Anda di halaman 1dari 23

APRESIASI KARYA SASTRA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Menyimak Apresiatif dan Kreatif

DOSEN PENGAMPU
Dra. Rosdiana Siregar, M.Pd.

DISUSUN OLEH
Kelompok 4

1. Arroyo Tita Anggraini (2193111035)


2. Irene Angela Manurung (219 3311022)
3. Jusni Eka Mastani Saragih (2193111044)
4. Cahyaningtyas Diah Andini (2192411024)
5. Lisa Sartika br. Sitompul (2191111021)
6. Desy Ratna Sari Sinambela (2193111038)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

0
Arroyo Tita Anggraini Irene Angela Manurung Jusni Eka M. Saragih
(Ketua dan Moderator) (Sekretaris dan Notulis) (Penyaji 1)

Cahyaningtyas Diah A. Lisa Sartika Desy Ratna Sari


(Penyaji 2) (Penyaji 3) (Teknisi)

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Selain itu kami juga mengucapkan
terimakasih kepada ibu Dra. Rosdiana Siregar, M.Pd. selaku dosen pengampu. Adapun
makalah ini kami buat untuk memenuhi mata kuliah Menyimak Apresiatif dan Kritis. Banyak
hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “Apresiasi Karya Sastra”, khususnya
cerpen.

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, dan kami mohon maaf jika
ada penulisan kata atau kalimat yang salah ataupun penyampaian informasi yang berbeda.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Medan, Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................... 1

Daftar Isi…........................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4

B. Rumusan masalah............................................................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Menyimak Apresiatif........................................................................................................ 5

B. Apresiasi Sastra................................................................................................................ 11

C. Pemahaman Unsur-unsur dalam Prosa Fiksi.................................................................... 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 10

B. Saran ............................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyimak sangatlah penting untuk proses pendidikan. Meskipun kenyataannya
menyimak seringkali dianggap sebagai suatu hal yang mudah, akan tetapi sangatlah sulit
untuk mewujudkannya, perlu konsentrasi yang cukup. Peranan menyimak memang
cukup andil besar dalam komunikasi. Dengan menyimak juga, kita secara tidak langsung
belajar tata cara berbicara yang baik. Menyimak sangat mempengaruhi perkembangan
pengetahuan kita, bukan hanya sekedar mendengarkan lambang-lambang lisan dari
pembicara melalui indera pendengeran. Akan tetapi, menyimak memerlukann proses
yang panjang kita harus benar memahami, menyeleksi informasi-informasi yang penting
dan mampu membedakan antara fakta dan pendapat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah menyimak apresiatif itu?
2. Bagaimana cara mengapresiasi karya sastra?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah menyimak.
2. Untuk mendeskripsikan tentang menyimak apresiatif.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengapresiasi karya sastra.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menyimak Apresiatif
1. Pengertian Menyimak Apresiatif
Menyimak adalah proses mendengarkan tanda-tanda lisan dengan memusatkan
pikiran, memerlukan pemahaman makna, tanggapan, dan penilaian terhadap
informasi yang disampaikan pembicara, serta mampu menangkap isi yang
terkandung dalam isi pembicaraan. Dimana menyimak adalah suatu kegiatan yang
kerap kita praktikkan di dalam kehidupan sehari hari. Ada begitu banyak bentuk dari
menyimak dan salah satunya adalah menyimak apresiatif.
Anderson (1972 : 68) mengatakan bahwa menyimak adalah suatu proses
mendengarkan, mengenal,menginterpretasikan lambang-lambang lisan.
Guntur Tarigan menyebutkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang – lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interprestasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh melalui ujaran atau
bahasa lisan.
Di tinjau dari pengertiannya, apresiatif adalah suatu proses atau bentuk
penghargaan dan penilaian terhadap suatu hal yang berhubungan dengan karya seni
dan karya sastra. Secara etimologi kata “Apresiatif” berasal dari bahasa latin, yaitu
“Apreciatio” yang artinya menghargai. Sedangkan secara terminologi, arti kata
apreasiasi adalah proses penilaian atau penghargaan positif yang dilakukan oleh
seseorang terhadap sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti
apreasiasi adalah setiap penilaian baik, penghargaan, terhadap karya seni dan karya
sastra.
Sehingga dapat disimpulkan pengertian menyimak apresiatif adalah proses
mendengarkan dan memahami suatu karya sastra untuk kemudian dapat diberikan
penilaian atas karya satra tersebut. Penilaian tersebut tentu dipengaruhi oleh tujuan
dan aspek-aspek tertentu. Berikut adalah pembahasannya.
2. Tujuan Menyimak Apresiatif
Tujuan utama menyimak apresiatif adalah untuk menagkap dan memahami
pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan untuk
kemudian dapat dinikmati ataupun di kritisi oleh para pembaca. Dengan demikian
tujuan menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut.
5
a. Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta.
b. Untuk menganalisis fakta.
c. Untuk menumbuhkan pengertian, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan
yang baik terhadap wacana yang disimaknya.
d. Untuk mendaptkan inpirasi.
3. Jenis-jenis Menyimak
Berdasarkan Sumber Suara menjadi dua bagian, yaitu Intrapersonal Listening
atau menyimak intrapribadi dan Intrapersonal Listening atau penyimak antarpribadi.
Berdasarkan Cara Penyimakan diklarifikasikan sebagai berikut.
a. Menyimak intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian,
ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak dapat memahami secara mendalam.
Dengan cara menyimak intensif, penyimak melakukan penyimakan dengan penuh
perhatian, ketelitian dan ketekunan, sehingga penyimak memahami secara luas
bahan simakannya.
Yang termasuk ke dalam menyimak intensif, yaitu sebagai berikut.

