Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN STROKE DI RUANG ICU RSUD KAJEN

KABUPATEN PEKALONGAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat

Darurat Perseptor Klinik : Nurdin, S.Kep, Ners

Perseptor Akademik : Santoso Tri Nugroho, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh :

Dimas Khairil .I (NP. 1421002811)

PROGRAM STUDI PROFESI

NERS FAKULTAS ILMU

KESEHATAN UNIVERSITAS

PEKALONGAN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN STROKE DI RUANG ICU RSUD KAJEN


KABUPATEN PEKALONGAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat

Telah dilakukan asuhan

keperawatan Tanggal 4 Mei 2022

Oleh

Dimas Khairil .I

(1421002811)

Diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Prseptor Klinik

................................................... ……………………
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


KLIEN DENGAN STROKE

A. Latar Belakang
Perdarahan intracerebral (ICH) merupakan pecahnya pembuluh darah intracerebral
sehinga darah keluar dari pembuluh darah kemudian masuk ke dalam jaringan otak.
(Iskandar Junaidi. 2011).
Stroke merupakan penyebab tertinggi dari kecacatan dan kematian di seluruh dunia,
karena kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian
otak. Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk
informasi yang semakin mudah di peroleh, Negara berkembang dapat segera meniruh
kebiasaan Negara Barat yang dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti
mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi,
kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga dan stress,
telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan. (Oktavianus, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO), Tahun 2016. Stroke merupakan penyebab
kematian tertinggi di seluruh dunia, yang mengalami kematian akibat stroke sebanyak 7 juta
jiwa dan 17 juta jiwa penduduk di seluruh dunia, sedangkan berdasarkan data 10 besar
penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2014 terdapatr 3.049.200 jiwa yang menderita
penyakit stroke dari 252 juta penduduk. Penderita stroke di Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya (Riskesdas, 2018).
Stroke hemoragik merupakan salah satu indikator kegawatan dan prognosis pada pasien.
Pada keadaan kritis pasien mengalami perubahan psikologis dan fisiologis, oleh karena itu
peran perawat kritis merupakan posisi sentral untuk memahami semua perubahan yang
terjadi pada pasien, serta mengidentifikasi masalah keperawatan dan tindakan yang akan
diberikan pada pasien. Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien dengan stroke
hemoragik antara lain pemenuhan kebutuhan dasar yang gangguan pernapasan, gangguan
irama jantung, gangguan hidrasi, gangguan aktivitas, kemampuan berkomunikasi, gangguan
eliminasi (Krisanty P, 2016).
Menurut Asyifaurohman, (2017), masalah yang menjadi perhatian utama adalah risiko
ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral, nyeri akut, dan ansietas. Masalah keperawatan
salah satunya nyeri akut post kraniotomi telah menjadi topik yang relatif terabaikan. Masalah
lain yang mungkin terjadi pada klien setelah pembedahan post kraniotomi adalah infeksi.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dari itu penulis bermaksud melakukan proses
keperawatan dengan melakukan pengkajian hingga evaluasi keperawatan gawat darurat pada
dengan masalah stroke di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui asuhan keperawatan dari pasien
dengan Stroke
2. Tujuan khusus

a. Mampu mengetahui definisi dari Stroke

b. Mampu mengetahui etiologi dari Stroke

c. Mampu mengetahui patofisiologi dari Stroke

d. Mampu mengetahui pathway dari Stroke

e. Mampu mengetahui manifestasi klinik dari Stroke

f. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari Stroke

g. Mampu mengetahui penatalaksanaan dari Stroke


C. Manfaat
1. Bagi penulis
a. Penulis memahami tentang stroke baik secara teoritis maupun secara klinis

b. Penulis dapat memperluas ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang stroke

c. Penulis dapat mengaplikasikan kemampuan tindakan kegawatdaruratan terhadap


pasien dengan stroke
2. Bagi pembaca
Pembaca dapat memahami dan mengaplikasikan kemampuan tindakan kegawatdaruratan
terhadap pasien dengan stroke
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Stroke/penyakit Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak


yang disebabkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzar & Bare, 2001
dalam Tembaru, 2018).

Stroke hemoragik adalah perdarahan ke dalam jaringan otak atau perdarahan


subarachnoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak (Yuniarsih, 2020).
B. Etiologi

Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik) disebabkan
oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah
yang mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang
mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan
lainnya, seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh
darah pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut
aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011).

