OLEH:
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 2
1.3 Tujuan..................................................................................... 2
1.4 Manfaat................................................................................... 2
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................. 58
4.2 Saran....................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 59
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
hiperurisemia dan hiperlipidemia dan factor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi, sepertiusia, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga, dan
ras/suku bangsa (Anindhita dan Wiratman, 2017).
Bahaya stroke adalah kekambuhan/berulangnya serangan, biasanya
lebih berat dari serangan pertama dan dapat berakibat kecacatan atau
meninggal. Stroke berulang dapat memperburuk keadaan penderita dan
meningkatkan biaya perawatan (Siswanto, 2005).
Sehingga sebagai perawat perlu melakukan penatalaksanaan yang
tepat bagi penderita stroke, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Penatalaksanaan keperawatan merupakan asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat meliputi pengkajian, perumusan diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi selama merawat pasien. Berdasarkan
hal tersebut, penulis perlu membahas asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnose medis stroke hemoragik.
1.3 Tujuan
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose medis
stroke hemoragik.
1.4 Manfaat
Sebagai bahan pembelajaran dan pertimbangan perawat untuk
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose medis
stroke hemoragik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami
otak tidak terpenuhi dengan baik. Stroke dapat juga diartikan sebagai
kondisi otak yang mengalami kerusakan karena aliran atau suplai darah ke
tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
pembuluh darah menuju otak. Hal ini menyebabkan pasokan darah dan
3
neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana
otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah
2009).
4
Sumber : (Michaeli, 2012)
Otak terletak dalam rongga cranium , terdiri atas semua bagian system
saraf pusat (SSP) diatas korda spinalis. Secara anatomis terdiri dari
cerebrum cerebellum, brainstem, dan limbic system (Derrickson
&Tortora, 2013). Otak merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi
meskipun neuron-neuron telah di otak mati tidak mengalami regenerasi,
kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu
bagian-bagian otak mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang
rusak. Otak belajar kemampuan baru, dan ini merupakan mekanisme
paling penting dalam pemulihan stroke ( Feign, 2010).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh
otak dan medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem
bolak balik antara SSP dengan bagian tubuh lainnya (Noback dkk,
2010).
bagiannya adalah:
5
a. Cerebrum
kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan
1) Lobus Frontalis
2) Lobus Temporalis
3) Lobus Parietalis
6
gyrus postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan
4) Lobus Oksipitalis
5) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori
emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan
melalui pengendalian atas susunan endokrin dan susunan otonom
(White, 2008).
b. Cerebellum
2010).
c. Brainstem
7
medulla spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12
sangat mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan harus
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri
pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir
berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan
8
perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu
yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang utama adalah
Circulus
Willisi
9
intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian
serta trauma kepala (Junaidi, 2011) Sebagian kasus PSA terjadi tanpa
sebab dari luar tetapi sepertiga kasus terkait dengan stress mental dan
10
menekuk, batuk atau bersin yang terlalu keras, mengejan dan hubungan
Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh
stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi juga
berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak
menerapkan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Hal ini
terlihat pada :
1) Kebiasaan merokok
11
3) Suka menyantap makanan siap saji (fast food/junkfood)
5) Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan
yang jelas
2) Penyakit Jantung
bertahap.
3) Diabetes Melitus
kaku atau tidak lentur. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan
12
atau penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba sehingga dapat
4) Hiperkolesterlemia
otak.
5) Obesitas
bagi wanita
6) Merokok
13
sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Karena
1) Usia
otak.
2) Jenis Kelamin
3) Riwayat Keluarga
lebih besar untuk terkena stroke disbanding dengan orang yang tanpa
4) Perbedaan Ras
14
sekitar dua kali lebih tinggi daripada orang non-Karibia. Hal ini
Hal ini dipengaruhi juga oleh factor genetic dan faktor lingkungan.
glukosa seperti halnya pada otot. Meskipun berat otak sekitar 2% dari
seluruh badan, namun menggunakan sekitar 25% suplay oksigen dan 70%
glukosa. Jika aliran darah ke otak terhambat maka akan terjadi iskemia dan
penumbra. Jika aliran darah ke otak terganggu, lebih dari 30 detik pasien
dapat mengalami tidak sadar dan dapat terjadi kerusakan jaringan otak
yang permanen jika aliran darah ke otak terganggu lebih dari 4 menit
a. Mekanisme Anatomis
15
karotis terbagi manejadi karotis interna dan karotis eksterna. Karotis
b. Mekanisme Autoregulasi
16
konstan 750ml/menit. Kecepatan serebral konstan ini dipertahankan
ada oksigen) metabolism otak cepat terganggu. Sel otak akan mati dan
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau
bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya
17
kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada sebelah
kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan sensorik
kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri
terjadi jika area pada area Broca, yang terletak pada lobus frontal otak.
