Anda di halaman 1dari 68

HAND OUT

Topik : Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia


Sub Pokok : Menguasai dan memahami pemecahan masalah yang berkaitan dengan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia
Objektif : Setelah Mengikuti pelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat :
Perilaku 1. Menjelaskan pengertian dan klasifikasi homestatis dan pengertian serta
Mahasiswa prinsip hemodinamik
2. Menjelaskan pemecahan permasalahan yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar klien meliputi :
a. Oksigenasi
b. Nutrisi
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Eliminasi
e. Personel Hygiene
f. Aktivitas dan Latihan
g. Pemberian Obat
h. Pencegahan Infeksi dan Komplikasi
i. Intake dan Output
j. Ambulasi
k. Istirahat dan Tidur
l. Body Mekanik
m. Keamanan Lingkungan
3. Menjelaskan pengertian dan klasifikasi kebutuhan psikososial meliputi :
a. Hak-hak klien
b. Kewajiban klien
c. Rasa aman dan keselamata
Referensi : 1. Johnson R. Taylor W. (2000). Skill For Midwifery Practice
2. Smith S. Duell D. (1985). Clinical Nursing Skill
3. Varney. (1997). Varney’s Midwifery
4. Hotma R. dkk. (2000). Pemeriksaan Fisik
5. Carcio H.A. (1999)., Advanced Health Assesment Of Woman
KETERAMPILAN 6. DASAR
Uliyah, M., dkk, (2012),1 Keterampilan Dasar Kebidanan (KDK) I, Surabaya,
KEBIDANAN
Health Book BERBASIS
PENDEKATAN KURIKULUM Publishing KOMPETENSIS
7. Barbara, C Long. (2003). Perawatan Medical Bedah. Bandung : Yayasan
HAND OUT TAPK
8. Carpento. (1995). Aplikasi Prektek KLinik. Jakarta: EKG
AKADEMI KEBIDANAN AL-ISHLAH
9. Smeltzer, CILEGON
S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Sudarth (Edisi 8). Jakarta: penerbitan Buku Kedokteran
FIKY ROFIQOHE.F., SKM
EGC
2014 - 2015
10. Perry peterson potter. 2003. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur dasar
Edisi: 5. Jakarta : EGC
11. Aziz Alimul. 2006. Pengantar KDM Buku 2. Jakarta Salemba Medika.
12. Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
13. Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
14. Elis J.R, Nowlis E.A. 1985. Nursing a Human Needs Approach Third Edition.
Houghton Mefflin Company: Boston.
15. Nanda. 2005. Nursing Diagnosis: Definition & Classification, 2005-2006,
North American Nursing Diagnosis Association, Philadelphia
16. Nursing Intervention Classification (NIC)
17. Nursing Outcome Classificatin (NOC)
18. Uliyah, Musrifatul & Hidayat A. A. A. (2008). Keterampilan Dasar Praktik
untuk Kebidanan (Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika
19. Uliyah, Musrifatul & Hidayat A. A. A. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
20. Anonym.2009. Asuhan keperawatan klien dengan masalah keamanan dan
keselamatan. Diakses 22 Juni 2009 dari www.911medical.org
21. Anonym.2009. Analisa dokumentasi keperawatan pada asuhan keperawatan
kebutuhan keamanan dan keselamatan. Diakses 22 Juni 2009 dari
www.indonesiannursing.com
22. Johnson,M., Maas,M., Moorhead,S. 2000. Nursing outcome classification 2nd 
edition. USA : Mosby.
23. McCloskey,J.C., Bulechek,G.M. 1995. Nursing intervention classification 2 nd
edition.USA : Mosby
24. Patmawati,I. 2009. Kebutuhan keamanan fisik (biologic safety) pada klien di
tempat pelayanan kesehatan, rumah, dan komunitas dengan pendekatan proses
keperawatan. Diakses 22 Juni 2009 dari www.inna-ppni.or.id
KEBUTUHAN DASAR UNTUK MEMANDIRIKAN KLIEN

A. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1. HOMEOSTATIS
Adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus untuk memelihara stabilitas dan
beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Homeostatis merupakan
mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi berbagai
kondisi yang dihadapinya. Proses ini terjadi secara alamiah apabila tubuh mengalami
stres.
Homeostatitis terdiri atas :
a. Homeostatis fisiologis
Homeostatis fisiologis dapat dikendalikan oleh sistem endokrin dan sistem saraf
otonom. Terjadi melalui 4 cara :
- Pengaturan diri (self regulation)
Terjadi pada orang sehat, seperti : pengaturan fungsi organ tubuh
- Kompensasi
Reaksi tubuh terhadap ketidaknormalan, seperti : peningkatan keringat untuk
mengontrol kenaikan suhu tubuh, pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi
visual pada saat tubuh mengalami ancaman.
- Umpan balik negatif
Untuk menyeimbangkan penyimpangan ysng terjadi dalam tubuh, seperti :
apabila tekanan darah meningkat akan meningkatkan baroceptor dan akan
menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi.
- Umpan balik positif
Untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis, seperti : peningkatan denyut
jantung untuk membawa darah dan oksigen ke sel tubuh apabila mengalami
hipoksia.
b. Homeostatis psikologis
Fokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental. Proses ini didapat
dari pengalaman hidup dan interaksidengan orang lain yang dipengaruhi oleh
norma dan kultur masyarakat, seperti : mekanisme pertahanan diri dengan contoh
menangis, tertawa, berteriak, memukul, meremas, mencerca, dll.
2. HOMEODINAMIKA
Merupakan pertukaran energi antara manusia dan lingkungan sekitarnya secara terus
menerus. Dalam hal ini manusia tidak hanya melakukan penyesuaian diri tetapi terus
berinteraksi dengan lingkungan agar mampu mempertahankan hidupnya.
Prinsip menurut teori Rogers :
a. Prinsip integral
Prinsip utama dalam hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara manusia dan
lingkungan yang terjadi secara terus menerus karena adanya interaksi yang slaing
mempengaruhi.
b. Prinsip resonansi
Prinsip yang menyatakan bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan
frekuensinya bervariasi karena manusia memilki pengalaman dalam beradaptasi
dengan lingkungan
c. Prinsip helicy
Prinsip yang menyatakan bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan manusia
berlangsung perlahan-lahan dan terdapat hubungan antara manusia dan lingkungan.

B. KEBUTUHAN DASAR KLIEN


1. OKSIGENASI
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktifitas
berbagai organ sel tubuh.
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Kekurangan oksigen
kurang dari lima menit akan menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Selain itu oksigen
digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel.
Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat)
yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan
saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga
konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1
atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O 2 ke dalam
tubuh serta menghembuskan CO2 sebagai hasil sisa oksidasi
a. Pengertian
Oksigen yaitu suatu zat atau gas yang tidak berwarna, serta tidak ada rasa dan mudah
terbakar yang di gunakan dalam metabolism untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel dalam tubuh (Drs.H.Syaifudin, Amk., 1997)
b. Tujuan Pemberian Oksigenasi
1) Untuk menurunkan kerja jantung
2) Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
3) Untuk menurunkan kerja paru-paru
(KDPK Kebidanan Teori Dan Aplikasi, Eny Ratna Ambarawati, 2008)
c. Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi
1) Alergi pada saluran nafas seperti debu, bulu dan kapas
2) Saraf otonomik (bronkodilatasi dan bronkokontriksi)
3) Hormonal dan obat (Golongan parasimpatis yang dapat melebarkan saluran
pernapasan)
4) Faktor perkembangan seperti bayi prematur
5) Faktor lingkungan seperti ketinggian, debu
6) Faktor perilaku seperti pola makan  obesitas
(KDPK kebidanan teori dan aplikasi, Eny ratna ambarawati, 2008)
d. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi
1) Saluran pernafasan bagian atas
a) Hidung
b) Faring
c) Laring (tenggorokan)
d) Epiglotis
e) Trakhea
2) Saluran pernafasan bagian bawah
a) Brokhus
b) Bronkhiolus
c) Bronkhiolus terminalis
d) Bronkhiolus respiratori
e) Duktus alveolar dan sakus alveolar
f) Alveoli
g) Paru-paru
h) Pleura
(KDPK Kebidanan Teori Dan Aplikasi, Eny Ratna Ambarawati, 2008)
e. Fisiologi Sistem Pernapasan
Bernafas/pernapasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang
(ekspirasi).
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah
pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi
abdomen, dinding abdomen, dan pusat pernapasan di otak. Pada keadaan istirahat
frekuensi pernapasan antara 12-15 kali per menit.
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Ventilasi
Yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau
sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan
tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang,
diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan
gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a) Tekanan udara atmosfir
b) Jalan nafas yang bersih
c) Pengembangan paru yang adekuat
2) Difusi
Yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang
lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan
pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran
respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan
oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40
mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a) Luas permukaan paru
b) Tebal membran respirasi
c) Jumlah darah
d) Keadaan/jumlah kapiler dara
e) Afinitas
f) Waktu adanya udara di alveoli
3) Transpor
Yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida
harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 %
oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa
ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam
cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a) Curah jantung (cardiac Output / CO)
b) Jumlah sel darah merah
c) Hematokrit darah
d) Latihan (exercise)
e) Keadaan pembuluh darah
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi,
kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.
1) Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung
untuk memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri
dari vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta
melalui katup aorta. Kemudian dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi
sistemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk
vena yang kemudian dialirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari
atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui katup pulmonalis untuk
kemudian dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah mengalir
di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan bersikulasi secara sistemik
berdampak pada kemampuan transport gas oksigen dan karbon dioksida.
2) Hematologi
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksia
dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit
yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3 % oksigen larut dalam
plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap
molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu
molekul oksigenasi membentuk oksihemoglobin (HbO2). Afinitas atau ikatan Hb
dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, ph, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam
darah merah.
Dengan demikian besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan memengaruhi transport
gas.
f. Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
1) Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupnya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam
tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat
sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis)
2) Obstruksi jalan pernafasan
3) Pertukaran gas
4) Perubahan pola pernafasan
a) Apnea (pernapasan berhenti untuk beberapa detik)
b) Takipnea (pernafasan > 24x/menit)
c) Bradipnea (pernafasan yang lembut ± 10x/menit)
d) Hiperventilasi (bernafas lebih cepat)
e) Kussmaul (pernapasan cepat dan dangkal)
f) Dispnea (sesak dan berat saat pernafasan)
g) Ortopne (kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk)
g. Tindakan Untuk Mengatasi
1) Latihan nafas

2) Latihan bentuk efektif

3) Pemberian oksigen

4) Fisioterapi dada

5) Pengisapan lendir

2. NUTRISI
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh
tubuh manusia yang bertujuan menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan untuk
aktivitas tubuh serta mengeluarkan zat sisanya (hasil metabolisme). Nutrisi berfungsi
untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh
sebagai tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit, fungsi utama
nutrisi adalah untuk memberikan energi bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur
kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses kimia di dalam tubuh.
Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara makanan dan minuman
terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya dalam menentukan diet yang optimal. Pada
masa lalu, penelitian mengenai nutrisi hanya terbatas pada pencegahan penyakit kurang
gizi dan menentukan standard kebutuhan dasar nutrisi pada makhluk hidup. Angka
kebutuhan nutrisi (zat gizi) dasar ini dikenal di dunia internasional dengan istilah
Recommended Daily Allowance (RDA).
a. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh
tubuh manusia yang bertujuan menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan
untuk aktivitas tubuh serta mengeluarkan zat sisanya (hasil metabolisme). Nutrisi
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit.

