Anda di halaman 1dari 11

1

FRASE
Hakikat Frase

 Frase merupakan satuan gramatika yang terdiri dari dua kata atau lebih;
 Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi;
 Bersifat nonpredikatif;
 Mengandung unsur inti/ pokok/ penanda dan pembatas/ petanda;
 Unsur inti/ pokok/ penanda sebagai yang diterangkan dan unsur pembatas/petanda
sebagai yang menerangkan.

Frase adalah kelompok kata yang mengandung suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap,
objek, dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat.

Bentuk Frase

a. Frase nominal (FN) ialah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata
nominal.
1. N diikuti N; contoh: rumah pekarangan, gedung sekolah, kakak saya, dsb.
2. N diikuti V; contoh: mahasiswa lama, musik klasik, orang bertopi, dsb.
3. N diikuti Bil; contoh: orang dua, sarung sepuluh, sawah lima petak, dsb.
4. N diikuti Ket; contoh: koran kemarin pagi, orang tadi, dsb.
5. N diikuti FD; contoh: kiriman untuk ibu, kereta api ke Surabaya, dsb.
6. N didahului Bil; contoh: dua kertas kerja, lima kodi kain batik, dsb.
7. N didahului Sd (kata sandang); contoh: Si Ahmah, Sang Kancil, dsb.
8. Yang diikuti N; contoh: yang ini, yang itu, dsb.
9. Yang diikuti V; contoh: yang akan mengajar, yang tidak naik kelas, dsb.
10. Yang diikuti Bil; contoh: yang dua, yang sepuluh biji, dsb.
11. Yang diikuti Ket; contoh: yang kemarin siang, yang sekarang, dsb.
12. Yang diikuti FD; contoh: yang dari Jepang, yang untuk Ahmad, dsb.
b. Frase bilangan (FBil) ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
bilangan. Frase bilangan selalu terdiri dari unsur kata bilangan diikuti kata satuan/
penyukat (Sat). Contoh: dua buah, tiga ekor, sepuluh helai, tiga puluh kilogram, lima
botol, dsb.
c. Frase keterangan (Fket) ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan
kata keterangan, yaitu kata yang mempunyai kecenderungan menduduki fungsi KET
dalam klausa atau kalimat. Contoh: kemarin pagi, tadi malam, nanti siang, besok
petang, sekarang ini.
d. Frase depan (FD) ialah frase yang diawali oleh kata depan sebagai penanda/ inti/
pokok, diikuti oleh kata/ frase golongan N, V, Bil, atau Ket sebagai petanda atau
aksisnya/pembatasnya. Contoh: di sebuah rumah, dengan sangat tenang, dari lima,
sejak tadi pagi.

Jenis Frase

1. Frase setara (koordinatif) ialah frase yang hubungan antarunsurnya setara. Contoh:
anak istri, ibu bapak, sawah ladang, pulang pergi, dsb.
2. Frase bertingkat (subordinatif) ialah frase yang hubungan di antara unsurnya
bertingkat. Contoh: guru bahasa, sangat jujur, ketua partai, dsb.
2

KLAUSA
Hakikat Klausa

 Satuan sintaksis yang bersifat predikatif;


 Terdiri atas kata-kata, kelompok kata atau frase;
 Sudah mengandung fungsi minimal S – P;
 Bagian dari kalimat.

Klausa adalah satuan sintaksis yang terdiri atas kata-kata kelompok kata, atau frase yang
bersifat predikatif atau sudah mengandung fungsi minimal S dan P sehingga menjadi
bagian dari kalimat.

Jenis Klausa

1. Berdasarkan struktur intern, terdiri dari:


a. Klausa bebas yaitu klausa yang lengkap sekurang-kurangnya ada S dan P.
Contoh: badan orang itu sangat besar
para tamu memasuki ruangan
b. Klausa terikat yaitu klausa yang tidak lengkap, hanya ada P atau O, PEL, KET
saja. Contoh: sedang bermain-main
menulis surat
telah berangkat ke Jakarta

2. Berdasarkan ada-tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P, terdiri


dari:
a. Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata-kata negatif yang secara
gramatik menegatifkan atau mengingkarkan P.
Contoh: mereka diliputi oleh perasaan senang
mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya
ia teman akrab saya
b. Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif (tidak, tak, tiada,
bukan, belum, dan jangan) yang secara gramatik menegatifkan P.
Contoh: anak-anak tidak naik kelas
pekarangan rumah itu tak terpelihara
anaknya sudah lama tak mau makan
dia bukan pegawai negeri
kami belum berangkat
jangan ke pasar dahulu

3. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi P, terdiri dari:
a. Klausa nominal ialah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan N.
Contoh: ia guru
yang dibeli orang itu sepeda
b. Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan V.
Contoh: petani mengerjakan sawahnya dengan tekun
udaranya panas
tanah persawahan di Cianjur subur
c. Klausa bilangan (klausa numeral) ialah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau
frase golongan bilangan.
Contoh: roda truk itu enam
3

kerbau petani itu hanya dua ekor


d. Klausa depan (frase preposisional) ialah klausa yang P-nya terdiri dari frase
depan, yaitu frase yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Contoh: beras itu dari Cianjur
pegawai itu ke kantor setiap hari

KALIMAT
Hakikat Kalimat

 Kalimat mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap.


 Kalimat merupakan bagian terkecil dari sebuah ujaran atau wacana (teks).
 Kalimat mengungkapkan satu pikiran yang utuh.
 Kalimat terdiri atas klausa atau susunan klausa.
 Kalimat relatif dapat berdiri sendiri.

Pengertian Kalimat

(a) Kalimat ialah satuan bentuk bahasa yang terkecil yang mengungkapkan suatu pikiran
yang lengkap (Alisjahbana, 1969).
(b) Kalimat didefinisikan sebagai satuan bahasa yang mengandung gagasan yang lengkap
(Lapoliwa, 1994).
(c) Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan pikiran yang
utuh secara ketatabahasaan (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 1988).
(d) Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari klausa atau susunan klausa yang
mempunyai pola intonasi akhir dan yang secara relatif dapat berdiri sendiri (Cook,
1971).
(e) Kalimat adalah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau
perasaan (Wagiati, 2006).
(f) Kalimat efektif adalah kalimat yang bisa menyampaikan pesan akurat atau tepat
(Jauhari, 2008).
(g) Kalimat hemat adalah kalimat yang dibangun oleh sejumlah kata yang minimal, tetapi
dapat menyampaikan pesan secara tepat. Sebaliknya, kalimat tidak hemat adalah
kalimat yang menggunakan kata maksimal namun tidak dapat menyampaikan pesan
dengan tepat.
(h) Kalimat rancu adalah kalimat yang strukturnya kacau dan tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Kalimat rancu tidak akan bisa menyampaikan pesan secara akurat.
(i) Kalimat yang benar adalah kalimat yang sesuai dengan aturan atau kaidah yang
berlaku baik yang berkaitan dengan kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa,
kosakata, maupun ejaan.
(j) Kalimat yang baik adalah kalimat yang efektif yaitu kalimat yang dapat
menyampaikan pesan atau informasi secara tepat.

Jenis Kalimat

1. Berdasarkan jumlah inti pembentuknya, terdiri dari:


a. Kalimat minor ialah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau pusat.
Contoh: Yudi.
4