Menurut Arum (2015), faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke antara lain :

a. Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Tekanan darah tinggi merupakan peluang terbesar terjadinya stroke. Hipertensi


mengakibatkan adanya gangguan aliran darah dan diameter pembuluh darah akan
mengecil sehingga darah yang mengalir ke otak pun berkurang.

b. Penyakit jantung

Penyakit jantung seperti koroner dan infark miokard (kematian otot jantung) menjadi
factor terbesar terjadinya stroke. Jantung merupakan pusat aliran darah tubuh. Jika
pusat pengaturan mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun menjadi
terganggu, termasuk aliran darah menuju otak.

c. Diabetes mellitus

Pembuluh darah pada penderita diabetes melltus umumnya lebih kaku atau tidak
lentur. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah
secara tiba-tiba sehingga dapat menyebabkan kematian otak.

d. Hiperkolesterlemia

Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar kolesterol dalam darah berlebih.


LDL yang berlebih akan mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah.
Kondisi seperti ini lama-kelamaan akan menganggu aliran darah, termasuk aliran
darah ke otak.
C. Patofisiologi
Faktor resiko utama yang dapat menimbulkan terjadinya resiko stroke salah satunya
adalah hipertensi. Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya
pembuluh darah otak. Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensisitif oksigen dan
glukosa karena jaringan otak tidak dapat menyimpan kelebihan oksigen dan glukosa
seperti halnya pada otot. Meskipun berat otak sekitar 2% dari seluruh badan, namun
menggunakan sekitar 25% suplay oksigen dan 70%glukosa. Jika aliran darah ke otak
terhambat maka akan terjadi iskemia dan terjadi gangguan metabolism otak yang
kemudian terjadi gangguan perfusi serebral. Area otak disekitar yang mengalami
hipoperfusi disebut penumbra. Jika aliran darah ke otak terganggu, lebih dari 30 detik
pasien dapat mengalami tidak sadar dan dapat terjadi kerusakan jaringan otak yang
permanen jika aliran darah ke otak terganggu lebih dari 4 menit (Tarwoto, 2013).
Untuk mempertahankan aliran darah ke otak maka tubuh akan melakukan dua
mekanisme tubuh yaitu mekanisme anastomis dan mekanisme autoregulasi. Mekanisme
anastomis berhubungan dengan suplai darah ke otak untuk pemenuhan kebutuhan oksigen
dan glukosa. Sedangkan mekanisme autoregulasi adalah bagaimana otak melakukan
mekanisme/usaha sendiri dalam menjaga keseimbangan. Misalnya jika terjadi hipoksemia
otak maka pembuluh darah otak akan mengalami vasodilatasi (Tarwoto, 2013).
Tidak adekuatnya aliran darah dan oksigen mengakibatkan hipoksia jaringan otak.
Fungsi otak akan sangat tergantung pada derajat kerusakan dan lokasinya. Aliran darah ke
otak sangat tergantung pada tekanan darah, fungsi jantung atau kardiak output, keutuhan
pembuluh darah. Sehingga pada pasien dengan stroke keadekuatan aliran darah sangat
dibutuhkan untuk menjamin perfusi jaringan yang baik untuk menghindari terjadinya
hipoksia serebral (Geofani, 2017).
D. Pathway

Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, Hipertensi, Malformasi arteri venosa,
Aneurisma, Distrasia darah, Obat

Pecahnya pembuluh darah otak (perdarahan intracranial)

Darah masuk kedalam jaringan otak


Penatalaksanaan:
kraniotomi Darah membentuk massa atau hematoma

Penekanan pada jaringan otak

Luka insisi peningkatan tekanan intracranial


pembedahan Fungsi otak
gangguan aliran darah dan oksigen ke otak
menurun

Ketidakefektifan
perfusi jaringan Reflex menelan
Sel melepaskan cerebral menurun
mediator nyeri: Kerusakan neuromotorik
prostaglandin,
sitokirin
ADL dibantu kelemahan otot progresif anoreksia

Impuls ke pusat Kerusakan/gangguan


nyeri diotak mobilitas fisik
(thalamus) Gangguan pemenuhan
kebutuhan ADL
Ketidakseimbangan
kebutuhan nutrisi
Impuls ke pusat
nyeri diotak

Soma sensori koeteks otak :


nyeri dipersepsikan

Sumber : (Corwin, 2009)