b. Fungsi Nutrisi
Tubuh manusia terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan. Nutrisi berfungsi :
1) Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberikan energi bagi aktifitas tubuh
2) Untuk membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh
3) Untuk mengatur berbagai kimia di dalam tubuh.
4) Untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh
5) Untuk mengatur proses-proses dalam tubuh sebagai sumber tenaga
6) Untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit
c. Status Nutrisi
Pemecahan makanan, pencernaan, absorpsi, dan asupan makanan merupakan faktor
penting dalam menentukan status nutrisi. Energi adalah kekuatan untuk kerja.
Manusia membutuhkan energi untuk terus-menerus berhubungan dengan
lingkungannya.
Keseimbangan Energi = Pemasukan Energi + Pengeluaran atau
Pemasukan Energi = Total Pengeluaran Energi (Panas + kerja + energi simpanan).
1) Pemasukan Energi
Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi makanan.
Makanan merupakan sumber utama energi manusia. Dari makanan yang
dimakan kemudian dipecah secara kimiawi menjadi protein, lemak, dan
karbohidrat. Besarnya energi yang dihasilkan dengan satuan kalori. Satu kalori
juga disebut satu kalori besar (K) atau Kkal adalah jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 kg air sebesar 1 derajat celcius. Satu kkal = 1
K atau sama dengan 1.000 kalori.
Ketika makanan tidak tersedia maka akan terjadi pemecahan glikogen yang
merupakan cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati dan jaringan otot.
2) Pengeluaran Energi
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk men-support
jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh berbentuk
senyawa fosfat seperti Adenosin Triphosfat (ATP).
Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh Basal Metabolisme Rate (BMR)
dan aktifitas fisik. Kebutuhan energi tiap hari ditentukan dengan rumus = (BMR
+ 24) + (0.1 X Konsumsi kkal setiap hari + energi untuk aktivitas ).
Energi untuk aktivitas misalnya : Istirahat = 30 kal/jam , duduk = 40 kal/jam,
Berdiri = 60 kal/jam, Menjahit = 70 kal/jam, Mencuci piring = 130 s/d 176
kal/jam, Melukis 400 kal/jam.
Jika nilai pemasukan energi lebih kecil dari pengeluaran energi maka akan
terjadi keseimbangan negatif (-) sehingga cadangan makanan dikeluarkan, hal ini
akan berakibat pada penurunan berat badan. Sebaliknya, jiak pemasukan lebih
banyak dari pengeluaran energi maka akan terjadi keseimbangan positif (+),
kelebihan energi akan disimpan dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan berat
badan.
3) Basal Metabolisme Rate
Basal Metabolisme Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat istirahat
yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung, pernapasan,
peristaltik usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh.
Kebutuhan kalori basal dipengaruhi oleh : 
a) Usia 
b) Jenis Kelamin
c) Tinggi dan Berat Badan 
d) Kelainan endokrin 
e) Suhu Lingkungan 
f) Keadaan Sakit
g) Karakteristik Status Nutrisi
Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index
(BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).
- Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan
tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan
sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight)
dan obesitas. 
Cara menghitung berat badan ideal Body Mass Index, mengacu pada
rumus untuk menghitung berat badan ideal menurut Body Mass Index
Body Mass Index (BMI) atau Index Massa Tubuh (IMT) merupakan
penghitungan berat badan ideal yang didasarkan pada rumus:
Berat Badan( Kg)
IMT (BMI )=
Tinggi badan(m)2
Apabila indeks tersebut sudah didapat dari perhitungan diatas,
langkah selanjutnya adalah dengan mencocokkan kriteria berat badan
anda berdasarkan kriteria kriteria IMT/BMI menurut versi WHO
(World Health Organisation):
 BMI < 18.5 berarti  badan kurang ideal,  perlu lebih banyak
olahraga dan makan makanan padat kalori dari jenis complex
carbohidrat.
 BMI 18.5 – 22.9 berarti berat badan kamu ideal, tetap jaga pola
makan dan olahraga secukupnya.
 BMI 23 – 24.9 bearti berat badanmasih tergolong normal-ideal
mendekati obesitas, perlu memperbaiki pola makan dan
perbanyak olahraga.
BMI 25 – 29.9 berarti di ambang batas obesitas, kondisi bahaya, segera ubah kebiasaan makan dan
kembali ke gaya hidup sehat.

 BMI ≥ 30 berarti udah berada di level obesitas, lakukan diet dan


perbanyak olahraga untuk membakar lebih banyak kalori dan
mengurangi timbunan lemak dalam tubuh.
- Ideal Body Weight (IBW) 
Merupakan perhitungan barat badan optimal dalam fungsi tubuh yang
sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter
dikurangi dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu atau pada
remaja dan dewasa adalah
Ideal Body Weight ( IBW ) =Tinggi badan(cm) – 100 X 10 %
4) Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain : 
a) Vital kehidupan, pernafasan, sirkulasi darah, suhu tubuh dan lain-lain.
b) Kegiatan mekanik oleh otot 
c) Aktivitas otot dan syaraf 
d) Energi kimia untuk membangun jaringan, enzim, dan hormone.
e) Sekresi cairan pencernaan
f) Absorpsi zat-zat gizi di saluran pencernaan 
g) Pengeluaran hasil sisa metabolisme
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi :
a) Peningkatan Basal Metabolisme Rate (BMR) 
b) Aktivitas tubuh
c) Faktor usia
d) Suhu Lingkungan
e) Penyakit atau status kesehatan.
d. Nutrien (Zat-zat gizi)
1) Pengertian
Nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang terdapat dalam
makanan dan dibutuhkan dalam tubuh unutk menjalankan fungsinya.
Ada 3 (tiga) fungsi utama nutrien adalah :
a) Menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh,
b) Menyediakan utuk struktur jaringan tubuh seperti tulang dan oto,
c) Mengatur proses tubuh.
Energi dihasilkan oleh nutrien atau makanan disebut sebagai nilai kalori. Kalori
adalah energi yang digunakan untuk pembakaran.
a) 1 gr karbohidrat dan protein : 4 Kkal
b) 1 gr Lemak : 9 Kkal
2) Rata-Rata Pemasukan Energi
Rata-rata pemasukan energi yaitu :
a) 45% energi dari kebutuhan energi total adalah dari karbohidrat, atau sisa
dari kebutuhan energi yang telah dikurangi dengan energi yang berasal dari
protein dan lemak. Bila kebutuhan energi dalam
b) 10-25% energi dari kebutuhan energi total adalah dari lemak. Bila
kebutuhan energi dalam sehari adalah 2450 kkal, energi yang berasal dari
lemak hendaknya sebesar 245-613 kkal atau 27-68 gr lemak.sehari adalah
sebesar 2450 kkal, maka energi yang berasal dari karbohidrat hendaknya
sebesar 1470-1838 kkal atau 368-460 gr karbohidrat.
c) 10-15% energi dari kebutuhan energi total adalah dari protein. Bila
kebutuhan energi dalam sehari adalah 2450 kkal, energi yang berasal dari
protein hendaknya sebesar 245-368 kkal atau 61-92 gr protein
3) Elemen Nutrien / Zat Gizi

Elemen nutrien / zat gizi adalah sebagai berikut : 


a) Karbohidrat
b) Protein
c) Lemak
d) Vitamin
e) Mineral
f) Air
Karbohidrat, lemak dan protein disebut energi nutrein karena merupakan sumber
energi dari makanan, sedangkan vitamin, mineral dan air merupakan substansi
penting untuk membangun, mempertahankan dan mengatur metabolisme
jaringan.
Fungsi zat gizi yaitu :
a) Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, garakan dan kerja fisik
b) Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan
c) Sebagai pelindung dan pengatur
Berikut adalah penjelasan dari elemen-elemen nutrien, yaitu :
a) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi
dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal.
Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan
jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari glukosa,
pemecahan energi selama masa istirahat/puasa. Kelebihan energi
karbohidrat berbentuk asam lemak.
Jenis Karbohidrat
Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat digolongkan menjadi 3 jenis
yaitu : Monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
- Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana dan
merupakan molekul yang paling kecil. Dalam bentuk ini molekul dapat
langsung diserap oleh pembuluh darah. Jenis dari Monosakarida adalah
glukosa dektrosa yang banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran,
fruktosa banyak terdapat pada buah, sayuran, madu, dan glukosa yang
berasal dari pecahan disakarida.
- Disakarida
Jenis disakarida adalah sukrora, maltosa, dan laktosa. Sukrosa dan
maltosa banyak pada makanan nabati, sedangkan laktosa merupakan
jenis gula dalam air susu baik susu ibu maupun susu hewan.
- Polisakarida
Merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Jenis
polisakarida adalah zat pati, glikogen dan selulosa.
Fungsi Karbohidrat
Karbohidrat memiliki beberapa fungsi, yaitu :
- Sumber energi yang murah.
- Sumber energi utama bagi otak dan syaraf.
- Membuat cadangan tenga tubuh.
- Pengaturan metabolisme tubuh.
- Untuk efesiensi penggunaan protein.
- Memberikan rasa kenyang
Sumber Karbohidrat
Sumber karbohidrat umunya adalah makanan pokok, umumnya berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan lain-
lain. Sedangkan pada karbohidrat hewani berbentuk glikogen.
Metabolisme Karbohidrat
Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh melalui
pencernaan, absorpsi, dan metabolisme. Metabolisme Karbohidrat
berbentuk monosakarida dan disakarida diserap melalui mukusa usus.
Setelah proses penyerapan (dalam pembuluh darah) semua berbentuk
monosakarida. Monosakarida (Fruktosa, Galaktosa, Glukosa) yang masuk
bersama-sama darah dibawa ke hati. Di dalam hati Monosakarida diubah
menjadi glukosa dan dialirkan melaui pembuluh darah ke otot. Di dalam
otot glukosa dibakar membentuk glikogen melalui Proses Glikoneogenesis.
b) Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan dan mengganti
jaringan tubuh. Setiap 1 gram protein menghasilkan 4 kkal. Bentuk
sederhana dari protein adalah asam amino. Asam amino disimpan didalam
jaringan dalam bentuk hormon dan enzim. Asam amino esensial tidak dapat
disintesis didalam tubuh tetapi harus didapatkan dari makanan. Jenis asam
amino esensial diantaranya lisin, triptofan, fenilanin, leusin.
Penggolongan Protein
Berdasarkan susunan kimianya, protein dapat dibagi menjadi 3 golongan
yaitu :
- Protein sederhana
Jenis ini tidak berikatan dengan zat lain, misalnya abumin,dan
globulin.
- Protein bersenyawa
Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat seperti dengan
glikogen membentuk glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk
kromoprotein.
- Turunan atau devirat dari protein
Termasuk dalam turunan protein adalah albuminosa, pepton, dan
gelatin.
Fungsi Protein
Protein memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, yaitu :
- Untuk keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan
osmotic koloid, keseimbangan asam.
- Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan 
- Pengaturan metabolisme .
- Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak.
- Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat
menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk
genetik.
Sumber Protein
Ada beberapa sumber protein yang dapat telah diketahui, yaitu
- Protein hawani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu,
daging, telur, hati, udang, ikan, kerang, ayam dan sebagainya.
- Protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti
jagung, kedelai, kacang hijau, terigu, dan sebagainya.
Metabolisme Protein 
Jika makanan yang sudah berada dalam lambung, maka akan
dikeluarkan enzim protease yaitu pepsin. Pepsin mengubah protein menjadi
albuminosa dan pepton. Albuminosa dan pepton di dalam usus halus diubah
menjadi asam-asam amino dengan bantuan enzim tripsin dari pankreas dan
selanjutnya diserap atau berdifusi ke aliran darah yang menuju ke hati.
Asam-asam amino disebar oleh hati ke jaringan tubuh untuk menganti sel-
sel yang rusak dan sebagian digunakan untuk membuat protein darah.
Karena protein dapat larut dalam air sehingga umumnya dapat dicerna
secara sempurna dan hampir tidak tersisa protein makanan dalam feses.
Asam amino yang tidak dapat digunakan ditranspor kembali ke hati
kemudian dilepaskan ikatan nitrogennya sehingga terpecah menjadi dua
macam zat yaitu asam organik dan amoniak. Amoniak dibuang melalui
ginjal, sedangkan asam organic dimanfaatkan sebagai sumber energi. 
c) Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi paling besar. Berdasarkan ikatan
kimianya lemak dibedakan menjadi :
- Lemak murni yaitu lemak yang terdiri atas asam lemak dan gliserol.
- Zat-zat yang mengandung lemak misalnya fosfolipid, yaitu ikatan
lemak dengan garam fosfor, glikolipid yaitu ikatan lemak dengan
glikogen.
Fungsi Lemak
- Memberikan kalori, dimana setiap 1 gram lemak dalam peristiwa
oksidasi akan memberikan kalori sebanyak 9 kkal.
- Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
- Memberikan asam-asam esensial.
Sumber Lemak
Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati
mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti terdapat pada
kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya. Sedangkan Lemak hewani
banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti pada
daging sapi, kambing dan lainnya.
Metabolisme Lemak
Lemak diserap melalui proses secara pasif dalam bentuk gliserol asam
lemak karena giserol larut dalam air. Gliserol asam lemak masuk dalam
pembuluh darah dan dibawa ke hati. Kemudian didalam hati dengan proses
kimiawi Gliserol diubah menjadi Glikogen. Bersama metabolisme Hidarat
Arang gliserol akan menghasilkan tenaga. Lemak yang dibakar mempunyai
hasil sampingan yang disebut kolesterol.
d) Mineral
Mineral adalah elemen anorganik untuk tubuh karena perannya sebagai
katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dapat diklasifikasikan menjadi
makromineral yaitu jika kebutuhan tubuh 100 mg atau lebih dan
mikromineral jika kebutuhan tubuh kurang dari 100 mg. Termasuk dalam
makromineral adalah kalsium, magnesium fosfat sedangkan yang temasuk
dalam mikromineral adalah klorida, yodium, iron,zinc. Secara umum fungsi
dari mineral adalah :
- Membangun jarigan tulang 
- Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh
- Memberikan elektemb elektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf
- Membuat berbagai enzim
e) Vitamin
Vitamin adalah substansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada
makanan dan tidak dapat dibuat di dalam tubuh. Vitamin sangat berperan
dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator.
Klasifikasi Vitamin
Vitamin dapat diklasifikasikan menjadi :
- Vitamin yang larut air : Vitamin B kompleks, B1, B2, B3, B12, folic
acid, serta vitamin c.
- Vitamin yang larut dalam lemak : A , D , E ,
Fungsi Vitamin
Fungsi utama vitamin adalah untuk pertumbuhan, perkembangan dan
pemeliharaan kesehatan.
f) Air
Air merupakan zat makanan paling dasar yang dibutuhkan oleh manusia.
Tubuh manusia terdiri atas 50-70% air. Bayi memiliki proporsi air yang
lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Semakin tua umur
seseorang, maka proporsi air dalam tubuh akan semakin berkurang. Pada
orang dewasa asupan air antara 120-1500 cc per hari, namun dianjurkan
1900 cc untuk optimal. Selain itu, air yang masuk ke dalam tutbuh melalui
makanan 500-900 cc per hari. 
Kebutuhan air akan meningkat jika terjadi pengeluran air, misalnya melalui:
- Keringat berlebih
- Muntah
- Diare
- Gejala Dehidrasi
e. Masalah-Masalah Kebutuhan Nutrisi
Secara umum, gangguan nutrisi terdiri dari : 
1) Kekurangan Nutrisi  BB 10 – 20% dan TB di bawah normal / ideal
2) Kelebihan Nutrisi  BB > 10% berat ideal
3) Obesitas  Peningkatan BB > 20 % dari berat normal
4) Malnutrisi  BB rendah dengan asupan makanan yang kurang
5) Diabetes Melitus  Kekurangan insulin dan penggunaan karbohidrat yang
berlebihan
6) Hipertensi  gangguan nutrisi yang disebabkan oleh obesitas, serta asupan
kalsium, natrium dan gaya hidup yang berlebihan
7) Jantung Koroner  adanya oeningkatan kolesterol darah dan merokok
8) Anoreksia  penurunan BB secara mendadak dan berkepanjangan ditandai
dengan konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi
dan kelebihan energi.
f. Tanda-tanda kekurangan nutrisi
Nutrisi serat adalah salah satu jenis nutrisi yang sangat penting dibutuhkan oleh
tubuh manusia. Kandungan nutrisi serat dapat kita temukan pada buah-buahan dan
sayur-sayuran. Tapi sayangnya banyak di antara kita yang enggan memakan buah
dan sayur-sayuran dengan teratur, alhasil asupan nutrisi serat tidak terpenuhi dengan
baik tanda kekurangan asupan nutrisi serat :
1) Gejala yang paling umum jika tubuh kekurangan asupan nutrisi serat yaitu
mengalami sembelit. Sembelit sendiri dapat diartikan terjadi masalah pada pola
dan proses buang air besar atau biasa disingkat dengan BAB. Jika kita BAB
dengan pola tidak normal seperti dalam seminggu hanya tiga kali dan fesesnya
cenderung kering dan keras, maka kemungkinan besar tubuh kita mengalami
sembelit.
2) Pasti kita pernah mendengar bahwa dengan mengkonsumsi makanan yang
berserat tinggi seperti buah dan sayur dapat menjaga tubuh kita langsing atau
dengan kata lain makanan berserat dapat dijadikan sebagai alternatif makanan
untuk diet. Nutrisi serat sendiri dapat memberikan rasa kenyang yang cukup,
sehingga akan menghindari kita untuk tergoda memakan makanan yang
berlebihan dikarenakan masih terasa lapar walaupun sudah makan dengan porsi
normal. Oleh karena itu dapat juga dikatakan salah satu tanda tubuh kurang serat
adalah tubuh akan cenderung mengalami obesitas atau kenaikan berat badan.
3) Indikasi lainnya tubuh kekurangan asupan nutrisi serat adalah gula darah
cenderung tidak stabil atau naik-turun dengan pola tidak normal. Oleh karena itu
bagi orang yang memiliki penyakit diabetes, maka salah satu cara terbaik untuk
mengatasinya adalah dengan cara memakan makanan yang kaya akan nutrisi
serat seperti buncis, nasi merah, kacang polong dan sebagainya. Serat dapat
membantu mengontrol kadar gula dikarenakan serat dapat dapat berfungsi
menunda penyerapan gula.
4) Jika kita sedang melakukan diet atau dikarenakan kelelahan setelah menjalankan
aktivitas seharian, kemudian mengalami mual, maka hal ini juga salah satu tanda
tubuh kita kekurangan asupan nutrisi serat. Biasanya dalam diet akan lebih
cenderung memakan makanan yang kaya protein dan rendah karbohidrat. Hal ini
akan membuat tubuh lelah, mual dan kolesterol dapat naik jika dilakukan
berlebihan. Sebaikanya segera mengkonsumsi makanan kaya serat untuk
mengatasi masalah ini
g. Prinsip Perhitungan Nutrisi Sesuai Usia
1) Perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rumus:
Berat Badan( Kg)
IMT (BMI )=
Tinggi badan(m)2
Contoh:
BB = 50 kg, TB = 160 cm
Berat Badan ( Kg ) 50 50
IMT (BMI )= = = =19,53
2
Tinggi badan ( m) (160 /100 ) 2
2,56

