Disusun Oleh
SITA FEBBRIANA
(120095)
Prodi : S1 Keperawatan
2021
I. Konsep Dasar
A. Definisi
B. Etiologi
Menurut Ambarwati (2014) dalam Eki (2017), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
1. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen seseorang.
Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya adalah :
a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada saat
c. Hipovolemia
2. Status kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada individu yang sedang
mengalami sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan penyakit kronis.
3. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang mempengaruhi
sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi individu
berdasarkan tingkat perkembangan:
c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
d. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres yang
4. Faktor perilaku
5. Lingkungan
b. Ketinggian
C. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru),
apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontrakti
D. Pathways
Pernapasan
Oksigenasi
Ventilasi Transportasi
Bersihan
jalan naas
tidak efektif
E. Manifestasi klinik
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis,
warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala
ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).
F. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan oksigenasi
pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah
arteri,
oksimetri, pemeriksaan darah lengkap
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi, scan paru
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur kerongkongan,
sputum, uji kulit torakosintesis
G. Komplikasi
Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), tipe kekurangan Oksigen dalam tubuh di
bagi menjadi 7 bagian yaitu:
1. Hipoksemia
2. Hipoksia
1) Menurunnya hemoglobin
puncak gunung
keracunan sianida
pneumonia;
c. Gagal nafas
Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen
karna pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekut sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh
adanya peningkatan gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal nafas di tandai oleh
adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan. Gagal
nafas dapat disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang mengontrol system
pernapasan, kelemahan neuromuscular, keracunan obat, gangguan metabolism,
kelemahan otot pernapsan, dan obstruktif jalan nafas.
Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa sekitar 12-20
x/menit,dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernafasan
normal disebut eupnea. Perubahan pola nafas dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
3) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari
24 x/menit.
4) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan frekuensi
kurang dari 16x/menit.
7) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan periode
yang tidak teratur, misalnya pada meningitis. (Ambara, 2019)
H. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terapi oksigen adalah tindakan pemberian
oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan
terapi oksigen
3. Hipoksemia
6. Trauma berat
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu
sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan
oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal.
Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen
diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup
muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat memberikan oksigen dengan
aliran 1 – 6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang
baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk
dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen
dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8
– 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat
inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah
udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian
oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan tidak
terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen yang
lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask
atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip
pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur
dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat,
misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan
hijau 60%.
b. Fisioterapi dada
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung pasien
yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan secara bergantian
dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi
lancar.
2) Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan getaran yang
kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien secara
mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang
dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveolus
atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk,
dan mengurangi stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk
melatih pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan
napas.
5) Penghisapan lendir
A. Pengkajian
Menurut Brunner & Suddarth (2016), pengkajian keperawatan untuk pasien gagal jantung
berfokus pada pemantauan keefektifan terapi dan kemampuan pasien untuk memahami dan
menjelaskan strategi manajemen diri. Tanda dan gejala kongesti paru dan kelebihan beban
cairan harus segera dilaporkan yang akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen atau
timbulnya masalah oksigenasi.
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnese
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam tidak terlalu tinggi tiga hari yang
lalu.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas, penyebab terjadinya sesak nafas, serta upaya
yang telah dilakukan oleh pasien untuk mengatasinya.
Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan
pernafasan pada kasus terdahulu serta tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit lain yang berpotensi menurun
atau menular pada anggota keluarga lain
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
c. Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda –
tanda vital.
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi
lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka atau warna kehitaman
bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan terdapat retraksi dinding
dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa
panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, apakah cepat lelah,
lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit
dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
2) Analisa gas darah:
- Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2
maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk.
- Kadang – kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi.
- Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan
menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
- Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3) Pemeriksaan sputum:
- Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-
cabang bronkus.
- Terdapatnya neutrofileosinofil.
3) Jika terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
f. Lain –Lain
1) Tes fungsi paru: Untuk mengetahui fungsi paru, menetapkan luas beratnya penyakit,
mendiagnosis keadaan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan masalah oksigenasi
adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :
C. Intervensi Keperawatan
Pencegahan Aspirasi
- Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk,
muntah, dan kemampuan menelan
- Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30-45
derajat setelah makan untuk mencegah
aspirasi dan mengurangi dispnea
.