Anda di halaman 1dari 23

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN GAGAL JANTUNG DALAM PEMENUHAN
KESEIMBANGAN CAIRAN DI RUMAH SAKIT WAHIDIN
SUDIROHUSODO KOTA MAKASSAR

MUSVIRA MUSTAFA
PO713201191120

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan peradaban dunia, kemajuan teknologi, semakin

meningkatnya kemakmuran, dan pertumbuhan ekonomi yang cepat

berpengaruh terhadap kejadian dan jenis penyakit. Salah satu jenis penyakit

adalah penyakit gagal jantung. Gagal jantung (Heart Failure) adalah

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan jaringan untuk oksigen dan nutrisi. Gagal jantung bersifat klinis

sindrom ditandai dengan tanda dan gejala kelebihan cairan (edema) atau

perfusi jaringan yang tidak memadai. Mekanisme yang mendasari gagal

jantung melibatkan gangguan sifat kontraktil jantung (sistolik) (Pudiyanti,

2019).

Gagal ginjal terjadi

ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau

melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya di eliminasi di urine

menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan

menyebabkan terjadinya gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan,

elektrolit, serta asam basa. (Suharyanto & Madjid, 2009).

Faktor yang menjadi penyebab rehospitalisasi pasien gagal jantung

adalah konsumsi makanan yang tidak sehat (diet), kurang aktivitas atau

olahraga, kebiasaan merokok, dan minum yang beralkohol jangka panjang.


Faktor tersebut akan menyebabkan hipertensi, peningkatan gula darah dan

kadar lemak serta obesitas. Jika 3 semua faktor tersebut tidak dapat dicegah,

maka akan menyebabkan berbagai penyakit komplikasi lainnya

Data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) tahun

2016 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 terdapat 23 juta atau sekitar 54%

dari total kematian disebabkan oleh Congestive Heart Failure (CHF).

Penelitian yang telah dilakukandi Amerika Serikat menunjukkan bahwa resiko

berkembangnya Congestive Heart Failure (CHF) adalah 20% untuk usia ≥ 40

tahun dengan kejadian > 650.000 kasus baru yang diagnosis Congestive Heart

Failure (CHF) selama beberapa dekade terakhir. Kejadian Congestive Heart

Failure (CHF) meningkat dengan bertambahnya umur. Tingkat kematian

untuk Congestive Heart Failure (CHF) sekitar 50% dalam kurun waktu lima

tahun (Rispawati, 2019).

Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi gagal ginjal kronis berdasar

diagnosis di Indonesia sebesar 0,2%. Pravelensi tertinggi di Sulawesi Tengah

sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorongtalo dan Sulawesi Utara masing-masing

0,4% sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa

Barat, Jawa Tengah, di Yogyakarta, dan Jawa Timur masimg-masing 0,3%.

Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,2%.

Berdasarkan data Survailans Penyakit tidak menular Bidang P2PL

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 terdapat penderita

baru hypertensi esensial (primer) sebanyak 5.902 kasus, penderita lama

sebanyak 7.575 kasus, dengan kematian 65 orang, jantung hypertensi


penderita lama 1.687 kasus, penderita baru 1.670 kasus dengan kematian 24

orang, ginjal hypertensi penderita baru sebanyak 58 kasus, penderita lama

sebanyak 34 kasus dengan kematian 5 orang, jantung dan dan hypertensi

sekunder penderita lama sebanyak 2.082 kasus dan penderita baru sebanyak

2.081 kasus dengan kematian 18 orang. Di kota Makassar dijelaskan oleh

Kepala Promosi Kesehatan, Kementrian Kesehatan Dr.Lily S Sulistyowati

prevalensi penyakit jantung koroner sebanyak 4.2% lebih tinggi dibanding

prevalensi nasional sebanyak 1.5 % (Antara News Makassar, 2014).

Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki

fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi

cairan ekstraseluler, termasuk plasma darah dan cairan transeluler (Anonim

2010). Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat

terlarut) yaitu elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah substansi yang

menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan

negative dan diukur dengan kapasitasnnya untuk saling berikatan satu sama

lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Pada keadaan normal,

keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh sudah diatur secara otomatis melalui

mekanisme homeostatis. Jadi pada saat sel-sel dalam tubuh kehilangan cairan,

sel-sel tubuh tersebut akan mengirimkan sinyal kepada sistem saraf pusat

untuk segera mengkompensasi keadaan tersebut.

