Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI

DI RS. S.K LERIK KOTA KUPANG

OLEH :

HONORIO JOSE DA COSTA

213111107

PROGRAM STUDI NURSE UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Konsep Dasar Gangguan Kebutuhan Oksigenasi

A. Pengertian

Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses kehidupan

karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh (Taqwaningtyas, Ficka

(2013) dalam Hidayat dan Uliyan, 2017). Oksigenasi adalah suatu proses untuk

mendapatkan O2 dan mengeluarkan CO2. Kebutuhan fisiologi oksigenasi merupakan

kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,

untuk mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel (Kusnanto,

2016).

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam udara ruangan

adalah 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat

dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium

(Mutaqqin, 2017).

B. Etiologi

Adapaun etiologi yang mempengaruhi klien mengalami gangguan oksigenisasi yaitu.

1. Factor Fisologi

a. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia.

b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran

pernapasan
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2

terganggu

d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka,

dan lain-lain.

e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,

obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.

2. Faktor Perkembangan

a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan,

b. Bayi dan toddler adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.

c. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.

d. Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress

yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.

e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan

arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.

3. Faktor Perilaku

a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi

yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang

tinggi lemak menimbulka arterioklerosis.

b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.

c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan

koroner.

d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan): menyebabkan intake nutrisi/Fe

menurun mengakibatkan penurunan haemoglobin, alcohol, menyebabkan

depresi pusat pernapasan.

e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.


C. Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi. Proses

ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dank e paru-

paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan

baik dan sumbatan tersebut akan direpson jalan nafas sebagao benda asing yang

menimbulkan pengeluaran mucus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke

jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selian

kerusakan pada ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan

volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat

mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2016).

D. Pathway

Pernapasan

oksigenasi

Ventilasi Transportasi

Gangnguan Batuk Adanya sumbatan

Pada jalan napas Difusi

Obstruksi jalan napas


Ketidak efektifan

jalan napas
Ketidak efektifan
pola napas

Sumber : Smeltzer & Bare (2016)


E. Manifestasi Klinis

Adanya penggunaan otot bantu pernapasa, fase ekpirasi memanjang, pola napas

abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes),

pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior-posterior

meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi

menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah menjadi tanda dan gejala

adanya pola napas tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenisasi (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2017).

Adanya PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri

meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping

hidung, pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal), warna kulit

abnormal (mis. Pucat, kebiruan) dan kesadaran menurun menjadi tanda dan gejala

gangguan pertukaran gas (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Tanda dan gejala bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif, tidak

mampu batuk, sputum berlebihan, mengi, wheezing, dan/atau ronkhi kering, mekonium di

jalan napas (pada neonates), gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas

berubah, dan pola napas berubah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Pada gangguan ventilasi spontan menunjukkan adanya tanda dan gejala seperti

penggunaan otot bantu napas meningkat, volume tidal menurun, PCO 2 meningkat, PO2

menurun, SaO2 menurun, gelisah dan takikardia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
F. Fisiologi Perubahan Fungsi Pernafasan

Adapun perubahan fungsi pernapasan, sebagai berikut.

1. Hiperventilasi. Hiperventilasi adalah adanya ‘ketidak-beresan’ pada dada atau

jantung.Kondisi disaat tubuh lebih banyak mengeluarkan karbon dioksida

daripada menghirupnya. CO2 dalam tubuh berkurang. Level rendah tersebut

memicu penyempitan pembuluh drah yag memasok darah ke otak. Ketika hal itu

terjadi maka akan merasa ‘melayang’ dan kesemutan pada jari (Pratiwi, 2016).

Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada

(chest pain), menurunkan kinsentrasi, disorientasi, tinnitus.

2. Hipoventilasi. Hipoventilasi didefinisikan sebagai gangguan ketika bernapas

terlalu pendek atau terlalu lambat sehingga pemenuhan oksigen yang dibutuhkan

oleh tubuh terjadi sangat lambat (Savitri, 2017). Biasanya terjadi pada keadaan

atelektasis (kolaps paru). Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi

adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdisritmia,

ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.