Pada afasia jenis ini pasien dapat memahami lawan bicara tetapi pasien
yang terletak pada lobus temporal. Pada afasia sensori pasien tidak
18
pembicaraan.
terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien juga terdapat
ganda, gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi
g. Disfagia
IX. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup
h. Inkontinensia
19
2.8 Respon Tubuh terhadap Perubahan Fisiologis
a. Fase Akut
Pada area otak yang infark atau terjadi kerusakan karena perdarahan
hipoksia serebral.
2) Edema Serebri
Edema terjadi jika pada area yang mengalami hipoksia atau iskemik
20
nyeri kepala, gangguan kesadaran. Peningkatan tekanan intrakranial
mengancam kehidupan.
4) Aspirasi
menelan.
bowl.
otak
kepala clauster
2.9 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan medis menurut Muttaqin (2008) yaitu:
a. Penatalaksanaan Medis
21
disritmia serta tekanan darah.
3) Pengobatan
4) Pembedahan
22
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran
darah otak.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila
stabil.
4) Bedrest
berlebih
mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
CT-Scan)
23
d. MRI : Menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi
dan besar terjadinya perdarahan otak hasil yang didapatkan area yang
2.11 Komplikasi
a. Hipoksi Serebral
pembuluh darah.
c. Embolisme Serebral
Dapat terjadi setelah infrak miokard atau fibrilasi atrium atau dapat
d. Distritmia
trombus lokal.
24
2.12 Asuhan Keperawatan (Konseptual)
a. Pengkajian
1) Identitas Kien
pekerjaan, alamat).
2) Keluhan Utama
yang lain.
25
trauma kepala, riwayat kotrasepsi oral yang lama, riwayat
adiktif, kegemukan.
6) Riwayat Psikososial
keluarga.
7) Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran
26
acuh tak acuh terhadap lingkungannya
baik.
27
d. Nilai GCS Somnolen :9–7
28
Skala peringkat untuk kekuatan otot
Tabel 2.2
1) Reflek
yang lain.
2) Perubahan Pupil
29
yang tidak sama) dapat normal pada populasi yang
disfungsi neural.
3) Tanda-tanda Vital
4) Saraf Kranial
diidentifikasi.
30
diusap kapas secara halus. Kemampuan untuk
dalam
31
sensori pada sepertiga lidah bagian posterior juga uvula
b. Diagnosa Keperawatan
32
disfungsi neuromuskuler dan sekresi yang tertahan.
33
33
c. Intervensi Keperawatan
Pemantauan Neurologis
Observasi :
1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan
reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor status pernapasan : analisa gas darah,
oksimetri nadi, kedalaman napas, pola napas,
dan usaha napas
5. Monitor refleks kornea
6. Monitor kesimetrisan wajah
7. Monitor respons babinski
8. Monitor respons terhadap pengobatan.
Terapeutik
1. Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis,
jika perlu
2. Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan
tekanan intrakranial
3. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan.
2 Pola Nafas tidak Efektif b/d hambatan upaya Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen jalan nafas
napas keperawatan 3x 24 jam diharapkan pola Observasi
nafas pasien menjadi efektif dengan 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,usaha
kriteria hasil: napas)
1. Frekuensi napas membaik 2. Monitor bunyi napas tambahan(mis: wheezing)
2. Kedalaman napas membaik Terapeutik
3. Ekskursi dada membaik 1. Posisikan semi fowler atau fowler
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-
tilt dan chin-lift
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
6. Berikan oksigen
Edukasi
1. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,mukolitik.
