DISUSUN OLEH:
NIM: 041STYJ21
MATARAM
2021
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Oksigenasi merupakan kebutuhan fisiologis manusia yang harus
dipenuhi. Salah satu penyebab gangguan oksigenasi adalah sumbatan pada
jalan nafas yang mengakibatkan jalan nafas tersebut menjadi tidak efektif.
Adanya sumbatan pada jalan nafas mengakibatkan pasien mengalami sesak
nafas, terdengar suara whiizing dan frekuensi pernafasan melebihi nilai normal.
Salah satu intervensi keperawatan dalam mengurangi ketidak efektifan bersihan
jalan nafas menurut NIC edisi ke-6 adalah tindakan fisioterapi dada.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum laporan ini adalah untuk mengetahui pengaruh fisioterapi
dada dalam mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
2. Tujuan Khusus
B. Etiologi
Menurut Ambarwat dalam Eki (2017), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status kesehatan,
faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
1. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen
seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya
adalah:
a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada
saatterpapar zat beracun
b. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
c. Hipovolemia
d. Peningkatan laju metabolik
e. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitasdan penyakit kronis
2. Status kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada individu yang
sedangmengalami sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat sehingga
mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan penyakit kronis.
3. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sistem pernapasan individu.
Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat
perkembangan :
a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
d. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan
stres yangmengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
e. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun
4. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi fungsi
pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional
dan penggunaan zat- zat tertentu secara sedikit banyaknya akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhanoksigen tubuh.
5. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi
lingkunganyang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi yaitu:
a. Suhu lingkungan
b. Ketinggian
c. Tempat kerja (polusi)
C. Proses Oksigenasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi (Kusnanto, 2016).
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi).
Ventilasi paru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Inspirasi udara dimulai dari hidung hingga alveoli dan sebaliknya saat
ekspirasi, yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.Terjadinya rangsangan simpatis
dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi,
kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga
dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
2. Pengaturan Nafas
Pusat pernafasan terdapat pada medulla oblongata dan pons. Pusat nafas
biasanya terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang merupakan hasil
metabolism sel yangmampu dengan mudah melewati sawar darah otak
atau sawar darah cairan cerebrospinalis. Kenaikan CO2 inilah yang akan
meningkatkan konsentrasi hydrogen dan akan merangsang pusat nafas.
Perangsangan pusat pernafasan oleh peningkatan CO2 merupakan
mekanisme umpan balik yang penting untuk mengatur konsentrasi CO2
seluruhtubuh. Adanya trauma kepala atau edema otak atau peningkaan
tekanan intracranial dapat menyebabkan gangguan pada system
pengendalian ini.
3. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2, di
Pada konsolidasi paru seperti dijumpai pada randang paru akut, atau pada
tuberkulosa paru, pengangkatan sebagian lobus paru, terjadi penurunan luas
permukaan membran respirasi. Tebalnya membran respirasi atau
permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini
dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini dapat terjadi sebagaimana O2
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karenatekanan O2 dari rongga alveoli
lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam
darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli. Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus
dan saling mengikat hb.
4. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringantubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen
akan berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut
dalam plasma (3 %)
sedangkan co2 akanberikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin
(3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada
darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya :
a. Kardiak output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5 L/menit.
Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang, maka jumlah
oksigen yangditransport juga akan berkurang.
b. Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb akan berkurang
juga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.
c. Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya
pembuluh darahsebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan lancar
menuju daerah tujuan.
d. Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau plasma
darah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental keadaan darah
maka akan semakin sulit untuk ditransportasi.
e. Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran darah (Eki,
2017).
E. Fisiologi Pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara
umum, proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner,
pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan
alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan
napas yang bersih, sistem saraf pusat dansistem pernapasan yang utuh,
rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik,
serta komplian paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi
adalah pergerakan molekul
dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau
bertekananrendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler
dan dipengaruhi olehketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
Transport oksigen dan karbondioksida
c. Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas
pernafasan pada prosesini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan
karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
2. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang
berlangsungdalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul
nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa
keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.