Dari uraian di atas, maka penulis ingin membuat karya tulis ilmiah

dengan judul “Penerapan Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Jantung


Dalam Pemenuhan Keseimbangan Cairan Di Rumah Sakit Wahidin

Sudirohusodo Kota Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran penerapan asuhan keperawatan pasien

gagal jantung dalam pemenuhan keseimbangan cairan di rumah sakit Wahidin

Sudirohusodo Kota Makassar?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran penerapan asuhan keperawatan pasien gagal

jajntung dalam pemenuhan keseimbangan cairan di rumah sakit Wahidin

Sudirohusodo Kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakterstik pada pasien gagal jantung dalam

pemenuhan keseimbangan cairan di rumah sakit Sudarhusodo Kta

Makassar.

b. Untuk mengetahui gambaran kualitas terhadap pada pasien gagal

jantung dalam pemenuhan keseimbangan cairan di rumah sakit

Sudarihusodo Kota Makassar

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Masyarakat
Sebagai wahana untuk meningkatkan pendidikan dan kepedulian terhadap

kualitas hidup dan akan penyakit gagal jantung yang dialami.

2. Bagi institusi pendidikan Sebagai wahana pendidikan sebagai proses

pembelajaran khususnya mahasiswa keperawatan dalam memberikan

gambaran tentang kualitas hidup pada pasien gagal jantung kongestif.

3. Bagi Peneliti

a. Memberikan pengalaman dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah

untuk mengembangkan diri dalam melaksanakan fungsi perawat

sebagai peneliti.

b. Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti tentang kegawat daruratan dari gambaran

kualitas hidup pada pasien gagal jantung


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai

tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan Kebutuhan Dasar

Manusia (KDM), dengan menggunakan metodologi proses keperawatan dan

berpedoman pada standar keperawatan,dilandasi kode etik dan etika

keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.

(DPP PPNI, 1999).

Pelayanan kesehatan menggunakan Asuhan Keperawatan untuk

menjamin pelaksanaan pelayanan keperawatan yang diberikan memenuhi 5

kriteria kualitas pelayanan yang terangkum dalam SMART, yaitu:

a. Specific: Tujuan pelayanan yang dilakukan harus jelas dan spesifik. Jelas

yang akan membantu menguraikan apa yang akan dilakukan, dan spesifik

yang akan membuat segala upaya terfokus pada target yang akan dicapai.

b. Measurable: Apa yang ingin dicapai haruslah bisa diukur. Semisal

seberapa efektif, seberapa efisien atau seberapa lama dan seberapa sering.
c. Achievable: Tujuan yang ditetapkan haruslah bisa dicapai. Dengan begitu

akan ada komitmen yang kuat untuk mencapainya dengan sungguh-

sungguh.

d. Realistic: Realistis atau masuk akal adalah hal lain yang harus dipenuhi

dalam pemberian pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan

sumber daya dan ketersediaan instrumen pelayanan.

e. Timely: Pelayanan yang diberikan harus mempunyai waktu yang dapat

diukur dan ditentukan, dapat dicapai dan dievaluasi dalam kurun waktu

tertentu.

Berdasarkan Undang-undang No. 38 Tahun 2014, Asuhan keperawatan

adalah rangkaian interaksi antara perawat dengan klien dan lingkungannya

untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam

merawat dirinya.

Hal tersebut menunjukan bahwa asuhan keperawatan adalah jembatan

penghubung antara perawat dengan klien dan lingkungan perawatan, yang

mana dengan adanya asuhan keperawatan:

a. Dapat meningkatkan kemandirian perawat dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya sebagai pemberi pelayanan keperawatan.

b. Dapat meningkatkan kepercayaan diri perawat dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya sebagai profesional keperawatan.

c. Dapat meningkatkan kemampuan intelektual dan teknikal dalam

melakukan tindakan keperawatan.


d. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan tanggung gugat untuk

perawat dalam mencegah tindakan yang merugikan atau menghindari

adanya tindakan yang ilegal dalam menjalankan peran dan fungsinya.

B. Penyakit Gagal Jantung

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat

dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah

atas (atrium yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel)

yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka

ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan

keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh

dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung

melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan

oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru- paru, dimana

darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung

kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan

memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.


Gagal jantung merupakan sindrom kompleks dengan tampilan gejala

khas: sesak saat istirahat atau saat aktivitas, kelelahan, serta tanda retensi

cairan seperti kongesti paru atau edema pergelangan kaki, tanda khas:

takikardi, takipnea, ronki, efusi pleura, peningkatan JVP, edema perifer,

hepatomegaly serta bukti objektif kelainan struktural atau fungsional jantung

saat istirahat: kardiomegali bunyi jantung, murmur, kelainan pada

ekokardiografi, peningkatan natriuretic peptide. Pada gagal jantung, jantung

tidak dapat menghantarkan curah jantung yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolic tubuh.

