Oleh:
Konsulen Pembimbing :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Nama :
Fakultas : Kedokteran.
Konsulen Pembimbing
2
DAFTAR ISI
A. Definisi ...............................................................................................................6
B. Epidemiologi ......................................................................................................6
C. Etiologi ...............................................................................................................7
G. Patofisiologi .....................................................................................................11
H. Diagnosa ...........................................................................................................12
J. Komplikasi .........................................................................................................19
K. Prognosis ..........................................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
prevention). Komplikasi tirah baring dan stroke berulang akan memperberat
disabilitas dan menimbulkan penyakit lain yang bahkan dapat membawa kepada
kematian.5
Dengan pelayanan rehabilitasi medis yang tepat, 80% penderita stroke yang
tetap hidup dapat berjalan tanpa bantuan, 70% dapat menguasai atau melakukan
aktifitas mengurus diri sendiri dan 30% dapat kembali bekerja. Terdapat dua pola
besar dalam program rehabilitasi stroke yaitu pola tradisional yang menggunakan
pendekatan unilateral dan pola neurodevelopmental yang menggunakan
pendekatan bilateral.6
Berikut akan dilaporkan sebuah laporan kasus rehabilitasi medik pada
penderita hemiparesis dextra et causa stroke iskemik di RS Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Stroke
Definisi stroke yang paling banyak diterima secara luas bahwa stroke
adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang
berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam, yang tidak disebabkan oleh sebab lain
selain penyebab vaskuler. Gejala neurologis fokal adalah gejala-gejala yang
muncul akibat gangguan di daerah yang terlokalisir dan dapat teridentifikasi.
Misalnya, kelemahan unilateral akibat lesi di traktus kortikospinalis. Gangguan
non fokal/global misalnya adalah terjadinya gangguan kesadaran sampai koma.7
B. Epidemiologi
Baik di negara maju maupun berkembang, beban yang ditimbulkan stroke
sangat besar. Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di negara
maju dan ketiga terbanyak di negara berkembang. Berdasarkan data WHO tahun
2002, lebih dari 5,47 juta orang meninggal karena stroke di dunia. Dari data yang
dikumpulkan oleh American Heart Association tahun 2004 setiap 3 menit satu
orang meninggal akibat stroke.5
Di Amerika serikat, prevalensi kasus stroke diperkirakan berjumlah 3% dari
populasi seluruh orang dewasa, persentasi ini menunjukkan bahwa terdapat sekitar
tujuh juta individu di Amerika yang menderita penyakit stroke. Insidensi stroke
meningkat dnegan cepat seiring dengan pertambahan usia, yaitu menjadi dua kali
lipat untuk setiap dekade setelah usia 55 tahun. 2
Pada orang dewasa dengan kisaran usia 35-44 tahun, insidensi stroke yaitu
30-120 dari 100.000 orang per tahun. Pada kisaran usia 65-74 tahun, insidensi
stroke yaitu 670-970 dari 100.000 orang per tahun. Stroke dapat terjadi pada anak-
anak namun insidensinya sangat jarang yaitu 1-2,5 dari 100.000 orang per tahun.2
Tingginya angka kejadian stroke bukan hanya di negara maju saja, tapi juga
menyerang negara berkembang seperti Indonesia karena perubahan tingkah laku
dan pola hidup masyarakat. Diperkirakan setiap tahun sekitar 500.000 penduduk
6
Indonesia terkena serangan stroke, sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan
sisanya mengalami cacat berat ataupun ringan.3
C. Etiologi
Penyebab stroke iskemik dapat terdiri dari beberapa sebab yang dapat
menyebabkan infark cerebri, yaitu:
D. Faktor Resiko
Terhambatnya aliran darah ke otak beberapa detik saja dapat menyebabkan
seseorang pingsan. Penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah di otak bisa
menyebabkan sel-sel saraf di otak menjadi rusak dan mengakibatkan
kelumpuhan. Berbagai faktor bisa menyebabkan stroke: 11
a) Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:
- Keturunan
- Jenis kelamin
- Umur
- Ras
7
- Hiperkolesterol
- Faktor gaya hidup yang tidak sehat (alkohol, merokok, stress,
mendengkur)