a) Menyimak Kritis, bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan


penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembaca.
b) Menyimak Introgatif, merupakan kegiatan menyimak yang menuntut
konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan
mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak, kegiatan menyimak
interogatif bertujuan untuk mendapatkan fakta – fakta dari pembicara,
mendapatkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana
yang menarik, dan mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak
itu asli atau tidak.
c) Menyimak Eksploratif, ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan
penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru. Pada akhir kegiatan,
seorang penyimak eksploratif.
d) Menyimak Kreatif, mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang,
penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik
karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu, kreaktivitas
penyimak dapat dilakukan dengan cara menirukan lafal atau bunyi bahasa
asing atau bahasa daerah, mengemukakakan gagasan yang sama dengan

6
pembicara, tetapi menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda,
merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, menyusun petunjuk –
petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.
e) Menyimak Konsentratif, merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal
yang disimaknya. Hal ini perlu diadakan konsentrasi penuh dari penyinak agar
ide dari pembicara dapat diterima dengan baik, kegiatan menyimak
konsentratif bertujuan untuk mengikuti petunjuk – petunjuk, mencari
hubungan antarunsur hubungan dalam menyimak, mencari hubungan
kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen, mencari butir – butir informasi
penting dalam kegiatan menyimak, mencari urutan penyajian dalam bahan
menyimak, dan mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak.
f) Menyimak Selektif, yakni kegiatan menyimak yang dilakukan dengan cara
selektif dan terfokus untuk mengenal bunyi – bunyi asing, nada dan suara,
bunyi – bunyi homogen, kata – kata, frase – frase, kalimat- kalimat, dan
bentuk – bentuk bahasa yang dipelajarinya. Menyimak selektif memiliki ciri
tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan menyimak yang lain. Adapun ciri
menyimak selektif ialah menyimak dengan seksama untuk menentukan pilihan
pada bagian tertentu yang diinginkan, menyimak dengan memperhatikan topik
topik tertentu, menyimak dengan memusatkan pada tema - tema tertentu.
b. Menyimak Ekstensif
Adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari – hari, yang
tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak hanya
memahami seluruh secara garis besarnya saja, seperti : menyimak radio, televisi,
percakapan orang di pasar, pengumuman dan sebagainya. Pelaksanaannya tidak
terlalu dituntut untuk memahami sisi bahan simakan. Bahan simakan perlu
dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir – butir yang penting
saja. Jenis menyimak ekstensif dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
a) Menyimak Sekunder : Yakni sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya
menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.
b) Menyimak Estetik : Menyimak estetika sering disebut juga dengan menyimak
apresiatif. Menyimak estetika ialah kegiatan menyimak untuk menikmati dan
menghayati sesuatu, kegiatan menyimak itu lebih menekankan aspek
emosional penyimak seperyi dalam menghayati, menikmati dan memahami
suatu pertunjukkan seperti lakon drama, cerita, puisi dan lain – lain. Dalam hal
7
ini emosi penyimak tergugah, sehingga timbul rasa senang terhadap puisi
tersebut.
c) Menyimak Pasif : Merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar
yang biasanya menandai upaya penyimak
