Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

Y DENGAN STROKE INFARK

DI RUANG AZALEA RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Vokasi

Diploma III Keperawatan STIKes Aisyiyah Bandung

Oleh :

DEVINA NOVIAN SAKTIANI

NIM : 102017009

PROGRAM VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2020
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Stroke memiliki angka kematian dan kecacatan yang tinggi. Stroke


merupakan penyebab utama kecacatan fisik pada usia produktif dan usia lanjut. Di
Negara maju stroke menjadi penyebab nomor satu 1 admisi pasien ke rumah
sakit, dengan proporsi kematian sebanyak 20% dalam 28 hari pertama
perawatan. Menurut World Stroke Organization bahwa 1 diantara 6 orang di dunia
akan mengalami stroke di sepanjang hidupnya, sedangkan data American Health
Association (AHA) menyebutkan bahwa setiap 40 detik terdapat 1 kasus baru
stroke dengan prevalensi 795.000 pasien stroke baru atau berulang terjadi setiap
tahunnya dan kira-kira setiap 4 menit terdapat 1 pasien stroke meninggal. Angka
kematian akibat stroke ini mencapai 1 per 20 kematian di Amerika Serikat (Jurnal
Ilmiah Kedokteran, 2019)
Secara global stroke merupakan penyebab kematian kedua di dunia terjadi
pada usia 50 tahun ke atas.Indonesia memiliki angka beban stroke terbanyak kedua
setelah Mongolia yaitu sebanyak 3.382,2/100.000 orang berdasarkan DALYs
(disability-adjusted life-year). Berdasarkan profil kesehatan provinsi Bali, tipe
stroke yang memiliki tingkat prevalensi yang tinggi adalah stroke iskemik. Strategi
praktis dalam mengatasi beban akibat stroke harus difokuskan pada pencegahan
dan penanganan berdasarkan faktor risiko. (Jurnal Kesehatan, 2019)

Indonesia menempati urutan pertama untuk kasus stroke didunia.


Kematian karena stroke masih sangat tinggi pada urutan nomor tiga setelah
Penyakit dan kanker. Prevalensi stroke di Indonesia sebanyak 8,3 dari 1.000 orang dan pada
tahun 2007 menjadi 12,1 dari 1.000 orang pada tahun 2013 tertinggi pada usia lebih dari 75
tahun sekitar 43,1%; terjadi pada masyarakat yang lebih rendah 32,8%; lebih sering terjadi
dikota daripada di desa 8,2 %; pada masyarakat yang tidak bekerja 11,4%yang telah didiagnosis
oleh nakes (tenaga kesehatan).Rumah Sakit Di Hasan Sadikin Bandung lebih dari 500 orang per
tahun dirawat karena stroke. Stroke infark terjadi sebanyak 85% dan stroke pendarahan terjadi
15 persen. Stroke menjadi penyebab kematian nomor satu di rumah sakit pemerintah.
Stroke adalah defisit neurologik lokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam
yang diakhiri dengan kecacatan atau kematian atau sembuh.1 Stroke terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu stroke iskemik terjadi sekitar 88% dan stroke hemoragik terjadi sekitar 12%.
Berdasarkan epidemiologi, stroke iskemik terjadi pada orang yang berusia lebih dari 60 tahun,
sedangkan stroke hemoragik terjadi pada semua usia biasanya pada usia yang lebih muda.
Faktor risiko stroke infark dibagi menjadi 2 faktor berupa faktor yang dapat dimodifikasi
berupa hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, merokok, obesitas, dislipidemia,
inaktivitas fisik, dan konsumsi alkohol yang berat. Adapun fakta yang tidak dapat dimodifikasi
yaitu ras, genetik, dan usia. (jurnal kesehatan, 2019)
Stroke terjadi pada orang kulit hitam/Afrika sebanyak 3,8 persen dan orang Asia
sebanyak 1,3%.3 Angka kematian strok 44 per 10.000 terjadi pada orang kulit putih dan 60,7
per 100.000 pada perempuan berkulit hitam.
Stroke paling banyak terjadi pada usia lanjut sekitar 50−65 tahun dan terjadi pada usia
25−44 tahun tetapi jarang. Usia rata-rata pasien stroke adalah 58,8 tahun.
Stroke lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan karena kebanyakan laki-
laki umumnya merokok. pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral dan saat hamil
dapat meningkatkan risiko stroke pada usia muda.
Faktor risiko stroke meningkat 30% pada orang yang mempunyai anggota keluarga
yang mengalami stroke. Sebanyak 1,65 kali lipat orangtua yang stroke kemungkinan anak
perempuan mempunyai risiko stroke lebih tinggi daripada anak laki- laki.
Diabetes melitus akan meningkatkan dua kali lipat tekanan darah sehingga terjadinya
aterosklerosis, dislipidemia dapat meningkatkan stroke jika kadar kolestrol mencapai 271
mg/dL, peningkatan HDL dapat menurunkan risiko stroke untuk setiap 10 mg/dL. (Jural
kesehatan)
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan cara pendekatan proses

keperawatan secara langsung dan komprehensif, yang meliputi aspek bio-psiko-sosio-

spiritual pada pasien dengan kasus Stroke Infark

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan Stoke Infark Ruangan

Azalea RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung diharapkan penulis mampu :

a. Dapat melakukan pengkajian pada dengan kasus Stroke Infark

b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan pada dengan kasus Stroke Infark

c. Dapat membuat perencanaan asuhan keperawatan sesuai perencanaan ysng

telah ditentukan pada dengan kasus Stroke Infark

d. Dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai perencanaan yang telah

ditentukan pada dengan kasus Stroke Infark

e. Dapat melakukan evaluasi suhan keperawatanyang telah dilakukan pada

dengan kasus Stroke Infark

f. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada dengan kasus Stroke

Infark
C. Metode Telaah dan Teknik Penganbilan Data

Metode telaah menggunakan metode deskriptif yang membentuk studi kasus. Adapun

teknik pengambilan data yang digunakan yaitu :

1. Teknik Wawancara

Mengumpulkkan data dengan cara melakukan komunikasi secara lisan yang

informasinya didapat dari klien sendiri maupun dari keluarga klien yang berhubungan

dengan masalah kesehatan yang sedang dialami atau dirasakan oleh klien saat ini.

2. Teknik Observasi

Dilakukan dengan cara mengamati keadaan klien dan respon klien, untuk

memperleh data objektif tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan.

3. Teknik Pemeriksaan Fisik

Dengan cara memeriksa keadaan fisik klien secara sistematis dan menyeluruh

dengan menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Dan

melakukan pemeriksaan fisik fokus kepada sistem persyarafan klien.

4. Studi Dokuentasi

Membaca catatan perkembangan dan catatan medis yang berhubungan dengan

klien selama klien berada di rumah sakit.

5. Studi Kepustakaan

Mengumpulkan informasi dari bahan-bahan bacaan sebagai literatur yang relevan

dengan kasus yang diambil sebagai bahan dalam pembuatan karya tulis.
D. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan karya tulis ini dibagi menjadi empat bab, yaitu :

BAB I :Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan

umum dan tujuan khusus, dan sistematika.

BAB II :Tinjauan Teoritis

Mengemukakan teori dan konsep dari penyakit berdasarkan masalah yang

ditemukan pada klien dan konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi

pengajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi pada pasien Radikulopati

Lumbal.

BAB III :Tinjauan Kasus dan Pembahasan

Bagian pertama berisi tentang laporan kasus klien yang dirawat, sistematika

dokumentasi proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, perencanaan,

implementasi, evaluasi dan catatn perkembangan. Bagian kedua merupakan

pembahasan yang berisi analisa terhadap kesenjangan antara konsep dasar dengan

pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

BAB IV :Kesimpulan dan Saran

Bagian ini berisi kesimpulan yang diambil penulis setelah melakukan asuhan

keperawata serta mengemukakan saran dari seluruh proses kegatan keperawatan

yang telah dilakukan.


1. Daftar Pustaka

Kusuma,N.M T. S, Dharmawan, Dion Krismashogi, dan Fatmawati, H. 2019.


Gambaran Faktor Risiko Stroke Iskemik berdasarkan Stroke Risk Scorecard di
RSUD Klungkung. Intisari Sains Medis. 10 (3): 720-729.DOI: 10.15562/
lsm.v1013.397, Number 3: 720-729

Mutiasari, D. 2019. Ishemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, and Prevention . Jurnal
Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1

P, Hadi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Menurut WHO, stroke adalah adanya
tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau
global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.
(Keperawatan Medikal Bedah- II, 2016)

B. Anatomi Fisiologi

Anatomi dan Fisiologi Otak

Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima 15%
dari curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400
kilokalori energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap bermacam-macam
sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-
gerakan yang disadari, dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam proses
mental, seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensi, berkomuniasi, sifat
atau kepribadian, dan pertimbangan. Berdasarkan gambar dibawah, otak dibagi menjadi
lima bagian, yaitu otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum), otak tengah
(mesensefalon), otak depan (diensefalon), dan jembatan varol (pons varoli) (Russell J.
Greene and Norman D.Harris, 2008 ).
Gambar 2.1 Anatomi Otak

2.1. Otak Besar (Serebrum)

Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak besar mempunyai
fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan dengan kepandaian
(intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar terdiri
atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat pendengaran, dan Lobus frontalis yang
berfungsi sebagai pusat kepribadian dan pusat komunikasi.