3. Hipoksia. Hipoksia adalah keadaan dimana terjadi defisiensi oksigen yang

mengakibatkan kerusakan sel akibat penurunan respirasi oksidatif aerob pada sel

(Kumar, 2017). Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defesiensi O2

yang diinspirasi atau meningkatkan penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia

dapat disebabkan oleh:

a. Menurunnya Hb

b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung

c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida

d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti peneumonia

e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok


f. Kerusakan/gangguan ventilasi

Menurut Martin (2016), tanda-tanda hipoksia antara lain: kelelahan,

kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan

cepat dan dalam, sianosis, sesak napas dan clubbing.

G. Penatalaksanaan

a. Medis

1) Pemantauan Hemodinamika

2) Pengobatan Bronkodilator

3) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, missal.

Nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika

diperlukan.

b. Keperawatan

1) Pembersihan jalan nafas

2) Latihan batuk efektif

3) Suctioning

4) Jalan nafas buatan

5) Atur posisi pasien (Semi fowler)

6) Pemberian oksigen

7) Teknik bernafas dan relaksasi

8) Gangguan pertukaran gas


H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan

oksigenasi yaitu:

a. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi

impuls dan posisi listrik jantung.

b. Pemeriksaan stress latihan, digunakan mengevaluasi respond jantung terhadap

stress fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard

terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran

darah koroner.

c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi: pemeriksaan

fungsi patu, analisis gas darah (AGD).

I. Komplikasi

Obtruksi / sumbatan jalan napas atau gangguan pernafasan dapat mempengaruhi


system organ lain terutama system kardiovaskuler misalnya aritima dan takhikardi. Selain
itu dapat mengakibatkan kondisi lain seperti Penurunan Kesadaran, Hipoksia, Cemas, dan
gelisah.

2. Asuhan Keperawatan

A. Identitas

Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
B. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
b. Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
c. Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA, batuk.
d. Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan keluarga pasien
C. Pola kesehatan fungsional
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan, adanya faktor
risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan oksigen.
b. Pola Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi  seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan oksigen yang banyak. Orang
yang biasa olahraga, memiliki peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan
kebutuhan oksigen.
c. Pola istirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat.
d. Pola nutrisi metabolic
Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi karena ekspansi
paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi, mengalami kelemahan otot pernafasan.
e. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan berkemih
(perubahan warna, jumlah, frekuensi)
f. Pola kognitif dan perceptual
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau tidak,
penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien.
g. Pola konsep diri
Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang (pekerjaan, situasi keluarga,
kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/ kurus).
h. Pola Koping
Adanya stress yang memengaruhi status oksigenasi pasien.
i. Pola seksual-reproduksi
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji
j. Pola peran hubungan
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki kebiasaan merokok
sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.

k. Pola Nilai dan Kepercayaan


Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya pantangan atau
larangan minuman tertentu dalam agama pasien.
D. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran: kesadaran menurun
b. TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c. Head to toe
1) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena
hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie (karena emboli atau endokarditis)
2) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan mulut
3) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
4) Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan
kiri, suara nafas tidak normal.
5) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat (tacypnea),
pernafasan lambat (bradypnea)
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah arteri
dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG.
F. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus berlebih
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau hiperventilasi
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Hidayat & Uliyah. 2017. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2. Jakarta: Salemba
medika.

Kusnanto. 2016. Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen.Surabaya: FKUI.

Muttaqin. 2016. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan. Salemba Medika:
Jakarta.

Nurarif, H & Kusuma, H. 2017. Aplikasi Asuhan Keperawatan Beerdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Medi
Action: Jogjakarta.

Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: Salemba Medika

Pratiwi. 2016. Hiperventilasi (Napas Berlebih) Saat Panik, Berbahaykah?. (online),


https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/napas-berlebihan-hiperventilasi/, diakses
tanggal 27 Agustus 2016.

Savitri, Tania. 2017. Mengenal Gangguan Hipoventilasi: Saat Napas Terasa Pendek Atau
Lambat. (online), https://hellosehat.com/hidup-sehat/mengenal-gangguan-hipoventilasi/,
diakses 27 Agustus 2019.

Smeltzer and Bare. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Vol:1. Jakarta:
EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Indikator Diagnostik). Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai