PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima
kebutuhan yang dikenal dengan “Hierarki Maslow”. Lima kebutuhan dasar Maslow
disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu penting,
adapun kebutuhan yang dimaksut meliputi: kebutuhan fisiologi, kebutuhan keamanan dan
keselamatan, kebutuhan cinta dan memiliki, kebutuhan harga diri dan kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan dasar secara fisiologi merupakan kebutuhan yang harus
terpenuhi daripada kebutuhan yang lain diantaranya yaitu kebutuhan oksigenasi
(Andormoyo, 2012)
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.
Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan
oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian.
Oleh karena berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar
ini terpenuhi dengan baik. Faktor yang mempengaruhi fungsi pernafasan salah satunya dari
kondisi lingkungan seperti ketinggian, suhu, serta polusi udara dapat mempengaruhi proses
oksigenasi (Mubarak, 2007).
Kebutuhan oksigenasi dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan
oksigen dalam tubuh berkurang, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan
apabila hal tersebut berlangsung lama, akan terjadi kematian jaringan bahkan dapat
mengancam kehidupan. Pemberian terapi oksigen dalam asuhan keperawatan memerlukan
dasar pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya oksigen dari
atmosfer hingga sampai ke tingkat sel melalui
2 alveoli paru dalam proses respirasi.
Berdasarkan tersebut maka perawat harus memahami indikasi pemberian oksigen, dan
metode pemberian oksigen (Hidayat, 2005).
Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
oksigennya. Pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen
dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada ,dan cara penghisapan
lendir(suction). Tujuan pemberian oksigenasi adalah : untuk mempertahankan oksigen
yang adekuat pada jaringan, untuk menurunkan kerja paru-paru dan untuk menurunkan
kerja jantung. Salah satu kasus yang memerlukan oksigenasi adalah asfeksia.
Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis. Asfiksia
dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernafasan bayi dalam menjalankan
fungsinya, seperti pengembangan paru (Indrayani, 2013). Menurut Prawirohardjo (2009)
mengatakan, asfiksia adalah hipoksia yang progresif melakukan penibunan CO2 dan
asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen tersebut
dapat segera di tangani dengan menggunakan terapi oksigen. Oksigen itu sendiri
merupakan unsur gas gas yang tidak berwarna, dan berbau, dan diperlukan untuk
kehidupan serta menunjang pembakaran (Chis Brooker, 2005). Oksigen memegang peran
penting dalam semua proses secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan
tubuh mengalami kemunduran atau dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan manusia yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh (Asmadi, 2008).
Dari banyaknya kasus dari angka kematian bayi yang disebabkan oleh Asfiksia
serta dampak yang diakibatkan dari asfiksia jika tidak segera ditangani, maka penulis
tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada klien By. Ny. F di ruang Peristi
RSUD Dr. Soedirman Kebumen dengan Oksigenasi Pada Asfiksia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada An.N dengan Oksigenasi Pada
Asfiksia.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An.N dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada asfeksia.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An.N dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada asfeksia.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada An.N dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada asfeksia.
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada An.N dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada asfeksia.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada An.N dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada pada asfeksia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
ASFIKSIA
Gangguan metabolism
Nafas cepat Suplai O2 ke Paru
& perubahan asam basa
menurun
Asidosis respiratorik
Apneu Kerusakan otak
Gangguan perfusi
ventilasi
Resiko cidera Kematian bayi
Resiko syndrome
kematian bayi
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik dan laboratorium serta informasi dari tim
kesehatan serta keluarga klien, yang meliputi :
a. Biodata : Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena
berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
b. Keluhan Utama : Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas.
c. Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang dirasakan klien sampai di rawat di Rumah
Sakit atau perjalanan penyakit.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan : Bagaimana proses persalinan, apakah spontan,
premature, aterm, letak bayi belakang kaki atau sungsang.
e. Kebutuhan dasar :
1) Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh terutama
lambung belum sempurna.
2) Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama pencernaan
belum sempurna.
3) Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat BAB
dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti popoknya.
4) Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak napas.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak napas, pergerakan
tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama.
b. Tanda-tanda Vital : Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit : Pada kulit biasanya terdapat sianosis.
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura belum
menutup dan kelihatan masih bergerak.
e. Mata : Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.
f. Hidung : Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernapasan cuping
hidung.
g. Dada: Pada dada biasanya ditemukan pernapasan yang irregular dan frekwensi pernafasan
yang cepat.
h. Neurology atau reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam).
3. Diagnosis keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif Berhubungan Dengan Sekresi Yang Tertahan
b. Hipertermi Berhubungan Dengan Reaksi Inflamasi
c. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Kongesti Paru
d. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Organisme Purulen
e. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hambatan Upaya Nafas
f. Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Hambatan Lingkungan
4. Intervensi
5. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap keempatbdalam proses keerawatan dengan
berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan (Hidayat Alimul, 2012).
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap sejumlah informasi yang diberikan untuk
tujuan yang telah ditetapkan ( potter & perry, 2005).
Evaluasi keperawatan Asfiksia neonatorum dengan diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola napas adalah :
a. Klien tampak rileks dalam bernapas
b. Jalan napas klien kembali lancer
c. Kesadaran klien kembali membaik