Damai?
Mustahil!
b. Kalimat mayor ialah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur
inti.
Contoh: Upaya ke arah perdamaian kerap sulit diwujudkan.
Keributan bahkan peperangan sering terjadi di beberapa tempat.
2. Berdasarkan jumlah kontur (perhentian dalam intonasi ucapan), terdiri dari:
a. Kalimat minim ialah kalimat yang hanya mengandung satu unsur kontur.
Contoh: /Damai?/
/Mustahil!/
/Mana mungkin./
b. Kalimat panjang ialah kalimat yang mengandung lebih dari satu unsur kontur.
Contoh: /Upaya ke arah perdamaian/ kerap sulit diwujudkan./
/Keributan/ bahkan peperangan/ sering terjadi di beberapa tempat./
3. Berdasarkan jumlah inti dan urutan subjek-predikat, terdiri dari:
a. Kalimat inti ialah kalimat yang terdiri dari dua kata dan keduanya merupakan
inti, sedangkan urutan fungsi diawali subjek, diakhiri predikat, dan intonasi netral
atau berita.
Contoh: Adik bernyanyi.
Kemauannya kurang.
b. Kalimat luas ialah kalimat yang terdiri lebih dari dua kata atau lebih yang
merupakan inti, sedangkan urutan fungsinya diawali subjek dan diakhiri predikat.
Contoh: Marisa tidak akan pergi.
Akhirnya, usahanya gagal total.
c. Kalimat transformasi ialah kalimat kalimat inti yang sudah mengalami
perubahan, baik jumlah kata atau inti, ataupun urutan subjek-predikat.
Contoh: Adik saya sedang bernyanyi di sebuah panggung hiburan.
Kemauanya sangat kurang sehingga dia tidak berhasil.
4. Berdasarkan jumlah pola kalimat, terdiri dari:
a. Kalimat tunggal ialah kalimat yang terdiri atas satu pola kalimat.
Contoh: Pak tani memberantas hama padi. (S-P-O)
Hari ini, Bapak Camat menghadiri dua sejuta umat. (K-S-P)
Kebersamaan sangat penting bagi rakyat Indonesia. (S-P-Pel)
b. Kalimat majemuk ialah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu pola kalimat.
Dibagi menjadi:
1) Kalimat majemuk bertingkat yaitu kalimat tunggal yang bagian-bagiannya
diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat
yang baru selain pola yang sudah ada. Perluasannya dapat menggunakan kata
penghubung antarkalimat, seperti: sebelum, sesudah, agar, supaya, akibat,
sebab, jika, kalau, walaupun, bahwa, dsb.
Contoh: Pak tani memberantas hama padi sebelum tanaman padi banyak
yang rusak. (S-P-O, S-P)
2) Kalimat majemuk setara yaitu kalimat majemuk yang dibentuk dengan cara
menggabungkan beberapa kalimat tunggal. Kalimat-kalimat tunggal tersebut
bukan merupakan perluasan dari salah satu fungsi kalimat lainnya, masing-
masing kalimat memiliki kedudukan yang sama. Kata hubung yang
digunakan adalah dan, tetapi, melainkan, sedangkan, atau, padahal, dan lalu.
Contoh: Ibu tersenyum dan ayah tertawa.
Orang tuanya berada tetapi anaknya rendah hati.
5. Berdasarkan jenis dan bentuk kata kerja serta subjek dan predikat, terdiri dari:
5

a. Kalimat aktif yaitu kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan, sedangkan


objek menjadi sasaran dari objek, dan biasanya predikatnya berawalan meN-.
Contoh: Saya menulis surat.
Saya sudah mencuci mobil.
b. Kalimat pasif yaitu kalimat subjeknya menjadi tujuan objek, sedangkan objeknya
melakukan pekerjaan, dan biasanya predikat berawalan di-,ter-, atau tanpa
awalan.
Contoh: Surat ditulis adik.
Ajing dipukul kakak.
6. Berdasarkan keberadaan objek, terdiri dari:
a. Kalimat transitif ialah kalimat yang tidak memerlukan objek.
Contoh: Dia sedang tidur.
b. Kalimat intransitif ialah kalimat yang memerlukan objek.
Contoh: Anak itu menangisi ibunya.

Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia

Ciri-ciri kalimat dasar:

 Terdiri atas kalimat tunggal;


 Unsur-unsurnya lengkap;
 Urutan unsur-unsurnya umum;
 Tidak mengandung pertanyaan dan pengingkaran.

(a) Kalimat dasar berpola S-P


Kalimat dasar berpola ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk
tipe ini berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Contoh:

(1) Mereka sedang berenang.


(2) Ayahnya guru SMA.
(3) Gambar itu bagus.
(4) Peserta penataran itu empat puluh orang.

(b) Kalimat dasar berpola S-P-O


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Contoh:

(5) Mereka sedang menyusun karangan ilmiah.

(c) Kalimat dasar berpola S-P-Pel


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Contoh:

(6) Anaknya beternak ayam.

(d) Kalimat dasar berpola S-P-O-Pel


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Contoh:

(7) Dia mengirimi saya surat.

(e) Kalimat dasar berpola S-P-K


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan. Contoh:
6

(8) Mereka berasal dari Surabaya.

(f) Kalimat dasar berpola S-P-O-K


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Contoh:

(9) Kami memasukkan pakaian ke dalam lemari.

Kalimat yang Baik dan Benar


Berkaitan dengan karya ilmiah, kalimat-kalimat yang digunakan dalam penulisan karya
ilmiah haruslah kalimat yang baik dan benar. Artinya, kalimat-kalimatnya harus disusun
sesuai dengan kaidah yang berlaku, serta harus dapat menyampaikan pesan atau informasi
secara tepat.

Ciri-ciri kalimat yang baik dan benar

 Kalimat memiliki subjek yang jelas;


 Kalimat memiliki predikat yang jelas;
 Bagian kalimat majemuk tidak dipenggal;
 Kalimat disusun secara padu;
 Kalimat memiliki bentuk-bentuk yang sejajar (paralel);
 Susunan kalimat dengan kata-kata yang hemat, yaitu:
(1) tidak mengulang subjek yang sama dalam kalimat majemuk;
(2) tidak menjamakkan kata yang bermakna jamak;
(3) menghilangkan bentuk yang bersinonim;
(4) menghilangkan kata superordinat pada kata yang merupakan hiponiminya;
(5) menghilangkan kata saling pada kata kerja resiprokal.
 Susunan kalimat dengan ketunggalan arti (tidak ambigu);
 Susunan kalimat harus logis.

Kalimat Efektif
Kalimat efektif merupakan bagian dari bahasa ragam baku. Bahasa baku adalah bahasa
yang memiliki kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap; dan sifat
kecendekiaan yang diwujudkan dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lainnya yang
lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
Dengan demikian, kemantapan dinamis dan kecendekiaan merupakan bagian dari kalimat
efektif.

Ciri-ciri Kalimat Efektif

(a) Kepaduan
Kepaduan atau koherensi ditunjukkan pada unsur-unsur kalimat, yaitu pada hubungan
antara subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Kepaduan kalimat biasanya
dirusak oleh kesalahan penempatan kata yang sesuai dengan struktur kalimat, kata yang
maknanya sama, kesalahan penempatan preposisi, konjungsi, dan kata tugas. Contoh:

(1) Penghapusan PP No. 37 tentang pemberian tunjangan komunikasi bagi anggota


DPRD keinginan dari pada masyarakat.
7

Seharusnya: Penghapusan PP No. 37 tentang pemberian tunjangan komunikasi


anggota DPRD keinginan masyarakat.

(2) Agar supaya cepat selesai kuliah, kalian harus rajin belajar dan menaati aturan
yang berlaku pada perguruan tinggi ini.
Seharusnya: Agar cepat selesai kuliah, kalian harus rajin belajar dan menaati
aturan yang berlaku di perguruan tinggi ini.

(3) Saya belum makan nasi goreng buatan nenek.


Seharusnya: Saya belum memakan nasi goreng buatan nenek./ Belum saya makan
nasi goreng buatan nenek.

(b) Kesejajaran
Kesejajaran adalah kesamaan jenis kata-kata yang mempunyai gagasan dalam kalimat.
Apabila gagasan utama dalam kalimat itu terletak pada kata pertama kata benda, gagasan
kata keduanya juga kata benda. Apabila gagasan utama kalimat tersebut pada kata
pertama kata kerja, gagasan kata keduanya juga harus kata kerja, dan seterusnya. Contoh:

(4) Penyakit flu burung merupakan penyakit berbahaya dan mengerikan sebab
pencegahan dan mengobatinya masih belum banyak yang tahu.
Seharusnya: Penyakit flu burung merupakan penyakit membahayakan dan
mengerikan sebab pencegahan dan pengobatannya masih belum banyak yang
tahu.

(c) Kelogisan
Benar dan salahnya sebuah kalimat bukan hanya ditentukan oleh strukturnya, tetapi ada
juga unsur lain yang harus diperhatikan, yaitu kelogisan maknanya. Kalimat yang
maknanya tidak logis bukan hanya membingungkan pendengar atau pembaca, tetapi juga
tidak bisa menyampaikan pesan secara akurat. Contoh:

(5) Toko itu menjual buku pelajaran bahasa Indonesia.


(6) Polisi sibuk mengatur kemacetan lalulintas.

Kedua kalimat (5 dan 6) tersebut tidak logis. Ketidaklogisannya terletak pada hubungan
subjek dan predikat. Kalimat (5) yang biasa menjual itu bukan tokonya, melainkan
pemilik toko, sedangkan kalimat (6) bermakna polisi sengaja membuat lalulintas menjadi
macet. Seharusnya kelimat tersebut:

(5a) Di toko itu dijual buku pelajaran bahasa Indonesia.