E. Tanda dan Gejala
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana
yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke
hemoragik, gejala klinis meliputi:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau hemiplegia
(paralisis) yang timbul secara mendadak.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.

c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi akibat
perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau terjadinya gangguan
metabolik otak akibat hipoksia

d. Afasia (kesulitan dalam bicara) Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara,
termasuk dalam membaca, menulis dan memahami bahasa.

e. Disatria (bicara cedel atau pelo) merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi
sehingga ucapannya menjadi tidak jelas.
F. Manifestasi Klinik
Menurut Yuliana A, (2014) gejala klinis hemoragik stroke
1) Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma)
2) Kesulitan berbicara atau memahami orang lain
3) Kesulitan menelan
4) Kesulitan menulis atau membaca
5) Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, atau
kadang terjadi secara tiba-tiba
6) Kehilangan koordinasi
7) Kehilangan keseimbangan
8) Perubahan gerak, biasanya pada satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan
motorik
9) Mual dan muntah
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Robinson dan Saputra (2014) pemeriksaan penunjang pada pasien stroke antara
lain adalah sebagai berikut :

a. Angiografi serebri

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik sperti stroke


perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. Biasanya pada stroke perdarahan akan
ditemukan adanya aneurisma

b. Lumbal fungsi

Biasanya pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan lumbal maka
terdapat tekanan yang meningkat disertai bercak darah. Hal itu akan menunjukkkan
adanya hemoragik pada subarachnoid atau pada intracranial

c. CT-Scan

Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang masuk ke ventrikel atau menyebar ke
permukaan otak.

d. Macnetic Resonance Imaging (MRI)

Menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan


biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari heemoragik
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Sugianto V, 2017) penatalaksanaan medis dari strok hemoragik yaitu :
1) Penatalaksanaan umum
a) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral decubitus bila disertai
muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamika stabil
b) Bebaskan jalan napas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu beriklan oksigen 1-2
liter permenit bila ada hasil gas darah.
c) Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter
d) Control tekanan darah, dipertahankan normal
e) Suhu tubuh harus dipertahankan
f) Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila terdapat
gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun, dianjurkan pipih NGT.
g) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontak indikasi.
2) Penatalaksanaan medis
a) Trombolitik (Streptokinase)
b) Anti platelet/ anti trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol)
c) Antikoagulan (heparin)
d) Hemorrhage (pentoxyfilin)
e) Antagonis serotonin (noftidrofulyl)
f) Antagonis caklcium (nomodipin, piracetam)
3) Penatalaksanaan khusus
a) Atasi kejang (antikonvulsan)
b) Atasi tekanan intracranial yang meninggi menitol, gliserol, purosemit, intubasi,
steroid dll)
I. Konsep asuhan Keperawatan

Pengkajian pada pasien stroke hemoragik menggunakan pengkajian mendalam mengenai


risiko perfusi serebral tidak efektif, dengan kategori Fisiologis dan subkategori Sirkulasi
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Pada pasien Stroke Hemoragik dengan masalah
keperawatan resiko perfusi serebral tidak efektif, pengkajian keperawatnnya difokuskan
pada faktor-faktor resiko yang mungkin dimiliki pasien.

Menurut Muttaqin (2011) data yang perlu dikaji pada pasien stroke hemoragik dengan
masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak efektif antara lain :

a. Pengkajian primer

1) Airway

Kaji adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk atau karena pangkal lidah yang jatuh ke belakang akibat
kerusakan neuroserebrospinal (N.IX Glosofaringeus).

2) Breathing

Kaji adanya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas tambahan, pola
napas abnormal, dan penggunaan otot bantu napas

3) Circulation

Kaji adanya perubahan tekanan darah (hipertensi), perubahan frekuensi jantung


(bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi disritmia).

4) Disability

Kaji adanya kelemahan, letargi, lelah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan


kasadaran bisa sampai koma.
b. Pengkajian sekunder

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, tempat tangal lahir, pekerjaan, status,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosis medis.

2) Keluhan utama

Keluhan utama merupakan factor yang sangat mendorong pasien untuk mencari
pertolongan. Keluhan yang sering didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, konvulsi(kejang), sakit kepala
yang hebat, nyeriotot, kaku kuduk, sakit punggung, tingkat kesadaran menurun
(GCS<15).

