DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KESEHATAN
2022
KONSEP DASAR OKSIGENASI
A. Pengertian
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses
kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh.
Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka
akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan
menyebabkan kematian Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan
jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan
memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal (Taqwaningtyas, Ficka
(2013) (Budyasih, 2014)
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku
apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).(Eki, 2017)
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem
tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara
alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran
gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara
untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan
kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis,
perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati, 2012).
B. Etiologi
Menurut Ambarwati (2014) dalam Eki (2017), terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status kesehatan,
faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
1. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen
seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya
adalah :
a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada saat
terpapar zat beracun
b. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
c. Hipovolemia
d. Peningkatan laju metabolic
e. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitas dan penyakit kronis.
2. Status Kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada individu yang
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan penyakit kronis.
3. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan :
a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
d. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan
stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun
4. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi fungsi
pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan
penggunaan zat-zat tertentu secara sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
E. Fisiologi Pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum,
proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas
alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi
sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus.
Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas yang
bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks
yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplian paru
yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya adalah
difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah
pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area
berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan
membran kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan
tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida Tahap ketiga pada proses pernafasan
adalah transport gas-gas pernafasan pada proses ini, oksigen diangkut dari
paru menuju jaringan dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali
menuju paru.
2. Pernapasan Sistemik Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme
intrasel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul nutrien.
Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh
hingga mencapai kapiler sistemik.
G. Pathway
Pathway
pernapasan
oksigenasi
a. Inhalasi oksigen
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terdapat dua sistem inhalasi oksigen
yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang
memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1 – 6 liter/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau
dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 -
60%.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang
terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat
pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang
antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran
oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup
terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu
katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi
dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan
aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.
I. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
Meliputi pengkajian tentang riwayat masalah kesehatan pada sistem
pernapasan dulu dan sekarang, gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan
adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Riwayat penggunaan obat
c. Kebiasaan promosi kesehatan : kebiasaan merokok, kebiasaan dalam
bekerja yang dapat memperberat masalah oksigenasi
d. Stressor yang dialami
e. Status mental dan atau kondisi Kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi.
Pada saat melakukan inspeksi, perawat mengamati dan menilai :
1) Tingkat kesadaran pasien
2) Keadaan umum
3) Postur tubuh
4) Turgor kulit dan membran mukosa
5) Dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur
toraks, pergerakan dinding dada)
6) Pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan, durasi inspirasi
dan ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai :
1) Taktil fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan
memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya,
fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat
pada kondisi konsolidasi. Getaran meningkat : pneumonia,
penumpukan sekret, atektasis yang belum totalm infark atau fibrosis
paru. Getaran menurun : efusi pleura, pneumothorak, penebalan
pleura, emfisema atau sumbatan bronkus.
2) Dinding thorak: adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ? Serta
bandingkan perbedaan dinding thorak bagian kanan dan kiri.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
serta mengkaji adanya abnormalitas, cairan / udara dalam paru.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi. Berikut
beberapa macam suara ketukan yang timbul :
1) Sonor.
Suara normal terdengar di seluruh lapang paru-paru
2) Redup.
Suara yang timbul akibat konsolidasi paru (pemadatan); tumor,
atalektasis, atau cairan
3) Hipersonor.
Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan suara
sonor; akibat adanya udara berlebihan di paru-paru
4) Timpani.
Suara yang terdengar nyaring seperti jika memukul gendang.
Normalnya terdengar di bawah diafragma kiri, dimana terletak
lambung dan usus besar. Namun jika terdengar di dinding thorak,
artinya tidak normal; akibat adanya udara.
d. Auskultasi
1) Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi: pengkajian dalam
mendeteksi bunyi S1dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur,
serta bunyi gesekan. Auskultasi juga digunakan untuk
mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen,
dan arteri femoral.
2) Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan
udara di sepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar,
jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau terjadi
obstruksi.
4. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji
status, fungsi dan oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan
diagnostik antara lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi, scan paru
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit torakosintesis
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN_PENDAHULUAN_DAN_ASKEP_KEBUTUHAN_OKSIGENA
SI-with-cover-page-v2.pdf (d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net)
LP_Oksigenasi_Nurlitasari-with-cover-page-v2.pdf
(d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net)