d) Menyimak Sosial : Berlangsung dalam situasi sosial. Misalnya orang
mengobrol, bercengkrama mengenai hal – hal menarik perhatian semua orang
dan saling menyimak satu dengan yang lainnya
4. Unsur-unsur Menyimak Apresiatif
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat
bergantung kepada berbagai unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan
timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain.
Unsur – unsur dalam menyimak adalah:
a. Pembicara
Yang dimaksudkan pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan yang
berupa informasi yang di butuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan
pembicara adalah sumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang
yang menerima pesan (penyimak).
Dalam aktivitasnya, seorang penyimak sering melakukan kegiatan menulis
dengan mencatat hal – hal penting selama melakukan kegiatan menyimak.
Catatan tersebut merupakan pokok – pokok pesan disampaikan pembicara
kepada penyimak.
Fungsi catatan tersebut ialah sebagai berikut.
a) Meninjau Kembali Bahan Simakan ( Reviu)
b) Menganalisis Bahan Simakan Pada Dasarnya
c) Mengeavaluasi Bahan Siamakan Pada Tahap Akhir Klan egiatan Menyimak,
d) langkah ini dapat dilakukan dengan cara :
e) Kekuatan Bukti
f) Validitas Alasan Jika Pernyataan Pembicara Diikuti, dengan alasan - alasan
yang kuat, terpercaya dan logis.
g) Kebenaran Tujuan
b. Penyimak
Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memliki pengetahuan dan
8
pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak
dengan baik . Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat
melakukan kegiatan menyimak dengan intensif.
Kmidjan ( 2001 : 6 ) menyatakan bahwa penyimak yang baik ialah penyimak
yang memiliki dua sikap, yaitu sikap objektif dan ssikap kooperatif.
a) Sikap Objektif
Yang dimaksudkan sikap objektif ialah pandangan penyimak terhadap bahan
simakan, jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik demikian
pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal hal
diluar kegiatan menyimak, seperti pembicara, ruang, suasana sarana dan
prasana.
b) Sikap Kooperatif
Ialah sikap menyimak yang sikap berkejasama dengan pembicara untuk
keberhasilan tersebut.
c. Bahan Simakan
Bahan simakan merupakan unsur terpewnting dalam kom unikasi lisan,
terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan bahan simakan ialah pesan yang
disampaikan penbicara kepada penyimak. Yang dapat berupa gagasan, konsep
atau informasi
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak Apresiatif
Menurut pendapat Rost ( 1991 : 108 ). Bahwa faktor – faktor yang penting
dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir – butir
penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan.
Menurut pendapat Tarigan ( 1994 : 62 ). Komponen atau faktor – faktor yang
penting dalam menyimak adalah sebagai berikut.
a. Membedakan antar bunyi fonemis
b. Mengingat kembali kata – kata
c. Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata
d. Mengidentifikasi bagian – bagian pragmatik, ekspresi, dan seperangkat
penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna
e. Menghubungkan tanda – tanda linguistik ke tanda tanda linguistik ( intonasi ),
dan ke nonlinguistik (situasi yabg sesuai dengan objek supaya terbangun makna)
f. Mengulang kata – kata penting dan ide – ide penting.
Beberapa faktor penting dalam keterampilan menyimak, diantaranya:
9
1. Unsur Pembicara
2. Unsur Materi
3. Unsur Penyimak /Siswa
4. Kondisi siswa dalam keadaan baik.
5. Siswa harus berkonsentrasi
6. Adanya minat siswa dalam menyimak
7. Penyimak harus berpengalaman luas
8. Unsur Situasi
9. Waktu penyimakan
10. Saran unsur pendukung
11. Suasana lingkungan.
6. Ciri-ciri Penyimak Ideal
1) Berkonsentrasi
2) Penyimak harus bermotivasi
3) Penyimak harus menyimak secara menyeluruh
