Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGEN PADA PASIEN Tn. G


DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI RUANG POLI UMUM
PUSKESMAS CAKRANEGARA KOTA MATARAM

DISUSUN OLEH:

NAMA: I PUTU JAYA

NIM: 041STYJ21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

MATARAM
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah kesehatan yang diakibatkan oleh


gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
masih menduduki peringkat tertinggi sebagai
penyebab utama naiknya angka morbiditas dan
mortalitas. Kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan dasar fisiologis manusia. Pemenuhan
kebutuhan oksigen merupakan komponen yang
paling penting karena bertujuan untuk menjaga
kelangsungan proses metabolisme sel dalam
tubuh, mempertahankan kehidupannya, dan
melakukan aktivitas bagi organ dan sel (Iqbal,
2008).
Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh dan
harus selalu dipenuhi dengan segera. Tanpa
adanya oksigen yang cukup, sel dalam tubuh
akan mengalami kerusakan bahkan kematian.
Sebagai contoh organ otak. Otak adalah suatu
organ yang sensitive akan kurangnya oksigen.
Otak mampu menoleransi kurangnya oksigen
dalam jangka waktu tiga sampai lima menit.
Apabila lebih dari itu, sel otak akan mengalami
kerusakan secara permanen (Haswita &
Sulistyowati, 2017). Kurangnya oksigen dalam
tubuh juga dapat menyebabkan penurunan berat
badan. Tubuh akan sulit berkonsentrasi karena
proses metabolism terganggu akibat kurangnya
suplai oksigen dalam darah yang akan
mengedarkan makanan ke seluruh tubuh,
akibatnya nafsu makan berkurang dan berat
badan mengalami penurunan. Hal ini
1
membuktika jam, ditambah dengan nyeri post operasi
n bahwa dengan skala 3 yang semakin membatasi
oksigen geraknya. Imobilisasi yang cukup lama inilah
berperan yang merupakan faktor pencetus menumpuknya
penting sekret di jalan nafas pasien (Potter & Perry,
dalam proses 2010).
metabolism Masalah keperawatan yang sering muncul
dankelangsu dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu
ngan hidup gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan pola
manusia nafas, dan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
(Iqbal, (Nanda, 2015). Dari beberapa masalah
2008).
Ada
beberapa
proses
fisiologis
yang
mempengaru
hi
oksigenasi,
salah
satunya
adalah ileus
paralitik
dengan post
operasi
laparatomi
yang
membutuhka
n bedrest
dalam
jangka
waktu
minimal 6
2
keperawatan tersebut, ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan masalah
paling urgent yang harus segera mendapatkan penanganan karena bisa
mengancam nyawa (Mancini & Gale, 2011).
Sumbatan pada jalan nafas merupakan salah satu gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen asi yang menduduki peringkat pertama pemicu
kematian terbesar yang masih dapat diatasi dengan berbagai cara. Penolong
harus bisa menganalisis gejala dan tanda adanya sumbatan jalan nafas dan
mampu memberikan pertolongan segera dengan atau tanpa alat bantuan
(Mancini & Gale, 2011).
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidak efektifan
bersihan jalan nafas antara lain adalah dengan melakukan suction, mengajarkan
batuk efektif, melakukan fisioterapi dada, dan lain sebagainya (Bulechek,
Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016).

B. Rumusan Masalah
Oksigenasi merupakan kebutuhan fisiologis manusia yang harus
dipenuhi. Salah satu penyebab gangguan oksigenasi adalah sumbatan pada
jalan nafas yang mengakibatkan jalan nafas tersebut menjadi tidak efektif.
Adanya sumbatan pada jalan nafas mengakibatkan pasien mengalami sesak
nafas, terdengar suara whiizing dan frekuensi pernafasan melebihi nilai normal.
Salah satu intervensi keperawatan dalam mengurangi ketidak efektifan bersihan
jalan nafas menurut NIC edisi ke-6 adalah tindakan fisioterapi dada.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum laporan ini adalah untuk mengetahui pengaruh fisioterapi
dada dalam mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan problem keperawatan berupa ketidakefektifan


bersihan jalan nafas

b. Mendeskripsikan prosedur fisioterapi dada pada dengan problem


keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan


manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting bagi proses metabolisme sel
secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara
fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian.
Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan
sangat vital bagi tubuh.
Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O2 dan
pembuangan CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi
sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ
sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Apabila
lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen, maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan kemungkinan berujung fatal
seperti meninggal (Kusnanto, 2016).