E. Klasifikasi Stroke
Berdasarkan kelainan patologis stroke dibagi menjadi stroke hemoragik
dan stroke non-hemoragik. Stroke hemoragik dibagi menjadi perdarahan
intraserebral dan perdarahan subarakhnoid. Stroke non-hemoragik atau stroke
iskemik dibagi menjadi stroke akibat trombus, emboli serebri dan hipoperfusi
sistemik.7
Berdasarkan waktu terjadinya stroke dibagi menjadi Transient Ischemic
Attack (TIA), Reversible Ischemic Neurological Defisit (RIND), Stroke in
Evolution (Progressing Stroke), Complete Stroke. 7
Berdasarkan Etiologinya :
1. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah suatu kondisi yang terjadi terutama disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah di otak. Pembuluh darah pecah dan kemudian
melepaskan darah ke otak. Setelah pecahnya arteri, pembuluh darah tidak mampu
membawa darah dan oksigen ke otak dan menyebabkan sel mati. Alasan lain yang
dapat menyebabkan strok hemoragik adalah darah yang mengalir ke otak akibat
pecahnya pembuluh darah tersebut membentuk gumpalan di dalam otak dan
menyebabkan kerusakan jaringan otak. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan
fungsi otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas, namun juga dapat
terjadi pada saat istirahat.Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang
paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.Stroke hemoragik
terbagi menjadi intracerebral hemorrhage (ICH), subarachnoid hemorrhage
(SAH), dan cerebral venous thrombosis.
2. Stroke Non Hemoragik
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul
mendadak, progresi cepat berupa defisit neurologis fokal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian yang
8
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Stroke non
hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis
serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi
hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
Stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh emboli ekstrakranial
atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat
diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses
yang mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade
iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
Infark iskemik serebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinis dengan cara :
Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi
aliran darah
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus dan
perdarahan aterm.
Dapat terbentuk trombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau
menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah otak adalah keadaan pembuluh
darah, keadaan darah (viskositas darah, hematokrit, anemia), tekanan darah
sistemik, kelainan jantung.
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (trombus, emboli,
perdarahan, dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia
karena gangguan paru dan jantung).8
F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis utama yang dikaitkan dengan insufisiensi aliran darah otak
dapat dihubungkan dengan tanda serta gejala di bawah ini :13
1. Arteri vertebralis
a. Hemiplegi alternan
9
b. Hemiplegi ataksik
2. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior ; gejala-gejalanya biasanya unilateral).
Lokasi lesi yang paling sering adalah pada bifurkasio arteria karotis komunis
menjadi arteria karotis interna dan eksterna. Gejala-gejala yaitu :
a. Buta mutlak sisi ipsilateral
b. Hemiparese kontralateral
3. Arteri Basilaris
a. Tetraplegi
b. Gangguan kesadaran
c. Gangguan pupil
d. Kebutaan
e. Vertigo
4. Arteria serebri anterior (gejala primernya adalah perasaan kacau)
a. Kelemahan kontralateral lebih besar pada tungkai. Lengan bagian
proksimal mungkin ikut terserang. Gerakan voluntar pada tungkai
terganggu.
b. Gangguan sensorik kontralateral.
c. Demensia, refleks mencengkeram dan refleks patologis
5. Arteria serebri posterior (dalam lobus mesencepalon atau talamus)
a. Koma.
b. Hemiparesis kontralateral.
c. Afasia visual atau buta kata (aleksia).
d. Kelumpuhan saraf otak ketiga hemianopsia, koreoatetosis.
6. Arteria serebri media
a. Monoparesis atau hemiparesis kontralateral (biasanya mengenai
tangan).
b. Kadang-kadang hemianopsia kontralateral (kebutaan).
c. Afasia global (kalau hemisfer dominan yang terkena) ; gangguan
semua fungsi yang ada hubungannya dengan percakapan dan
komunikasi.
d. Disfagia.