Dukungan Ventilasi
Observasi
1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
2. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap
status pernapasan
3. Monitor status respirasi dan oksigenasi (
frekuensi, dan kedalaman napas, penggunaan
otot bantu napas, bunyi napas tambahan, saturasi
oksigen)
36
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Berikan posisi semi fowler atau fowler
3. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
4. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
2. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
3. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,jika perlu
3 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme Setelah dilakukan Tindakan asuhan Pemantauan Respirasi
jalan napas, disfungsi neuromuskuler dan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi
sekresi yang tertahan. bersihan jalan napas tetap paten dengan 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
Kriteria Hasil : napas.
1. Batuk efektif meningkat 2. Monitor pola napas
2. Produksi sputum menurun
3. Monitor kemampuan batuk efektif
3. Frekuensi napas dan pola napas membaik
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor nilai AGD
8. Monitor hasil X-Ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
37
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
4 Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan Setelah dilakukan Tindakan asuhan Dukungan mobilisasi
neuromuskuler dan kelemahan anggota keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi
gerak mobilitas fisik tidak terganggu dengan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
kriteria hasil : lainnya
1. Pergerakan ekstremitas meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
2. Kekuatan otot meningkat 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
3. Rentang gerak( ROM) meningkat sebelum memulai mobilisasi
4. Kelemahan fisik menurun 4. Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu( mis; duduk diatas tempat tidur
2. Fasilitasi melakukan pergerakan
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk diatas tempat tidur)
39
Pemantauan Neurologis
Observasi :
1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan
reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor status pernapasan : analisa gas darah,
oksimetri nadi, kedalaman napas, pola napas,
dan usaha napas
5. Monitor refleks kornea
6. Monitor kesimetrisan wajah
7. Monitor respons babinski
8. Monitor respons terhadap pengobatan.
Terapeutik
1. Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis,
jika perlu
2. Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan
tekanan intrakranial
3. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan.
5 Gangguan komunikasi verbal b/d penurunan Setelah dilakukan tindakan asuhan Promosi komunikasi defisit bicara
sirkulasi serebral, dan gangguan keperawatan 3x 24 jam diharapkan Observasi
neuromuskuler komunikasi verbal meningkat dengan 1. Monitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain
40
Terapeutik
1. Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban
sensori (bisinf, terlalu terang)
2. Batasi stimulus lingkungan (cahaya, aktivitas,
suara)
3. Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
Edukasi
41
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam meminimalkan
prosedur/tindakan
2. Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
persepsi sensori
Manajemen Delirium
Observasi
1. Identifikasi faktor risiko delirium ( gangguan
penglihatan/pendengaran, penurunan
kemampuan fungsional, dll)
2. Identifikasi tipe delirium
3. Monitor status neurologis dan tingkat delirium
Terapeutik
1. Berikan pencahayaan yang baik
2. Sediakan kalender yang mudah dibaca
3. Sediakan informasi tentang apa yang terjadi dan
apa yang dapat terjadi selanjutnya
4. Batasi pembuatan keputusan
5. Nyatakan persepsi dengan cara tenang,
meyakinkan, dan tidak argumentatif
6. Fokus pada apa yang dikenali dan bermakna saat
interaksi interpersonal
42
7. Lakukan reorientasi
8. Sediakan lingkungan fisik dan rutinitas harian
yang konsisten