Klasifi kasi berdasarkan abnormalitas structural jantung (ACC/AHA)

atau berdasarkan gejala berkaitan dengan kapasitas fungsional (NYHA) tertera

pada table:

Klasifi kasi gagal jantung Tingkatan berdasarkan gejala dan


menurut ACC / AHA aktivitas fisik
Stadium A Kelas I
Memiliki risiko tinggi Tidak terdapat batasan melakukan
berkembang menjadi gagal aktivitas fisik. Aktivitas
jantung. Tidak terdapat ganguan fisik sehari-hari tidak menimbulkan
struktural atau fungsional kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
jantung, tidak terdapat tanda atau
gejala
tadium B Kelas II
Telah terbentuk penyakit struktur Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak
jantung yang berhubungan terdapat keluhan saat istirahat, namun
dengan perkembangan gagal aktivitas fi sik sehari-hari menimbulkan
jantung. Tidak terdapat tanda kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
atau gejala
Stadium C Kelas III
Gagal jantung asimptomatis yang Terdapat batasan aktivitas bermakna.
berhubungan dengan penyakit Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
struktural jantung yang tetapi aktivitas fisik ringan
mendasari menyebabkan kelelahan, palpitasi atau
sesak
Stadium D Kelas IV
Penyakit struktural jantung yang Tidak dapat melakukan aktivitas fi sik
lanjut serta gejala gagal jantung tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
yang sangat bermakna saat istirahat. Keluhan meningkat saat
istirahat walaupun sudah melakukan aktivitas
mendapat terapi medis maksimal

Beberapa istilah dalam gagal jantung:

1. Gagal jantung sistolik dan diastolik. Kedua jenis ini terjadi secara

tumpeng tindih, tidak dapat dibedakan berdasarkan pemeriksaan jasmani,

foto toraks atau EKG; hanya dapat dibedakan dengan eko-Doppler. Gagal

jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung memompa

sehingga curah jantung turun dan menyebabkan kelemahan, fatigue,

kemampuan aktivitas fi sik menurun dan gejala hipoperfusi lainnya.

Gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan gangguan

pengisian ventrikel; didefi nisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi

ejeksi lebih dari 50%. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan Doppler-

ekokardiografi .

2. Low Output dan High Output Heart Failure

Low output HF disebabkan oleh hipertensi, kardiomiopati dilatasi,

kelainan katup dan perikard. High Output HF ditemukan pada penurunan


resistensi vascular sistemik seperti hipertiroidisme, anemia, kehamilan, fi

stula A-V, beri-beri dan penyakit Paget. Gagal Jantung Akut dan Kronik

Contoh klasik gagal jantung akut adalah robekan daun katup secara tiba-

tiba akibat endokarditis, trauma atau infark miokard luas. Curah jantung

yang turun tiba-tiba menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa disertai

edema perifer.

3. Gagal Jantung Kanan dan Gagal Jantung Kiri

Gagal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel, meningkatkan tekanan

vena pulmonalis dan paru menyebabkan pasien sesak napas dan ortopnea.

Gagal jantung kanan terjadi jika kelainannya melemahkan ventrikel kanan

seperti pada hipertensi pulmonal primer/sekunder, tromboemboli paru

kronik sehingga terjadi kongesti vena sistemik yang menyebabkan edema

perifer, hepatomegaly dan distensi vena jugularis.

C. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

1. Pengertian Cairan

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga

kondisitubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh

adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Cairan adalah

volume air bisa berupa kelebihan atau kekurangan air. Air tubuh lebih banyak

meningkat tonisitus adalah terminology guna perbandingan osmolalitas dari

salah satu cairan tubuhyang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal
dan internal. Sedangkan elektrolit adalah substansi yang menyebabkab ion

kation (+) dan anion (-) (Alimul, 2005).

2. Fungsi Cairan Tubuh

a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh

b. Transport nutrient ke sel

c. Transport hasil sisa metabolism

d. Transport hormone

e. Pelumas antar organ

f. Mempertahankan tekanan hidrostatikdalam sistem kardiovaskuler (Alimul,

2005).

3. Keseimbangan/Komposisi Cairan Tubuh

Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam

tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa.

Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu sesuai dengan jenis

kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh

meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini

relative lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia. Cairan tubuh

menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga bagian (67%) dari

cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya (33%)

berada di luar sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau

plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan, dan

cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan.
Selain kedua kompartmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati

cairan tubuh, yaitu cairan transel.

Namun, volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan

otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat

pada cairan ekstrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak

tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan

dengan intrasel dan plasma. Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai

kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran

sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding

kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal,

terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan dan elektrolit antar

kompartmen (Aryani, dkk, 2009).Bila terjadi perubahan konsentrasi atau

tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau

ion antar kompartmen sehingga terjadi keseimbangan kembali (Aryani, dkk,

2009).