B. Etiologi
Menurut Ambarwat dalam Eki (2017), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status kesehatan,
faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
1. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen
seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya
adalah:
a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada
saatterpapar zat beracun
b. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
c. Hipovolemia
d. Peningkatan laju metabolik
e. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitasdan penyakit kronis
2. Status kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada individu yang
sedangmengalami sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat sehingga
mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan penyakit kronis.
3. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sistem pernapasan individu.
Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat
perkembangan :
a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
d. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan
stres yangmengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
e. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun
4. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi fungsi
pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional
dan penggunaan zat- zat tertentu secara sedikit banyaknya akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhanoksigen tubuh.
5. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi
lingkunganyang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi yaitu:
a. Suhu lingkungan
b. Ketinggian
c. Tempat kerja (polusi)
C. Proses Oksigenasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi (Kusnanto, 2016).
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi).
Ventilasi paru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat


makatekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya. Daya
pengembangan dan pengempisan thorak dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis. Jalan napas.

Inspirasi udara dimulai dari hidung hingga alveoli dan sebaliknya saat
ekspirasi, yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.Terjadinya rangsangan simpatis
dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi,
kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga
dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
2. Pengaturan Nafas
Pusat pernafasan terdapat pada medulla oblongata dan pons. Pusat nafas
biasanya terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang merupakan hasil
metabolism sel yangmampu dengan mudah melewati sawar darah otak
atau sawar darah cairan cerebrospinalis. Kenaikan CO2 inilah yang akan
meningkatkan konsentrasi hydrogen dan akan merangsang pusat nafas.
Perangsangan pusat pernafasan oleh peningkatan CO2 merupakan
mekanisme umpan balik yang penting untuk mengatur konsentrasi CO2
seluruhtubuh. Adanya trauma kepala atau edema otak atau peningkaan
tekanan intracranial dapat menyebabkan gangguan pada system
pengendalian ini.
3. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2, di

kapilerdengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,


seperti luasnyapermukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas
yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan dan
konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 darialveoli masuk ke dalam darah
oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggidari tekanan O 2
dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).Luasnya
permukaan paru, Bila luas permukaan total berkurang menjadi tinggal
sepertiga saja, pertukaran gas-gas tersebut dapat terganggu secara bermakna
bahkan dalam keadaan istirahat sekalipun. Penurunan luas permukaan
membran yang paling sedikitpun dapatmenganggu pertukaran gas yang hebat
saat olahraga berat atau aktifitas lainnya.

Pada konsolidasi paru seperti dijumpai pada randang paru akut, atau pada
tuberkulosa paru, pengangkatan sebagian lobus paru, terjadi penurunan luas
permukaan membran respirasi. Tebalnya membran respirasi atau
permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini
dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini dapat terjadi sebagaimana O2
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karenatekanan O2 dari rongga alveoli
lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam
darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli. Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus
dan saling mengikat hb.

4. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringantubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen
akan berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut
dalam plasma (3 %)
sedangkan co2 akanberikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin
(3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada
darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya :
a. Kardiak output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5 L/menit.
Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang, maka jumlah
oksigen yangditransport juga akan berkurang.
b. Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb akan berkurang
juga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.
c. Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya
pembuluh darahsebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan lancar
menuju daerah tujuan.
d. Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau plasma
darah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental keadaan darah
maka akan semakin sulit untuk ditransportasi.
e. Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran darah (Eki,
2017).