9. Gunakan isyarat lingkungan untuk stimulus
memori, reorientasi, dan meningkatkan perilaku
yang sesuai
Edukasi
1. Anjurkan kunjungan keluarga
2. Anjurkan pengggunaan alat bantu sensorik
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat ansietas atau agitasi
7 Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan Kriteria Hasil: Manajemen nutrisi
makanan 1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat Observasi
2. Kekuatan otot mengunyah meningkat 1. Identifikasi status nutrisi
3. Kekuatan otot menelan meningkat 2. Identifikasi alergi dan toleransi makanan
4. Berat badan membaik 3. Identifikasi makanan yang disukai
5. Frekuensi makan membaik
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
6. Nafsu mkan membaik
7. Membran mukosa membaik 5. Monitor asupan makanan
6. Monitor berat badan
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene
2. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen makanan
5. Hentikan pemberian makanan melalui selang
43
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan(
mis: peredanyeri, antiemetik)
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Terapi Menelan
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala aspirasi
2. Monitor gerakan lidah saat makan
3. Monitor tanda kelelahan saat makan, minum dan
menelan
Terapeutik
1. Berikan lingkungan yang nyaman
2. Jaga privasi pasien
3. Gunakan alat bantu,jika perlu
4. Hindari penggunaan sedotan
5. Posisikan duduk
6. Berikan permen loliipop untuk meningkatkan
kekuatan lidah
7. Fasilitasi meletakkan makanan dibelakang lidah
8. Berikan perawatan mulut, sesuai kebutuhan
Edukasi
44
44
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
KELUHAN UTAMA
Keluha Utama : Pasien mengatakan nyeri kepala
45
JenisOperasi :-
5. Lain-Lain :-
1. Sistem Pernafasan
RR : 20x/Menit SpO2 : 99%
Keluhan : Sesak Nyeri Waktu Nafas Orthopnea
Batuk : Produktif TidakProduktif
Sekret : Ada Tidakada
Keterangan :-
Penggunaan Otot Bantu Nafas : Ada Tidakada
IramaNafas : Teratur TidakTeratur
Pola Nafas : Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
SuaraNafas : Vesikuler BronkoVesikuler Tracheal Ronki
Bronkhial Wheezing Crackles
Lokasi Suara :-
Alat Bantu Nafas : Ya Tidak
Jenis : Nasal canul Flow: 2 lpm
WSD : Ya Tidak
Jenis :-
JumlahCairan :-
Undulasi :-
Tekanan :-
Tracheostomi : Ya Tidak
Lain-lain :-
MasalahKeperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
46
2. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan Darah : 135/76 mmHg
Nadi : 72 x/Menit
Keluhan Nyeri Dada : Ya Tidak
Irama jantung : Reguler Ireguler
Suara jantung : Normal (S1/S2 tunggal) Murmur Gallop
CRT : 2 detik
Akral : HKM (hangat, kering, merah)
Sirkulasi Perifer : Normal Menurun
CVP : Tidak terpasang CVC
EKG : Tidak ada pemeriksaan
Interpretasi :-
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
3. Sistem Persyarafan
Suhu : 36.7 C
GCS : 456 Kesadaran : Compos mentis
Refleks Fisiologis : Patella Tricep Bicep
Refleks Patologis : Babinsky Brudzinsky Kernig
Keluhan Pusing : Ya Tidak
Pemeriksaan Saraf Kranial : Normal TidakNormal
Pupil : Isokor Anisokor Medriasis
Sclera : Anikterus Ikterus
Konjunctiva : Ananemis Anemis
Istirahat/Tidur : 8 Jam/Hari GangguanTidur : tidak ditemukan masalah
Akral : Hangat Kering Merah
IVD :-
EVD :-
Lain-lain :-
MasalahKeperawatan : Nyeri akut (D.0077) dan risiko perfusi
serebral tidak efektif (D.0017)
4. Sistem Perkemihan
Kebersihan Genital : Bersih Kotor
Kebersihan Meatus Uretra : Bersih Kotor
Keluhan Kencing : Ada Tidak
Bila ada, jelaskan :-
Kemampuan berkemih : Spontan Alat bantu
Jenis : Dower kateter Ukuran : 16
Hari Ke- :2
Produksi Urine : ±3150 ml/24 jam Warna : Kuning Bau : Khas urine
Kandung kemih membesar : Ya Tidak
Nyeri Tekan : Ya Tidak
Intake Cairan : Oral : 2500 cc/hari Parenteral : 1000
cc/hari obat : 20cc Total : 3520 cc
Balance Cairan : Total intake - (Total Output + IWL)
47
3520 - (3150+500)
3520 - 3550
-30 cc (Defisit)
Lain-lain :-
MasalahKeperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
5. Sistem Pencernaan
TB : 175 cm BB : 77 Kg
IMT : 25.14 (Lebih)
Mulut : Bersih Kotor Berbau
MembranMukosa : Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan : SakitMenelan Kesulitan Menelan
Pembesaran Tonsil Nyeri Tekan
Abdomen : Tegang Kembung Asites
Peristaltik Usus : 20 x/menit
Nyeri Tekan : Ya Tidak
Luka Operasi : Ada Tidak
Peristaltik : 20 x/menit
BAB : 1 x/hari TerakhirTanggal : 26 Mei 2022
Konsistensi : Keras Lunak Cair Lendir/Darah
Kemampuan menelan : Spontan Alat bantu
Jenis :- Ukuran :-
Hari Ke- :-
Diit : Padat Lunak Cair
Diit khusus : Diet TKCPRG 2100 kkal/hari
Nafsu Makan : Baik Menurun
Frekuensi : 3x/Hari
PorsiMakan : Habis Tidak
Lain-Lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
6. SistemMuskuloskletal
Pergerakansendi : Bebas Terbatas
KekuatanOtot :
5 5
5 5
Kelainan Ekstremitas : Ya Tidak
Kelianan Tulang Belakang : Ya Tidak
Frankel :-
Fraktur : Ya Tidak
Traksi : Ya Tidak
Penggunaan Spalk/Gips : Ya Tidak
Keluhan Nyeri Ya Tidak
Sirkulasi Perifer :
Kompartemen Syndrome : Ya Tidak
Kulit : Ikterik Sianosis Kemerahan Hiperpigmentasi
Turgor : Baik Kurang Jelek
Luka Operasi : Ada Tidak
48
Tanggal Operasi : -
Jenis Operasi :-
Lokasi :-
Keadaan :-
Drain : Ada Tidak
ROM : Pasif
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
7. Sistem Integumen
Tabel 3.1 Asesmennorton decubitus
Aspek Yang Norton Decubitus
Dinilai 4 3 2 1 Nilai
SangatBuruk
KondisiFisik Baik Lumayan Buruk 4
Stupor/Koma
Kesadaran Composmentis Apatis Konfus/Somnolen 4
Ambulan Dengan
Aktivitas Ambulan Hanya Duduk Tiduran 1
Bantuan
Bergerak
Mobilisasi Sedikit Terbatas SangatTerbatas Tidak Bisa Bergerak 4
Bebas
Inkontinensia Inkontinensia Urin &
Inkontinen Tidak Terkadang 4
Urin Alvi
Catatan 15-20 (Kemungkinan tidak terjadi)
12-15 (Kemungkinan kecil terjadi)
Total Nilai 17
<12 (Kemungkinan besar terjadi)
8. Sistem Pengelihatan
Keluhan Nyeri : Ya Tidak
Luka Operasi : Ada Tidak
Pemeriksaan Penunjang :-
Alat Bantu Lihat : Tidak Ada
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
9. Sistem Pendengaran
Keluhan Nyeri : Ya Tidak
Luka Operasi : Ada Tidak
Tes Audiometri :Tidak dilakukan
Alat Bantu Dengar : Tidak ada
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
49
Kelenjar Getah Bening : Pembesaran Tidak
Hipoglikemia : Ya Tidak
Hiperglikemia : Ya Tidak
Lain-Lain :-
MasalahKeperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Persepsi pasien terhadap penyakitnya : Pasien mengatakan ini ujian dari Tuhan
yang harus di lewati
Ekspresi pasien terhadap penyakitnya :
Murung/Diam Gelisah Tegang Marah/Menangis
Reaksi saat interaksi : Kooperatif Tidak Kooperatif Curiga
Gangguan konsep diri : -
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
Sebelum sakit : Sering Kadang-Kadang TidakPernah
Selama sakit : Sering . Kadang-Kadang TidakPernah
Keterangan : Pasien melakukan ibadah ditempat tidur
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
50
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 3.2 Hasil Lab Patologi 23/05/2022
Parameter Hasil Parameter Hasil
HCT 47.6 % SGOT 30 U/L
Neut% 91.1 SGPT 25 U/L
Lymph% 6 BUN 33 mg/dL
PLT 145.000 /uL Creatinin 3.15 mg/dL
WBC 17.84 /uL PPT 17.7
Albumin 3.97 gr/dL APTT 32
Natrium 141 mmol/L HBSag Reactive
Kalium 4.1 mmol/L HIV NR
GDS 124 mg/dL Swab Antigen NR
Parameter Hasil
pH 7.31
pCO2 43 mmHg
pO2 117 mmHg
BE -4.6 mmol/L
SpO2 98%
FIO2 21%
HCO3- 21.7 mmol/L
Parameter Hasil
BUN 31 mg/dL
Creatinin 2.99 mg/dL
TERAPI MEDIS
Tabel 3.5 Terapi medis pasien Tn.B
Terapi Oral TerapiInjeksi
1. Carvedilol 2x12 mg 1. Metamizole 3x1gr
2. Atorvastatin 1x20mg 2. Phenytoin 3x100mg
3. Nimodipine 6x60mg 3. IVFD NaCL 0.9% 500 ml :
Tutofusin 500 ml/24jam
4. SP Nicardipin 1.5 cc/kgBB/menit
51
kesadaran Nyeri Akut
composmentis,
tensi 135/76
mmHg, nadi 72
x/menit, suhu 36.7
C, skala nyeri 4
DS : Pasien Perdarahan subarachnoid Risiko perfusi serebral
mengatakan nyeri ↓ tidak efektif (D.0017)
kepala Penurunan suplai darah ke otak
↓
DO : KU lemah, Perfusi jaringan serebral tidak
GCS 456, adekuat
kesadaran ↓
composmentis, Iskemik jaringan otak
tensi 135/76 ↓
mmHg, nadi 72 Perfusi jaringan serebral tidak
x/menit, suhu 36.7 efektif
C.