2.2 Otak Kecil (Serebelum)

Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot,
keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak
kecil juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan cepat.
2.3. Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah berfungsi penting
pada refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.
2.4. Otak Depan (Diensefalon)

Terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima semua rangsang
dari reseptor kecuali bau, dan hipotalamus yang berfungsi dalam pengaturan suhu,
pengaturan nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif.
2.5 Jembatan Varol (Pons Varoli)

Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan.
Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
Gambar 2.2. Tipe Stroke Iskemik (Kiri) ; Stroke Hemoragik

(Kanan) (Lampl Y et al, 2014)

Semua cerebrovascular diseases (CVD) atau penyakit serebrovaskular berasal


dariadanya gangguan pada pembuluh darah yang berfungsi menyuplai atau
mengalirkan darah ke otak. Adanya perubahan pada dinding pembuluh mengakibatkan
terhalangnya aliran darah yang dapat menyebabkan trombosis dan sumbatan aliran
darah di bagian pembuluh. Selain itu, adanya gangguan suplai darah dan infark yang
berturut-turut dapat terjadi oleh emboli yang timbul dari bagian jaringan vaskular yang
lemah di bagian proksimal pada cabang otak yang sehat dan banyak terletak di bagian
distal utama arteri atau dari pembuluh arteri yang terletak di jantung(Hossman K.A,
2010)

Stroke Iskemik
Stroke iskemik memiliki presentasi 80-85% dari semua kasus stroke. Stroke iskemik terjadi
karena adanya pengurangan atau penyumbatan suplai darah ke otak, terutama dari pembuluh
darah yang memasok wilayah tersebut (Sue Pagh et al, 2004).Secara umum etiologistroke
iskemik ialah kurangnya aliran darah yang cukup untuk perfusi jaringan otak(Matthew
B.M,2009).

2.1 Trombus
Gambar 2.3. Trombus pada Pasien Stroke Iskemik(Bender L et al, 2005)
2.2. Embolisme

Gambar 2.4. Emboli pada Pasien Stroke Iskemik(Bender L et al, 2005)

Emboli adalah gumpalan darah yang dapat terpecah secara luas untuk
melakukan perjalanan melalui pembuluh darah. Lokasi emboli di pembuluh
darah otak atau koroner kemungkinanakan berdampak fatal. Terjadinya
emboli dapat disebabkan karena adanya gumpalan lemak yang dikeluarkan
oleh suntikan udara atau benda asing yang dimasukkan ke dalam aliran darah
melalui infus atau intraarteri. Embolus dapat menyebabkan kematian
jaringan akibat aliran darah ke otak tersumbatsehingga mengakibatkan stroke
iskemik (Martin M.Z, 2003).Meskipun hati merupakan sumber yang paling
umum terjadinya emboli, tidak sedikit yang terjadi ke otak melalui pembuluh
darah serebral dan menumpuk di pembuluh sehingga mengarah pada stroke.
Hal yang dapat diakibtkan oleh terjadinya embolisme yaitu infeksi
endokarditis, dimana terdiri dari campuran trombosit, fibrin, dan fragmen
bakteri yang lebih mengarah ke emboli pembuluh serebral. Nonbakterial
trombotik (marantic) endokarditis dapat terjadi dalam konteks keparahan
atau kondisi peradangan lainnya. Plak ateromatosa dalam aorta dan arteri
karotis dapat menjadi luka atau secara mekanis terganggu dan mengarah ke
embolisasi kolesterol. Hal ini dikenal sebagai embolisasi arteri ke arteri,
dimana terjadi dalam konteks diseksi arteri akibat gumpalan darah yang
terbentuk di lokasi gangguan endotel (Matthew B.M, 2009).
2.3 Aterosklerosis
Salah satu penyakit paling umum yang mempengaruhi arteri adalah
aterosklerosis. Hal ini disebabkan oleh adanya endapan plak lemak pada
dinding pembuluh arteri. Sementara pembentukan lesi aterosklerosis dapat
mempengaruhi

Gambar 2.5. Aterosklerosis pada Pasien Stroke Iskemik(Hurst M, 2008)


arteri terutama pada arteri koroner jantung yang paling sering terkena.
Manifestasiaterosklerosis ialah terjadinyaiskemik karena berkurangnya aliran
darah pada otak, aneurisma atau perdarahan akibat mengecilnya dinding
pembuluh darah dan adanya plak aterosklerotik sehingga membentuk emboli
yang dapat berjalan jauh ke seluruh pembuluh (Martin M.Z, 2003)
C. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :


1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.
Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam
setelah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh
darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding
pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis
b. bermacammacam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme
berikut :
 Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah.
 Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
 Tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
 Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
c. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viscositas/ hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
d. Arteritis (radang pada arteri)
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil
dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan gumpalan pada endocardium.