(6a) Polisi sibuk mengatur lalulintas.


8

Latihan Kalimat
Benarkanlah kalimat-kalimat berikut menjadi kalimat yang efektif sehingga baku
pemakaiannya!

(1) Dewan Perwakilan Rakyat pusat sedang membicarakan tentang undang-


undang pornografi dan pornoaksi.
(2) Para calon kandidat presiden sibuk mengadakan kunjungan ke daerah-
daerah dengan dalih silaturahmi.
(3) Akibat ulah si Midun menyebabkan orang tuanya menjadi malu oleh
masyarakat.
(4) Saya akan tinjau lokasi KKN bersama bapak rektor minggu depan.
(5) Saya telah beli buku-buku perlengkapan kuliah sesuai anjuran dosen.
(6) Apabila bapak kiai memberi nasihat, kita harus memerhatikan, paham,
dan dilaksanakan nasihatnya.
(7) Pencuri itu berhasil ditangkap polisi.
(8) Mahasiswa yang kehilangan dompet harap diambil di kantor Satpam.
(9) Demikian surat pemberitahuan ini, atas perhatiannya, saya ucapkan
terima kasih.
(10) Dia mengalami kecelakaan ketiga kalinya.
(11) Kucing makan tikus mati.
(12) Istri dokter baru.
(13) Jikalau begitu para dewan itu mewakili siapa?
(14) Beberapa kejadian-kejadian alam telah terjadi di negara kita.
(15) Keinginan daripada Dewan Perwakilan Rakyat sekarang tidak selaras
dengan keinginan rakyat.
(16) Mereka sedang merayakan akan kemenangannya.
(17) Surat ini ditujukan kepada Pusat Bahasa.
(18) Bukan hanya materi yang aku cari, melainkan harga diri.
(19) Siapa yang ngerawat anak-anak korban bencana alam?
(20) Dia sakit ketabrak mobil mau diobati biayanya kemahalan.
(21) Penduduk asli di pedalaman dan para pendatang di perkotaan.
(22) Perbekalan ini dari para dermawan di pedesaan.
(23) Karya tulis yang dievaluasi itu enam judul.
(24) Penerima Beasiswa Toyota-Astra hanya satu orang.
(25) Untuk acara selanjutnya adalah sambutan-sambutan.
(26) Dalam hatinya mengandung kedengkian.
(27) Untuk pembinaan sektor swasta selalu memerlukan bantuan pemerintah.
(28) Kami harap Anda datang pada waktunya.
(29) Kami merasa betapa besarnya pengorbanan beliau.
(30) Katakanlah apa yang kamu ingin itu.
9

PARAGRAF

Hakikat Paragraf
 Terdiri dari beberapa kalimat (kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas);
 Bagian dari wacana atau bab;
 Mengandung satu ide pokok atau satu topik;
 Penulisannya dimulai dengan baris baru;
 Satuan terkecil dari sebuah karangan;
 Isi kalimat-kalimat pembangun paragraf membentuk satuan pikiran sebagai bagian
dari pesan yang disampaikan penulis dalam karangan.

Paragraf adalah satuan terkecil dari karangan yang biasanya terdiri atas beberapa kalimat
yang berkaitan dan merupakan uraian tentang sebuah topik atau sebuah ide.

Syarat Paragraf
1. Syarat koherensi yaitu kesatuan isi atau kepaduan maksud; kepaduan isi paragraf.
Dua hal pokok dalam mencapai syarat koherensi:
1) Kokohnya kalimat penjelas dalam menjelaskan ide pokok;
2) Logisnya urutan peristiwa, waktu, ruang atau tempat, dan proses.
2. Syarat kohesi yaitu hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh, mempunyai
hubungan antarkalimat yang erat, perpaduan antarkalimat yang kokoh.
Hal-hal untuk mencapai syarat kohesi:
a. Penggunaan konjungsi yaitu ungkapan penghubung; contoh: demikian pula,
begitu pula, karena itu, selain itu, oleh karena itu, akan tetapi, jadi, selanjutnya,
dsb.;
b. Penggunaan pronomina yaitu kata ganti; contoh: ia, mereka, -nya, dan partikel
penunjuk ini/ itu;
c. Penggunaan sinonimi yaitu kesemaknaan;
d. Penggunaan hiponimi yaitu hubungan makna umum dan makna khusus;
e. Penggunaan paralelisme yaitu hubungan paralel antarkalimat;
f. Penggunaan elipsasi yaitu pelesapan; melesapkan bagian-bagian kalimat tertentu
karena bagian itu sudah disebut dalam kalimat sebelumnya.

