Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2022/2023BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat (NANDA, 2011). Kejadian pola nafas tidak
efektif dapat dijumpai pada pasien dewasa maupun anak. Keefektifan jalan
napas sangat dipengaruhi oleh keadaan sistem kesehatan paru. Beberapa
kelainan sistem pernapasan seperti obstruksi jalan napas, atau keadaan
yang dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas, infeksi jalan napas, serta
gangguan gangguan lain yang dapat menghambat pertukaran gas,
empisema dan bronchitis kronis. Hal ini perlu diantisipasi dan di tangani
dengan baik agar tidak terjadi kegawatan napas. Pada kasus pernafasan
yang sering dijumpai pada anak adalah sindrom gawat nafas atau Respirasi
Distress Syndrom (RDS) yang merupakan gangguan pernafasan sering
terjadi pada bayi dengan tanda-tanda takipnue (>60x/menit), retraksi dada,
sianosis pada udara kamar yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam
kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik, sekitar 60% bayi yang lahir
sebelum gestasi 29 minggu mengalami RDS (Lissuer dan Fanaroff, 2009).
Di dalam (NURIYANTI, 2017)
B. Etiologi/ Predisposisi
1. Faktor fisiologis
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
b. Bayi dan toodler
c. Anak usia sekolah dan pertengahan
d. Dewasa tua
3. Faktor prilaku
a. Nutrisi
b. Latihan fisik
c. Merokok
d. Penyalahgunaan substansi kecemasan
4. Faktor lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut
b. (Haswita & Reni, 2017)
C. Patofisiologi
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi
oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi,
kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi
sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses
penyempitan
D. Manifestasi klinik
E. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
2) Pemeriksaan sputum
b. Pemeriksaan radiologi
1) Ronthenogram thoraks
2) Laringoskopi/bronskopi
F. Komplikasi
1. Hipoksemia
Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri ( SaO2 )
dibawah normal (normal PaO 85-100 mmHg, SaO,95%). Pada
neonates, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%. Pada dewasa, anak,
dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini
disebabkan oleh ganguuan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt),
atau berada pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan
hivoksemia, tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara
meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume,
vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkata nadi. Tanda dan gejala
hipoksemia di anaranya sesak nafas, frekuensi nafas dapat mencapai
35 kali per menit, nadi cepat dan dangkal, serta sianosis.
2. Hipoksia
3. Gagal nafas
(Ambara, 2019)
G. Penatalaksanaan
3) Hipoksemia
6) Trauma berat
b. Fisioterapi dada
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan
pada punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan
kekuatan penuh yang dilakukan secara bergantian dengan
tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga
pernapasan menjadi lancar.
2). Vibrasi