3. Haemorhagi Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk


perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan
hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi
otak. Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk
vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

D. Tanda dan Gejala

Gejala yang paling umum dari stroke adalah munculnya secara mendadak
mati rasa pada wajah maupun setengah anggota badan atau merasa
kelemahan pada lengan atau kaki, paling sering pada satu sisi tubuh.
Gejala lain yang dapat terjadi ialahkebingungan, kesulitan berbicara atau
memahami pembicaraan, kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata,
kesulitan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi, sakit
kepala parah tanpa diketahui penyebabnya, pingsan atau tidak sadarkan
diri. Efek dari stroke tergantung pada bagian dari otak yang terluka dan
seberapa parah itu dipengaruhi. Stroke yang sangat parah dapat
menyebabkan kematian mendadak (WHO, 2014).
Menurut Hadi Purwanto,2016 ;
1. Kehilangan/menurunnya kemampuan motorik.
2. Kehilangan/menurunnya kemampuan komunikasi.
3. Gangguan persepsi.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik.
5. Disfungsi : 12 syaraf kranial, kemampuan sensorik, refleks otot,
kandung kemih.

E. Patofisiologi

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di

otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan

besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area


yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak

dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus,

emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan

umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik

sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat

berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang

stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.

Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai

emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ;

1 Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang

bersangkutan.

2 Edema dan kongesti disekitar area.

Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area

infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau

kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema

pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya

tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh

darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti

thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding

pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa

infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi

aneurisma pembuluh darah. (Hadi Purwanto, 2016)

Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah

atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur

arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral


yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari

keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat,

dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia

serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan

irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi

oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.

Ada dua bentuk patofisiologi stroke hemoragik :

1. Perdarahan intra cerebral Pecahnya pembuluh darah otak terutama

karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan

otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak

dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang

terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang

mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering

dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus

kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan

perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis

atau nekrosis fibrinoid.

2. Perdarahan sub arachnoid Pecahnya pembuluh darah karena

aneurisma atau AVM. Aneurisma paling sering didapat pada

percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat

dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel

otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.

Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid

mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak,

meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala


hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda

rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak

juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan

penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat

mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme

ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan,

mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah

minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi

antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan

kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang

subarakhnoid. Vasispasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak

global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal

(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak

dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat

terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir

seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2

jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan

menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan

glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang

dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa

sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga

bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala

disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha

memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob, yang dapat

menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak(Hadi Purwanto, 2016)


Pathway stroke

pathway stroke Faktor-faktor risiko stroke

Astero sklerosis Katup jantung rusak, infark Anegrisma, malformasi

Hiperkoagulasi, arteris Miokard,fibritasi, endokarditis arteriovenolus

Thrombosis serebral Penyumbatan pembuluh darah oleh Pendarahan intraserebral


bekuan darah, lemak dan udara
Pembuluh darah Perembesan darah ke dalam perenkim otak
Iskemik jaringan otak Emboli serebral Penekanan jaringan otak
Edema dan kongesti jaringan sekitar Infrak motak, edema, dan herniasi otak
Stroke

Infrak serebral Kehilangan control Resiko peningkatan TIK Kerusakan terjadi pada Disfungsi bahasa
otot volunter lobus frontal kapasitas, dan komunikasi
memori atau fungsi
Perubahan Herniasi falks serebri dan ke
Herniplagia dan intelektual kortarika
Perfusi jaringan foramen magnum Disatria,
serebral herniparesis disafasia/afasia,
Kompresi batang otak apraksia
Kerusakan fungsi kognitif,
dan efek psikologi
Kerusakan mobilitas fisik
Kerusakan
Depresi saraf kardiovaskular, komunikasi
koma verbal
dan pernafasan

Kegagalan kardiovaskular
dan pernafasan
Intake nutrisi Kelemahan
tidak adekuat fisik umum
kematian

Perubahan Ketidakmampuan
pemenuhan peran perawatan diri Koping individu Perubahan proses Penurunan gairah
nutrisi (ADL) tidak efektif pikir seksual

Penurunan Disfungsi persepsi Gangguan cemas Kemampuan batuk Disfungsi kandungan


tingkat visual, spesial dan psikologi menurun, kurang kemih dan saluran
kesadaran kehilangan sensorik mobilitas fisik, produksi pencernaan
secret meningkat
Perubahan peran
Resiko Perubahan
tinggi persepsi Risiko bersihan jalan Gangguan eleminasi uri
cedera sensorik napas tidak efektif dan alvi

