DISUSUN OLEH:
NIM: PO713201191120
KELAS: 2 C
Dosen Pembimbing
PRODI D3 KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
TAHUN 2020/2021
A. Definisi
B. Etiologi
2. Faktor Perkembangan
a) Bayi Prematur Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang
diduga disebabkan defisiensi surfaktan.
b) Bayi dan Todler Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA) hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok.
Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang kongesti
nasal yang memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi
terjadinya ISPA. ISPA yang sering doalami adalah nasofaringitis, faringitis,
influenza, dan tonsillitis.
c) Anak usia sekolah dan remaja Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi
pernapasan dan factor-faktor resiko pernafasan, misalnya asap rokok dan
merokok.
d) Dewasa muda dan dewasa pertengahan Individu pada usia pertengahan dan
dewasa muda terpapar pada banyak factor resiko kerdiopulmonar seperti diet yang
tidak sehat, kurang latihan fisik, obat-obatan.
e) Lansia Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan
dengan osteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta.Otot – otot pernapasan
melemah dan sirkulsi pemubuluh darah pulmonar menurun.
3. Faktor Perilaku
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran
oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,
preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2002).
D. Manifestasi klinis
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis,
warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit
kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA,
2011).
E. Pathway
F. Penatalaksanaan
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen
dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
- Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya.
- Pengaruh sakit terhadap cara hidup.
- Perasaan klien terhadap sakit dan therapy.
- Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapy.
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Mata
1) Konjungtiva pucat (karena anemia)
2) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3) konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau
endokarditis)
b. Kulit
1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer)
2) Penurunan turgor (dehidrasi)
3) Edema.
4) Edema periorbital.
e. Hidung
1) Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
1) Adanya distensi / bendungan.
g. Dada
1) retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas
h. Pola pernapasan
1) pernapasan normal (eupnea)
2) pernapasan cepat (tacypnea)
3) pernapasan lambat (bradypnea)
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung
dan kontraksi paru.
h. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
C. Perencanaan
2. mengencerkan
Menunjukkan jalan
nafas bersih secret
2. Suara nafas norma3l. Beri posisi yang nyaman
tanpa suara tambahan seperti posisi semi fowl
Memudahkan
3. Tidak ada penggunaan
4. 3. pasien untuk
otot bantu nafas
4. Mampu melakukan bernafas
er
perbaikan bersihan Pakaian yang
jalan nafas Sarankan keluarga agar ketat menyulitkan
5. tidak memakaikan pasien untuk
pakaian ketat kepada bernafas
pasien Kelembapan
Kolaborasi penggunaan mempermudah
nebulizer pengeluaran dan
mencegah
pembentukan
mucus tebal pada
bronkus dan
membantu
pernafasan
2 Setelah Kaji frekuens1i. Mengetahui
dilakuka1n. tindakan pernafasan pasien. frekuensi
keperawatan pernafasan paasien
selama….X24 jam Tinggikan kepala dan Duduk tinggi
diharapkan pola napa2s. bantu mengubah posisi. memungkinkan
efektif dengan ekpansi paru dan
kriteria : memudahkan
Menunjukkkan pola Ajarkan teknik bernafas pernafasan
1. 3. dan relaksasi yang benar HE dapat
nafas efektif de
memberikan
ngan pengetahuan pada
frekuensi nafas 16-20 Kolaborasikan dalam pasien tentang
kali/menit dan irama pemberian obat teknik bernafas
teratur 4. Pengobatan
4.
mempercepat
2. Mampu menunjukkan
penyembuhan dan
perilaku peningkatan
fungsi paru
memperbaiki pola
nafas
3 Setelah Auskultasi dada untu1k. Weezing atau
dilakuka1n. tindakan karakter bunyi nafas dan mengiindikasi
keperawatan selama adanya secret. akumulasi
….X 24 jam sekret/ketidakmam
diharapkan pertukaran puan membersihkan
gas dapat jalan napas
dipertahankan dengan sehingga otot
kriteria : aksesori digunakan
1. Menunjukkan dan kerja
Beri posisi yang nyaman pernapasan
perbaikan ventilasi dan
2. seperti posisi semi fowler meningkat.
2.
oksigenasi jaringan
Anjurkan untuk bedrest,
Tidak ada sianosis batasi dan bantu aktivita2s. Memudahkan
sesuai kebutuhan pasien untuk
3. bernafas
Ajarkan teknik bernafas
Mengurangi
dan relaksasi yang
konsumsi oksigen
benar.
pada periode
respirasi.
4.
HE dapat
Kolaborasikan terapi
oksigen memberikan
pengetahuan pada
pasien tentang
5.
teknik bernafas
Memaksimalkan
5. sediaan oksigen
khususnya ventilasi
menurun
G. Daftar pustaka
file:///C:/Users/user/Downloads/LAPORAN%20PENDAHULUAN%20KEBUTUHAN
%20OKSIGENASI.pdf
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/134/1/HENI%20WIJI%20UTAMI%20NIM.
%20A01301759.pdf