2) Penghitungan energi
a) Cara Menentukan AMB
AMB dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan, dan tinggi badan. Ada
beberapa cara menentukan AMB, yaitu :
- Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919)
Laki – Laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
Keterangan : BB : berat badan dalam kg
TB : tinggi badan dalam cm
U : umur dalam tahun
- Cara cepat (2 cara)
 Laki – laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam
Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam
 Laki – laki = 30 kkal x kg BB
Perempuan = 25 kkal x kg BB
- Cara FAO/WHO/UNU
Cara ini memperhatikan umur, gender, dan berat badan (lihat tabel di
bawah ini) :
AMB (kkal/hari)
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan
0–3 60,9 B *) - 54 61,0 B – 51
3 – 10 22,7 B + 495 22,5 B + 499
10 – 18 17,5 B + 651 12,2 B + 746
18 – 30 15,3 B + 679 14,7 B + 496
30 – 60 11,6 B + 879 8,7 B + 829
≥ 60 13,5 B + 487 10,5 B + 596

Ket : * = Berat Badan


b) Cara menentukan kebutuhan energi untuk aktifitas fisik
Aktifitas fisik dapat di bagi empat golongan yaitu sangat ringan, ringan,
sedang, dan berat. Kebutuhan energi untuk berbagai aktifitas fisik
dinyatakan lipatan AMB.
AMB (kkal/hari)
Aktivitas
Laki-laki Perempuan
Sangat Ringan *) 1,30 1,30
Ringan **) 1,65 1,55
Sedang **) 1,76 1,70
Berat **) 2,10 2,00

Contoh : cara menaksirkan kebutuhan energi untuk seorang perempuan


berumur 30 tahun dengan berat badan 52 kg dan tinggi badan 158 cm
dengan aktivitas ringan dengan menggunakan empat cara adalah sebagai
berikut :
Kebutuhan energi untuk AMB
- Harris Benedict
= 655 + (9, 6 x BB) + (1, 8 x TB) – (4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 52) + (1,8 x 158) – (4,7 x 30)
= 1297, 6 kkal (dibulatkan 1298kkal)
- Rumus Cepat 1
= 0,95 kkal x kg BB x24 jam
= 0,95 kkal x 52 x 24
= 1185.8 (dibulatkan 1186 kkal)
- Rumus cepat 2
= 25 kkal x kg BB
= 25 x 52
= 1300 kkal
- Rumus FAO/WHO/UNU
= 14,7 x 52 + 496 kkal
= 1260,4 kkal ( dibulatkan menjadi 1260 )
Kebutuhan AMB menurut keempat cara di atas tidak menunjukkan
perbedaan yang berarti. Oleh sebab itu, cara menghitung AMB dengan
rumus cepat 1 dan 2 yang lebih praktis, dapat di terapkan dalam lapangan.
Kebutuhan Energi dengan aktifitas fisik
Kalikan nilai AMB dengan kelipatan yang sesuai dengan aktivitas.
Klasifikasi nilai IMT:
IMT STATUS GIZI KATEGORI
< 17,0 Gizi Kurang Sangat Kurus
17,0 – 18,5 Gizi Kurang Kurus
18,5 – 25,0 Gizi Baik Normal
25,0 – 27,0 Gizi Lebih Gemuk
> 27,0 Gizi Lebih Sangat Gemuk

Batas lingkar pinggang normal:


Wanita : < 80 cm
Pria : < 90 cm
h. Gula Darah Sewaktu
1) Pengertian
Kadar darah sewaktu (kadar gula darah sewaktu) adalah hasil pengukuran
yang dilakukan seketika waktu itu, tanpa ada puasa. Jadi biasanya kadar gula
akan lebih tinggi.
2) Standar atau Normal Gula Darah
Normalnya, kadar gula dalam darah adalah 110 mg/dl (gula darah puasa) dan
140 mg/dl (gula darah sewaktu). Namun, pada penderita DM, kadar gula darah
puasanya lebih dari 126 mg/dl dan gula darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl.
Jadi kalau sedang berpuasa, maka kadar gula darah akan menurun, hmm
lumayan membantu.
Ketika anda mengeceknya, maka jika di atas angka normal, segera lakukan
diet gula darah/pantangan gula darah. Misal segera buang gula putih di rumah
anda, ganti manis-manis dengan makan buah. Ganti minum teh manis dengan
air putih saja. Sebab utama gula darah naik adalah karena asupan gula yang
tidak dapat diserap tubuh (gula sintetis), termasuk gula pasir/gula putih. Sudah
sering saya tulis gula putih adalah racun paling manis.
3) Sumber Gula Darah
Penderita gula darah tinggi sangat membutuhkan sumber tenaga dan sumber
tenaga adalah yang manis-manis seperti buah-buahan. Jadi sebaiknya setiap
hari sebelum sarapan untuk konsumsi buah-buahan. Karena buah manis hanya
butuh waktu antara 10 - 20 menit untuk dicerna menjadi tenaga. Kalau
memakan nasi/makanan berat dulu, maka baru dicerna setelah 2 – 3 jam.
Dalam ilmu foodcombining pun demikian, yang harus dimakan di awal adalah
yang paling cepat dicerna, seperti buah-buahan.
4) Pengukuran Gula Darah
OK adalah pengukuran kadar gula darah sewaktu,baik dilakukan dengan
puasa atau tanpa puasa. Kadar gula darah normal (Normoglycaemia) dikatakan
sebagai suatu kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada mempunyai resiko
kecil untuk dapat berkembang menjadi diabetes atau menyebabkan munculnya
penyakit jantung dan pembuluh darah.
IGT oleh WHO didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang
mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit diabetes walaupun ada kasus yang
menunjukkan kadar gula darah dapat kembali ke keadaan normal. Seseorang
yang kadar gula darahnya termasuk dalam kategori IGT juga mempunyai
resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering mengiringi
penderita diabetes. Kondisi IGT ini menurut para ahli terjadi karena adanya
kerusakan dari produksi hormon insulin dan terjadinya kekebalan jaringan otot
terhadap insulin yang diproduksi.
Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk pengukuran gula darah
puasa yaitu 6.1 mmol/L atau 110 mg/dL. IFG sendiri mempunyai kedudukan
hampir sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan tetapi sebuah kondisi
dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara optimal dan terdapatnya
gangguan mekanisme penekanan pengeluaran gula dari hati ke dalam darah.
5) Metode Pengukuran Gula Darah
a) Metode pengukuran kadar gula standard menggunakan bahan plasma
darah yang berasal dari pembuluh vena. Plasma darah adalah bagian cair
dari darah. Intinya adalah darah yang sudah tidak mengandung bahan-
bahan padat lagi seperti sel darah merah hematokrit dan yang lainnya.
Pada alat pengukur gula darah portabel yang banyak terdapat di pasaran,
metode mendapatkan plasma dari darah dengan melakukan penyaringan
darah yang diambil yang dilakukan oleh strip tempat menaruh sediaan
darah yang diambil. Pengukuran kadar gula darah sebaiknya dilakukan
sesegera mungkin setelah darah diambil dari vena. Pengukuran darah
vena dan kapiler pada saat puasa memberikan hasil yang identik pada
saat puasa tetapi tidak untuk pengukuran 2 jam setelah makan dimana
hasil dari darah kapiler menunjukkan nilai yang lebih tinggi.
b) Ada sebuah metode pemeriksaan kadar gula darah lainnya yang dapat
membantu menentukan pengelompokan gangguan kadar gula darah yaitu
OGTT (Oral Glucose Tolerance Test = Tes Toleransi Glukosa Oral ).
Hal ini penting disebutkan karena : Tes glukosa darah puasa saja
mempunyai nilai kegagalan untuk mendeteksi diabetes yang telah
diderita sebelumnya (Tetapi belum diketahui kepastiannya) sebesar 30%
c) OGTT merupakan metode pengukuran yang dapat mengidentifikasi
kondidi IGT secara akurat. OGTT diperlukan untuk memastikan
seseorang mengalami gangguan toleransi glukosa yang tidak terdeteksi
(dicurigai) dan juga berarti mengeluarkan orang tersebut dari kecurigaan
yang ada. Tes OGTT disarankan untuk dilakukan pada seseorang yang
memiliki kadar gula puasa 6.1 – 6.9 mmol/L atau 110 – 125 mg/dL
untuk menentukan kepastian status toleransi glukosanya. Pemeriksaan
HbA1c tidak disarankan sebagai pemeriksaan diagnosis untuk diabetes
dan kondisi gangguan kadar gula darah lainnya.
i. Pemasangan Selang NGT
1) Pengertian
Suatu tindakan memasang selang nasogastrik selang plastik yang dilakukan
dengan melewati hidung, esophagus dan berakhir di lambung.
2) Tujuan
a) Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan yang adekuat.
b) Memasukan obat bagi klien yang tidak dapat diberikan secara oral.
c) Evalusai isi lambung seperti mengeluarkan beracun atau pada klien yang
sedang melaksanakan operasi pneumonnectomy untuk mencegah muntah dan
aspirasi.
d) Mengambil contoh spesimen isi lambung untuk pemeriksaan dignostik.
3) Prinsip Pemasangan
Cara pemasangan selang nasogastrik atau NGT yaitu dengan prinsip bersih.
j. Perawatan Lavage
1) Pengertian
Membersihkan lambung dengan cara memasukan dan mengeluarkan air lambung
dengan menggunakan selang Nasogastrik (NGT).
2) Tujuan
a) Membersihkan lambung
b) Mengeluarkan racun dari lambung
3) Kebijakan
a) Selama tindakan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien
b) Observasi kemungkinan komplikasi, sperti :
- Aspirasi atau sesak napas
- Ditensi abdomen karena lambng penuh air
Bila hal tersebut terjadi segera laporkan kepada dokter. Observasi meliputi :
jumlah cairan yang masuk, keluar dan warna cairan

3. KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTRONIT


Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
a. Cairan
Tubuh manusia terdiri dari cairan antara 50%-60% dari berat badan. Kebutuhan
cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Cairan tubuh terbagi atas 2 kompartemen yaitu:
1) Cairan intraseluler.
Cairan intraseluler terdiri dari 40% dari berat badan orang dewasa atau 70%
total dari cairan tubuh.
2) Cairan ekstraseluler.
Cairan ekstraseluler terdiri dari 20% dari berat badan orang dewasa atau 30%
dari total dari cairan tubuh (Metheny, 1992 dari C.Taylor, C. Lillis dan P.
LeMone, 1998). Cairan ekstraseluler terdiri dari cairan intravascular dan
interstisial. Cairan intravascular atau plasma merupakan cairan dari komponen
darah. Cairan interstisial adalah cairan yang terdapat pada jaringan sel dan
limpa. Cairan Total Tubuh (Total Body Water) atau TBW/TBF adalah jumlah
total cairan yang dikeluarkan prosentase dari berat badan.
Pergerakan Cairan Tubuh.
Mekanisme pergerakan melalui tiga proses:
1) Difusi adalah proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan.
2) Osmosis adalah bergeraknya pelarut bersih seperti air melalui membran
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi
yang tinggi yang sifatnya menarik.
3) Transport Aktif adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena
daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
Sumber Cairan
Tubuh mendapatkan cairan dari beberapa sumber:
1) Cairan Ingestif.
2) Cairan dalam makanan.
3) Cairan dari oksidasi metabolik.
Pengeluaran Cairan
Cairan tubuh hilang melalui ginjal dalam bentuk urin, saluran intestinal dalam bentuk
feses, dan melalui keringat. Insensible Water Loss (IWL) adalah kehilangan cairan
yang tidak dapat di persepsikan, sekitar 15-20 ml/24 jam. Pengeluaran cairan melalui
organ-organ.
1) Ginjal.
a) Pengatur keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk
disaring setiap hari.
b) Produksi urin untuk semua usia 1 ml/kg/jam.
c) Pada orang dewasa produksi urin sekitar 1,5 lt/hari.
d) Jumlah urin yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron.
2) Kulit.
a) Diatur oleh saraf simpatis.
b) Rangsangan kelenjar dapat dihasilkan dari aktivitas otot, suhu lingkungan
dan demam.
3) Paru-paru.
a) Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b) Cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan
kedalaman napas akibat pergerakan atau demam
4) Gastrointestinal
a) Pada kondisi normal cairan yang hilang sekitar 100-200/ hari.
b) IWL sekitar 10-15 cc/kg BB/24 jam dengan kenaikan 10% dari IWL pada
setiap kenaikan suhu 1°C.
Masalah Keseimbangan Cairan.
1) Hipovolemik adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler.
2) Hipervolemik adalah penambahan/ kelebihan cairan volume cairan
ekstraseluler
b. Elektrolit.
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan Elektrolit adalah substansi ion-ion yang
bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Ion-ion positif disebut kation dan ion-ion
negatif disebut anion. Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah
milliequivalent (mEq). Satu milliequivalent adalah aktivitas secara kimia dari 1 mg
dari hidrogen. Cairan elektrolit adalah cairan Saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap. Cairan saline terdiri atas cairan: isotonik, hipotonik, dan
hipertonik.
1) Pengaturan Elektrolit
a) Sodium (Natrium/ Na+) Adalah elektrolit paling banyak terdapat pada
cairan ekstraseluler.
b) Natrium
Berfungsi mempertahankan keseimbangan air, pengatur utama volume
cairan ekstraseluler, mempengaruhi volume cairan intraseluler, sebagai
hantaran impuls saraf dan kontraksi otot, sebagai dasar elektrolit pada
pompa Natrium – Kalium. Natrium diatur oleh intake garam, aldosteron
dan pengeluaran urin. Nilai normal sekitar 135-145 mEq/ L (mmol/L).
c) Potassium (Kalium)
Adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Kalium berfungsi
sebagai pengatur aktivitas enzim sel dan komponen dari cairan sel.
Berperan vital pada proses transmisi dari impuls listrik dan kontraksi
syaraf, jantung, otot, intestinal, dan jaringan paru; metabolisme protein
dan karbohidrat. Membantu pada pengaturan keseimbangan asam basa
karena ion K dapat diubah menjadi ion hydrogen. Pengaturan ion K oleh
pompa Natrium, sekresi aldosteron merangsang ekskresi K dalam urin.
Nilai normal Kalium sekitar 3,5 – 5 mEq/L.
d) Calsium (Kalsium).
Berfungsi untuk transmisi impuls syaraf dan pembekuan darah,
katalisatos kontraksi otot dan kekuatan kontraksi otot. Dibutuhkan untuk
absorpsi vitamin B12 dan kekuatan tulang dan gigi. Kalsium dalam
cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon
paratiroid mengabsorpsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui
ginjal. Hormon thyrokalsitonin menghambat penyerapan Kalsium tulang.
Nilai normal 1,3 – 2, 1 mEq/L atau 1/3 dari jumlah plasma protein .
e) Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Berfungsi pada
aktivitas enzim, metabolisme karbohidrat dan protein. Magnesium di
absorpsi oleh intestinal dan diekskresi oleh ginjal. Nilai normal 1,3 – 2, 1
mEq/L atau 1/3 dari jumlah plasma protein.
f) Chlorida (Klorida)
Merupakan cairan anion ekstraseluler ditemukan di darah, cairan
intestinal, dan limpa. Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik darah.
Nilai normal klorida sekitar 95 – 105 mEq/L (mmol/L).
g) Bikarbonat
Bikarbonat merupakan molekul anion. Berfungsi pada keseimbangan
asam basa. Di atur oleh ginjal. Nilai normal sekitar 25 – 29 mEq/ L
(mmol/L).
h) Fosfat
Ion fosfat merupakan anion dalam sel tubuh. Berfungsi sebagai
keseimbangan asam basa. Penting pada pembelahan sel dan transmisi
dari herediter. Fosfat diatur oleh PTH (Parathyroid hormon) dan
diaktifkan oleh vitamin D. Nilai normal sekitar 2,5 – 4,5 mEq/L
(mmol/L)
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
a) Usia.
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b) Suhu lingkungan
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktivitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per
hari.
c) Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan
lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun
padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d) Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah dan
pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah.
e) Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh; misalkan :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkat kehilangan air melalui
IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
4. ELIMINASI
Eliminasi merupakan proses pembuangan. Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari
kebutuhan kebutuhan eliminasi uri (berkemih) dan eliminasi alvi (defekasi)
a. Eliminasi Uri (Berkemih)
1) Sistem urinaria
a) Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal yang terdiri atas dua bagian yaitu
kanan dan kiri tulang belakang. Fungsi ginjal yaitu sebagai pengatur
komposisi dan volume cairan dalam tubuh serta menyaring bagian dari
darah untuk dibuang dalam bentuk urine.
b) Kandung kemih (bladder, buli-buli)
Merupakan sebuah kantong yang terdiri dari otot halus yang berfungsi
sebagai penampung urine.
c) Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian
luar. Pada pria dan wanita fungsinya berbeda yaitu pada pria sebagai
tempat pengaliran urine dan sekaligus sebagai sistem reproduksi tetapi
pada wanita hanya menyalurkan urine kebagian luar tubuh.
2) Fakor – faktor yang mempengaruhi eliminasi urin
a) Pertumbuhan dan perkembangan
Misal pada anak-anak masih kesulitan untuk mengontrol buang air kecil
tetapi setelah bertambahnya usia (dewasa) kemampuan dalam
mengontrol buang air kecil meningkat.
b) Social cultural
Adanya masyarakat tertentu yang melarang buang air kecil di tempat
tertentu.
c) Psikologis
Meningkatnya sensitivitas untuk berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi disebabkan stress (psikologis).
d) Kebiasaan sesorang (gaya hidup)
Misalnya seserang yang sudah terbiasa berkemih ditoilet akan mengalami
kesulitan jika berkemih dengan urineal atau pot urine.
e) Tonus otot dan tingkat aktivitas
Tonus otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis jika mengalami
gangguan akan mempengaruhi pengeluaran urine. Tingkat aktivitas dapat
memperbaiki tonus otot.
f) Intake cairan dan makanan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
jumlah urine. Misalnya protein, natrium, kopi.
g) Kondisi penyakit
Misalnya pada pasien diabetes melitus.
h) Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus mempengaruhi
produksi urine (turun) karena pemberian obat anestesi.
i) Pengobatan
Pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sebaliknya
pemberian anti hipertensi menyebabkan retensi urine.
j) Pemeriksaan diagnostik
Misal pemeriksaan IVP (Intra Venus Pyelogram) yang dapat membatasi
asupan sehingga mengurangi jumlah urine.
3) Masalah Eliminasi Urine
a) Retensi urine
Penumpukan urine di didalam kandung kemih akibat ketidakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih, sehingga
menyebabkan distensi vesika urinaria.
b) Inkontinensia urine
Ketidakmampuan otot spingter ekternal mengontrol ekskresi urine
disebabkan oleh proses penuaan (aging proses), pembesaran kelenjar
prostat, penurunan kesadaran, penggunaan obat narkotik dan sedatif.
c) Enuresis
Tidak sanggup menahan kemih (ngompol) biasanya terjadi pada anak
maupun jompo.

b. Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)


1) Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses
kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang
dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
2) Defekasi dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu
a) Refleks defekasi instrinsik.
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum
memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk
memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan
didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu
gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak
menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.
b) Refleks defekasi parasimpatis.
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal
cord (sakral 2 – 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon
sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis ini meningkatkan
gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan
meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk
ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma
yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus
levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran
anus.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan
tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan
kebawah kearah rektum.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja
dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa
terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum
meluas untuk menampung kumpulan feses.
Susunan feses terdiri dari bakteri yang umumnya sudah mati, lepasan
epitelium dari usus, sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus),
garam terutama kalsium fosfat, sedikit zat besi dari selulosa, sisa zat
makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml).
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi fecal.
Usia dan perkembangan, diet, pemasukan cairan, aktifitas fisik,, faktor
psikologik, kebiasaan, posisi, nyeri, kehamilan, operasi & anestesi, obat-
obatan, test diagnostik, kondisi patologis, iritans.
4) Masalah eliminasi fecal.
a) Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan
mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi
ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak
air diserap.
b) Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga
tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction
berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
c) Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat.
Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga
pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
d) Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan
fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan
tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien
sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik.
e) Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang
dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar
melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan
peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang
menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
f) Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal
atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal
jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan
mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan
pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB
dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya
pasien mengalami konstipasi.

5. PERSONAL HYGIENE
a. Konsep Dasar
Asal kata dari Yunani artinya kebersihan perseorangan, tindakan menjaga
kebersihan seseorang. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

b. Tujuan Perawatan Personal Hyegine


1) Peningkatan derajat kesehatan
2) Pelihara kesehatan diri
3) Perbaikan personal hyegine
4) Mencegahan penyakit
5) Meningkatkan percaya diri
6) Ciptakan keindahan
c. Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hyegine
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya
2) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola Personal Hygiene
3) Status sosial ekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya
4) Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
7) Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya
d. Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene
1) Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

6. AKTIVITAS DAN LATIHAN


a. Pengertian
Pengertian aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan seseorang
untuk melakukan suatu aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja merupakan
salah satu dari tanda kesehatan individu tersebut dimana kemampuan aktivitas
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.
Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada
sistem musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga
menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk
menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara
pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan
fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal
dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan
melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat melakukan aktifitas
fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah
sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada
seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting, berpakaian,
mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL
ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu
ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu
penyakit sehingga tindakan yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung
pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi aktifitas harus diprioritaskan.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kesehatannya. Kehilangan kemampuan untuk bergerak
menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan
kesehatan dan memperlambat proses penyakit – khusunya proses degeneratif dan
untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). Imobilitas atau imobilisasi
merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena
kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya mengalami trauma tulang belakang,
cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.
b. Nilai-Nilai Normal
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat aktivitas / mobilitas Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara
Tingkat 1 penuh
Tingkat 2 Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau pengawasan
Tingkat 3 orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang
Tingkat 4 lain dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan sentralnya
adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan seperti
kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %.
c. Hal-Hal Yang Perlu Dikaji Pada Klien Yang Mengalami Gangguan
Kebutuhan Aktivitas Dan Latihan
1) Tingkat aktivitas sehari-hari
a) Pola aktivitas sehari-hari
b) Jenis, frekuensi dan lamanya latihan fisik
2) Tingkat kelelahan
a) Aktivitas yang membuat lelah
b) Riwayat sesak napas
3) Gangguan pergerakan
a) Penyebab gangguan pergerakan
b) Tanda dan gejala
c) Efek dari gangguan pergerakan
4) Pemeriksaan fisik
a) Tingkat kesadaran
b) Postur/bentuk tubuh (Skoliosis, Kiposis, Lordosis, Cara berjalan)
c) Ekstremitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot, Atropi,
Tremor, Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan jalan,
Kemampuan duduk, Kemampuan berdiri, Nyeri sendi, Kekakuan sendi)
d. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan mobilitas fisik b.d. immobilisasi dan gangguan neuromuscular
2) Intoleransi aktivitas b.d nyeri dan pembatasan pergerakan
3) Defisit perawatan diri b.d kelemahan
e. Penatalaksanaan
1 Gangguan mobilitas NOC : NIC :
fisik b.d. immobilisasi Mobility Level Exercise therapy : ambulation
dan gangguan Setelah dilakukan - Monitoring vital sign
neuromuskular tindakan perawatan sebelum/sesudah latihan dan
selama 3 hari dapat lihat respon pasien saat
Definisi : teridentifikasi latihan
Keterbatasan dalam Mobility level, dengan - Ajarkan pasien atau tenaga
kebebasan untuk kriteria hasil : kesehatan lain tentang teknik
pergerakan fisik tertentu - aktifitas fisik ambulasi
pada bagian tubuh atau meningkat - Kaji kemampuan pasien
satu atau lebih - Melaporkan dalam mobilisasi
ekstremitas perasaan - Latih pasien dalam
Batasan karakteristik : peningkatan pemenuhan kebutuhan ADLs
- Postur tubuh yang kekuatan, secara mandiri sesuai
tidak stabil selama kemampuan dalam kemampuan
melakukan kegiatan bergerak - Dampingi dan Bantu pasien
rutin harian - Klien bisa saat mobilisasi dan bantu
- Keterbatasan melakukan penuhi kebutuhan ADLs ps.
kemampuan untuk aktifitas walaupun - Berikan alat Bantu jika klien
melakukan dengan dibantu memerlukan.
keterampilan - Memperagakan - Ajarkan pasien bagaimana
motorik kasar penggunaan alat merubah posisi dan berikan
- Keterbatasan ROM Bantu untuk bantuan jika diperlukan
- Usaha kuat untuk mobilisasi
perubahan gerak (walker)
2 Intoleransi aktivitas b.d NOC : NIC :
nyeri dan pembatasan          Energy Energy Management
pergerakan conservation - Observasi adanya
          Self Care : pembatasan ps dalam
Definisi : Ketidakcukupan ADLs melakukan aktivitas
energi secara fisiologis Kriteria Hasil : - Dorong ps untuk
maupun psikologis untuk          Berpartisipasi mengungkapkan perasaan
meneruskan atau dalam aktivitas fisik terhadap keterbatasan
menyelesaikan aktifitas tanpa disertai - Kaji adanya factor yang
yang diminta atau peningkatan tekanan menyebabkan kelelahan
aktifitas sehari hari. darah, nadi dan RR - Monitor nutrisi dan sumber
         Mampu energi yang adekuat
melakukan aktivitas - Monitor pasien akan adanya
Batasan karakteristik : sehari hari (ADLs) kelelahan fisik dan emosi
- Melaporkan secara secara mandiri secara berlebihan
verbal adanya - Monitor respon kardivaskuler
kelelahan atau terhadap aktivitas
kelemahan. - Monitor pola tidur dan
- Respon abnormal dari lamanya tidur/istirahat pasien
tekanan darah atau Activity Therapy
nadi terhadap aktifitas - Kolaborasikan dengan
- Perubahan EKG yang Tenaga Rehabilitasi Medik
menunjukkan aritmia dalam merencanakan progran
atau iskemia terapi yang tepat.
- Adanya dyspneu atau - Bantu klien untuk
ketidaknyamanan saat mengidentifikasi aktivitas
beraktivitas. yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih
Faktor factor yang aktivitas konsisten
berhubungan : yangsesuai dengan
- Tirah Baring atau kemampuan fisik, psikologi
imobilisasi dan social
- Kelemahan - Bantu untuk mengidentifikasi
menyeluruh dan mendapatkan sumber
- Ketidakseimbangan yang diperlukan untuk
antara suplei oksigen aktivitas yang diinginkan
dengan kebutuhan - Bantu untuk mendpatkan alat
- Gaya hidup yang bantuan aktivitas seperti kursi
dipertahankan. roda, krek
- Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
- Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
- Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual

3 Defisit perawatan diri NOC : NIC :


b.d kelemahan Self Care:ADL’s Self Care assistance : ADLs
Kriteria Hasil : - Monitor kemampuan klien
Batsan karakteristik: -       Klien terbebas dari untuk perawatan diri yang
Pasien tidak mampu bau badan mandiri.
mandi dan toileting secara-       Menyatakan - Monitor kebutuhan klien
mandiri kenyamanan terhadap untuk alat-alat bantu untuk
kemampuan untuk kebersihan diri, berpakaian,
melakukan ADLs berhias, toileting dan makan.
-       Dapat melakukan - Sediakan bantuan sampai
ADLS dengan bantuan klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care.
- Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
- Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
- Ajarkan klien/keluarga untuk
mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk melakukannya.
- Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
- Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

7. PEMBERIAN OBAT
a. NAMA OBAT
1) Nama KIMIA = memberi gambaran pasti komposisi obat
Contoh  asetil salisilat dikenal sebagai aspirin
2) Nama GENERIK = diberikan oleh pabrik pertama kali diproduksi sebelum
mendapat izin dari FDA
Contoh  Aspirin
3) Nama dagang, merk, pabrik = nama yang digunakan pabrik untuk memasarkan
obat. Ex aspirin dikenal dengan nama dagang Bufferin
b. KLASIFIKASI
1) Analgetik
2) Anti piretik
3) Anti inflamasi
4) Anti biotik
Adakalanya sebuah obat dapat memiliki klasifikasi lebih dari satu, ex aspirin
(analgetik, antipiretik, anti inflamasi)
Setiap golongan obat memiliki implikasi keperawatan untuk pemberian dan
pemantauan yang tepat.
Ex. golongan diuretik  memberikan implikasi keperawatan :
1) Memantau input dan output cairan
2) Menimbang BB tiap hari
3) Mengkaji adanya edema
4) Memantau kadar elektrolit serum
c. BENTUK OBAT
1) KAPLET = dosis padat, bentuk spt kapsul dan bersalut, shg mudah ditelan
2) KAPSUL = dosis padat, bentuk bubuk, cairan atau minyak, dibungkus
selongsong gelatin
3) ELIKSIR = cairan jernih berisi air/alkohol, ditambah pemanis
4) EKSTRAK = bentuk pekat
5) GLISERIT = dikombinasi dengan gliserin + 50%, untuk penggunaan luar
6) LINIMENT = obat gosok, dioles di kulit
7) SALEP = semisolid (Agak padat)
8) PASTA = semisolid, lebih kental, kaku, diabsorbsi kulit lebih lambat dari pada
salep
9) LARUTAN = cairan (per oral, parenteral)
10) SUPOSITORIA = dosis padat dicampur gelatin, bentuk peluru, meleleh saat
mencapai suhu tubuh
11) SUSPENSI = partikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media
cair
12) SYRUP = obat larut dalam gula pekat, mengandung perasa membuat terasa
lebih enak
13) TABLET = dosis bubuk dikompresi dalam cakram atau silinder yang keras
d. SIFAT KERJA OBAT
FARMAKOKINETIK = ilmu tentang cara obat masuk ke dalam tubuh, mencapai
tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar dari tubuh.
e. RUTE PEMBERIAN OBAT
1) RUTE ORAL
a) Pemberian per oral = paling mudah dan paling umum digunakan.
Diberikan via mulut dan ditelan.
Tujuan pemberian :
- Untuk memudahkan dalam pemberian
- Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping
dari obat tersebut dapat segera diatasi
- Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
- Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan
b) Pemberian sub lingual = memberikan obat dengan cara meletakkan obat
di bawah lidah sampai habis diabsorbsi ke dalam pembuluh darah,
langsung larut (nitrogliserin)
Tujuan pemberian :
- Mencegah efek lokal dan sistemik
- Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan
secara oral
- Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar
c) Pemberian BUKAL = menempatkan obat padat di antara gusi dengan
membran mukosa pipi sampai obat larut, tidak dikunyah / ditelan
Tujuan pemberian :
- Mencegah efek lokal dan sistemik
- Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan
secara oral
- Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar
2) RUTE PARENTERAL
Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan
menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah dengan
menggunakan spuit.
Tujuan :
a) Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara
yang lain
b) Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
c) Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras)
d) Memberikan zat imunologi