10
G. Patofisiologi stroke non hemoragik
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan
jaringan otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga
mengganggu pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak.16 Aliran
darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60 ml/100 gram
otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah 1300- 1400 gram (+
2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat disimpulkan jumlah aliran
darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit atau 20% dari seluruh curah
jantung harus beredar ke otak setiap menitnya. Pada keadaan demikian, kecepatan
otak untuk memetabolisme oksigen + 3,5 ml/100 gram otak/menit. Bila aliran
darah otak turun menjadi 20-25 ml/100 gram otak/menit 13 akan terjadi
kompensasi berupa peningkatan ekstraksi oksigen ke jaringan otak sehingga
fungsi-fungsi sel saraf dapat dipertahankan.17 Glukosa merupakan sumber energi
yang dibutuhkan oleh otak, oksidanya akan menghasilkan karbondioksida (CO2)
dan air (H2O). 8
Secara fisiologis 90% glukosa mengalami metabolisme oksidatif secara
lengkap. Hanya 10% yang diubah menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui
metabolisme anaerob. Energi yang dihasilkan oleh metabolisme aerob melalui
siklus Kreb adalah 38 mol Adenoain trifosfat (ATP)/mol glukosa sedangkan pada
glikolisis anaerob hanya dihasilkan 2 mol Atp/mol glukosa. Adapun energi yang
dibutuhkan oleh neuronneuron otak ini digunakan untuk keperluan :
1. Menjalankan fungsi-fungsi otak dalam sintesis, penyimpanan, transport dan
pelepasan neurotransmiter, serta mempertahankan respon elektrik.
2. Mempertahankan integritas sel membran dan konsentrasi ion di dalam/di luar
sel serta membuang produk toksik siklus biokimiawi molekuler.
Proses patofisiologi stroke iskemik selain kompleks dan melibatkan
patofisiologi permeabilitas sawar darah otak (terutama di daerah yang mengalami
trauma, kegagalan energi, hilangnya homeostatis ion sel, asidosis, peningkatan,
kalsium intraseluler, eksitotositas dan toksisitas radikal bebas), juga menyebabkan
kerusakan neumoral yang mengakibatkan akumulasi glutamat di ruang
11
ekstraseluler, sehingga kadar kalsium intraseluler akan meningkat melalui
transpor glutamat, dan akan menyebabkan ketidakseimbangan ion natrium yang
menembus membran.9
Glutamat merupakan eksitator utama asam amino di otak, bekerja melalui
aktivasi reseptor ionotropiknya. Reseptor-reseptor tersebut dapat dibedakan
melalui sifat farmakologi dan elektrofisiologinya: a-amino-3-hidroksi- 5-metil-4-
isosaksol-propionic acid (AMPA), asam kainat, dan N-metil-D-aspartat (NMDA).
Aktivasi reseptor-reseptor tersebut akan menyebabkan terjadinya eksitasi
neumoral dan depolarisasi.19 Glutamat yang menstimulasi reseptor NMDA akan
mengaktifkan reseptor AMPA akan memproduksi superoksida.20 Secara umum
patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait, yaitu :
1. Perubahan fisiologi pada aliran darah otak
2. Perubahan kimiawi yang terjadi pada sel otak akibat iskemik
H. Diagnosis
1. Anamnesis
12
h) Apakah pernah pasien jatuh atau mengalami trauma kepala sebelumnya
( sebagai pertimbangan hematoma subdural/ekstradural)?
i) Sejauh mana diabilitas dan adakah efek gangguan fungsional?
2. Pemeriksaan Fisik
13
Nilailah juga bicara. Periksa pemahaman pasien akan perintah dan dengarkan saat
pasien berbicara. Jika tampak ada kesulitan, minta pasien menyebut nama obek
tertentu. Minta pasien mengulangi suatu frase yang diucapkan. Adakah diatria dan
disfasia ( reseptif atau ekspresif).