Penekanan jaringan Risiko tinggi kerusakan


setempat integritas kulit Sumber: Mutaqqin, Arif: 2005

Lapangan perhatian terbatas,


kesulitan dalam pemahaman, lupa
dan kurang motivasi, frustasi dan
labilitas emosional, bermusuhan,
dendam, kurang kerja sama, dan
penurunan gairah
F. Tindakan Medis
Menurut buku Keperawatan Medikal Bedah-II, 2016, untuk mengobati keadaan akut
perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir
yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

1. Terapi non farmakologi


Pengobatan pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

2. Terapi Farmakologi
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi
maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma
G. Prosedur Diagnostik

1. CT Scan Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya


jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
2. MRI Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi sertaa
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark dari hemoragik.
3. Angiografi Serebri Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik
seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurimsa atau malformasi vaskuler.
4. USG Doppler Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis).
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari
massa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral; kalsifikasi
parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.
7. Pungsi Lumbal
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan
adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan
jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang
kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin
b. Gula darah
c. Urine rutin
d. Cairan serebrospinal
e. Analisa gas darah (AGD)
f. Biokimia darah
g. Elektrollit

H. KLASIFIKASI
1. Patologi serangan stroke.

a. Stroke Hemoragik

Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh
perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma
kapitis, disebabkan oelh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan
otak dibagi dua, yaitu ;
1. Perdarahan Intra Cerebri
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak
dan menimbulkan edema otak.
2. Perdarahan Sub Araknoid

Tabel 2.4 Perbedaan Perdarahan Intraserebri dengan Perdarahan Subarakhnoid

GEJALA PIS PSA


Timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
Nyeri Kepala Hebat Sangat hebat
Kesadaran Menurun Menurun sementara
Kejang Umum Sering fokal
Tanda rangsangan +/- +++
meningeal
Hemiperase ++ +/-
Gangguan saraf otak + +++

b. Stroke Non Hemoragik/Iskemik

Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak
terjadi perdarahan namun terjadii iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder serta kesadaran umumnya baik.

1) Perjalanan penyakit/stadium.
a) TIA Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit gan
beberapa jam dan gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

b) Stroke Involusi Stroke yang masih terjadi terus sehingga gangguan


neurologis semakin berat/buruk dan berlangsung selama 24 jam/beberapa
hari.

c) Stroke Komplet Gangguan neurologis yang timbul sedah menetap, dapat


diawali oleh serangan TIA berulang.

I. Diet

Diet Dash ( Dietary approaches to stop hypertension), untuk menurunkan tekanan


darah dan asupan lemak jenuh pasien stroke, diet ini dilakukan dengan mengkonsumsi
buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah lemak ditingkatkan. Faktor risiko utama
penyakit stroke adalah hipertensi kronik atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah
tinggi dan sebagian besar kasus ini dapat diobati, sehingga penurunan tekanan darah
ketingkat normal akan mencegah stroke . Banyak kasus stroke non hemoragik
membutuhkan perawatan jangka panjang, umur dan jenis kelamin sebagai factor dominan
seseorang terkena stroke dalam waktu 48 jam.

J. Data dan Fokus Pengkajian

1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggita gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan penurunan
tingkat
3. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan
aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit
jantung ,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

4. Riwayat psikososial dan spiritual


Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi
sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak
harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah
sehari-hari.
5. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung lemak,
makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang
mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus,
bagaimana nafsu makan klien.
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum
yang mengandung alcohol.
c. Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu
konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK
apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke
mungkn mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi,
ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.

6. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.

b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus
II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam
memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata
kelateral (nervus VI).

c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius
(nervus I).
d. Mulut Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus,
adanya kesulitan dalam menelan.
e. Dada
o Inspeksi : Bentuk simetris
o Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.
o Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
o Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I dan II
murmur atau gallop.
f. Abdomen

o Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.

o Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.

o Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak

ada.
f. Ekstremitas Pada pasien dengan stroke hemoragik biasanya ditemukan
hemiplegi paralisa atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga
dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5
Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)
1) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan
pada sendi.
3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa
melawan gravitasi.
4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat
Melawan tekanan pemeriksaan.
5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi
Kekuatannya berkurang
6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan
Kekuatan penuh.

6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang sering muncul pada pasien stroke infark:
1. Perubahan perpusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan intraserebral,
oklusi otak,vasopaasme dan edema otak.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret,


kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan
tingkat kesadaran

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau hemiplagia,


kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas

4. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler, menurunnya


kesadaran , kehiolangan control otot, atau koordinasi ditandai oleh kelemahan
untuk ADL, seperti makan, mandi, dll.

6. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi dan asupan


cairan yang tidak adekuat.