Klasifikasi :
a) SC = sub kutan = injeksi ke dalam jaringan tepat di bawah lapisan dermis
kulit
Injeksi subcutaneous adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat kedalam jaringan subcutan dibawah kulit dengan menggunakan
spuit
Tujuan : Memasukkan sejumlah obat kedalam jaringan subcutan dibawah
kulit untuk diabsorbsi.
Tempat Injeksi
- Lengan bagian atas luar
- Paha depan
- Daerah abdomen
- Area scapula pada punggung bagian atas
- Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas

b) ID = intra dermal = injeksi ke dalam dermis tepat di bawah epidermis


Adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan
dermis di bawah epidermis kulit dengan menggunakan spuit.
Tujuan
- Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan dibawah
kulit untuk diabsorbsi
- Metode untuk test diagnostic terhadap alergi atau adanya penyakit-
penyakit tertentu
Tempat Injeksi
- Lengan bawah bagian dalam
- Dada bagian atas
- Punggung di bawah skapula
c) IM = intra muskular = injeksi ke dalam otot tubuh
Injeksi intramuskuler adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat kedalam jaringan otot dengan menggunakan spuit
Tujuan
Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot untuk diabsorbsi
Tempat Injeksi
- Pada Daerah Lengan Atas (Deltoid)
- Pada Daerah Dorsogluteal (Gluteus Maximus)
- Pada Daerah Paha Bagian Luar (Vastus Lateralis)
- Pada Daerah Paha Bagian Depan (Rectus Femoris)

d) IV = intra vena = suntikan ke dalam vena


Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat
ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit
Tujuan
- Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada
dengan injeksi parenteral lain.
- Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
- Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
Tempat Injeksi
- Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
- Pada tungkai (vena saphenous)
- Pada leher (vena jugularis)
- Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

e) Pemberian obat parenetral lainnya …


- EPIDURAL
Obat diberikan dalam ruang epidural via kateter yang telah dipasang,
ex jalan analgesik post operasi. Perawat yang telah mendapat
pelatihan khusus dapat memberikan obat dalam bentuk bolus
- INTRATEKAL
Diberikan melalui sebuah kateter yang telah dipasang dalam ruang
subaraknoid atau ke dalam salah satu ventrikel otak. Biasanya dalam
waktu jangka panjang melalui pembedahan
- INTRASEOSA
Memasukan obat langsung ke sumsum tulang. Paling sering pada
bayi, anak-anak dimana akses pembuluh darahnya buruk. Digunakan
pada kondisi darurat. Dokter menginsersi jarum intraseosa ke dalam
tulang, biasanya ke tibia, shg perawat dapat memberikan obat
- INTRAPERITONEAL
Obat diberikan dalam rongga peritonium. Ex kemoterapi, antibiotik
- INTRAPLEURA
Obat diberikan melalui dinding dada, ke ruang pleura. Ex
kemoterapi, pleuradesis (memasukan obat untuk mengatasi efusif
pleura)
- INTRAARTERI
Obat dimasukkan ke dalam arteri. Ex infus arteri pada arteri yang
mengalami pembekuan
3) PEMBERIAN TOPIKAL
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit
atau pada membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan
rectum.
Tujuan dari pemberian obat topikal secara umum adalah untuk memperoleh
reaksi lokal dari obat tersebut.
4) INHALASI
5) INTRAOKULER
f. PEMBERIAN OBAT
1) BENAR OBAT
2) BENAR DOSIS
3) BENAR KLIEN
4) BENAR RUTE
5) BENAR WAKTU
g. PEDOMAN PEMBERIAN dan KONTROL NARKOTIK YANG AMAN
1) Simpan semua narkotik di dalam lemari atau kotak yang aman dan terkunci
2) Perawat bertanggungjawab membawa perangkat kunci
3) Pada pergantian jadwal dinas, cek jumlah obat bersama perawat yang akan jaga
4) Bila perhitungan jumlah narkotik tidak sesuai, LAPORKAN !
5) Gunakan catatan inventarisasi khusus tiap kali narkotik dikeluarkan
6) Catatan digunakan untuk mendokumentasikan nama klien, tanggal, waktu
pemberian, nama dan dosis obat serta tanda tangan perawat yang mengeluarkan
obat
7) Format menjelaskan perhitungan akurat narkotik yang digunakan dan sisanya
8) Jika zat terkontrol yang diberikan hanya satu bagian dari dosis yang ditetapkan,
perawat kedua hrs menyaksikan pembuangan bagian narkotik yang tidak
digunakan dan mencatatnya dalam format pencatatan.
a) EFEK TERAPETIK = respon fisiologis obat yang diharapkan atau yang
diperkirakan timbul.
b) EFEK SAMPING = sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek
sekunder yang tidak diinginkan
c) EFEK TOKSIK = terjadi jika klien meminum obat dosis tinggi dalam
jangka waktu lama
Ex. Morfin (analgesik narkotik) meredakan nyeri dengan menekan susunan
syaraf pusat. Bagaimanapun kadar toksik morfin menyebabkan depresi
pernafasan yang berat dan kematian.
h. REAKSI ALERGI = Respon lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat.
Dari seluruh reaksi obat, 5% – 10% merupakan reaksi alergi. Timbul bila obat
diberikan secara berulang, dapat bersifat ringan s/d berat
1) REAKSI ALERGI RINGAN
a) Urtikaria = Erupsi kulit yang bentuknya tidak beraturan, meninggi,
ukuran dan bentuk bervariasi, erupsi memiliki batas berwarna merah dan
bagian tengahnya berwarna pucat
b) RUAM = vesikel kecil dan meninggi yang biasanya berwarna merah,
seringkali tersebar di seluruh tubuh
c) PRURITIS = gatal – gatal pada kulit, kebykn timbul bersama ruam
d) RINITIS = inflamasi lapisan membran mukosa hidung, menimbulkan
bengkak dan pengeluaran rabas encer dan berair
2) REAKSI BERAT/ REAKSI ANAFILAKSIS
a) Konstriksi otot bronkhiolus
b) Edema faring dan laring
c) Mengi berat dan sesak nafas
d) Hipotensi berat
i. DIAGNOSA KEPERAWATAN/KEBIDANAN UNTUK TERAPI OBAT
1) Kurang pengetahuan tentang terapi obat b/d =
a) Kurang informasi dan pengalaman
b) Keterbatasan kognitif
c) Tidak mengenal sumber informasi
2) Ketidakpatuhan terhadap terapi obat b/d =
a) Sumber ekonomi yang terbatas
b) Keyakinan tentang kesehatan
c) Pengaruh budaya
3) Hambatan mobilitas fisik b/d =
a) Penurunan kekuatan
b) Nyeri dan ketidaknyamanan
4) Perubahan sensori / persepsi b/d = Pandangan kabur
5) Gangguan menelan b/d =
a) Kerusakan neuromuskuler
b) Irigasi rongga mulut
c) Kesadaran yang terbatas
6) Penatalaksanaan program terapetik tidak efektif b/d =
a) Terapi obat yang kompleks
b) Pengetahuan yang kurang
j. SISTEM PERHITUNGAN OBAT
2) SISTEM METRIK
a) Paling teratur, mudah dikonversi dan dihitung (perkalian, pembagian
sederhana)
10,0 mg x 10 = 100 mg
10,0 mg / 10 = 1,00 mg
b) Pecahan selalu dalam bentuk desimal (500 mg = 0,5 g)
2) SISTEM APOTHECARY
a) Dikenal di As, Kanada
b) Standar pengukuran biasanya di rumah (susu dalam botol = pint = 0,568
lt ; quarts = 0,9463 lt)
c) Satuan berat (Inggris) = grain (turunan : dram, ons, pound)
d) Satuan volume = minim (setara 1 grain)
e) Sistem ini tidak akurat
3) UKURAN RUMAH TANGGA
a) Tetesan, sendok teh, sendok makan
b) Keuntungan = aspek kenyamanan, mudah dikenali

Tabel EKUIVALENSI UKURAN


METRIK APOTHECARY RUMAH TANGGA
1 ml fluidram 1 sendok teh (sdt)
4-5 ml 4 fluidrams 1 sendok makan (sdm)
16 ml 1 fluid ounce 2 sendok makan (sdm)
30 ml 8 fluid ounce 1 cangkir ©
240 ml 1 pint (pt) 1 pint (pt)
480 ml (Kira2 500ml) 1 quart (qt) 1 quart (qt)
960 ml (Kira2 1 Ltr) 1 galon (gal) 15 tetes (tts) 1 galon (gal)
3840 ml (Kira2 5 Ltr) 15 - -
– 16 minim (m)

4) LARUTAN
= Suatu massa zat padat yang larut dalam suatu volume cairan lain yang
diketahui (g/mL, g/L, mg/mL)
a) Larutan 10% = 10 g zat padat yang dilarutkan dalam 100 mL larutan.
b) Larutan 1 : 1000 = larutan yang mengandung 1 g zat padat dalam 1000
mL cairan / 1 ml cairan dalam 1000 mL cairan lain.
k. PENGARUH KERJA OBAT PADA LANSIA
1) SALURAN CERNA
a) Elastisitas hilang pada mukosa mulut, sehingga menjadi kering dan
pecah-pecah
b) Intervensi =
- Sering kumur dengan air hangat
- Dental fross
- Sikat gigi dan gusi dengan lembut
2) ESOFAGUS
a) Bersihan esofagus lambat krn kontraksi melemah dan sfingter esogafus
bawah tidak bisa relaksasi
b) Intervensi =
- Posisi klien tegak
- Berikan cairan segelas bersama obat
- Gerus tablet, campur dengan air
3) GASTER
a) Penurunan keasaman lambung dan peristaltik
b) Intervensi = minta klien minum 1 gelas penuh air dan meminum obat
dengan kudapan tidak berlemak untuk mengurangi ggn lambung
4) USUS BESAR
a) Tonus otot kolon menurun, refleks defekasi menghilang, aliran darah di
usus menurun
b) Intervensi =
- Beri asupan cairan dalam jumlah normal
- Anjurkan klien makan pembentuk feses
5) INTEGUMEN dan VASKULARISASI
a) Penurunan ketebalan lipatan kulit
b) Elastisitas kulit dan vaskularisasi menurun
c) Intervensi =
- Hindari penggunaan vena di tangan sebagai tempat suntikan IV
- Tekan tempat injeksi setelah penyuntikan
- Observasi perdarahan di tempat injeksi
6) HEPAR
a) Penurunan ukuran hati
b) Menurunnya aliran darah hati
c) Intervensi =
- Pantau tanda kerusakan hati (ikterus, pruritis, urine gelap)
- Tanyakan dosis untuk klien yang menderita penyakit hati
7) GINJAL
a) Filtrasi glomerolus menurun, fungsi tubulus dan aliran ginjal menurun
b) Intervensi =
- Cegah retensi urine, pantau kateter
- Pantau tanda kerusakan ginjal (keluaran menurun, sulit berkemih)

8. PENCEGAHAN INFEKSI DAN KOMPLIKASI


a. Pengertian
Pencegahan infeksi adalah Suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
resiko penularan infeksi mikro organisme dari lingkungan klien dan tenaga
kesehatan (Nakes). Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan
lengkap yang yang diberikan kepada klien untuk melindungi petugas kesehatan itu
sendiri.
b. Tujuan Pencegahan Infeksi
Tujuan pencegahan infeksi :
1) Melindungi klein dan petugas kesehatan dari akibat tertularnya penyakit infeksi
2) Mencegah infeksi silang dalam prosedur pelayanan.
3) Menurunkan resiko tranmisi penyakit menular, seperti Hepatitis B dan HIV
AIDS, baik bagi klien maupun bagi petugas fasilitas kesehatan.
c. Transmisi Kuman
Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia
yang dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan
beberapa unsur antara lain :
1) Reservoir merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme
(MO), dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan dan tanah.
2) Jalan masuk merupakan jalan masuknya MO ke tempat penampungan dari
berbagai kuman seperti saluran pernapasan, pencernaan , kulit, dan lain-lain.
3) Inang (Host) tempat berkembangnya suatu MO, yang dapat didukung oleh
ketahanan kuman
4) Jalan keluar tempat keluar MO dari reservoir, seperti system respirasi,
pencernaan, alat kelamin, dll.
5) Jalur penyebaran merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman
MO ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara, dll.

d. Prinsip Dasar Pencegahan Infeksi


1) Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa
gejala).
2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
3) Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan
telah bersentuhan  dengan kulit tak utuh / selaput mukosa atau dara, harus
dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan
proses PI secara benar.
4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, dan benda-benda lainnya telah diproses
dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan PI benar dan konsisten.
e. Beberapa Definisi Dalam Pencegahan Infeksi
Antara lain adalah :
1) Antisepsis
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
2) Asepsis atau Teknik Aseptik
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan
menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan atau menurunkan
jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda - benda mati hingga
tingkat aman.
3) Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan
medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap
benda - benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.