14
Tabel 2. Indeks Barthel untuk Aktivitas Harian
Pemeriksaan arteri karotis dan bruit juga perlu dilakukan. Periksa apakah
terjadi peningkatan pulsasi arteri karotis eksterna pada wajah sesisi dengan
kelemahan (arteria temporalis superfisialis, arteria angularis, arteria pada kening/
alis), yang menunjukkan adanya suatu sirkulasi kolateral di sekitar arteria karotis
interna yang mengalami penyumbatan. Periksa pulsasi arteria arteria tersebut
pada kedua sisi wajah untuk melihat simetrisitasnya. Periksa pula adanya
sindroma Horner sesisi dengan arteria karotis komunis yang tersumbat. Periksa
fundus pada penderita hipertensi kemungkinan didapatkan sedikit perubahan
fundus akibat hipertensinya pada sisi arteri karotis yang mengalami penyempitan.7
3. Pemeriksaan Penunjang
15
Pemeriksaan penunjang untuk stroke ditujukan untuk mencari penyebab
stroke, mencegah rekurensi dan pada pasien berat untuk mengidentifikasi faktor
faktor yang dapat menyebabkan perburukan fungsi SSP. Perbedaan antara
perdarahan dan infark serebral tak dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis
atau pemeriksaan cairan serebrospinal, melainkan dengan CT scan atau MRI.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa:
16
Gambar 3. Gambaran Infark Serebri pada CT Scan
17
Bed Positioning
Berbaring terlentang
Latihan Lingkup Gerak Sendi
Menekuk dan meluruskan sendi Menekuk dan meluruskan sendi
siku bahu
18
Gerakan memutar pergelangan tangan Menekuk dan meluruskan jari- jari
tangan
19
Gerakan untuk pangkal paha Gerakan memutar pergelangan kaki
2. Fase Lanjutan
Tujuannya untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan
aktivitas sehari-hari (AKS).Fase ini dimulai pada waktu penderita secara medik
telah stabil.Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik mobilisasi
dimulai pada 2-3 hari setelah stroke.Penderita dengan perdarahan subarachnoid
mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini meliputi:
a. Fisioterapi
i. Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot
(kekuatan 2 ke bawah)
ii. Diberikan terapi panas superfisial
20
iii. Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif
tergantung dari kekuatan otot
iv. Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot
v. Latihan fasilitasi atau redukasi otot
vi. Latihan mobilisasi bertahap.
b. Okupasi Terapi
Sebagian besar penderita stroke mencapai kemandirian dalam AKS,
meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ektremitas yang terkena belum tentu
baik. Dengan alat bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan
secara mandiri dapat dikerjakan, kemandirian dapat dipermudah dengan
pemakaian alat-alat yang disesuaikan.
c. Terapi Bicara
Penderita stroke sering menagalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini
dapat ditangani oleh speech therapist dengan cara:
i. Latihan pernapasan (pre speech training) berupa latihan napas,
menelan, meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.
ii. Latihan di depan cermin untuk melatih gerakan lidah, bibir dan
mengucapkan kata-kata.
iii. Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi
mengucapkan kata-kata.
iv. Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.
d. Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam
membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunkan antara
lain: tripod, walker, danwheel chair.
e. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui
serial fase psikologis, yaitu: fase syok, fase penolakan, fase peyesuaian dan fase
penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat,
sedangkan sebagian lain mengalami secara lambat, berhenti pada satu fase,
21
bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada pada fase
psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.
f. Sosial Medik
Pekerjaan sosial medik dapat memulai pekerjaan dengan wawancara
keluarga, keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan
lingkungan hidup serta keadaan rumah penderita.
J. Komplikasi
Komplikasi yang paling umum dan penting dari stroke iskemik meliputi
edema serebral, transformasi hemoragik, dan kejang.14
2. Indikator awal iskemik yang tampak pada CT scan tanpa kontras adalah
indikator independen untuk potensi pembengkakan dan kerusakan.
Manitol dan terapi lain untuk mengurangi tekanan intrakranial dapat
dimanfaatkan dalam situasi darurat, meskipun kegunaannya dalam
pembengkakan sekunder stroke iskemik lebih lanjut belum diketahui.