D. Anatomi Sistem Pernapasan

1. Sistem pernapasan Atas Hidung


Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humidifikasi dan penghangatan. Dinding hidung terdiri dari jaringan mukosa
yang mengandungcairan mukus dan sel epitel bersilia. Di dalam hidung juga
terdapat jaringan rambut.Partikel debu/ zat asing yang masuk bersama udara
akan tertahan oleh jaringan rambut. Partikel tersebut kemudian jatuh dan
melekat/ tertangkap di cairan mucus.Kemudian sel
epitel silia memindahkan cairan mucus bersama partikel asingtersebut ke
tenggorokan. Oleh karena itu, partikel asing yang berdiameter lebih
dari4-6 μ akan tersaring dan tidak masuk ke sistem pernafasan (Kusnanto,
2016).
a. Laring-Faring
Laring-faring sering disebut juga dengan tenggorok. Faring terdapat di
superior yang untuk selanjutnya melanjutkan diri menjadi laring. Faring
merupakan bagian belakang dari rongga mulut (kavum oris). Di faring
terdapat percabangan 2 saluranyaitu trakea di anterior sebagai saluran
nafas dan esophagus di bagian posterior sebagai saluran pencernaan.
Trakea dan esophagus selalu terbuka, kecuali saat menelan. Ketika
bernafas, udara akan masuk ke kedua saluran tersebut.
b. Melalui gerakan reflek menelan, saluran trakea akan tertutup sehingga
zat makananakan aman masuk ke esophagus. Refleks menelan akan
terjadi bila makanan yangsudah dikunyah oleh mulut didorong oleh
lidah ke belakang sehingga menyentuh dinding faring. Saat menelan
epiglottis dan pita suara akan menutup trakea. Bila reflek menelan
tidak sempurna maka berisiko terjadi aspirasi (masuknya makanan ke
trakea) yang dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas (Kusnanto,
2017).
2. Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago
yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam
paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang lebih kecil dan
berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut
membentuk pohon brokus.
b. Bronkus (Cabang Tenggorokan)
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya sepasang,
yang satu menuju paru-paru kanan dan yang satu menuju paru-paru kiri.
Bronkus yang ke arah kiri lebih panjang, sempit, dan mendatar daripada
yang ke arah kanan. Hal inilah yang mengakibatkan paru-paru kanan
lebih mudah terserang penyakit.Struktur dinding bronkus hampir sama
dengan
trakea. Perbedaannya dinding trakealebih tebal daripada dinding bronkus.
Bronkus akan bercabang menjadi bronkiolus. Bronkus kanan bercabang
menjadi tiga bronkiolus sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua
bronkiolus.
c. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercabang-
cabang menjadi saluran yang semakin halus, kecil, dan dindingnya
semakin tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan tetapi
rongganya bersilia. Setiap bronkiolus bermuara ke alveolus. Disepanjang
trakea, bronkus dan bronkiolus, terdapat jaringan mukosa dengan sel-sel
goblet yang diselingi sel epitel bersilia. Sel goblet menghasilkan cairan
mucus yang berperan untuk melembabkan udara inspirasi dan menagkap
partikel-partikel asing. Partikel asing yang tertangkap akan digerakkan
oleh silia sel epitel ke kavum oris (Kusnanto, 2016; Eki 2017).

E. Fisiologi Pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara
umum, proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner,
pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan
alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan
napas yang bersih, sistem saraf pusat dansistem pernapasan yang utuh,
rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik,
serta komplian paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi
adalah pergerakan molekul
dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau
bertekananrendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler
dan dipengaruhi olehketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
Transport oksigen dan karbondioksida
c. Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas
pernafasan pada prosesini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan
karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
2. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang
berlangsungdalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul
nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa
keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.

F. Gangguan-Gangguan pada Fungsi Pernapasan


1. Gangguan Irama Pernapasan
Pernapasan Cheyne Stokes
Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang
amplitudonya mula- mula dangkal, makin naik, kemudian menurun dan
berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus yang baru. Jenis
pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagaljantung kongestif,
peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis
jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000
kaki diatas permukaan air laut dan pada bayi saat tidur.
a. Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne
stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan ini kadang
ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan kedalamannya
meningkatdan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat
ditemukan pada kliendengan asidosis metabolic dan gagal ginjal.
2. Gangguan frekuensi pernapasan
a. Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan
melebihi jumlahfrekuensi pernapasan normal.
b. Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun dengan
jumlahfrekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan normal.
3. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tigakelompok utama
yaitu;
Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
1. Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi
servikal.
2. Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema,
TBC, danlain-lain.
Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
1. Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya
kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
2. Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan,
misalnya padaedema paru, pneumonia, dan lainnya.
3. Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak
normal dalambeberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.
Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-
paru kejaringan
1. Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total hemoglobin yang
tersediauntuk transfor oksigen.
2. Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar
hemoglobinmenjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
3. Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah jantung
yangrendah.
4. Hipoksia

Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di


dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu
hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia
histotoksik.
a. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah arteri.
Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia
anoksik)dan hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik
terjadi jika tekanan oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida
dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika
oksigen normal, tetapi jumlah
oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada
kondisi anemia dan keracunan karbondioksida.
b. Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat adanya
bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi menjadi dua jenis
yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.
c. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaannya.
d. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt menggunakan oksigen karena
pengaruh racun sianida. Haltersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam
darah vena dalam jumlah yang lebihbanyak daripada normal (oksigen
darah vena meningkat).
Pathway
Pathway
Pernapasan

Oksigenasi
Ventilasi
Transportasi
Inspirasi / ekspirasi
Adanya sumbatan
inadekuat pada jalan napas Difusi

Obstruksi jalan napas

Pola napas tidak


efektif
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
G. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigenmelebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 >
21 %. Tujuan terapi oksigenadalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan
mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja
napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau
SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
5. Perubahan frekuensi atau pola napas
6. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
7. Hipoksemia
8. Menurunnya kerja napas
9. Menurunnya kerja miokard
10. Trauma berat
Berikut metode-metode yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan oksigen:
Inhalasi oksigen
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terdapat dua sistem inhalasi oksigen
yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1. Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang
memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong
nonrebreathing.
a. Nasal kanula/binasal kanula
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat memberikan
oksigen dengan aliran 1 – 6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar
20% - 40%.
b. Sungkup muka sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau dengan
aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60%.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang
terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat
pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang
antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen
8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
d. Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup
terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu
katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan
akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10
– 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.
2. Sistem aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan
tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah
konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran
tinggi adalah dengan venturymask atau sungkup muka dengan ventury
dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan
ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang
memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat,
misalnya
: warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah40%, dan hijau
60%.
Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
cara posturaldrainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan
sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas (Hidayat, 2009).
1. Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung
pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan
secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus
sehingga pernapasan menjadi lancar.
2. Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan
getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan
pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk
meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan sehingga sputum yang
ada dalam bronkus terlepas.
3. Postural drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret dari
berbagaisegmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan
dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada setiap
segmen paru.
4. Napas dalam dan batuk efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki
ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis,
meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk efektif
merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuanuntuk membersihkan laring,
trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas.
5. Penghisapan lendir
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan padapasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender
sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas dan
memenuhi kebutuhan oksigen(Hidayat, 2009).
H. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
Meliputi pengkajian tentang riwayat masalah kesehatan pada sistem
pernapasan dulu dan sekarang, gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan
adanya faktor resiko untukgangguan status oksigenasi. Masalah pada
pernapasan (dahulu dan sekarang)