4) Disinfeksi
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme
penyebab penyakit pada benda – benda mati atau instrumen.
5) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Suatu proses yang menghilangkan mikro organisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus, atau
penggunaan desinfektan kimia.
6) Mencuci dan membilas
Suatu proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran, darah, dan
bagian tubuh lain yang tampak pada objek mati dan membuang sejumlah besar
mikro organisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit
atau menangani benda tersebut (proses ini terdiri dari pencucian dengan sabun
atau deterjen dan air, pembilasan dengan air bersih dan pengeringan secara
seksama).
7) Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri
pada benda-benda mati atau instrumen.
f. Tindakan-Tindakan Pencegahan Infeksi
Meliputi :
1) Cuci tangan

2) Memakai sarung tangan


3) Memakai perlengkapan pelindung
4) Menggunakan asepsis atau teknik aseptik
5) Memproses alat bekas pakai
6) Menangani peralatan tajam dengan aman
7) Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara
benar.

9. INTAKE DAN OUTPUT


a) Intake Cairan
Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500
ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga
kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama
proses metabolisme.
Tabel 1. Kebutuhan Intake Cairan Berdasarkan Umur Dan Berat Badan
N
UMUR BB (KG) KEBUTUHAN CAIRAN (ML/24 JAM)
O
1 3 hari 3 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3 2 tahun 11,8 1350-1500
4 6 tahun 20 1800-2000
5 10 tahun 28,7 2000-2500
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun 54 2200-2700

Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan
darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di
mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara
sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
gastrointestinal.
b) Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
1) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output
urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang
dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
a) IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme
diffusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
b) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
c) Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
10. AMBULASI
Ambulasi merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi
dimulai dari bangun, dan duduk di sisi tempat tidur hingga pasien turun dari tempat
tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan.
Manfaat ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis
(thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi immobilisasi pasca operasi,
mempercepat pemulihan peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi (Hinchliff,
1999; Craven dan Hirnle, 2009).
Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien pasca operasi karena jika pasien
membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi
pasien akan semakin sulit untuk memulai berjalan (Kozier, 1989).
Menurut Kozier dan Erb (1987), factor yang mempengaruhi ambulasi adalah kondisi
kesehatan pasien, nutrisi, emosi, situasi dan kebiasaan serta gaya hidup dan pengetahuan.
a. Pengertian
Ambulasi adalah latihan yang paling berat dimana pasien yang di rawat di rumah
sakit dapat berpartisipasi kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi pasien. Hal ini
harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien (Berger
dan Williams, 1992).
Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari
latihan berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien
menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier (1995 dalam
Asmandi, 2008) ambulasi adalah aktivitas berjalan. Ambulasi dini merupakan
tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai dari
duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat
sesuai dengan kondisi pasien.
b. Tujuan
1) Untuk memenuhi kebutuan aktivitas
2) Memenuhi kebutuhan ambulasi
3) Mempertahankan kenyamanan
4) Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
5) Mempertahankan control diri pasien
6) Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
c. Tindakan - Tindakan Ambulasi
1) Duduk diatas tempat tidur
2) Turun dan berdiri dari tempat tidur
3) Bantu berjalan
4) Memindahkan pasien dari tempat tidu ke branchard
d. Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Ambulasi
1) Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan permanen
untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh dalam
keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable dan lofstrand
2) Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang
yang digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi
tongkat berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan tongkat berkaki segi
empat (quad cane).
3) Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang
kokoh digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang
kuat dan mampu menopang tubuh.

11. ISTIRAHAT DAN TIDUR


Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis untuk istirahat teratur. Jumlah
kebutuhan istirahat bervariasi, bergantung pada kualitas tidur, status kesehatan, pola
aktivitas, gaya hidup dan umur seseorang. Tekanan fisik dan emosi juga bisa
meningkatkan kebutuhan istirahat klien. Istirahat dan tidur sering memberikan perasaan
terlepas sementara dari tekanan.
a. Istirahat
1) Pengertian
Istirahat bisa didefinisikan sebagai keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan
emosional dan bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga berhenti
sejenak untuk mendapatkan ketenangan.
2) Karakteristik
Menurut Perry dan Potter (1997) ada 6 karakteristik istirahat yaitu merasakan
bahwa segala sesuatu bisa diatasi, merasa diterima, mengetahui apa yang sedang
terjadi, bebas dari gangguan ketidaknyamanan, mempunyai sejumlah kepuasan
terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan, mengetahui adanya bantuan sewaktu
memerlukan.
b. Tidur
1) Pengertian
Menurut Guyton (1986), tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana
individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai, atau juga
dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan
hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih merupakan suatu
urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki
kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi
penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
Tidur bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan
kesehatan. Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek
terhadap sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan
keseimbangan di antara berbagai susunan saraf; kedua, efek pada struktur tubuh
dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ dalam tubuh, mengingat
terjadinya penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut selama tidur.
2) Berdasarkan proses tidur terdapat dua jenis tidur yaitu :
a) Tidur gelombang lambat (slow wave sleep)/NREM (Non Rapid Eye
Movement)/tidur nyenyak
Ciri-ciri tidur nyenyak yaitu menyegarkan tanpa mimpi atau tidur dengan
gelombang delta, keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun,
pergerakkan bola mata melambat, mimpi berkurang serta metabolisme
turun.
Tahapan tidur jenis NREM :
- Tahap I
Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur, ciri-cirinya yaitu
rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata
bergerak, frekuensi nadi dan napas menurun, yang berlangsung
selama 5 menit.
- Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun, ciri-
cirinya yaitu mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan
frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme
menurun, berlangsung selama 10-15 menit.
- Tahap III
Ciri-ciri tahap ini yaitu denyut nadi dan frekuensi napas dan proses
tubuh lainnya lambat.
- Tahap IV
Merupakan tahap tidur dalam, ciri-cirinya yaitu kecepatan jantung dan
napas turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola mata
cepat, skresi lambung dan tonus otot menurun.
b) Tidur paradoks/tidur REM (Rapid Eye Movement)
Terjadi pada tidur malam selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit.
Periode pertama terjadi 80-100 menit. Ciri tidur REM yaitu :
- Biasanya disertai dengan mimpi aktif
- Lebih sulit dibangunkan
- Tonus otot tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas
sistem pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
- Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan tidak teratur, tekanan
darah meningkat atau berfluktuasi, skresi gaster meningkat dan
metabolisme meningkat.
3) Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor
a) Stres psikologi
Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan
sehingga sulit untuk tidur.
b) Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses
tidur. Sebaliknya kebutuhan nutrisi yang kurang akan menyebabkan sulit
tidur.
c) Obat
Obat golongan diuretik dapat mempengaruhi proses tidur (insomnia),
antidepresan dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf
simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur.
d) Aktivitas
Aktivitas yang tinggi membutuhkan lebih banyak tidur untuk menjaga
keseimbangan energi yang telah dikeluarkan.
e) Penyakit
Seseorang yang sedang sakit dapat menjadikan orang itu kurang tidur atau
bahkan tidak bisa tidur karena penyakitnya itu.
f) Lingkungan
Lingkungan yang nyaman dan aman dapat mempercepat proses tidur tetapi
jika keadaan lingkungan tidak nyaman dapat menghilangkan keinginan
untuk tidur.
g) Motivasi
Merupakan keinginan untuk tidur, jika ada keinginan untuk tidak tidur
dapat menimbulkan gangguan proses tidur.
4) Ada beberapa gangguan atau masalah dalam kebutuhan tidur yaitu :
a) Insomnia
Ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun
kuantitas. Proses gangguan tidur ini kemungkinan disebabkan adanya rasa
khawatir atau tekanan jiwa.
b) Hipersomnia
Gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan.
c) Parasomnia
Kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur seperti
somnambulis (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-
anak.
d) Enuresis
Gangguan tidur yang disebabkan oleh enuresis (mengompol), umumnya
terjadi pada anak-anak.
e) Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur yang disertai dengan apnea dapat menjadi masalah dalam
tidur karena jika terjadinya apnea dapat mengacaukan saat bernapas dan
bahkan bisa menyebabkan henti napas, maka dapat menyebabkan kadar
oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
f) Narcolepsi
Keadaan tidur yang tidak dapat dikendalikan (mengantuk berat). Ini
merupakan suatu gangguan neurologis

12. BODY MEKANIK


Adalah suatu mengkoordinasi sistem muskulosketel dan sistem saraf dalam
mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh dalam mengangkat,
membungkuk, bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Penggunaan mekanika tubuh yang tepat akan :
a. Mengurangi resiko cedera sistem muskuloskeletal
b. Memfasilitasi pergerakan tubuh
c. Mobilisasi fisik tanpa ketegangan otot & penggunaan energi otot yang berlebihan
Kesejajaran tubuh / Postur
Posisi sendi, tendon, ligamen dan otot selama berdiri, duduk dan berbaring. Kesejajaran
yang benar akan :
a. Mengurangi ketegangan pada struktur muskulosketel
b. Mempertahankan tonus otot secara adekuat
c. Menunjang keseimbangan
Keseimbangan Tubuh
Kesejajaran tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Tanpa keseimbangan pusat
gravitasi akan berubah  peningkatan gaya gravitasi  resiko jatuh atau cedera
Keseimbangan diperlukan :
a. Mempertahankan posisi
b. Memperoleh kestabilan selama bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain-lain
c. Melakukan aktikitas sehari-hari
d. Bergerak bebas di komunitas
Koordinasi gerakan tubuh
Berat adalah gaya pada tubuh yang digunakan terhadap gravitasi. Ketika suatu objek
diangkat, pengangkat harus menguasai berat objek dan mengetahui pusat gravitasinya.
Pada manusia pusat gravitasinya berada pada 55% atau 57% tinggi badannya ketika
berdiri dan berada di tengah. Klien tidak stabil karena pusat gravitasinya tidak
seimbang.
Friksi
Adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang berlawanan dengan arah gerakan
benda. Semakin besar area permukaan suatu objek yang bergerak maka semakin besar
friksi.
Prinsip dasar pengurangan friksi :
a. Minimalisir permukaan tubuh pasien
b. Gunakan kekuatan dan gerakan pasien saat mengangkat, menggerakkan pasien di
tempat tidur
c. Mengangkat pasien bukan mendorong pasien
d. Gunakan sprei yang dapat ditarik
Pengaturan gerakan
Diatur oleh sistem skletal (rangka pendukung tubuh) yang terdiri dari 4 tipe tulang :
a. Panjang : membentuk tinggi tubuh
b. Pendek : dalam bentuk berkelompok, saat dikombinasi dengan ligamen – kartilago
 akan dihasilkan gerakan pada ekstremitas.
c. Pipih : mendukung struktur bentuk (tengkorak dan thoraks)
d. Irreguler : membentuk kolumna vertebrata
Karakteristik tulang
a. Kekokohan  dari garam organik (kalsium dan posfat)
b. Kekakuan  berhubungan dengan kekokohan yang penting untuk menunjang
bentuk dan tubuh
c. Elastisitas dan fleksibilitas  tulang BBL lebih banyak kartilago, todler lebih
lentur dari tulang lansia sehingga lebih mudah bertahan.
Sendi
Hubungan diantara tulang, meliputi :
a. Sinostatik : Ikatan tulang dengan tulang, tidak ada pergerakan
Contoh : Sacrum, sendi vertebra
b. Kartilagenous : sedikit gerakan, elastis, berfungsi saat tulang mengalami
penekanan, menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaanya
Contoh : Sendi kostosternal
c. Fibrosa : kedua permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran
Contoh : sendi tibia dan fibula
d. Sinovial : digerakkan secara bebas, permukaan tulang yang berdekatan dilapisi
kartilago artikular dan dihubingkan oleh ligamen sejajar dengan membran sinovial
Contoh : radius ulna dihubungkan oleh kartilago dan ligamen membentuk sendi
putar
Ligamen
Ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel, mengikat sendi
menjadi satu dan menghubungkan tulang dengan kartilago, bersifat elastis, mendukung
sendi dan berfungsi protektif
Contoh : ligamen vertebra
Tendon
Jaringan ikat warna putih, mengkilat, menghubungkan otot dengan tulang, bersifat kuat,
fleksibel, tidak elastis, mempunyai ketebalan dan panjang bervariasi
Kartilago
Jaringan penyambung yang tidak mempunyai vaskuler, terletak diantara sendi dan
thoraks, trakhea, laring, hidung dan telinga
Otot Skelet
Karena kemampuannya untuk berkontraksi dan berelaksasi, merupakan elemen kerja
dari pergerakan. Ada 2 tipe :
a. Kontraksi isotonik  peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek
b. Kontraksi isometrik  peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada
pemendekan atau gerakan aktif dari otot
Sistem saraf
Pergerakan dan postur diatur oleh sistem saraf
Area motorik volunter utama berada di korteks serebral  gyrus pra sentralis atau jalur
motorik
Propriosepsi
Sensasi yang didapat melalui stimulasi dari dalam tubuh mengenai posisi dan aktivitas
otot tertentu. Dipantau oleh proprioseptor yang ada di ujung saraf otot, tendon, sendi.
Contoh : proprioseptor memungkinkan seseorang berjalan tanpa harus melihat kakinya.
Keseimbangan
Kemampuan untuk mencapai dan mempertahankan postur tubuh tetap tegak melawan
gravitasi (duduk atau berdiri) untuk mengatur seluruh ketrampilan aktivitas motorik.
Sereblum bertanggung jawab terhadap refleks, mengatur kontrol motorik secara
involunter dan mempertahankan keseimbangan serta postur. Diatur juga oleh telinga
bagian dalam.
Prinsip mekanika tubuh untuk tenaga kesehatan (kegiatan dan rasional)
Kegiatan Rasional
Ketika merencanakan untuk memindahkan Dua orang tenaga kesehatan mengangkat
klien, atur untuk bantuan yang adekuat. secara bersama-sama membagi beban kerja
Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak menjadi 50%
mencukupi
Dorong klien untuk membantu sebanyak Hal ini mendukung kemampuan dan kekuatan
mungkin klien dengan meminimalkan beban kerja
Jaga punggung, leher, pelvis dan kaki lurus. Mengurangi resiko cedera pada vertebra
Cegah terpelincir lumbal dan kelompok otot terpelintir
meningkatkan resiko cedera
Fleksikan lutut, buat kaki tetap lebar Dasar yang luas meningkatkan kestabilan
Dekatkan tubuh tenaga kesehatan dengan klien Meminimalkan gaya. Pengangkatan 5 kg pada
(atau objek yang diangkat) setinggi pinggang sama dengan 50 kg pada
setinggi lengan
Gunakan lengan dan tungkai Otot tungkai lebih kuat, makin besar otot maka
makin besar kemampuan kerja tanpa cedera
Tarik klien ke arah penariknya menggunakan Menarik membutuhkan lebih sedikit tenaga
sprei yang dapat ditarik dari pada mengangkat. Sprei yang dapat ditarik
meminimalkan gaya gesek yang dapat merusak
klien
Rapatkan otot abdomen dan gluteal unttuk Mempersiapkan otot serentak akan
persiapan bergerak meminimalkan usaha mengangkat beban
Seseorang dengan beban yang sangat berat Mengangkat secara serentak akan
diangkat bersama dengan dipimpin seseorang meminimalkan beban untuk beberapa orang
dengan menghitung sampai tiga pengangkat