4) Penyimak harus mengharagai pembicara
5) Penyimak yang baik harus selektif
6) Penyimak harus sungguh – sungguh
7) Penyimak tidak mudah terganggu
8) Penyimaki harus cepat menyesuaikan diri
9) Penyimak harus kenalk arah pembicaraan
10) Kontak dengan pembicara
11) Merangkum
12) Menilai
13) Merespon
7. Contoh Menyimak Apresiatif
Menyimak apresiatif terjadi ketika mendengarkan musik, mendengar
pembacaan puisi, dan drama dari radio atau rekaman. Menikmati cerita-cerita, teka-
teki, gemerincing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan.
8. Kelebihan dan Kelemahan Menyimak Apresiatif
Kelebihannya yaitu dapat melatih bersikap aktif ketika menerima sebuah
informasi serta melatih keberanian dalam mengungkapkan gagasan, perasaan atau
kritik serta hal lain yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Sementara, kekurangannya menyimak apresiatif diharuskan untuk fokus terhadap
10
apa yang di lisankan oleh pembicara agar kita mampu untuk menghayati ataupun
menikmati sesuatu. Kelemahan menyimak apresiatif ini adalah banyaknya sesorang
yang tidak fokus dalam memahami apa yang dilisankan oleh si pembicara, sehingga
dirinya tidak bisa menikmati dan menghayati sebuah simakan dengan baik, dengan
begitu ia tidak akan bisa menyimak dengan apresiatif.
B. Apresiasi Sastra
Apresiasi karya sastra adalah pembelajaran sastra. Menurut Roestam Effendi dkk.
(1998), “Apreasisi adalah kegiatan mengakrabi karya sastra secara sungguh-sungguh. Di
dalam mengakrabi tersebut terjadi proses pengenalan, pemahaman, penghayatan,
penikmatan, dan setelah itu penerapan”. Pengenalan terhadap karya sastra dapat
dilakukan melalui membaca, mendengar, dan menonton. Kesungguhan dalam kegiatan
tersebut akan menuju tingkat pemahaman. Pemahaman terhadap karya sastra akan
membuat penghayatan. Indikator yang dapat dilihat setelah menghayati karya sastra
adalah jika bacaan, dengaran, atau tontonan sedih ia akan ikut sedih, jika gembira ia ikut
gembira, begitu seterusnya. Hal itu terjadi seolah-olah ia melihat, mendengar, dan
merasakan dari yang dibacanya. Ia benar-benar terlibat dengan karya sastra yang digeluti
atau diakrabinya.
1. Pengertian Apresiasi Sastra
Apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti “mengindahkan”
atau “menghargai”. Dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove
mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan (2)
pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan
pengarang. Sedangkan, Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses,
apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, dan
(3) aspek evaluatif.
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya
memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif. Unsur-unsur
kesastraan yang bersifat objektif tersebut selain dapat berhubungan dengan
unsur-unsur yang secara internal terkandung dalam suatu teks sastra atau unsur
intrinsik, juga dapat berkaitan dengan unsur-unsur di luar teks sastra itu sendiri
atau unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik sastra yang bersifat objektif itu misalnya
tulisan serta aspek bahasa dan struktur wacana dalam hubungannya dengan
kehadiran makna yang tersurat. Sedangkan unsur ekstrinsik antara lain berupa
11
biografi pengarang, latar proses kreatif penciptaan maupun latar sosial-budaya
yang menunjang kehadiran teks sastra.
b. Aspek emotif
Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembicara dalam
upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca. Selain
itu, unsur emosi juga sangat berperanan dalam upaya memahami unsur-unsur
yang bersifat subjektif. Unsur subjektif itu dapat berupa bahasa paparan yang
mengandung ketaksaan makna atau yang bersifat konotatif-interpretatif serta
dapat pula berupa unsur-unsur signifikan tertentu, misalnya penampilan tokoh
dan setting yang bersifat metaforis.
c. Aspek evaluatif
Aspek evaluatif berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap
baik-buruk, indah tidak indah, sesuai tidak sesuai serta sejumlah ragam
penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara
personal cukup dimiliki oleh pembaca. Dengan kata lain, keterlibatan unsur
penilaian dalam hal ini masih bersifat umum sehingga setiap apresiator yang
telah mampu meresponsi teks sastra yang dibaca sampai pada tahapan
pemahaman dan penghayatan, sekaligus juga mampu melaksanakan penilaian.
S. Efendi mengungkapkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli
karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
karya sastra.
Menurut Moody (1971) pembelajaran apresiasi sastra mengikuti penahapan
berikut:
1) Pelacakan pendahuluan, memahami karya sastra sangat penting agar dapat
menentukan strategi yang tepat, dapat menentukan aspek-aspek yang perlu
mendapat perhatian yang khusus terhadap karya sastra.
2) Penentuan sikap praktis. Maksudnya, pemberian informasi untuk memahami
karya sastra. Informasi/ keterangan awal itu hendaknya jelas dan seperlunya.
3) Introduksi. Pada tahap ini, pemberian informasi awal berupa uraian singkat
mengenai karya yang disajikan, termasuk juga informasi mengenai
pengarangnya dan karya pengarangnya yang lain.
4) Penyajian.
5) Diskusi.
12
6) Pengukuhan.
2. Kegiatan langsung dan kegiatan tak langsung dalam mengapresiasi sastra
Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan membaca atau menikmati cipta
sastra berupa teks maupun performansi secara langsung.
Selain kegiatan apresiasi sastra secara langsung, juga dapat dilaksanakan
kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung, yang dapat ditempuh dengan cara
mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berhubungan dengan kesastraan,
baik di majalah maupun koran, mempelajari buku-buku maupun esei yang
membahas dan memberikan penilaian terhadap suatu karya sastra serta mempelajarii
searah sastra.
Kegiatan apresiasi sastra dapat meliputi 4 kegiatan yaitu:
a. Kegiatan langsung, yang terdiri atas:
1) mendengar pembacaan puisi,
2) mendengar pembacaan cerpen,
3) menonton lomba baca puisi,
4) menonton lomba mendongeng,
5) menonton pementasan drama maupun lomba pementasan drama/teater,
6) membacakan puisi,
7) membacakan cerpen,
8) mendongeng, dll.
b. Kegiatan tak langsung, yang terdiri atas:
1) mempelajari teori sastra,
2) membaca sejarah sastra,
3) membaca esai sastra,
4) mempelajari kritik sastra,
5) mempelajari sejarah sastra,
6) membaca informasi mengenai kegiatan bersastra, dll.
c. Kegiatan dokumentatif meliputi:
1) kliping esai sastra,
2) mengumpulkan antologi serta kumpulan puisi,
3) mengumpulkan antologi serta kumpulan cerpen,
4) mengoleksi novel,
5) mengoleksi naskah drama,
6) mengumpulkan foto-foto penyair atau pengarang, dll.
13
d. Kegiatan kreatif meliputi:
1) mencipta puisi,
2) mengarang cerpen,
3) menulis novel,
4) membacakan dongeng,
5) mendongeng,
6) mengarang naskah drama,
7) memusikalisasi puisi,
8) membuat kreasi puding (puisi dinding) atau mading sastra,
9) menulis resensi karya sastra,
10) mengadakan lomba baca puisi, dll
3. Bekal awal pengapresiasi sastra
Cipta sastra sebenarnya mengandung berbagai macam unsur yang sangat
kompleks, antara lain (1) unsur keindahan, (2) unsur kontemplatif yang
berhubungan dengan nilai-nilai atau renungan tentang keagamaan, filsafat, politik,
serta berbagai macam kompleksitas permasalahan kehidupan, (3) media pemaparan,
baik berupa media kebahasaan maupun struktur wacana, serta (4) unsur-unsur
intrinsik yang berhubungan dengan cirri karakteristik cipta sastra itu sendiri sebagai
suatu teks.
Sejalan dengan kandungan aspek diatas, maka bekal awal yang harus dimiliki
seorang calon apresiator adalah sebagai berikut.