7. Gangguan eliminasi urin (inkontinensia urin) berhungan dengan lesi pada UMN.
I. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan dapat disesuaikan dengan tingkat individu dan dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada

gangguan muskuloskeletal lainya. Berikut adalah rencana keperawatan pada pasien radikulopati lumbal :

Tabel 2.1
Rencana keperawatan sesuai dengan teori

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Perubahan perpusi Setelah di lakukan a. Berikan penjelasan kepada a. keluarga lebih
jaringan otak tindakan keperawatan keluarga klien tentang sebab berpartisipasi dalam
berhubungan dengan ...x24 jam perpusi jaringan peningkatan TAK dan proses penyembuhan
perdarahan tercapai secara optimal akibatnya. b. monitor tanda-tanda
intraserebral kriteria hasil : b. Baringkan klien ( bed rest ) status neurologis dengan
a. klien tidak gelisah total dengan posisi tidur GCS.
b. tidak ada keluhan nyeri telentang tanpa bantal. c. untuk mengetahui
kepala c. Monitor tanda-tanda vital. keadaan umum klien.
c. mual dan kejang d. Bantu pasien untuk d. aktivitas ini dapat
d. GCS : 4, 5, 6 membtasi muntah, meningkatkan tekanan
e. pupil isokor batuk,anjurkan klien intracranial dan
f refleks cahaya (+) menarik nafas apabila intraabdoment dan dapat
g. TTV normal. bergerak atau berbalik dari melindungi diri diri dari
tempat tidur. valsava.
e. Ajarkan klien untuk e. Batuk dan mengejan
mengindari batuk dan dapat meningkatkan
mengejan berlebihan. tekanan intrkranial dan
f. Ciptakan lingkungan yang poteensial terjadi
tenang dan batasi perdarahan ulang.
pengunjung. f. rangsangan aktivitas
g. Kolaborasi : pemberian dapat meningktkan
terapi sesuai intruksi tekanan intracranial.
dokter,seperti :steroid, g. tujuan yang di berikan
aminofel, antibiotika. dengan tujuan:
menurunkan
premeabilitas
kapiler,menurunkan
edema
serebri,menurunkan
metabolic sel dan kejang.

2 Ketidakefektifan Setelah di lakukan a. Kaji keadaan jalan nafas, a. obstruksi munkin dapat
bersihan jalan nafas tindakan keperawatan b. Lakukan pengisapan di sebabkan oleh
yang berhubungan selama ...x 24 jam klien lendir jika d perlukan. akumulasi secret
dengan akumulasi mamapu meningkatkan c. Ajarkan klien batuk b. pengisapan lendir dapat
secret dan memepertahankan efektif. membebaskan jalan nafas
keefektifan jalan nafas agar d. Lakukan postural dan tidak terus menerus
tetap bersih dan mencegah drainage di lakukan dan durasinya
aspirasi. Kriteria hasil : perkusi/penepukan. dapat di kurangi untuk
a. bunyi nafas terdengar e. Kolaborasi : pemberian mencegah hipoksia.
bersih oksigen 100%. c. batuk efektif dapat
b. ronkhi tidak terdengar mengeluarkan secret dari
c. trakeal tube bebas jalan nafas.
sumbatan d. mengatur ventilasi
d. menunjukan batuk segmen paru-paru dan
efektif pengeluaran secret
e. tidak ada penumpukan e. denagn pemberiaan
secret di jalan nafas oksigen dapat membantu
f. frekuensi pernafasan pernafasan dan membuat
16 -20x/menit. hiperpentilasi mencegah
terjadinya atelaktasisi
dan mengurangi
terjadinya hipoksia.

3 Hambatan mobilitas Setelah di lakukan a. Kaji kemampuan secar a. untuk


fisik berhubungan tindakan keperawatan fungsional dengan cara yang mengidentifikasikan
dengan hemipearese selama ..x 24 jam teratur klasifikasikan melalui kelemahan dan dapat
atau hemiplagia mobilitas fisik teratasi, skala 0-4. . memberikan informasi
Kriteria hasil : mengenai pemulihan
b. Ubah posisi setiap 2 jam dan
klien dapat mempertahan b. untuk
sebagainya jika memungkinkan
atau meningkatkan mengidentifikasikan
bisa lebih sering
kekuatan dan fungsi bagian kelemahan dan dapat
tubuh yang terkena atau c. Lakukan gerakan ROM aktif memberikan informasi
kompensasi. dan pasif pada semua ekstremitas. c. meminimalkan atropi

d. Bantu mengembangkan otot, meningkatkan

keseimbangan duduk seoerti sirkulasi dan mencegah

meninggikan bagian kepala terjadinya kontraktur

tempat tidur, bantu untuk duduk mengenai pemulihan

di sisi tempat tidur. d. membantu melatih


kembali jaras
e. Konsultasi dengan ahli
saraf,meningkatkan
fisiotrapi.
respon proprioseptik dan
motorik.
e. program yang khusus
dapat di kembangkan
untuk menemukan
kebutuhan klien
4 Resiko gangguan Klien mampu a. Anjurkan klien untuk a. meningkatkan aliran
integritas kulit memperthankan keutuhan melakukan latihan ROM darah ke semua daerah
berhubungan dengan kulit setelah di lakukan dan mobilisasi jika b. menghindari tekanan dan
tirah baring yang tindakan keperawatan munkin. . meningkatkan aliran
lama selama ..x24jam Kriteria b. Ubah posisi setiap 2 jam. darah
hasil : c. Gunakan bantal air atau c. mengindari tekanan yang
klien mampu perpartisipasi bantal yang lunak di berlebihan pada daerah
dalam penyembuhan luka, bawah area yang menonjol yang menonjol
mengetahui cara dan d. Lakukan masase pada d. mengindari kerusakan
penyebab luka, tidak ada daerah yang menonjol kapiler.
tanda kemerahan atau luka yang baru mengalami e. hangan dan pelunakan
tekanan pada waktu merupakan tanda
berubah posisis. kerusakan jaringan
e. Observasi terhadap f. untuk mempertahankan
eritema dan kepucatan dan ke utuhan kulit
palpasi area sekitar
terhadap kehangatan dan
pelunakan jaringan tiap
mengubah posisi. .
f. Jaga kebersihan kulit dan
hidari seminimal munkin
terauma,panas terhadap
kulit.
5 Defisist perawatan setelah di lakukan tindakan a. Kaji kemampuan dan a. membantu dalam
diri berhubungan keperawatan selama ...x 24 tingkat penurunan dalam mengantisipasi dan
dengan kelemahan jam terjadi perilaku skala 0 – 4 untuk merencanakan pertemuan
neuromuskuler peningkatan perawatan melakukan ADL. kebutuhan individu
diri. b. Hindari apa yang tidak b. klien dalam keadaan
Kriteria hasil : dapat di lakukan oleh klien cemas dan tergantung hal
a. klien menunjukan dan bantu bila perlu. ini di lakukan untuk
perubahan gaya c. Menyadarkan tingkah laku mencegah frustasi dan
hidup untuk atau sugesti tindakan pada harga diri klien.
kebutuhan merawat perlindungan kelemahan. c. klien memerlukan
diri, Pertahankan dukungan empati, tetapi perlu
b. klien mampu pola pikir dan izinkan mengetahui perawatan
melakukan aktivitas klien melakukan tugas, yang konsisten dalam
perawatna diri beri umpan balik yang menangani klien,
sesuai dengan positif untuk usahanya. skaligus meningkatkan
tingkatkemampuan, d. Rencanakan tindakan harga diri klien,
mengidentifikasika untuk deficit pengelihatan memandirikan klien, dan
npersonal dan seperti tempatkan menganjurkan klie untuk
masyarakat yang makanan dan peralatan terus mencoba.
dapat membantu dalam suatu tempat, d. klien mampu melihat dan
dekatkan tempat tidur ke memakan makanan, akan
dinding. mampu melihat
kelaurmasuk orang ke
ruangan.

6 Gangguan eliminasi setelah di lakukan tindakan a. Kaji pola eliminasi BAB a. untuk mengetahui
alvi (konstipasi) keperawatan selam 2x24 b. Anjurkan untuk frekuensi BAB klien,
berhubunagn dengan jam gangguan eliminasi mengosumsi buah dan mengidentifikasi masalah
imobilisasi dan fecal ( konstipasi) tidak sayur kaya serat. BAB pada klien
asupan cairan yang terjadi lagi. c. Anjurkan klien untuk b. untuk mempelancar
tidak adekuat Kriteria hasil : banyak minum air putih, BAB.
a. klien BAB kurang lebih 18 gelas/hari. c. mengencerkan feces dan
lancer,konsistensi d. Berikan latihan ROM pasif mempermudah
feces encer, e. Kolaborasi pemberian obat pengeluaran feces
b. Tidak terjadi pencahar. d. untuk meningkatkan
konstipasi lagi. defikasi.
e. untuk membantu
pelunakkan dan
pengeluaran feces

7 Gangguan eliminasi setelah dilakukan tindakan b. Kaji pola eliminasi urin. a. mengetahui masalah
urin ( inkontinensia keperawatan, selama ...x24 c. Kaji multifaktoral yang dalm pola berkemih.
urin) berhubungan jam. Kriteria hasil : menyebabkan b. untuk menentukan
dengan lesi pada a. gangguan inkontensia:. tindakan yang akan di
UMN eliminasi urin d. Membatasi intake cairan lakukan
tidak terjadi lagi, 2-3 jam sebelum tidur. c. untuk mengatur supaya
pola eliminasi e. Batasi intake makanan tidak terjadi kepenuhan
BAK normal. yang menyebabkan iritasi pada kandung kemih
kandung kemih. d. untuk menghindari
f. Kaji kemampuan terjadinya infeksi pada
berkemih. kandung kemih.
g. Modifikasi pakaian dan e. untuk menentukan piñata
lingkungan. . laksanaan tindak lanjut
h. Kolaborasi pemasangaan jika klien tidak bisa
kateter. berkemih.
f. untuk mempermudah
kebutuhan eliminasi
g. mempermudah klien
dalam memenuhi
kebutuhan eliminasi urin.
BAB III