Beberapa pasien mengalami transformasi hemoragik pada infark mereka.
Hal ini diperkirakan terjadi pada 5% dari stroke iskemik yang tidak rumit,
tanpa adanya trombolitik. Transformasi hemoragik tidak selalu dikaitkan
dengan penurunan neurologis dan berkisar dari peteki kecil sampai
perdarahan hematoma yang memerlukan evakuasi.
22
K. Prognosis
23
BAB III
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. MP
Umur : 65 tahun
No Rekam Medik : 739012
Tanggal Periksa : 27 Oktober 2016
2. ANAMNESIS
Keluhan utama : Kelemahan sisi kanan tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien merupakan pasien stroke iskemik dengan
gejala hemiparese dextra. Pada tanggal 11-1-2016, pasien telah menjalani operasi
untuk penyakit stroke nya. Namun setelah operasi, pasien masih membutuhkan
penanganan dari rehabilitasi medik sehingga pasien dirujuk ke bagian instalasi
rehabilitasi medik. Saat ini pasien masih mengeluhkan kadang-kadang merasa
keram-keram dan nyeri pada sisi kanan tubuh pasien.
Awalnya keluhan kelemahan sisi kanan tubuh dirasakan tiba-tiba setelah bangun
tidur 9 bulan yang lalu. Kelemahan menyebabkan pasien jatuh. Setelah jatuh,
pasien tidak mengeluh nyeri kepala, sesak, mual, kejang dan penglihatan kabur.
Anggota gerak kanan terasa berat untuk digerakkan. Bicara pelo tidak ada. Tidak
disertai dengan keluhan kejang, gangguan pendengaran, dan pandangan ganda.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat operasi NHS, Hipertensi (+), Penyakit
jantung dan DM disangkal.
Riwayat Pengobatan : Micardis 80mg 1x1, aspilet 80mg 1x4, Clopidogrel
75mg 1x4
Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien tinggal bersama istri dan anaknya . Pasien
merupakan pensiunan dan istrinya adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien tidak
memiliki pembantu rumah tangga dirumahnya, pasien biasa mengantar cucunya
ke sekolah.
24
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 130/90 mmhg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,3 ̊ C
Antropometri :BB : 57, TB : 153, IMT : 24,35
Mata : Konjungtiva anemin -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, reflek cahaya
+/+ normal
Telinga : sekret tidak ada
Hidung : septum tidak deviasi, sekret tidak ada
Mulut : bibir tidak sianosis
Leher : pembesaran getah bening (-)
Thorax : bentuk simetris, retraksi tidak ada
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas-batas jantung normal
Auskulltasi : bunyi jantu I dan II normal, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : pergerakan simetris
Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor kanan sama dengan kiri
Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : distensi (-)
Palpasi : hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Kulit : turgor normal
25
Genitalia : tidak ada kelainan
Inguinal : pembesaran kelenjar (-)
Ekstremitas : hangat (+), sianosis (-), edema (-)
Status Neurologi :
Kepala : Normocephal, Penonjolan (-)
Leher : Kaku kuduk (-), Kernig sign (-/-)
Columna Vertebralis/badan : Inspeksi, pergerakan, palpasi, perkusi, reflex :
dalam batas normal
Nervi Craniales (N) :
Nervus Tes Dekstra Sinistra
N. I (N. Sensorik
Olfaktorius) - Tes penciuman Normal Normal
Sensorik
N. II (N. - Tes ketajaman normal normal
Optikus) penglihatan
- Tes lapang pandang
normal normal
Motorik
N. III (N. - Ptosis Tidak ada Tidak ada
Okulomotorius) - Posisi bola mata normal normal
N. IV (N. - Pupil
Refleks Refleks Cahaya