Jenis-jenis Paragraf
1) Jenis Paragraf Berdasarkan Bentuk
a. Paragraf menjorok yaitu bentuk paragraf yang diawali dengan huruf pada kalimat
pertama menjorok ke depan sebanyak lima ketukan atau satu tab dan spasinya
sama.
b. Paragraf lurus yaitu bentuk paragraf yang diawali dengan huruf pertama pada
kalimat pertama sejajar dengan baris berikutnya, terdapat spasi pembatas.
2) Jenis Paragraf Berdasarkan Nalar
a. Paragraf induktif yaitu paragraf yang menarik kesimpulan umum berdasarkan
gejala-gejala atau data khusus, kalimat utama berada di akhir paragraf.
b. Paragraf deduktif yaitu paragraf yang menarik kesimpulan khusus berdasarkan
gejala atau prinsif yang umum, kalimat utama berada di awal paragraf.
c. Paragraf deduktif-induktif yaitu paragraf yang ditandai dengan adanya dua
gagasan yang terletak di awal dan di akhir paragraf.
d. Paragraf deskriptif yaitu paragraf yang berisi gambaran, cerita atau proses suatu
kejadian.
10

3) Jenis Paragraf Berdasarkan Teknik Pengembangan


a. Paragraf tanya jawab yaitu paragraf yang dikembangkan dengan pertanyaan
terlebih dahulu, kalimat pertama merupakan kalimat pertanyaan yang
mengandung ide paragraf, kalimat pengembangnya berupa jawaban atas
pertanyaan tadi yang merupakan kalimat penjelas.
b. Paragraf sebab akibat yaitu paragraf yang pengembangannya memanfaatkan
makna hubungan sebab akibat antarkalimat. Ciri khas paragraf ini ialah
terbinanya hubungan sebab akibat antara kalimat yang satu dengan kalimat yang
lain.
c. Paragraf contoh/ ilustrasi yaitu paragraf yang dikembangkan dengan cara
menggunakan contoh atau ilustrasi. Contoh atau ilustrasi inilah yang memberikan
penjelasan akan kebenaran ide atau gagasan paragraf.
d. Paragraf alasan yaitu paragraf yang pengembangan ide utamanya memanfaatkan
penjelasan yang bermakna alasan. Alasan-alasan inilah yang memperkokoh ide
paragraf sehingga kebenaran ide itu dapat diterima.
e. Paragraf perbandingan yaitu paragraf yang isinya merupakan perbandingan
tentang dua hal baik yang menyangkut kesamaan maupun perbedaannya.
f. Paragraf definisi yaitu paragraf yang mengembangkan definisi atau pembatasan
sebuah istilah.
g. Paragraf pemerian/ deskripsi yaitu paragraf yang menyajikan sejumlah rincian
tentang sesuatu yang lebih cenderung pada fakta daripada khayalan.
h. Paragraf proses yaitu paragraf yang menjelaskan proses terjadinya atau proses
bekerjanya sesuatu.
i. Paragraf penguraian yaitu paragraf yang dikembangkan dengan cara menguraikan
atau memilah-milah (mengklasifikasi) sesuatu. Atau paragraf yang berisi
penjelasan secara terurai atau pemilahan sesuatu secara rinci.
4) Jenis Paragraf Berdasarkan Fungsi
a. Paragraf pembuka atau paragraf pendahuluan yaitu paragraf yang berisi ancang-
ancang atau arahan tentang apa yang akan diuraikan atau dibahas pada bagian isi
karangan, atau berisi tentang tujuan dan atau pembatasan topik pembicaraan.
b. Paragraf pengembang yaitu paragraf yang berfungsi mengembangkan isi wacana
yang merupakan pengembangan ide-ide atau sub-subtopik pembicaraan.
c. Paragraf penutup yaitu paragraf yang mengakhiri sebuah uraian, bisa
mengandung bermacam-macam maksud atau isi, seperti kesimpulan uraian, saran
atau harapan, penegasan, kritikan, dan rangkuman isi uraian atau resume.
11