DS : -. Perdarahan subarachnoid Defisit perawatan diri
↓ (D.0109)
DO : KU lemah, Pecahnya aneurisma
GCS 456, ↓
kesadaran Penigkatan TIK
composmentis, ↓
bedrest, Bedrest
kebersihan diri ↓
kurang. Tidak mampu beraktivitas
secara mandiri
↓
Defisit perawatan diri
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemia (D.0077)
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017)
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
(D.0109)
52
c. Meringis menurun
d. Berfokus pada diri ssendiri menurun
Intervensi : Manajemen nyeri (I. 08238)
a. Observasi :
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kulitas
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgesik
b. Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (misal suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
c. Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Diagnosa : Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017)
Luaran : Perfusi serebral (L.02014)
Kriteria Hasil :
a. Tingkat kesadaran kognitif meningkat
b. Gelisah menurun
c. Nilai rata-rata tekanan darah membaik
53
Intervensi : Manejemen peningkatan tekanan intrakranial
(I.06198)
a. Observasi :
- Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas
ireguler, kesadaran menurun).
- Monitor status pernapasan.
- Monitor intake dan output cairan.
b. Terapeutik :
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
tenang.
- Berikan posisi semi fowler.
- Cegah terjadinya kejang.
c. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu.
3. Diagnosa : Defisit perawatan diri (D.0109)
Luaran : Perawatan diri (L.11103)
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan kebersihan diri meningkat
b. Kemampuan mandi meningkat
Intervensi : Dukungan perawatan diri : mandi (I.11352)
a. Observasi :
- Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan.
- Monitor kebersihan tubuh.
- Monitor integritas kulit.
b. Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman.
- Fasilitasi mandi sesuai kebutuhan.
- Pertahankan kebiasaan kebersihan diri.
- Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian.
c. Edukasi :
54
- Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap
Kesehatan.
- Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien
(jikaperlu).
55
pempers dan linen A : Masalah teratasi
pasien sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
Jumat, 1. Nyeri Akut (06.00)
27 Mei - Mengidentifikasi lokasi, S : Pasien mengatakan
2022 karakteristik, durasi, nyeri kepala berkurang
pukul frekuensi, kulitas O : TD 130/80 mmHg,
22.00 intensitas nyeri. RR 20 x/menit, SpO2
- Mengidentifikasi skala 99%, Nadi 96 x/menit,
nyeri Skala nyeri 3
- Mengidentifikasi respon A : Masalah belum
nyeri non verbal teratasi
- Mengajurkan tekhnik P : Intervensi
nafas dalam bila nyeri dilanjutkan
- Memberikan injeksi
metamizole 1gram IV
2. Risiko perfusi serebral tidak (06.00)
efektif S : Pasien mengatakan
- Memonitor tekanan nyeri kepala berkurang
darah, nadi, suhu, GCS, O : GCS 456, kesadaran
dan kesadaran composmentis, TD
- Memposisikan pasien 130/80 mmHg, RR 20
semi fowler untuk posisi x/menit, SpO2 99%,
yang nyaman Nadi 96 x/menit
- Berkolaborasi pemberian A : Masalah belum
injeksi phenytoin 100 teratasi
mg, SP Nicardipin 1.5 P : Intervensi
cc/kgBB/menit dilanjutkan
-
3. Defisit perawatan diri (06.00)
- Memonitor kebersihan S : Pasien mengatakan
dan integritas kulit akan gosok gigi sendiri
- Membantu menyeka O : KU lemah, GCS 456
pasien kesadaran
- Membantu oral hygien composmentis, bedrest,
pasien kebersihan diri cukup
- Membantu menggantikan A : Masalah teratasi