3. Riwayat penyakit

1. Nyeri
2. Paparan lingungan
3. Batuk
4. Bunyi nafas
5. Faktor resiko penyakit paru
6. Frekuensi infeksi pernapasan
7. Masalah penyakit paru masa lalu
8. Riwayat penggunaan obat
9. Kebiasaan promosi kesehatan : kebiasaan merokok, kebiasaan dalam
bekerja yangdapat memperberat masalah oksigenasi
10. Stressor yang dialami
11. Status mental dan atau kondisi kesehatan
4. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi. Pada saat melakukan inspeksi, perawat mengamati dan menilai :
1. Tingkat kesadaran pasien
2. Keadaan umum
3. Postur tubuh
4. Turgor kulit dan membran mukosa
5. Dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur
toraks,pergerakan dinding dada)
6. Pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan
ekspirasi)
Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dadapasien. Saat palpasi, perawat menilai :
1. Taktil fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan
memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya,
fremitus taktil akan terasapada individu yang sehat dan meningkat
pada kondisi konsolidasi. Getaran meningkat : pneumonia, penumpukan
sekret, atektasis yang belum totalm infark atau fibrosis paru.
Getaran menurun : efusi pleura, pneumothorak, penebalan pleura,
emfisema atau sumbatan bronkus.
2. Dinding thorak: adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ? Serta
bandingkanperbedaan dinding thorak bagian kanan dan kiri.
Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
serta mengkaji adanya abnormalitas, cairan / udara dalam paru.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi. Berikut
beberapa macam suara ketukan yang timbul :
1. Sonor. Suara normal terdengar di seluruh lapang paru-paru
2. Redup. Suara yang timbul akibat konsolidasi paru (pemadatan);
tumor,atalektasis, atau cairan
3. Hipersonor. Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan
suarasonor; akibat adanya udara berlebihan di paru-paru
4. Timpani. Suara yang terdengar nyaring seperti jika memukul
gendang. Normalnya terdengar di bawah diafragma kiri, dimana
terletak lambung dan
usus besar. Namun jika terdengar di dinding thorak, artinya tidak
normal; akibatadanya udara
Auskultasi
1. Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi: pengkajian dalam
mendeteksi bunyiS1dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur, serta
bunyi gesekan. Auskultasijuga digunakan untuk mengidentifikasi
bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen, dan arteri femoral.
2. Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara
di sepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar, jika
suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau terjadi
obstruksi.
5. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan oksigenasi

pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain :


a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi, scan paru
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi
saluran pernapasan : kultur kerongkongan, sputum, uji kulit
torakosintesis

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan masalah
oksigenasiadalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
J. Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL(SLKI) (SIKI)
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1. monitor
tidak efektif b.d tindakan keperawatan pola napas
adanya sumbatan pada selama 1x30 menit 2. monitor
jalan nafas maka diharapkan bunyi
kriteria hasil sbb : napas
1. Batuk efektif 3. monitor
meningkat sputum
2. wheezing menurun 4. berikan
3. dyspnea membaik
minuman
4. frekuensi pola napas
membaik hangat
5. anjurkan
asupan
cairan 2000
ml/ hari
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Pemberian obat
b.d obstruksi jalan nafas
tindakan oral
d.d dada terasa sesak,
sulit bernafas,adanya keperawatan 2. Berikan Posisi
pernafasan cuping
selama 1x25 menit Nyaman
hidung, RR 29x/menit
dan SPO2 93% maka diharapkan

1. Pernafasan cuping
hidung menurun

2. Frekuensi nafas
membaik
SPO2 meningkat
K. Implementasi
Implementasi yaitu suatu tahap dilakukan pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
pasien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini
penulis akan membahas antara lain adalah tentang mengkomunikasikan dan
mengorganisasikan antara staf yang bekerja dalam satu tim dalam melaksanakan
rencana keperawatan kepada pasien. Selain itu dibahas tentang manajemen
patient care terhadap pasien yang meliputi apakah semua rencana tindakan dapat
diimplementasikan seluruh rencana tindakan yang dibuat oleh penulis dapat
dilaksanakan dengan baik, dalam melaksanakan implementasi penulis tidak
mencantumkan intervensi tambahan atau modifikasi, prosedur yang dilaksanakan
sesuai dengan teori.
L. Evaluasi
Tahap penilaian dan evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan
lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukir keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Asih & Effendi. (2004). Keperawatan Medikal Bedah : Klien Dengan Gangguan
Sistem pernapasan. Jakarta : EGC
Brooker, C. (2009). Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta : EGC
Brunnert & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:EGC.
Kozier, Barbara, dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta
:EGC Medikal Record. (2015). RSUD Dr Rasidin: Padang.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medika
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Price, & Wilson. (2006). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Prem, et al. (2012). Effec Of Diaphragmatic Breathing Exercise On Quality Of
Life In Subjects With Asthma.
Oman, K. S, dkk. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta :
EGC Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian Dan
Pengembangan
Kesehatan.
Kemenkes RI. 12 Oktober 2015.
Sajidin, dkk.2015. Gambaran Saturasi Oksigen Pada Penderita Asma Di Rsud.
Prof. Dr.
Soekandar Mojosari Mojokerto

Anda mungkin juga menyukai