LATIHAN

Kerjakanlah!
1) Berikanlah tanda baca dan huruf kapital pada paragraf berikut;
2) Tentukan batas-batas paragrafnya;
3) Tentukan kalimat utama, topik, dan ide pokok setiap paragrafnya.

tidak dapat disangkal sejak pemerintahan Orde Baru khususnya selama dasawarsa 1980-an jumlah
penduduk Indonesia yang tergolong miskin telah dapat diturunkan secara berarti lembaga-lembaga
internasional pun mengakui hal ini walaupun begitu Indonesia tidak dapat berpuas diri karena di
tengah-tengah lebih dari 180 juta penduduknya dewasa ini terdapat segelintir anggota masyarakat
yang bergelimang harta sedangkan di pihak lain masih terdapat 27 juta rakyat tergolong miskin
untuk memerangi kemiskinan berbagai cara dapat ditempuh berbagai strategi dapat dijalankan
berdasarkan teori atau interpretasi dari keadaan yang dihadapi para pengambil keputusan biasanya
dihadapkan pada berbagai pilihan yang tersedia dengan segala akibat ikutannya baik yang positif
maupun yang negatif salah satu pilihan ekstrem yang secara teoritis pernah dilontarkan adalah
menghilangkan penduduk miskin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya yang paling penting
menurut teori ini adalah bagaimana menciptakan suatu masyarakat yang bebas dari beban
penduduk miskin – yang dilihat dari kaca ekonomi – tidak memiliki produktivitas yang dapat
diandalkan implementasi dari teori ini adalah membiarkan masyarakat miskin bergelut dengan
kemiskinannya tanpa bantuan apa pun sementara sumber daya pembangunan dialokasikan kepada
masyarakat yang masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan cara mengeliminasi penduduk
miskin secara ekonomi maka dalam waktu yang singkat penduduk miskin akan menemui ajalnya
dan yang tersisa adalah penduduk yang tingkat hidupnya sudah jauh lebih baik bagi bangsa
Indonesia cara seperti ini jelas bukan pilihan karena tindakan atau strategi ini bertentangan dengan
filsafat bangsa Indonesia bahwa memerangi kemiskinan bukan pekerjaan yang mudah bukanlah
pernyataan yang tanpa alasan seperti kita ketahui terdapatnya penduduk miskin di mana pun di
dunia ini bukan hanya disebabkan usaha pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah tidak
menyentuh golongan tersebut di samping alasan ekonomi alasan lain seperti kebudayaan faktor
komunikasi tingkat pendidikan ternyata tidak bisa diabaikan keterbatasan dan terbatasnya alat
pemuas kebutuhan yang mereka dambakan menjadikan mereka pekerja yang tidak ulet rendahnya
tingkat pendidikan yang mereka miliki menyebabkan sikap mereka menerima bahwa mereka
berbeda dari masyarakat yang hidupnya berkecukupan secara materiil memerangi kemiskinan
nonekonomis hendaknya mendapat perhatian yang lebih serius faktor budaya dari setiap kantong
kemiskinan perlu diketahui secara mendalam dengan perkataan lain agar dapat berhasil memerangi
kemiskinan maka pendekatan multidisipliner harus dilakukan pendekatan ekonomi seperti halnya
perbaikan sarana dan prasarana atau pengaitan kegiatan ekonomi daerah yang sudah lebih baik
dengan daerah miskin mungkin saja akan menghasilkan pengaruh yang positif tetapi bukanlah
tidak mungkin dengan bantuan di bidang pendidikan atau penyuluhan komunikasi atau bahkan
merangsang masyarakat agar terbuka matanya melihat beragamnya kebutuhan manusia akan
menghasilkan pengaruh positif yang lebih besar menurut ukuran ekonomi pembagian pendapatan
di Indonesia akan indeks kesejahteraan masyarakat Indonesia lebih baik dari banyak negara
walaupun demikian tidak berarti bahwa kita dapat menutup mata atau bernapas lega sesudah
mengetahui sebagian anggota masyarakat kita berjuang keras untuk mempertahankan hidup ini
berarti usaha pemerintah yang lebih serius dalam memerangi kemiskinan seperti sekarang ini harus
didukung semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai