Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Disusun Oleh

SITA FEBBRIANA
(120095)

Prodi : S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES TELOGOREJO SEMARANG

2021
I. Konsep Dasar

A. Definisi

Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O2 dan pembuangan


CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Apabila lebih dari 4 menit seseorang
tidak mendapatkan oksigen, maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan kemungkinan berujung fatal seperti meninggal (Kusnanto, 2016).

B. Etiologi

Menurut Ambarwati (2014) dalam Eki (2017), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.

1. Faktor fisiologis

Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen seseorang.
Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya adalah :

a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada saat

terpapar zat beracun

b. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi

c. Hipovolemia

d. Peningkatan laju metabolik

e. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,


obesitas dan penyakit kronis

2. Status kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada individu yang sedang
mengalami sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan penyakit kronis.

3. Faktor perkembangan

Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang mempengaruhi
sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi individu
berdasarkan tingkat perkembangan:

a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan

b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut

c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok

d. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres yang

mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru

e. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan

arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun

4. Faktor perilaku

Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi fungsi pernapasan.


Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan penggunaan zat-
zat tertentu secara sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh.

5. Lingkungan

Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi lingkungan


yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi yaitu :
a. Suhu lingkungan

b. Ketinggian

c. Tempat kerja (polusi)

C. Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru),
apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontrakti

D. Pathways
Pernapasan

Oksigenasi

Ventilasi Transportasi

Inspirasi / ekspirasi Adanya


inadekuat sumbatan pada Difusi
jalan napas

Pola napas Obstruksi


tidak efektif jalan nafas

Bersihan
jalan naas
tidak efektif
E. Manifestasi klinik

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.


Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas,
pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada,
nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi
memanjang, peningkatan diameter anterior- posterior, frekuensi nafas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).

Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis,
warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala
ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).

F. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan oksigenasi
pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah
arteri,
oksimetri, pemeriksaan darah lengkap
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi, scan paru
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur kerongkongan,
sputum, uji kulit torakosintesis
G. Komplikasi

Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), tipe kekurangan Oksigen dalam tubuh di
bagi menjadi 7 bagian yaitu:

1. Hipoksemia

Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah


arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri ( SaO2 ) dibawah normal (normal PaO 85-100
mmHg, SaO,95%). Pada neonates, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%. Pada
dewasa, anak, dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini
disebabkan oleh ganguuan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada
tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hivoksemia, tubuh akan melakukan
kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume,
vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkata nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di
anaranya sesak nafas, frekuensi nafas dapat mencapai 35 kali per menit, nadi cepat
dan dangkal, serta sianosis.

2. Hipoksia

Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya


pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi
atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi
setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia antara lain:

1) Menurunnya hemoglobin

2) Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada di

puncak gunung

3) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada

keracunan sianida

4) Menurunya difusi oksigen dan alveoli ke dalam darah seperti pada

pneumonia;

5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok;

6) Kerusakan atau gangguan ventilasi Tanda-tanda hipoksia di

antaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi


meningkat, pernapasan cepat dan dalam sianosis sesak nafas, serta jari tabuh
(clubling finger).

c. Gagal nafas
Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen
karna pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekut sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh
adanya peningkatan gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal nafas di tandai oleh
adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan. Gagal
nafas dapat disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang mengontrol system
pernapasan, kelemahan neuromuscular, keracunan obat, gangguan metabolism,
kelemahan otot pernapsan, dan obstruktif jalan nafas.

d. Perubahan pola nafas

Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa sekitar 12-20
x/menit,dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernafasan
normal disebut eupnea. Perubahan pola nafas dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

1) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.

2) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.

3) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari
24 x/menit.

4) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan frekuensi
kurang dari 16x/menit.

5) Kussmaul, yaitu pernpasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama,


sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada pasien koma
dengan penyakit diabetes mellitus dan uremia.

6) Cheyne-stokes,merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian berangsur-


ansur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara teratur. Misalnya
pada keracunan obat bius,penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

7) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan periode
yang tidak teratur, misalnya pada meningitis. (Ambara, 2019)
H. Penatalaksanaan medis dan keperawatan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terapi oksigen adalah tindakan pemberian
oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan
terapi oksigen

adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi respiratorik,


mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %.

Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :

1. Perubahan frekuensi atau pola napas

2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas

3. Hipoksemia

4. Menurunnya kerja napas

5. Menurunnya kerja miokard

6. Trauma berat

Berikut metode-metode yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan oksigen :


a. Inhalasi oksigen

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu
sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.

1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan

oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal.
Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen
diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup
muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula

Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat memberikan oksigen dengan
aliran 1 – 6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.

b) Sungkup muka sederhana

Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau dengan aliran 5 – 10


liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60%.

c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing

Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang
baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk
dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen
dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8
– 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.

d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing

Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat
inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah
udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian
oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.

2) Sistem aliran tinggi

Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan tidak
terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen yang
lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask
atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip
pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur
dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat,
misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan
hijau 60%.
b. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara


postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas (Hidayat, 2009).

1) Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung pasien
yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan secara bergantian
dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi
lancar.

2) Vibrasi

Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan getaran yang
kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien secara
mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang
dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.

3) Postural drainase

Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret dari berbagai


segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret
tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada setiap segmen paru.

4) Napas dalam dan batuk efektif

Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveolus
atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk,
dan mengurangi stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk
melatih pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan
napas.
5) Penghisapan lendir

Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada


pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender sendiri. Tindakan ini
memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
(Hidayat, 2009).

II. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Menurut Brunner & Suddarth (2016), pengkajian keperawatan untuk pasien gagal jantung
berfokus pada pemantauan keefektifan terapi dan kemampuan pasien untuk memahami dan
menjelaskan strategi manajemen diri. Tanda dan gejala kongesti paru dan kelebihan beban
cairan harus segera dilaporkan yang akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen atau
timbulnya masalah oksigenasi.

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

b. Anamnese

1) Identitas pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

2) Keluhan Utama

Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam tidak terlalu tinggi tiga hari yang
lalu.
3) Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas, penyebab terjadinya sesak nafas, serta upaya
yang telah dilakukan oleh pasien untuk mengatasinya.

4) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan
pernafasan pada kasus terdahulu serta tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit lain yang berpotensi menurun
atau menular pada anggota keluarga lain

6) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

c. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda –
tanda vital.

2) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi
lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

3) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka atau warna kehitaman
bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.

4) Sistem pernafasan

Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan terdapat retraksi dinding
dada, serta suara tambahan nafas.

5) Sistem kardiovaskuler

Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

6) Sistem gastrointestinal

Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

7) Sistem urinary

Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa
panas atau sakit saat berkemih.

8) Sistem musculoskeletal

Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, apakah cepat lelah,
lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di ekstrimitas.

9) Sistem neurologis

Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,


letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, dan disorientasi.

d. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:

1) Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit
dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
2) Analisa gas darah:

- Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2
maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk.

- Kadang – kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi.

- Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi.

- Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan
menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.

- Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.

3) Pemeriksaan sputum:

- Kristal –kristal charcotleyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.

- Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-
cabang bronkus.

- Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

- Terdapatnya neutrofileosinofil.

e. Pemeriksaan Radiologi Foto Thoraks:

1) Jika disertai dengan bronkhitis, bercakanhilus akan bertambah.

2) Jika terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.

3) Jika terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.

f. Lain –Lain

1) Tes fungsi paru: Untuk mengetahui fungsi paru, menetapkan luas beratnya penyakit,
mendiagnosis keadaan

2) Spirometristatik: Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.


B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan masalah oksigenasi
adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Pola nafas tidak efektif

C. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Bersihan jalan Airway management Airway management
nafas tidak efektif - Jaga kepatenan jalan napas: buka jalan
Subyektif : napas, suction, fisioterapi dada sesuai
- Sulit bicara indikasi
- Monitor pemberian oksigen, vital sign
- Dispnea
tiap .... jam
- Ortopnea - Monitor status respirasi: adanya suara
Obyektif : tambahan
- Sputum berlebih - Ajarkan teknik nafas dalam dan batuk napas
- Terdengar suara efektif
mengi / wheezing, - Kolaborasi dengan tim medis pemberian
dan / ronkhi kering O2, bronkodilator, terapi nebulizer, insersi
- Frekuensi napas jalan nafas, dan pemeriksaan laboratorium:
berubah AGD
- Bunyi napas
menurun Suction
- Monitor dan catat tipe dan jumlah sekret
- Pola napas
pencegahan aspirasi
berubah - Monitor saturasi oksigen dan status
hemodinamik selama dan setelah suction

Pencegahan Aspirasi
- Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk,
muntah, dan kemampuan menelan
- Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30-45
derajat setelah makan untuk mencegah
aspirasi dan mengurangi dispnea
.

2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Airway management


efektif keperawatan selama .... x - Pantau adanya pucat dan sianosis
Subyektif : 24 jam - Pantau efek obat pada status respirasi
- Dispnea - Respiratory : ventilation - Pantau bunyi respirasi, pola respirasi, dan
- Ekspirasi dada simetris vital sign
Ortopnea
- Tidak terdapat pengunaan - Kaji TTV dan adanya sianosis
Obyektif : otot bantu pernapasan - Kaji adanya penurunan ventilasi dan bunyi
- Penggunaan otot - Tidak terdengar bunyi napas tambahan, serta kebutuhan insersi jalan
bantu pernapasan napas tambahan napas
- Fase ekspirasi - TTV dalam batas normal - Monitor pola pernapasan (bradipnea,
memanjang - Fungsi paru menunjukkan takipnea, hiperventilasi) : kecepatan, irama,
- Pola napas nilai dalam batas kedalaman, dan usaha respirasi
abnormal normal - Monitor tipe pernapasan :kussmaul, cheyne
- Pernapasan stoker, biot
cuping hidung - Pertahankan pemberian O2 sesuai
- Tekanan kebutuhan
- Informasikan dan ajarkan kepada klien dan
ekspirasi / inspirasi
keluarga tentang teknik relaksasi
menurun - Kolaborasi dengan tim medis untuk
program
terapi, pemberian oksigen, bronkodilator,
nebulizer, serta pemeriksaan medis
DAFTAR PUSTAKA

Nurlitasari, N. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN OKSIGENASI DI RUANG AL FAJR RSUI KUSTATI SURAKARTA.
https://www.academia.edu/download/65547298/LP_Oksigenasi_Nurlitasari.pdf

Anda mungkin juga menyukai