4. Perpindahan Substansi Antar Kompartmen.

 Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang

membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier

ata membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran,

maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat

menembusnya, maka membran tersebut tidak permeable untuk substansi

tersebut. Membran disebut semipermeabel (permeabel selektif) bila beberapa

partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.


Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif.

Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak

membutuhkan energy .

5. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter

penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal

mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan

garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan

keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan

mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk

mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

a. Pengaturan volume cairan ekstrasel

Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah

arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan

volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah

arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan

ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.

Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1) Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake &

output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih

tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang
masuk ke dalam tubuh. Hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan

antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.

2) Memperhatikan keseimbangan garam Seperti halnya keseimbangan air,

keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam

sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir

tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga

sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam

sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan

garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urin untuk

mempertahankan keseimbangan garam. Ginjal mengontrol jumlah

garam yang diekskresi dengan cara:

a) Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan

pengaturan.

b) Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate

(GFR).

c) Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal

d) Jumlah Na+ yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang

berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-

Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus

distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air

sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan

peningkatan tekanan darah arteri.


Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron, Atrial Natriuretic

Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi

natrium dan air. Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung jika

mengalami distensi akibat peningkatan volume plasma. Penurunan

reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urin

sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis dan Desain Studi Kasus

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus

merupakan rancangan penelitian yang mencakup satu unit dapat berarti satu

klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi. Unit yang menjadi kasus

tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan

keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian

khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi

kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun di dalam


studi kasus ini yang di teliti hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis

secara mendalam, meliputi berbagai aspek yang cukup luas (Notoatmodjo,

2012). Dalam studi kasus ini peneliti menggunakan dua klien yang akan dikaji

sesuai keluhan dan diberi asuhan keperawatan

Studi kasus yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah

digunakan untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien

Yang Mengalami Gagal Jantung Dengan Masalah Intoleransi Aktivitas di RS

Wahidin Sudirohusodo. Kota Makassar

B. Subyek Studi Kasus

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien yang

mengalami gagal jantung dengan masalah kurang cairan di RS Wahidin

Sudirohusodo Kota Makassar

C. Fokus Studi

Fokus studi merupakan kajian utama dari permasalahan yang akan dijadikan

titik acuan studi kasus. Dalam studi kasus ini yang menjadi fokus studi adalah

penerapan asuhan keperawatan pasien gagal jantung dalam pemenuhan

keseimbangan cairan di rumah sakit Wahidin Sudirohusodo Kota Makassar

yang meliputi rangkaian interaksi antara perawat dengan klien dan


lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian

klien dalam merawat dirinya.

D. Definisi Operasional Fokus Studi

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian,

maka peneliti sangat perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan praktik

keperawatan langsung kepada klien diberbagai tatanan pelayanan

kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan

dan merupakan inti praktik keperawatan.

2. Gagal jantung adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk

mengantarkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh tidak cukup

untuk memenuhi keperluan – keperluan tubuh.

3. Cairan adalah volume air bisa berupa kelebihan atau kekurangan air. Air

tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminology guna

perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuhyang normal.

E. Instrumen Studi Kasus

Adapun instrument yang digunakan untuk studi kasus ini adalah

pedoman wawancara, lembar observasi dan alat dokumentasi.

F. Metode Pengumpulan Data


Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam

penelitian ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun

teknik tersebut adalah:

1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang – dahulu – keluarga, Sumber data dari klien,

keluarga, perawat lainnya)

2. Observasi dan Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

pada sistem tubuh klien

3. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang

relevan).

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Wahidin Sudirohusodo Kota

Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan. Penelitian dilakukan 3 hari.

H. Analisa Data dan Penyajian Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam


yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis

digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi

dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah:

1. Pengumpulan data.

2. Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkrip. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnosis, perencanaan, tindakan/implementasi, dan evaluasi.

3. Mereduksi data.

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian

dibuat koding yang dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai

dengan topik penelitian yang diterapkan. Data obyektif dianalisis

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan nilai

normal

4. Penyajian data.

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari responden.

5. Kesimpulan.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

I. Etika Studi Kasus

Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian

antara lain :

1. Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek

harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian

yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi

atau menolak menjadi responsden. Pada informed consent juga perlu

dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan

untuk pengembangan ilmu

2. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta

bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan. Kerahasiaan dari

responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden

atau tanpa nama (anonymity)

3. Rahasia (confidentiality), kerahasiaan yang diberikan kepada respoden

dijamin oleh peneliti

Anda mungkin juga menyukai