Anda di halaman 1dari 29

Laporan Pendahuluan dengan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Stase Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :
Siti Nazimatulhikma F. Yusuf
14420212207

Preceptor
1. Preseptor Klinik
(…………………………)
2. Preseptor Institusi
Amanah Restuyana Zainal., (…………………………)
S.Kep., Ns., M.Kep

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah karbon
dioksida, energi, dan air, akan teapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal
pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
(Andina Vita Susanto, 2017)
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian laut, konsentrasi
oksigen dalam udara ruangan adalah 21%. Penggunaan oksigen berkesinambungan
( > 15 jam sehari) dapat meningkatkan harapan hidup bagi pasien-pasien yang
mengalami kegagalan respirasi kronis, dan memperbaiki tekanan arteri pulmonary,
polisitemia (hematokrit > 55 %), mekanik paru, dan status mental. (Ikawati, 2016).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh
baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara
alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses
pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara
menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara
dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan .
2. Etiologi
Menurut Ambarwati (2014) dalam Eki (2017), terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status kesehatan,
faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen
seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya
adalah :

2
1) Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada
saat terpapar zat beracun
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluaran napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport
O2 terganggu.
4) Peningkatan laju metabolik seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka.
5) Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis
seperti TB paru.
b. Status Kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada
individu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses oksigenasi dapat
terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti
gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit kronis.
c. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan :
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan

3
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
d. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi fungsi
pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional
dan penggunaan zat-zat tertentu secara sedikit banyaknya akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e. Lingkungan Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan
oksigen. Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan
oksigenasi yaitu :
1) Suhu lingkungan
2) Ketinggian
3) Tempat kerja (polusi) (Haswita & Reni, 2017)
3. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi).
Ventilasi paru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
2) Daya pengembangan dan pengempisan thorak dan paru pada alveoli
dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
3) Jalan napas.
Inspirasi udara dimulai dari hidung hingga alveoli dan sebaliknya
saat ekspirasi, yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi

4
sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis
dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan
vasokontriksi atau proses penyempitan.
4) Pengaturan Nafas
Pusat pernafasan terdapat pada medulla oblongata dan pons. Pusat nafas
biasanya terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang merupakan hasil
metabolism sel yang mampu dengan mudah melewati sawar darah otak
atau sawar darah cairan cerebrospinalis. Kenaikan CO2 inilah yang akan
meningkatkan konsentrasi hydrogen dan akan merangsang pusat nafas.
Perangsangan pusat pernafasan oleh peningkatan CO2 merupakan
mekanisme umpan balik yang penting untuk mengatur konsentrasi CO2
seluruh tubuh. Adanya trauma kepala atau edema otak atau peningkaan
tekanan intracranial dapat menyebabkan gangguan pada system
pengendalian ini.
b. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan
CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi
atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya
dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan).
Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli
masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah
secara difusi).
1) Luasnya permukaan paru
Bila luas permukaan total berkurang menjadi tinggal sepertiga saja,
pertukaran gas-gas tersebut dapat terganggu secara bermakna bahkan
dalam keadaan istirahat sekalipun. Penurunan luas permukaan membran

5
yang paling sedikitpun dapat menganggu pertukaran gas yang hebat saat
olahraga berat atau aktifitas lainnya. Pada konsolidasi paru seperti
dijumpai pada radang paru akut, atau pada tuberkulosa paru,
pengangkatan sebagian lobus paru, terjadi penurunan luas permukaan
membran respirasi.
2) Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel
alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi
apabila terjadi proses penebalan.
3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
Hal ini dapat terjadi sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah
oleh karena tekanan O2 dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2
dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan
PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
4) Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb.
c. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen akan
berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam
plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan dengan hb membentuk
karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian
menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya :
1) Kardiak Output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang,
maka jumlah oksigen yang ditransport juga akan berkurang.
2) Jumlah eritrosit atau HB

6
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb akan
berkurang juga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.
3) Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya
pembuluh darah sebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan lancar
menuju daerah tujuan.
4) Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau
plasma darah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental
keadaan darah maka akan semakin sulit untuk ditransportasi.
5) Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran darah
(Eki, 2017).
4. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen
dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan
pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner&
Suddarth, 2018).
5. Komplikasi
a. Gangguan Irama Pernapasan
1) Pernapasan Cheyne Stokes
Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang

7
amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik, kemudian menurun dan
berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus yang baru. Jenis
pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongestif,
peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis
jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000 –
15.000 kaki diatas permukaan air laut dan pada bayi saat tidur.
2) Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne
stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan ini kadang
ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
3) Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan kedalamannya
meningkat dan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat
ditemukan pada klien dengan asidosis metabolic dan gagal ginjal.
b. Gangguan Frekuensi Pernapasan
1) Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan
melebihi jumlah frekuensi pernapasan normal.
2) Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun dengan
jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan normal.
c. Insufisiensi pernapasan. Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi
menjadi tiga kelompok utama yaitu ;
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :
a. Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi
servikal.
b. Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema,
TBC, dan lain-lain.

8
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
a. Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya
kerusakan jaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b. Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lainnya.
c. Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak
normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.
3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru-paru ke jaringan
a. Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total hemoglobin
yang tersedia untuk transfor oksigen.
b. Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar
hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
c. Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah
jantung yang rendah.
d. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam
jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu
hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia
histotoksik.
a. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah
arteri. Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia
hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia
anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika tekanan oksigen darah
arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan
hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika oksigen normal, tetapi
jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini dapat

9
terjadi pada kondisi anemia dan keracunan karbondioksida.
b. Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat adanya
bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi menjadi dua
jenis yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik
kongestif.
c. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas
yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih
rendah dari penggunaannya.
d. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt menggunakan oksigen karena
pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali
dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal
(oksigen darah vena meningkat).
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
a. EKG: Menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan : Digunakan untuk mengevaluasi respond jantung
terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond
miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan
keadekuatan aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan fungsi paru : Untuk mengetahui kemampuan paru dalam
melakukan pertukaran gas secara efisien.
d. Pemeriksaan gas darah arteri : Untuk memberikan informasi tentang difusi

10
gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
e. Oksimetri : Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
f. Pemeriksaan sinar X dada : Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa,
fraktur, dan proses-proses abnormal.
g. Bronkoskopi : Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
h. Endoskopi : Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
i. Fluoroskopi : Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja
jantung dan kontraksi paru.
j. CT-SCAN : Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
7. Penatalaksanaan
Menurut (Rohayati, 2019) terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen
melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi
oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi
respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja otot
jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi
pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas
2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard
6) Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode,
diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas
dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning.
a. Inhalasi oksigen

11
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan
tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia
(Rohayati, 2019).
Menurut (Dartiwen, Anggita, & Purwandyarti, 2020) terdapat dua sistem
inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah
Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen dan
masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal.
Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan.
Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanula,
sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing dan
sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat memberikan
oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar
20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau dengan
aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang
terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat
pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang
antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran

12
oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup
terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu
katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan
akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran
10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.
2) Sistem aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil
dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah
konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran
tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury
dengan aliran sekitar 4 – 14 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan
ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang
memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat,
misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah
40%, dan hijau 60%. Sungkup muka aerosol( ambu bag) oksigen aliran
lebih 10 v menit menghasilkan konsentrasi o2 100%.
b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan
sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas (Istichomah, 2020).
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada
punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh
yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada
dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.

13
2) Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara
memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang
diletakkan pada dada pasien secara mendatar,
tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang
dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret
dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi
dan dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada
stiap segmen paru.
c. Napas dalam dan batuk efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki
ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis,
meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk efektif
merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring,
trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas
d. Penghisapan lendir
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender
sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas dan
memenuhi kebutuhan oksigen (Asmadi, 2019)

14
B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan
Kode etik keperawatan merupakan alat pengambil keputusan yang valid dan
berguna bagi perawat dalam menghadapi masalah etik pada praktik. Tujuannya
adalah sebagai dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien, teman sebaya,
masyarakat, dan unsur profesi baik dalam profesi keperawatan maupu dengan profesi
lain (Ariga, 2020).
Kata etika berasal dari kata yunani, yaitu ethos, yang berhubunganndengan
pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak
ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Maka
etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat
seharusnya mengatur diri sendiri dan etika keperawatan tersebut diatur dalam kode
etik keperawatan (Ariga, 2020). Prinsip-Prinsip Etika dalam Keperawatan
1. Otonomi (Autonomy)
Setelah mendapatkan informasi yang memadai, klien bebas dan berhak
memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya. Klien berhak untuk dihormati
dan didengarkan pendapatnya; untuk itu perlu adanya persetujuan tindakan medik
(informed consent). Dokter dan perawat tidak boleh memaksakan suatu tindakan
dan pengobatan
2. Berbuat Baik (Beneficience)
Semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat untuk menolong klien.
Untuk itu, dokter atau perawat harus menyadari bahwa tindakan atau pengobatan
yang akan dilakukan benar-benar bermanfaat bagi kesehatan dan kesembuhan
klien. Kesehatan klien senantiasa harus diutamakan oleh perawat. Risiko yang
mungkin timbul dikurangi sampai seminimal mungkin dan memaksimalkan

15
manfaat bagi klien.
3. Keadilan (Justice)
Dokter dan perawat harus berlaku adil dan tidak berat sebelah.

4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)


Tindakan dan pengobatan harus berpedoman pada prinsip primum non nocere
(yang paling utama, jangan merugikan). Risiko fisik, psikologis, maupun sosial
akibat tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan hendaknya seminimal
mungkin.
5. Kejujuran (Veracity)
Dokter dan perawat hendaknya mengatakan secara jujur dan jelas apa yang
akan dilakukan serta akibat yang dapat terjadi. Informasi yang diberikan
hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan klien.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan oleh setiap perawat untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain.
7. Kerahasiaan (Confidentiality)
Dokter dan perawat harus menghormati privasi dan kerahasiaan klien,
meskipun klien telah meninggal.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

16
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnese
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam tidak terlalu
tinggi tiga hari yang lalu.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas, penyebab terjadinya sesak
nafas, serta upaya yang telah dilakukan oleh pasien untuk
mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan pernafasan pada kasus terdahulu serta tindakan
medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan

17
oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit lain yang
berpotensi menurun atau menular pada anggota keluarga lain
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
c. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur /
ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka atau
warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur
rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan terdapat
retraksi dinding dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun, nadi
perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,

18
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi
badan, apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di
ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,
dan disorientasi.
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
1) Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma.
2) Analisa gas darah:
- Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk.
- Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi.
- Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi.

19
- Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
- Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
3) Pemeriksaan sputum:
- Kristal-kristal charcotleyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
- Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus.
- Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
- Terdapatnya neutrofileosinofil.
e. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks:
1) Jika disertai dengan bronkhitis, bercakanhilus akan bertambah.
2) Jika terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran
yang bertambah.
3) Jika terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat
pada paru.
f. Lain –Lain
1) Tes fungsi paru: Untuk mengetahui fungsi paru, menetapkan luas
beratnya penyakit, mendiagnosis keadaan.
2) Spirometristatik: Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas
b. Bersihan jalan napas tidak efektif

20
c. Pola napas tidak efektif

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Luaran Keperawatan
No Intervensi (SIKI)
Keperawatan (SDKI) (SLKI)
1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Napas Tidak tindakan keperawatan Observasi
Efektif selama 3 x 24 jam 1. Monitor pola napas
diharapkan bersihan (frekuensi, kedalaman,
jalan napas meningkat usaha napas)
dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas
1. Batuk efektif tambahan (mis.
(menigkat) Gurgling, mengi,
2. Produksi sputum wheezing, ronkhi
(menurun) kering)
3. Mengi (menurun) 3. Monitor sputum
4. Wheezing (jumlah, warna, aroma)
(menurun) Terapeutik
5. Dispnea (menurun) 1. Posisikan semi-fowler
6. Ortopnea (menurun) atau fowler
7. Sulit bicara 2. Berikan minum hangat
(menurun) 3. Lakukan fisioterapi
8. Sianosis (menurun) dada, jika perlu
9. Gelisah (menurun) 4. Lakukan penghisapan
10. Frekuensi napas lendir kurang dari 15
(membaik) detik

21
11. Pola napas 5. Lakukan
(membaik) hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
6. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
7. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas intervensi keperawatan Observasi
selama ... x 24 jam 1. Monitor frekuensi,
Pertukaran gas irama, kedalam an,
Meningkat dengan dan upaya nafas,
kriteria hasil: 2. Monitor pola nafas
1. Tingkat kesadaran (seperti bradipnea,
meningkat takipnea, hiper

22
2. Dispnea menurun ventilasi, Kussmaul,
3. Bunyi nafas Cheyne-Stokes, Biot,
tambahan menurun ataksik).
4. Takikardia menurun 3. Monitor kemampuan
5. Pusing menurun batuk efektif
6. Penglihatan kabur 4. Monitor adanya
menurun produk sputum
7. Diaforesis menurun 5. Monitar adanya
8. Gelisah menurun sumbatan jalan napas
9. Nafas cuping hidung Terapeutik
10. PCO2 membaik 1. Atur interval
11. PO2 membaik pemantauan respirasi
12. Ph arteri membaik sesuai kondisi pasien
13. Sianosis membaik 2. Dokumentasikan hasil
14. Pola nafas membaik pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
3. Pola Napas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Tidak Efektif tindakan keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam 1. Monitor pola napas
diharapkaan pola nafas (frekuensi, kedalaman,
membaik dengan usaha napas)
criteria hasil : 2. Monitor bunyi napas
1. Dispnea (menurun) tambahan (Mis.
2. Penggunaan otot Gurgling, mengi)
bantu nafas 3. Monitor sputum
(menurun) (jumlah, warna, aroma)

23
3. Pemanjangan fase Terapeutik
ekspirasi (menurun) 1. Pertahankan kepatenan
4. Ortopnea menurun jalan napas dengan
5. Pernafasan pursed- head-tilt dan chin-it
lip (menurun) jawthrust jika curiga
6. Pernafasan cuping trauma servikal)
hidung (menurun) 2. Posisikan semi-Fowler
7. Frekuensi napas atau Fowler
(membaik) 3. Berikan oksigen, jika
8. Kedalaman napas perlu
(membaik) Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahapan dari pelaksanaan intervensi setelah
perencanaan dirumuskan. Implementasi yang diberikan adalah promosi
kesehatan, perawatan akut, perawatan restoratiif dan berkelanjutan.

24
Promosi kesehatan yang dapat diimplementasikan oleh perawat adalah
vaksinasi, gaya hidup sehat, mengurangi paparan terhadap polutan
lingkungan.
Implementasi pada perawatan akut dapat dilakukan dengan bermacam
cara sebagai berikut: Manajemen dispnea, Manajemen jalan napas,
Mobilisasi sekret pulmoner, Hidrasi, Humidifikasi, Nebulasi, Batuk dan
teknik napas dalam, Fisoterapi dada, Postural drainase. Teknik suction,
Jalan napas buatan, Manajemen dan promosi ekspansi paru, Manajemen dan
promosi oksigenasi, Suplai oksigen, Metode pemberian oksigen Terapi
oksigen di rumah.
Restorasi fungsi kardiopulmonari, Implementasi pada perawatan
restoratif dan berkelanjutan diantaranya pelatihan otot pemapasan dan
latihan pernapasan (Patrisia et al., 2020).
5. Evaluasi
Evaluasi tanda dan gejala status oksigenasi klien setelah intervensi
keperawatan seperti tanyakan persepsi klien tentang status oksigenasi
setelah dilakukan intervensi, dan tanyakan apakah harapan klien terpenuhi.
Untuk dapat melakukan evaluasi diperlukan pengetahuan, pengalaman,
standar dan sikap. Pengetahuan mengenai karakteristik dari status
oksigenasi yang adekuat dan memahami harapan kebutuhan klien.
Pengalaman mengenai respon pasien sebelumnya terhadap terapi
keperawatan yang direncanakan untuk gangguan oksigenasi. Pada aspek
standar diperlukan penetapan standar yang jelas, tepat, spesifik dan akurat
untuk dapat dilakukan evaluasi hasil perawatan. Sikap tekun harus
ditunjukkan saat intervensi tidak berhasil dan harus direvisi, sikap disiplin
untuk menilai dan mengevaluasi tanda dan gejala klien untuk menentukan
keberhasilan intervensi (Patrisia et al., 2020).

25
26
6. Mind Mapping faktor fisiologis,
Oksigenasi merupakan proses status kesehatan,
penambahan oksigen (O2) ke faktor perkembangan,
dalam sistem tubuh baik itu faktor perilaku, dan
bersifat kimia atau fisika. lingkungan
ventilasi, difusi
dan transportasi.
Definisi Etiologi Proses pertukaran gas dipengaruhi
Klasifikasi oleh ventilasi, difusi dan
 Inhalasi
 Fisioterapi Dada trasportasi.
 Napas dalam Kebutuhan
Patofisiologi
Penatalaksa Oksigenasi
 Batuk efektif
naan
 penghisapan - Gg. Irama pernapasan
lender atau - Gg. Frekuensi pernapasan
subtioning. Komplikasi - Insufisiensi pernapasan
Askep - Hipoksia

- Pengkajian
- Diagnosa
- Intervensi
a. EKG Pemeriksaan diagnostik
- implementasi b. Pemeriksaan
- Evaluasi Stres latihan
c. Pemeriksaan
Fungsi paru
d. Oksimetri
e. Bronkoskopi
f.Endoskopi
g. CT-SCAN
7. Penyimpangan KDM

Faktor lingkungan (udara,


bakteri, jamur) masuk
melalui saluran nafas atas

Kuman melepas Hipersekresi Kontraksi otot polos


endotoksin kelenjar mukosa saluran pernafasan

Merangsang tubuh Akumulasi secret Kesulitan/sakit


menelan dan Penyempitan
untuk melepas zat belebihan saluran pernafasan
pirogen oleh leukosit mengunyah

Secret mengental Keletihan otot pernafasn


dijalan napas Defisit Nutrisi
Hipotalamus ke
bagian termoregulasi
Disapnea
Gas darah arteri
Abnormal
Hipertermia Gangguan penerimaan Obsturksi Hiperkapnia
O2 dan pengeluaran co2 jalan nafas Hipoksia
Hipoksemia
Nafas cuping hidung
Ketidakseimbangan Batuk yang tidak efektif Pola pernafasan
ventilasi dan perfusi Penurunan bunyi nafas abnormal
Sputum dalam jumlah
berlebih
Dispnea Perubahan pola nafas
Suara nafas tambahan Pola Napas
Fase ekspirasi
Tidak Efektif
Ortopnea

Bersihan Jalan
Gangguan Pertukaran Nafas Tidak Efektif
Gas
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2019). Teknik prosedural konsep & aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta ; Salemmba medika.
Dartiwen, Anggita, I., & Purwandyarti, apriliani. (2020). Keterampilan dasar praktik
keperawatan (cetakan 1). Sleman, Yogyakarta.
Hidayat, aziz alimul. (2021). Keperawatan dasar 1. (N. aulia Aziz, Ed.) (cetakan 1).
surabaya.
Istichomah. (2020). Modul praktikum keperawatan dasar 1. Kota bandung , Jawa
barat.
Patrisia ineke, juhdeliena, kartika lia,siregar deborah , hutapea delima, khusnayah
zulfa & sihombing riama. (2020). Asuhan keperawatan pada kebutuhan dasar
manusia.
PPNI.(2017). standar diagnosis keperawatan indonesia definisi dan tindakan
keperawatan (cetakan 1). DPP PPNI
PPNI (2018). standar intervensi keperawatan indonesia definisi dan tindakan
keperawatan (cetakan 1). DPP PPNI
PPNI (2019). standar luaran keperawatan indonesia definisi dan tindakan
keperawatan (cetakan 1). DPP PPNI
Rohayati, E. (2019). Keperawatan Dasar 1. (A. Rahmawati, Ed.) (Cetakan
1).Cirebon, jawa barat.

29

Anda mungkin juga menyukai