pempers dan linen sebagian
pasien P : Intervensi
dilanjutkan
Sabtu, 1. Nyeri Akut (06.00)
28 Mei - Mengidentifikasi lokasi, S : Pasien mengatakan
2022 karakteristik, durasi, nyeri kepala berkurang
pukul frekuensi, kulitas O : TD 128/76 mmHg,
22.00 intensitas nyeri. RR 20 x/menit, SpO2
- Mengidentifikasi skala 98%, Nadi 91 x/menit,
nyeri Skala nyeri 2
56
- Mengidentifikasi respon A : Masalah teratasi
nyeri non verbal sebagian
- Mengajurkan tekhnik P : Intervensi
nafas dalam bila nyeri dilanjutkan
- Memberikan injeksi
metamizole 1gram IV
2. Risiko perfusi serebral tidak (06.00)
efektif S : Pasien mengatakan
- Memonitor tekanan nyeri kepala berkurang
darah, nadi, suhu, GCS, O : GCS 456, kesadaran
dan kesadaran composmentis, TD
- Memposisikan pasien 130/80 mmHg, RR 20
semi fowler untuk posisi x/menit, SpO2 99%,
yang nyaman Nadi 96 x/menit
- Berkolaborasi pemberian A : Masalah belum
injeksi phenytoin 100 teratasi
mg, SP Nicardipin 1.5 P : Intervensi
cc/kgBB/menit dilanjutkan
-
3. Defisit perawatan diri (06.00)
- Memonitor kebersihan S : Pasien mengatakan
dan integritas kulit sudah gosok gigi sendiri
- Membantu menyeka O : KU lemah, GCS 456
pasien kesadaran
- Membantu oral hygien composmentis, bedrest,
pasien kebersihan diri cukup
- Membantu menggantikan A : Masalah teratasi
pempers dan linen sebagian
pasien P : Intervensi
dilanjutkan
57
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukanasuhan keperawatan pada Tn.B dengan diagnose medis
stroke hemoragik di Bedah A RSUD Dr.Soetomo Provinsi Jawa Timur, yang telah
dilaksanakan pada tanggal 26-28 Mei 2022, dapat disimpulkan :
1. Pengkajian pada pasien Tn. B tanggal 26 Mei 2022, didapatkan data yang
sesuai dengan teori asuhan keperawatan stroke.
2. Diagnosa keperawatan pada pasien Tn. B didapatkan : nyeri akut berhubungan
dengan iskemia, risiko perfusi serebral tidak efektif, dan deficit perawatan diri
gangguan neuromuskuler.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan dirumuskan berdasarkan prioritas
masalah dan kondisi Tn. B.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan terhadap Tn. B sesuai dengan
intervensi yang telah disusun. Akan tetapi, hanya beberapa intervensi yang
digunakan, karena menyesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien serta
lingkungan ruangan.
5. Evaluasi keperawatan pada Ny. K dalam pelaksanaanya belum semua masalah
keperawatan teratasi dalam kurun waktu 3 hari.
4.2 Saran
Penderita stroke yang mengalami kerusakan persarafan atau kelumpuhan
dapat bersifat permanen. Sehingga, dalam membuat asuhan keperawatan sebaiknya
benar-benar memperhatikan setiap keluhan dari pasien. Intervensi yang tepat akan
menghasilkan implementasi yang baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien.
58
DAFTAR PUSTAKA
59
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Director.
https://doi.org/10.22201/fq.18708404e.2004.3.66178
Rosjid, C. H., & Nurhidayat, S. (2014). Buku Ajar Peningkatan Intrakranial &
Gangguan Peredaran Darah Otak. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Soeharto, I. (2015). Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya Dengan Lemak dan
Kolestrol. jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tarwoto & Wartonah. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan.
Jakarta : EGC
Perry & Potter. (2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Perry & Potter. (2006). Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Praktek
Volume 2, Edisi $. jakarta: EGC
Price, A., Wilson. (2012). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
60
Lampiran 1