Oksigenasi
Ventilasi
Transportasi
Inspirasi / ekspirasi
Adanya sumbatan
inadekuat pada jalan napas Difusi
3. Riwayat penyakit
1. Nyeri
2. Paparan lingungan
3. Batuk
4. Bunyi nafas
5. Faktor resiko penyakit paru
6. Frekuensi infeksi pernapasan
7. Masalah penyakit paru masa lalu
8. Riwayat penggunaan obat
9. Kebiasaan promosi kesehatan : kebiasaan merokok, kebiasaan dalam
bekerja yangdapat memperberat masalah oksigenasi
10. Stressor yang dialami
11. Status mental dan atau kondisi kesehatan
4. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi. Pada saat melakukan inspeksi, perawat mengamati dan menilai :
1. Tingkat kesadaran pasien
2. Keadaan umum
3. Postur tubuh
4. Turgor kulit dan membran mukosa
5. Dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur
toraks,pergerakan dinding dada)
6. Pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan
ekspirasi)
Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dadapasien. Saat palpasi, perawat menilai :
1. Taktil fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan
memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya,
fremitus taktil akan terasapada individu yang sehat dan meningkat
pada kondisi konsolidasi. Getaran meningkat : pneumonia, penumpukan
sekret, atektasis yang belum totalm infark atau fibrosis paru.
Getaran menurun : efusi pleura, pneumothorak, penebalan pleura,
emfisema atau sumbatan bronkus.
2. Dinding thorak: adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ? Serta
bandingkanperbedaan dinding thorak bagian kanan dan kiri.
Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
serta mengkaji adanya abnormalitas, cairan / udara dalam paru.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi. Berikut
beberapa macam suara ketukan yang timbul :
1. Sonor. Suara normal terdengar di seluruh lapang paru-paru
2. Redup. Suara yang timbul akibat konsolidasi paru (pemadatan);
tumor,atalektasis, atau cairan
3. Hipersonor. Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan
suarasonor; akibat adanya udara berlebihan di paru-paru
4. Timpani. Suara yang terdengar nyaring seperti jika memukul
gendang. Normalnya terdengar di bawah diafragma kiri, dimana
terletak lambung dan
usus besar. Namun jika terdengar di dinding thorak, artinya tidak
normal; akibatadanya udara
Auskultasi
1. Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi: pengkajian dalam
mendeteksi bunyiS1dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur, serta
bunyi gesekan. Auskultasijuga digunakan untuk mengidentifikasi
bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen, dan arteri femoral.
2. Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara
di sepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar, jika
suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau terjadi
obstruksi.
5. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan oksigenasi
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan masalah
oksigenasiadalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
J. Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL(SLKI) (SIKI)
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1. monitor
tidak efektif b.d tindakan keperawatan pola napas
adanya sumbatan pada selama 1x30 menit 2. monitor
jalan nafas maka diharapkan bunyi
kriteria hasil sbb : napas
1. Batuk efektif 3. monitor
meningkat sputum
2. wheezing menurun 4. berikan
3. dyspnea membaik
minuman
4. frekuensi pola napas
membaik hangat
5. anjurkan
asupan
cairan 2000
ml/ hari
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Pemberian obat
b.d obstruksi jalan nafas
tindakan oral
d.d dada terasa sesak,
sulit bernafas,adanya keperawatan 2. Berikan Posisi
pernafasan cuping
selama 1x25 menit Nyaman
hidung, RR 29x/menit
dan SPO2 93% maka diharapkan
1. Pernafasan cuping
hidung menurun
2. Frekuensi nafas
membaik
SPO2 meningkat
K. Implementasi
Implementasi yaitu suatu tahap dilakukan pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
pasien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini
penulis akan membahas antara lain adalah tentang mengkomunikasikan dan
mengorganisasikan antara staf yang bekerja dalam satu tim dalam melaksanakan
rencana keperawatan kepada pasien. Selain itu dibahas tentang manajemen
patient care terhadap pasien yang meliputi apakah semua rencana tindakan dapat
diimplementasikan seluruh rencana tindakan yang dibuat oleh penulis dapat
dilaksanakan dengan baik, dalam melaksanakan implementasi penulis tidak
mencantumkan intervensi tambahan atau modifikasi, prosedur yang dilaksanakan
sesuai dengan teori.
L. Evaluasi
Tahap penilaian dan evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan
lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukir keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Asih & Effendi. (2004). Keperawatan Medikal Bedah : Klien Dengan Gangguan
Sistem pernapasan. Jakarta : EGC
Brooker, C. (2009). Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta : EGC
Brunnert & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:EGC.
Kozier, Barbara, dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta
:EGC Medikal Record. (2015). RSUD Dr Rasidin: Padang.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medika
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Price, & Wilson. (2006). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Prem, et al. (2012). Effec Of Diaphragmatic Breathing Exercise On Quality Of
Life In Subjects With Asthma.
Oman, K. S, dkk. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta :
EGC Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian Dan
Pengembangan
Kesehatan.
Kemenkes RI. 12 Oktober 2015.
Sajidin, dkk.2015. Gambaran Saturasi Oksigen Pada Penderita Asma Di Rsud.
Prof. Dr.
Soekandar Mojosari Mojokerto