris Direktif (frase preposisi)
 Frase posposisI
 Frase preposposisi
Frase Endosentris :
 Endosentris Koordinatif
 Endosentris Atributif
 Endosentris Apositif
2. Frase Berdasarkan Persamaan Distribusi
 Frase Nominal
 Frase Verbal
  Frase Bilangan
 Frase Keterangan
 Frase Depan

3.2 SARAN

Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan lebih lengkap tentang
pembahasan sintaksis, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku
sintaksis dari berbagai pengarang, karena di dialam makalah ini penulis hanya
membahasa tentang frase.Di sini penulis menyadari bahwa dalam penulis makalah
ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempuraan penulisan makalah- makalah selanjutnya sangat sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
http://hsnhaba.blogspot.com/2010/01/lafal-bahasa-indonesia.html diakses pada
tanggal 12 September 2020.

https://id.wikipedia.org/wiki/Lafal diakses pada tanggal 12 September 2020

http://albanypoetrm.blogspot.com/2008/10/lafal-bahasa-indonesia-baku.html
diakses pada tanggal 12 Sepetember 2020

Anda mungkin juga menyukai