13. KEAMANAN LINGKUNGAN


a. Pengertian
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan aman,
kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi,
pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan,
kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan. Keamanan tidak hanya
mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam
aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan
umum.
Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas
dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, thermis, elektris
maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk
melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik, yang pada
pembahasan ini akan difokuskan pada providing for safety atau memberikan
lingkungan yang aman.
b. Karakteristik Keamanan
1) Pervasiveness (Insidensi)
Keamanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua hal. Artinya
klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya seperti makan,
bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
2) Perception (Persepsi)
Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi aplikasi
keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan keamanan dapat
efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya secara akurat.
3) Management (Pengaturan)
Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan melakukan
tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek keamanan.
Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan. 
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Keamanan Lingkungan
1) Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk
mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia
dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
2) Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal di daerah dengan tingkat kejahatan
tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya
akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
3) Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4) Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi
keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium,
dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5) Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi
tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang
mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien
tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-
obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6) Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima
bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan
konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan
depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
7) Kemampuan komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan
informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan
bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol
tanda bahaya.
8) Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien
yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan
yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah
terjadinya cedera.
9) Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi
penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan
10) Informasi / komunikasi
Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
11) Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
      Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik.
12) Keadaan imunitas
Gangguan imunitas akan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terserang penyakit.
13) Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.
14) Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
terserang penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi berresiko terhadap
penyakit tertentu.
15) Tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.
d. Penatalaksanaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Lingkungan :
1) Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia
Memastikan keamanan klien pada semua usia berfokus pada: obsevasi atau
prediksi situasi yang mungkin membahayakan sehingga dapat dihindari dan
memberikan pendidikan kesehatan yang memberikan kekuatan bagi klien
untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari cedera secara mandiri.
2) Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan perawat adalah memastikan bahwa
ketiga elemen tersebut dapat dihilangkan. Jika kebakaran sudah terjadi ada dua
tujuan yang harus dicapai yaitu: melindungi klien dari cedera dan membatasi
serta memadakan api.
3) Mencegah terjadinya jatuh pada klien
a) Orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem
komunikasi yang ada
b) Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
c) Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
d) Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
e) Berikan alas kaki yang tidak licin
f) Berikan pencahayaan yang adekuat
g) Pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan
kesadaran dan gangguan mobilitas
h) Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin
4) Melakukan tindakan pengamanan pada klien kejang:
a) Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal (mencegah nyeri
saat terbentur)
b) Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran udara
c) Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)
d) Kolaborasi pemberian obat antikonvulsi.
e) Berikan masker oksigen jika diperlukan.
5) Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat bila terjadi
keracunan melalui identifikasi adanya zat-zat beracun dirumah yang
terkonsumsi, segera laporkan ke institusi kesehatan terdekat serta menyebutkan
nama dan gejala yang dialami klien, jaga klien pada posisi tenang ke satu sisi
atau dengan kepala ditempatkan diantara kedua kaki untuk mencegah aspirasi.
6) Memberikan pertolongan bagi klien yang terkena sengatan listrik
Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup besar) jangan
sentuh klien tersebut sampai pusat listrik dimatikan dan klien aman dari arus
listrik. Macroshock sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka bakar,
kontraksi otot, dan henti nafas serta henti jantung. Untuk mencegah
macroshock gunakan mesin/alat listrik yang berfungsi dengan baik, pakai
sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas lantai nonkonduktif, dan gunakan
sarung tangan non konduktif.
7) Melakukan penanganan bagi klien yang terpapar kebisingan
Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek psikososial
seperti rasa jengkel, tidur dan istirahat terganggu, serta gangguan konsentrasi
dan pola komunikasi. Efek fisiologis meliputi peningkatan nadi dan respirasi,
peningkatan aktifitas otot, mual, dan kehilangan pendengaran jika intensitas
suara tepat. Kebisingan dapat diminimalisir dengan memasang genting,
dinding, dan lantai yang kedap suara; memasang gorden; memasang karpet;
atau memutar background music.
8) Melakukan Heimlich maneuver pada klien yang mengalami tersedak.
9) Melakukan perlindungan terhadap radiasi
Tingkat bahaya radiasi tergantung dari: lamanya, kedekatan dengan sumber
radioaktif, dan pelindung yang digunakan selama terpapar radiasi. Upaya yang
harus dilakukan oleh perawat dalam hal ini adalah memakai baju khusus,
memakai sarung tangan, mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai sarung
tangan, dan membuang semua benda yang terkontaminasi.
10) Melakukan pemasangan restrain pada klien
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi
gerakan/aktifitas fisik klien atau bagian tubuh klien. Restrain diklasifikasikan
menjadi fisikal(physical) dan kemikal(chemical) restrain. Fisikal restrain
adalah restrain dengan metode manual atau alat bantu mekanik, atau lat-alat
yang dipasang pada tubuh klien sehingga klien tidak dapat bergerak dengan
mudah dan terbatas gerakannya. Kemikal restrain adalah restrain dalam bentuk
zat kimia neuroleptics, anxioulytics, sedatif, dan psikotropika yang digunakan
untuk mengontrol tingkahlaku sosial yang merusak.
Restrain sebaiknya dihindari sebab berbagai komplikasi sering dikeluhkan
akibat pemasangan restrain. Komplikasi fisik diantaranya luka tekan, retensi
urin, inkontinensia, dan sulit BAB, bahkan kematian pun dilaporkan.
Komplikasi psikologisnya adalah penurunan harga diri, bingung, pelupa,
depresi, takut, dan marah. Restrain hendaknya digunakan sebagai alternatif
terakhir. Bila dilakukan maka haruslah (a) dibawah pengawasan dokter dengan
perintah tertulis, apa penyebabnya, dan untuk berapa lama (b) klien setuju
dengan tindakan tersebut.

C. KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL
1. HAK-HAK KLIEN
a. Hak Klien/Pasien
Hak pasien adalah kekuasaan kewenangan yang dimiliki oleh seseorang
atausuatu badan hokum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat
sesuatu atau hak-hak pribadi yang di miliki manusia sebagai pasien, meliputi:
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit
2) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur
3) Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yangbermutu sesuai dengan
standar profesi kedokteran/kedokteran gigi tanpa diskriminasi
4) Pasien berhak memilih asuhan perawatan/standar profesi perawat
5) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan
nya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit
6) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat
klinis dan pendapat etis nya tanpa campur tangan dari pihak luar
7) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah
sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang di derita nya,
sepengetahuan dokter yang merawat
8) Pasien berhak atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya
9) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi penyakit yang diderita,
tindakan medik yang hendak dilakukan, kemungkinan penyakit sebagai akibat
tindakan-tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya, alternatif terapi
lainnya, prognosanya dan perkiraan biaya perawatannya
10) Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
11) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab nya sendiri setelah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya
12) Pasien yang berada dalam keadaan kritis berhak didampingi oleh keluarganya
13) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai Agama/Kepercayaan yang di
anutnya, selama itu tidak mengganggu pasien lainnya
14) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di rumah sakit
15) Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit
atas dirinya
16) Pasien berhak menerima dan menolak bimbingan moril atau spritual
b. Kewajiban Pasien
Kewajiban pasien adalah sesuatu yang harus diperbuat atau harus dilakukan
seseorang atau suatu badan hukum, meliputi :
1) Pasien dan keluarga nya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata
tertib rumah sakit
2) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat
dalam pengobatannya
3) Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya
tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter yang merawat
4) Pasien atau keluarga yang bertanggung jawab terhadapnya berkewajiban untuk
menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang diperlukan
selama perawatan.

2. RASA AMAN DAN KESELAMATAN


a. Pengertian
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram (Potter dan Perry, 2006)
Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi
diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat
dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis.
Kebutuhan akan keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan
interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam
tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (mis,
penyakit, nyeri, cemas, dan sebagainya). Dalam konteks hubungan interpersonal
bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan
mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten dengan
orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan
lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan
tidak aman. (Asmadi, 2005)
b. Klasifikasi Kebutuhan Keselamatan atau Keamanan
1) Keselamatan Fisik
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau
mengelurkan ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin
penyakit, kecelakaan,bahaya,atau pemajanan pada lingkungan. Pada saat sakit,
seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti infiksi, olehkarena
itu bergantung padaprofesional dalam sistempelayann kesehatan untuk
perlindungan.
Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih
dahulu di atas pemenuhankebutuhan fisiologis. Misalnya,seorang perawat
mungkin perlu melindungiklien disointasi dari kemungkinan jatuh dari tempat
tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
(Potter & Perry, 2005).
2) Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus memahami
apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan profesionl
pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus mengethuai apa yang
diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai
dalam lingkungan. Setiap orang merasakan beberapa ancaman keselamatan
psikologis pada pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal. (Potter & Perry,
2005).
Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan
keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa bantuan dari profsional
pemberi perawatan kesehatan.Bagaimanapun,orang yang sakit atau acat lebih
renta untukterncam kesejahteraan fisik dan emosinya,sehingga intervensi
yang dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi mereka dari
bahaya. (Potter & Perry, 2005).
c. Lingkup Kebutuhan Keamanan atau keselamatan
1) Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban
yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan mempengauhi
kemampuan seseorang.
a) Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan yang
tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai
sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida.
b) Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika
kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi
dengan lambat
c) Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda
yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan
meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.
2) Macam-macam bahaya/kecelakaan:
a) Di rumah
b) Di RS : Mikroorganisme
c) Cahaya
d) Kebisingan
e) Cedera
f) Kesalahan prosedur
g) Peralatan medik, dll
3) Cara  Meningkatkan keamanan:
a) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri
b) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah
c) Mengunci roda kereta dorong saat berhenti
d) Penghalang sisi tempat tidur
e) Bel yg mudah dijangkau
f) Meja yang mudah dijangkau
g) Kereta dorong ada penghalangnya
h) Kebersihan lantau
i) Prosedur tindakan.
d. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan
1) Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi
keamanan
2) Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
3) Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan
penciuman dan penglihatan
4) Keadaan Imunits
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit
5) Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
6) Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
7) Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.
8) Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit
tertentu
9) Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak
dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap rasa aman
10) Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi
rasa aman yang mereka punyai.

Anda mungkin juga menyukai