1. Kepekaan emosi atau perasaan sehingga pembaca mampu memahami dan


menikmati unsur-unsur keindahan yang terdapat dalam cipta sastra.
2. Pemilikan pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah
kehidupan dan kemanusiaan, baik lewat penghayatan kehidupan ini secara
intensif-kontemplatif, maupun dengan membaca buku-buku yang berhubungan
dengan masalah humanitas, misalnya buku filsafat dan psikologi.
3. Pemahaman terhadap aspek kebahasaan.
4. Pemahaman terhadap unsur-unsur intrinsik cipta sastra yang akan berhubungan
dengan telaah teori sastra.

14
4. Pendekatan dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan sebagai suatu prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh seseorang
sewaktu mengapresiasi karya sastra, dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Pendekatan parafrastis dalam mengapresiasi sastra
Yaitu strategi pemahaman kandungan makna dalam suatu cipta sastra dengan
jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan
menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan
kalimat yang digunakan pengarangnya. Tujuannya untuk menyederhanakan
pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah
memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.
2. Pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra
Yaitu suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk
emosi atau perasaan pembaca. Sehingga diharapkan pembaca mampu
menemukan unsur-unsur keindahan maupun kelucuan yang terdapat dalam
suatu karya sastra.
3. Pendekatan analitis dalam mengapresiasi sastra
Yaitu suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang
menampilkan gagasan atau mengimajikan ide-idenya, sikap pengarang dalam
menampilan gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap
elemen intrinsik sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan
dalam rangka membangun totalitas bentuk maupun maknanya.
4. Pendekatan historis dalam mengapresiasi sastra
Yaitu suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi
pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-
masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca, serta tentang bagaimana
perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada
umumnya dari zaman ke zaman.
5. Pendekatan sosiopsikologis dalam mengapresiasi sastra
Yaitu suatu pendekatan yangberusaha memahami latar belakang kehidupan
sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap
pengarang terhadap lingkungan kehidupannya ataupun zamannya pada saat
cipta sastra itu diwujudkan.
6. Pendekatan didaktis dalam mengapresiasi sastra

15
Yaitu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan,
tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan.
5. Tinjauan Pendekatan dan Teori serta Manfaat dalam Mengapresiasi Sastra
Tinjauan pendekatan dan teori
Teori resepsi yang ditokohi oleh Jacques Lacan dan Roland Barthes memiliki
anggapan bahwa sebuah karya sastra, setelah hadir di tengah masyarakat pembaca ,
pembaca sendirilah yang akhirnya memberikan makna.
Tumbuhnya teori resepsi mempengaruhi timbulnya teori psikoanalisis yang
dimotori oleh Matthew Arnold. Bagi pembaca yang telah mengenal aliran Freud
dalam telaah psikologi tentunya telah memahami psikoanalisis Sigmund Freud yang
membedakan Ide, Ego dan Super Ego serta obsesi dan libido seksual sebagai
pangkal utama penggerak manusia.
Selain teori diatas, Olsen mengungkapkan adanya teori lain, meliputi (1) teori
tradisional, (2) teori intensional, (3) teori ekstensional, (4) teori semantik, (5) teori
structural, (6) teori mimesis, (7) teori emotif, (8) teori ekspresif, dan (9) teori
kognitif. Pembagian teori Olsen lebih berorientasi pada cirri serta proses analisis
dari suatu pendekatan dalam apresiasi sastra.
6. Manfaat mengapresiasi sastra
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca serta mengapresiasi sastra
secara umum adalah (1) mendapatkan hiburan, (2) pengisi waktu luang.
Sedangkan manfaat secara khususnya, yaitu sebagai berikut.
a. Dapat dijadikan pengisi waktu luang
b. Pemberian atau pemerolehan hiburan
c. Untuk mendapatkan informasi
d. Media pengembang dan pemerkaya pandangan kehidupan
e. Memberikan pengetahuam nilai sosial-kultural dari zaman atau masa karya
sastra itu dilahirkan
f. Mengembangkan sikap kritis pembaca dalam mengamati perkembangan
zamannya.
C. Pemahaman Unsur-unsur dalam Prosa Fiksi
1. Pengertian prosa fiksi
Yaitu kisah atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan
pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil
imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.
16
2. Pengertian setting dalam prosa fiksi
Yaitu latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun
peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan psikologis.
3. Hubungan setting dengan unsur signifikan lain dalam prosa fiksi
Setting selalu memiliki hubungan dengan penokohan, perwatakan, suasana cerita
atau atmosfir, alur atau plot, maupun dalam rangka mewujudkan tema suatu cerita.
4. Pengidentifikasian setting dalam prosa fiksi
Suatu masalah yang harus diperhatikan baik-baik adalah bahwa setting masih
memerlukn adanya penafsiran karena seringkali pengarang tidak
mengungkapkannya secara jelas. Setting juga mampu menyiratkan makna-makna
tertentu sehingga bersifat metaforis.
5. Unsur gaya dalam karya fiksi
Dalam karya sastra istilah gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang
menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan
harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh
daya intelektual dan emosi pembaca.
Jadi, disimpulkan bahwa gaya adalah perwujudan diri pengarangnya, sedangkan
ekspresi adalah proses atau kegiatan perwujudan gagasan itu sendiri. Sebab itulah
gaya dapat juga disebut sebagai cara, teknik, maupun bentuk pengekspresian suatu
gagasan.
6. Penokohan dan perwatakan dalam prosa fiksi
Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu
mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh. Sedangkan cara pengarang
menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut penokohan.
Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut tokoh
inti atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena
pemunculannya hanya meelengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut
tokoh tambahan atau tokoh pembantu.
Tokoh dalam cerita memiliki watak yang berbeda-beda, dan dibedakan menjadi
pelaku protagonist yaitu pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi
pembaca, dan pelaku antagonis yaitu pelaku yang tidak disenangi pembaca karena
memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca.

17
7. Alur dan pemahaman alur dalam prosa fiksi
Pengertian alur dalam karya fiksi adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh
tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para
pelaku dalam suatu cerita. Istilah alur sama dengan plot maupun struktur cerita.
Loban dkk. Menggambarkan gerak tahapan alur cerita seperti halnya gelombang,
yang berawal dari (1) eksposisi, (2) komplikasi atau intrik-intrik awal yang akan
berkembang menjadi konflik, (3) klimaks, (4) revelasi atau penyingkatan tabir suatu
problema, dan (5) denouement atau penyelesaian yang membahagiakan, yang
dibedakan dengan catastrophe yaitu penyelesaia yang menyedihkan, dan solution
yaitu penyelesaian yang masih bersifat terbuka karena pembaca sendirilah yang
dipersilahkan menyelesaikannya lewat daya imajinasinya.
Kegiatan pemahaman plot secara teknis diawali dengan kegiatan membaca teks
atau cerpen itu secara keseluruhan. Setelah itu pembaca membaca kembali secara
cermat dan meninjau ulang catatan-catatan yang dibuatnya, apakah sudah benar atau
belum. Jika belum sesuai, pembaca dapat mengubahnya kembali.
Kegiatan pemahaman itu, selain bersifat reseptif juga harus asosiatif yakni
pembaca harus mampu membayangkan kera-kira sesuatu yang saya pahami ini
termasuk dalam tahapan plot yang mana.
8. Titik pandang
Yaitu cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita ayang
dipaparkannya., yang meliputi:
a. Narrator omniscient yaitu narrator atau pengisah yang juga berfungsi sebagai
pelaku cerita.
b. Narrator observer yaitu narrator yang berfungsi sebagai pengamat terhadap
pemunculan para pelaku serta hanya tahu dalam batas tertentu tentang perilaku
batiniah para pelaku.
c. Narrator observer omniscient
d. Narrator the third person amniscient
9. Tema dalam prosa fiksi
Menurut Scharbach tema berasal dari bahasa latin yang berarti tempat
meletakan suatu perangkat. Karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita
sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan
karya fiksi yang diciptakannya.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengacu kepada pengertian apresiasi di atas, fungsi apreasiasi secara umum adalah
sebagai bentuk ekspresi penghargaan kepada suatu karya. Memberikan apresiasi kepada
orang lain atas karyanya akan memberikan dampak bagi individu dan masyarakat.
Manfaat apresiasi jika diterapkan dengan baik kita memahami tentang karya seni dari
berbagai sisi; meningkatkan rasa kecintaan terhadap karya seni dan sesama manusia;
menjadi sarana untuk melakukan edukasi, hiburan, empati, dan lain-lain; meningkatkan
dan mengembangkan suatu karya seni menjadi lebih baik di masa mendatang.
Secara umum, tujuan melakukan apresiasi adalah untuk mengedukasi masyarakat agar
mengetahui apa, bagaimana, dan alasan dari suatu karya seni diciptakan. Dengan begitu,
masyarakat dapat menghayati dan menilai suatu karya dan mengembangkan nilai
estetikan dari karya seni tersebut. Selain itu, tujuan apresiasi adalah untuk mengevaluasi
dan mengembangkan nilai estetika karya seni; meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan berkreasi dan berimajinasi serta untuk menyempurnakan keindahan karya
seni.
B. Saran
Karena menyimak memiliki peran yang sangat penting dan sangat banyak dilakukan
di dalam kehidupan sehari-hari, maka sangat penting juga bagi kita untuk mengetahui
dan memahami menyimak dengan baik. Agar mendapatkan pesan, informasi, gagasan
atau hal-hal yang tidak keliru. Dan agar tidak terjadinya kesalahpahaman dan
miskomuniksai dalam berkomunikasi.

19
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak:Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

20
LAMPIRAN
Dokumentasi saat diskusi:
1. Diskusi Pertama

2. Diskusi Kedua

3. Diskusi Ketiga

21
4. Diskusi Keempat

5. Diskusi Kelima

6. Diskusi Keenam

7. Diskusi Ketujuh

22

Anda mungkin juga menyukai