Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Disusun Oleh:
AFRIDA SARI
NIM: P200202002

PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4
menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan
otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia
membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc
tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan
metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat.
Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam
proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran
sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan
upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang sistemis dan
lengkap pada pasien dengan kebutuhan oksigenasi.
Tujuan Khusus
Setelah menyusun laporan pendahuluan diharapkan mahasiswa dapat :
a. Memahami lebih dalam tentang konsep dasar gangguan oksigenasi
pada pasien
b. Melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan oksigenasi
c. Menetaplam diahnosa keperawatan pasien dengan dasar analisis data
hasil pengkajian dengan gangguan oksigenasi
d. Melakukan intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pasien

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Oksigenasi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam
kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam
metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang
bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya
perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi
dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem
(kimia/fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau
yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya,
terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan
CO₂ yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak
yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau
kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. 
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan
beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)

B. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3
tahapan yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi
oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi,
kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi
sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses
penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah
Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk meengembang dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa
udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan
thoraks. Sulfaktor diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli
dan disekresi saat pasien menerik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksi menyempitnya
paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka
co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan
yaitu medula oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses
ventilasi, karena c02 memiliki kemampuan merangsang pusat
pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg dapat dengan
baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang dari
sama dengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan.

2. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler
paru dan co2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Luasnya permukaan paru
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara
epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai
mana o2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2
dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan o2 dalam darah vena
pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO.
Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli
d. Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan
tubuh c02, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan
berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut
dalam plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan dengan hb
membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma
(50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%).
Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh
darah. Normalnya 5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat
menurunkan kardiak output (misal pada kerusakan otot jantung,
kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirim
ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan
menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan
transport oksigen
Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara
langsung berpengaruh terhadap transpor oksigen bertambahnya
latihan menyebabkan peningkatkan transport o2 (20 x kondisi
normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan o2 oleh
sel.
C. Etiologi
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O
ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah
sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya,
pada penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi
tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan
penurunan kadar O₂ inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang
terus-menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik.
Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan
menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma,
penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan
penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi premature
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit
membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran
serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi
ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena
kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran
pernapasan atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi
benda asing (misal: makanan, permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas
akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat,
kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan
risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan
perubahan fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis
paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis
tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga
berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat
ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan
pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja
pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut
jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan
meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan
susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju
dan kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi
pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu,
kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan
kebutuhan oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan
gangguan vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu
nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan
ikatan Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa
memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan
udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang
yang tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan
frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran
yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan
sakit kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan
pernapasan lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di
pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit
paru akibat terpapar zat-zat berbahaya
D. Patofisiologis
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata
3 –5 gr besi, hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas
pada proses penuaan serta kematian sel dan diangkat melalui transferin
plasma ke sumsum tulang untuk eritropoiesis. Pada peredaran zat besi
berkurang, maka besi dari diet tersebut diserap oleh lebih banyak. Besi
yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam lambung dan duodenum,
penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal, kemudian
besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk sintesis
hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.
Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua
stadium pematangan besi merupakan susunan atau sebuah molekul dan
hemoglobin, jika zat besi rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit
atau eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi sel darah merah
berkurang, sel darah merah yang berkurang atau menurun mengakibatkan
hemoglobin menurun sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan
menjadi berkurang, hal ini mengakibatkan metabolisme tubuh menurun.

E. Manifestasi klinis
1. Takipnea
Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi
demam, asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau
hipoksemia.
2. Bradipnea
Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat
pada orang yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan
pada kasus alkalosis metabolic, dan lain-lain.
3. Batu Apnea
Biasanya juga disebut dengan henti napas.
4. Hiperventilasi
Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini
terjad saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk
pembuangan karbondioksida.
5. Hipoventilasi
Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini
terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolic untuk penyaluran oksigen dan pembuangan
karbondioksida.
6. Dispnea
Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas.

F. WOC

ANEMIA

Hb menurun

Oksi hemoglobin menurun

Perfusi jaringan tidak efektif

Respirasi meningkat, nadi


Pola nafas tidak efektif
meningkat
G. Pemeriksaan penujang
Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan oksigenasi yaitu:
1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
5. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
6. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
7. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung
dan kontraksi paru.
8. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
H. Konsep asuhan keperawatan
1. Fokus pengkajian
2. Diagnose keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (kelemahan otot
pernafasan)
b. Intervensi

1) Manajemen jalan nafas

- Berikan oksigen

- Monitor pola nafas

- Monitor bunyi nafas tambahan

- Posisikan semi-fowler atau fowler


c. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan)

d. Intervensi

1) Manajemen nutrisi

- Identifikasi status nutrisi

- Monitor asupan makan

- Monitor berat badan

- Identifikasi kebutuhankalori dan jenis nutrien

e. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

1) Manajemen energi

- Monitor kelelahan fisik dan emosional

- Monitor pola dan jam tidur

- Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan


aktivitas
BAB III

ANALISA KETERAMPILAN

FORMAT RESUME ANALISIS TINDAKAN STASE


KEPERAWATAN DASAR PROFESI ITKES WIYATA HUSADA
SAMARINDA

Nama mahasiswa : Afrida sari


Tempat praktek : klinik wiyata husada
Tanggal : 01 januari 2021

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Inisial nama : Ny. A Suku : jawa
Umur : 30 tahun Pendidikan : SMA
J. kelamin : perempuan Pekerjaan : Swasta
Alamat : tenggarong seberang Lama bekerja : .………………...………….…
Status : menikah Tanggal MRS : ………………….……………...
Agama : islam Tanggal Pengkajian : 31 desember 2020
Sumber Informasi : pasien/klien

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. Keluhan utama saat masuk RS: .
- Pasien mengatakan keluhan utamanya kepala pusing, pasien merasakan sesak,
dan lemas
2. Riwayat penyakit sekarang:
- Pasien datang dengan keluhan sesak nafas, letih bibir pucat, nadi 76x/menit
td 100/70 mmhg
3. Riwayat Penyakit Dahulu
-Pasien mengatakan tidak ada penyakit terdahulu
V. DATA FOKUS
1. Data subjektif
- Pasien mengeluh sesak saat bernafas
- Pasien mengeluh pusing

2. Data ojektif
- Pasien tampak tersengah-sengal dan pernafasan dangkal
- Pasien tampak bernafas dengan mulut
- Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung

VI. DATA PENUNJANG


1. Laboratorium
: -Hb 8 gr/dl
2. Radiologi
: tidak dilakukan pemeiksaan
3. Pemeriksaan penunjang lain
:tidak dilakukan pemeriksaan

VII. TERAPI
1. Diet
-
2. Obat-obatan

VIII. ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. Data subjektif : Anemia Pola nafas tidak

Pasien mengatakan masih efektif
O2 dalam darah berkurang
lemas, tidak selera makan

hanya setengah yang di
Energi menurun
habiskan dari porsi yang

sudah disediakan oleh
Kelemahan, kelelahan
rumah sakit, pasien juga

mengatakan sesak.
sesak

Data objektif :
Pasien tampak lesu,
tampak pucat, pasien
mampu di ajak berbicara
dengan baik, pasien
tampak sesak

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosis SLKI SIKI
keperawatan/SDKI
a. Pola napas
1 Pola nafas tidak efktif b. Manajemen jalan nafas
b.d hambatan upaya - Penggunaan otot
- Berikan oksigen
bernafas bantu napas [5]
- Monitor pola nafas
- Pernafasan cuping
hidung [5] - Monitor bunyi nafas
tambahan
- Frekuensi napas [5]
- Posisikan semi-fowlwr
atau fowler

a. Status nutrisi
2. Defisit nutrisi b.d faktor a. Manajemen nutrisi
- Porsi
psikologis (keengganan
makanan - Identifikasi status nutrisi
untuk makan)
yang
- Monitor asupan makan
dihabiskan
[5] - Monitor berat badan
- Frekuensi
- Identifikasi
makan [5]
kebutuhankalori dan jenis
- Nafsu makan
nutrien
[5]
a. Toleransi
3. Intoleransi aktifitas b.d b. Manajemen energi
aktifitas
kelemahan - Kekuatan tubuh - Monitor kelelahan fisik
bagian atas [5] dan emosional
- Kekuatan tubuh
- Monitor pola dan jam
bagian bawah [5]
tidur
- Keluhan lelah [5]
- Monitor lokasi dan
ketidak nyamanan
selama melakukan
aktivitas
RESUME ANALISA KETERAMPILAN
(KEPERAWATAN DASAR PROFESI)

Nama mahasiswa : Afrida sari


Ruang : Kelompok :2

N ITEM REVIEW
O
A. IDENTITAS PASIEN :
1. Initial pasien : Ny. A
2. Usia : 30 tahun
3. Diagnosa medis : anemia
4. Pemenuhan kebutuhan : Oksigenasi
5. Diagnosa keperawatan : pola nafas tidak efektif
6. Tindakan yang : terapi oksigen
7. dilakukan
8. Tanggal tindakan : 01 januari 2021
Waktu : pukul 08.00
9. Kerja 1. Menjaga privasi pasien
R : untuk kenyamanan pasien dan petugas/perawat yang melakukan
tindakan

2. memastikan tabung masih berisi oksigen


R: agar setelah di pasang selang oksigen petugas tidak lagi bilk balik
untuk mengambil oksigen yang baru
3. mengisi botol pelembab dengan aqua sesuai batas
R: untuk memberikan kelembapan pada oksigen
4. menyambungkan selang binasal O2 dengan humidifier
R: tempat lewatnya udara yang keluar dari tabung oksigen
5. mengatur posisi pasien semi fowler
R: untuk memberikan rasa nyaman pasien
6. membuka flow meter dengan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan dan memastikan ada aliran udara
R: agar pasien mendapatkan oksigen yang sesuai kebutuhanya
7. memasang kanula pada hidung pasien dengan hati-hati
R: agar pasien tidak kaget saat di diberikan oksigen
8. memperhatikan reaksi dan menanyakan respon pasien
R: untuk mengetahui kenyamanan pasien
9. merapikan pasien
R: agar pasien merasanyaman
10. Terminasi 1. melakukan evaluasi
2. berpamitan dengan klien
3. membereskan alat
4. mencuci tangan
5. mencatat kegiatan dalam lembar catatan
11. Referensi :
C ANALISA
KETERAMPILAN
1. Bahaya yang mungkin 1. keracunan oksigen
terjadi dan cara Dikarenakan aliran O2 yang diberikan terlalu banyak Cara
pencegahan pencegahan : memperhatikan aliran oksigen yang diberikan kepada
pasien
2 Identikasi tindakan 1. lakukan observasi setelah pemasangan oksigenasi
keperawatan lainnya 2. Observasi tanda-tanda sistemik local seperti warna kulit, warna
untuk mengatasi bibir, ujung kuku dan mengecek RR pasien
masalah tersebut
3 Identifikasi masalah 1. Resiko gangguan sirkulasi spontan b/d keracunan oksigen
keperawatan lain yang R :
mungkin muncul
(rasional)
4 Tindakan yang : (dibuat berdasarkan tahapan tindakan yang telah dilakukan
dilakukan Contoh :

1. Mendekatkan alat :
Pelaksanaan : baki alat diletakkan diranjang pasien karena
tidak tersedianya meja tindakan
2. Menjaga privasi
Pelaksanaan: dengan cara menutup sampiran
3. Memastikan tabung masih terisi
Pelaksanaan: dengan melihat flow meter, dan membuka
regulator tabung oksigen
4. Mengisi tabung pelembab
Pelaksanaan: dengan cara mengisi dengan aquadest sampai
batas
5. Mengecek aliran udara
Pelaksanaan: dengan pungung tangan, apakah aliran oksigen
terasa
6. Mengatur posisi
Pelaksanaan: posisikan pasien semi fowler
7. Membersikan area hidung
Pelaksanaan : siapkan tisu untuk membersikan hidung,
8. Memasang kanula
Pelaksanaan: memasang kanula kepada hidung pasien dengan
hati-hati
5 Evaluasi diri Beberapa tahapan terlupa dilakukan yaitu mendekatkan alat ke pasien
Dampak yang mungkin akan muncul petugas/perawat kesulitan
memasang alat karna alat-alat yang ingin digunakan jauh dari petugas
Praktek berjalan dengan lancar, tindakan dilakukan dengan keyakinan
dan waktu lebih efisien

6 Rencana tindak lanjut : (hal yang akan dilakukan setelah mempelajari kesalahan
sebelumnya)
Dalam tindakan selanjutnya, saya akan :

1. Memperhatikan respond dan kondisi pasien setelah terpasang


oksigen.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan pada pasien Anemia dengan gangguan


kebutuhan oksigenasi merupakan suatu asuhan yang kompleks, tidak
hanya khusus satu tindakan berupa pemberian oksigen melalui kanul nasal
tetapi juga disertai tindakan keperawatan yang lain yang dapat mendukung
teratasinya masalah keperawatan pada pasien yaitu pola napas tidak efektif
seperti pemberian posisi semi fowler, melatih batuk efektif, edukasi pasien
untuk membatasi aktivitas, dan edukasi keluarga untuk membantu
kepatenan posisi atau pemasangan kanul nasal.

Pemberian oksigen melalui kanul nasal pada pasien Anemia dengan


gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi digunakan untuk mengurangi
sesak napas, mengembalikan keadaan hipoksia (konsentrasi oksigen
rendah dalam darah), menurunkan kerja sistem pernapasan, dan
menurunkan kerja jantung dalam memompa darah. Pemberian oksigen
dilakukan secara terus-menerus dan status pernapasan pasien dievaluasi
pada periode tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta.

PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Jakarta.

PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta.

Pamungkas N, Dkk. 2015. Manajemen Terapi Oksigen Oleh Perawat Di Ruang


Instalasi Gawat Darurat Rsud Karanganyar. Surakarta.

Indra M, 2017. TERAPI OKSIGEN. Denpasar.

Pradana A, 2019. Laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada pasien


gangguan oksigenasi RSUD H.SUWONDO KENDAL.

Anda mungkin juga menyukai