3) Riwayat penyakit sekarang

Pasien stroke non hemoragik diawali gangguan neurologis. Pada gangguan neurologis
riwayat penyakit sekarang yang mungkin didapat meliputi adanya riwayat trauma,
riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuhpada saat pasien sedang melakukan
aktivitas.

4) Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian riwayat penyakit dahulu dilakukan untuk menggali permasalahan yang


mendukung masalah saat ini pada pasien dengan defisit neurologi sangat penting.
J. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark jaringan otak,
vasospasme serebral, edema serebral
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, kelemahan
anggota gerak
c. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran, disfungsi otak global
K. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan

Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status neurologic setiap jam
jaringan serebral keperawatan diharapkan perfusi 2. Kaji tingkat kesadaran dengan
berhubungan dengan jaringan serebral pasien GCS
infark jaringan otak, menjadi efektif dengan kriteria 3. Kaji pupil, ukuran, respon
vasospasme serebral, hasil : terhadap cahaya, gerakan mata
edema serebral a. Tanda-tanda vital normal 4. Kaji reflek kornea
b. Status sirkulasi lancer 5. Evaluasi keadaan motorik dan
c. Pasien mengatakan nyaman sensori pasien
dan tidak sakit kepala 6. Monitor tanda vital setiap 1 jam
d. Peningkatan kerja pupil
Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan motorik
berhubungan dengan keperawatan diharapkan 2. Ajarkan pasien untuk melakukan
gangguan neuromuskuler, mobilitas fisik tidak terganggu ROM minimal 4x perhari bila
kelemahan anggota gerak kriteria hasil : mungkin
3. Bila pasien di tempat tidur,
1. Peningkatan aktifitas
lakukan tindakan untuk
fisik
meluruskan postur tubuh
2. Tidak ada kontraktur a. Gunakan papan kaki
otot b. Ubah posisi sendi bahu tiap 2-
4 jam
3. Tidak ada ankilosis pada
c. Sanggah tangan dan
sendi
pergelangan pada kelurusan
4. Tidak terjadi penyusutan alamiah
otot 4. Observasi daerah yang tertekan,
termasuk warna, edema atau
tanda lain gangguan sirkulasi
5. Inspeksi kulit terutama pada
daerah tertekan, beri bantalan
lunak
Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan asuhan a) Posisikan pasien untuk
jalan napas berhubungan keperawatan diharapkan memaksimalkan ventilasi
dengan obstruksi jalan bersihan jalan menjadi efektif b) Identifikasi kebutuhan
dengan kriteria hasil
napas yang tidak adekuat aktual/potensial pasien untuk
1. Status pernafasan :
a. Frekuensi pernafasan memasukkan alat membuka jalan
normal (16-25x/menit) nafas
b. Irama pernafasan c) Buang sekret dengan memotivasi
teratur pasien untuk melakukan batuk
2. Tanda-tanda vital: atau menyedot lender
a. Irama pernafasan teratur d) Auskultasi suara nafas
b. Tekanan darah normal
e) Posisikan untuk meringankan
(120/80mmHg)
sesak nafas
c. Tekanan nadi normal (60-
100x/menit)
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, I. 2011. Stroke waspadai ancamannya. Yogyakarta: PT.Andi


NANDA International. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017,
edisi 10. Jakarta: EGC
Robinson, J.M., & Saputra, L. 2014. Visual Nursing (Medikal-Bedah) Jilid 1 (Martha
Ardiaria, Penerjemah). Tangerang: Binarupa Aksara
Riskesdas, 2018. Hasil Utama Kementrian Kesehatan Badan Penelitian Dan Pengembangn
Kesehatan. Diunduh Pada Rabu 6 November 2019 Pukul 19.05 Wita.
<http//:11.20refrensi20bab201/Hasilriskesdas202018_2.Pdf>.
Sugianto V, 2017. KIA. Manajemen Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan Pada Tn. Y Dengan Diagnosa Medis Perdarahan Intracerebral Ec.
Hemoragik Stroke Di Instalasi Gawat Darurat Non Bedah RSUP Dr Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Makassar: Stikes Panakkukang.
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, gangguan sistem persarafan. Jakarta:
CV.Sagung Seto.
Yuliana A, 2014. KIA. Manajemen Pelayanan Dan Resume Keperawatan Pada Ny. S
Dengan Hemoragik Stroke Di Ruangan UGD Non Bedah Rumah Sakit Wahidin Dr
Sudirohusodo Makassar. Makassar: Stikes Panakkukang.

Anda mungkin juga menyukai