Troklearis) Cahaya (positif) bulat,
N. VI (N. - Gerakan bola mata (positif) bulat, isokor
Abdusen) isokor
Normal Normal
Motorik
- Menggerakkan normal normal
rahang
N. V (N. - Kontraksi m. Maseter
dan m. Temporalis normal normal
Trigeminus)
Sensorik
- Rasa Raba
normal normal
- Refleks Kornea
normal normal
26
N. VII (N. Motorik
Fasialis)
- Angkat alis normal normal
- Memejamkan mata normal normal
- Memperlihatkan gigi
normal normal
Sensorik
- Pengecapan (2/3
anterior lidah) normal normal
27
Sensibilitas :
Protopatik (+)Normal (+)Normal (+)Normal (+)Normal
Propioseptif (+)Normal (+)Normal (+)Normal (+)Normal
Status Fungsional
Barthel Index
28
Aktivitas Tingkat Kemandirian N Nilai
Total 100
Nilai Interpretasi:
0-20 Disabilitas Total
25-45 Disabilitas Berat
50-75 Disabilitas Sedang
80-90 Disabilitas Ringan
100 Mandiri
Interpretasi : 75 (Disabilitas Sedang)
29
4. RESUME
Laki-laki, 65 tahun dengan keluhan kelemahan pada sisi kanan tubuh. Operasi
untuk NHS sudah dilakukan, namun setelah operasi dibutuhkan tindakan lebih
lanjut untuk menangani gejala kelemahan yang masih ada. Pasien kemudian
dirujuk ke bagian rehabilitasi medik untuk ditangani. Saat ini pasien masih
mengeluhkan kadang-kadang merasa keram-keram dan nyeri pada sisi kanan
tubuh pasien. Ada riwayat hipertensi dan sementara mengkonsumsi obat
hipertensi. Pasien tinggal bersama istri dan anaknya . Pasien merupakan
pensiunan dan istrinya adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien tidak
memiliki pembantu rumah tangga dirumahnya, pasien biasa mengantar
cucunya ke sekolah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah : 130/90 mmHg, nadi 80
x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36,3 ºC. Pada pemeriksaan motorik,
kekuatan otot ekstremitas superior dekstra 4/4/4/4 dan ekstremitas inferior
dekstra 4/4/4/4. Indeks Barthel : 75 (disabilitas sedang).
30
5. PROGRAM REHABILITASI MEDIK
A. Fisioterapi
Evaluasi :
- Kelemahan extremitas superior dan inferior dekstra, dengan kekuatan
otot 4/4/4/4 dan 4/4/4/4
- Neuralgia
Program :
a. Short Wave Diathermy : untuk menangani nyeri pada sisi kanan tubuh
(Neuralgia)
b. Active ROM Exercise : Active resistive karena kekuatan otot 4
c. Endurance Exercise tingkat moderate : meningkatkan daya tahan tubuh
d. Strengthening Exercise : melatih kekuatan otot
B. Terapi Okupasi
Evaluasi :
- Gangguan AKS
Program :
a. Latihan AKS dengan aktivitas dan ketrampilan : untuk melatih pasien
melaksanakan kegiatan sehari-hari (makan, minum, berpakaian,
mandi, menyisir rambut)
C. Ortotik Prostetik
Evaluasi :
- Kelemahan sisi kanan tubuh
Program :
Pada saat ini belum ada program
D. Terapi Wicara
Evaluasi :
- Baik
Program :
31
Pada saat ini belum ada program
E. Psikologi
Evaluasi :
- Kontak dan pengertian baik
- Keluarga pasien cemas dengan kondisi pasien
Program :
Memberikan dukungan mental pada pasien dan keluarga tentang penyakit
penderita dan prognosisnya.
F. Sosial Medik
Evaluasi :
- Tinggal di rumah permanen 1 lantai dengan WC duduk
- Biaya hidup sehari-hari cukup
- Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS
Program :
a. Pada saat ini belum ada program
6. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
32
DAFTAR PUSTAKA
33
14. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Guidline Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Jakarta. 2007.
15. Sinaki M. Dorsher PT. Rehabilitation After Stroke. In: Basic Clinical
Rehabilitation Medicine. Philadelpia: Mosby. 1993;87-8.
34