TINJAUAN DAN PEMBAHASAN

A. Tinjaun Kasus

1. Pengkajian

Nama Pasien :

Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Pekerjaan :

Agama :

Pendidikan :

Status :

Nomor RM :

Diagnosa Medis :

Tanggal Pengkajian :

Tanggal Masuk RS :

a. Identitas Pasien

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Hubungan dengan Pasien :
Alamat :

c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

4) Riwayat kesehatan keluarga

5) Pemeriksaan Fisik

a) Status kesehatan umum

Kesadaran :

GCS :

Tanda–tanda vital :

TD : mmHg

Nadi : x/menit

RR : x/menit

Suhu :

b) Status atropometri

BB : kg

TB : cm

BMI:

c) Pemeriksaan fisik

(1) Sistem Pernapasan

(2) Sistem Kardiovaskular

(1) Sistem persyarafan (N1-12)

(2) Sistem Pencernaan


(3) Sistem endokrin

(4) Sistem perkemihan

(5) Sistem Integumen

(6) Sistem Muskuloskeletal

(a) Ekstermitas Atas :

(b) Ekstermitas Bawah :

6) Riwayat Activity Daily Living (ADL)

Tabel 3.1
Riwayat Activity Daily Living
No Kebiasaan Di rumah Di rumah sakit
1 Nutrisi

Makan

 Jenis

 Frekuensi

 Porsi

 Keluhan
Minum

 Jenis

 Frekuensi

 Jumlah (cc)

 Keluhan
2 Eliminasi

BAB

 Frekuensi
 Warna

 Konsistensi

 Keluhan
BAK

 Frekuensi

 Warna

 Jumlah (cc)

 Keluhan
3 Istirahat dan tidur

Siang

Lama tidur

Keluhan

Malam

Lamanya

Keluhan

4 Kebiasaan diri

 Mandi

 Perawatan

kuku

 Perawatan

gigi
 Perawatan

rambut

 Keluhan

5 Aktivitas

7) Riwayat Psikososial Spiritual

a) Data Psikologis

b) Data Sosial

c) Data Spiritual

(1) Praktik Ibadah Di Rumah

(2) Praktik Ibadah Di Rumah Sakit

(3) Hubungan Kesehatan Dan Spiritual

(4) Konsep Ketuhanan

(5) Makna Hidup

(6) Support Ssitem Dan Dukungan

(7) Sumber Harapan Dan Kekuatan

(8) Dukungan Komunitas

8) Data penunjang

a) Pemeriksaan Labolatorium

Tanggal 04 mei 2019

Tabel 3.2
Pemeriksaan Laboraturium
Tanggal 08 Mei 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

b) Pemeriksaan penunjang

(1) Foto Thorax

Kesan :

(2) CT-SCAN Kepala

Kesan :.

(3) EKG

Kesan :

(4) MRI

Kesan :
9) Program Terapi
Tabel 3.4
Program Terapi
Nama obat Jalur obat Dosis Waktu Fungsi
Bagan 3.5 ( Pathway Radikulopati sesuai dengan pasien )
2. Analisa Data
Tabel 3.6
Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DO :

DS :
3. Diagnosa Keperawatan
Tabel 3.7
Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.

Sumber : SDKI Edisi I

4. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.8
Intervesi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1.

1.
1.
5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.8
Implementasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Jam Implementasi SOAP


Keperawatan

2.
B. Pembahasan

Pada bagian ini penulis akan memaparkan pembahasan dari tinjauan

kasus yang telah dilakukan penulis. Penulis mencoba mengaplikasikan proses

keperawatan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,

perencanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan implementasi dan membuat

evaluasi dan implementasi yang dilakukan. Penulis akan menguraikan tetang

kesenjangan antara teori dengan praktek dalam melakukan asuhan

keperawatan padaTn.A tahun dengan gangguan sistem saraf : Radikulopati

Lumbal di ruangan Azalea Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin

Bandung sejak tanggal ……… sampai dengan tanggal …….

1. Tahap Pengkajian

………………………………………………………………………………

2. Diagnosa Keperawatan

………………………………………………………………………………

3. Perencanaan

………………………………………………………………………………

4. Implementasi dan Evaluasi

………………………………………………………………………………
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai