KABUPATEN PEKALONGAN
Disusun Oleh :
KESEHATAN UNIVERSITAS
PEKALONGAN 2022
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh
Dimas Khairil .I
(1421002811)
................................................... ……………………
BAB I
A. Latar Belakang
Perdarahan intracerebral (ICH) merupakan pecahnya pembuluh darah intracerebral
sehinga darah keluar dari pembuluh darah kemudian masuk ke dalam jaringan otak.
(Iskandar Junaidi. 2011).
Stroke merupakan penyebab tertinggi dari kecacatan dan kematian di seluruh dunia,
karena kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian
otak. Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk
informasi yang semakin mudah di peroleh, Negara berkembang dapat segera meniruh
kebiasaan Negara Barat yang dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti
mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi,
kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga dan stress,
telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan. (Oktavianus, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO), Tahun 2016. Stroke merupakan penyebab
kematian tertinggi di seluruh dunia, yang mengalami kematian akibat stroke sebanyak 7 juta
jiwa dan 17 juta jiwa penduduk di seluruh dunia, sedangkan berdasarkan data 10 besar
penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2014 terdapatr 3.049.200 jiwa yang menderita
penyakit stroke dari 252 juta penduduk. Penderita stroke di Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya (Riskesdas, 2018).
Stroke hemoragik merupakan salah satu indikator kegawatan dan prognosis pada pasien.
Pada keadaan kritis pasien mengalami perubahan psikologis dan fisiologis, oleh karena itu
peran perawat kritis merupakan posisi sentral untuk memahami semua perubahan yang
terjadi pada pasien, serta mengidentifikasi masalah keperawatan dan tindakan yang akan
diberikan pada pasien. Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien dengan stroke
hemoragik antara lain pemenuhan kebutuhan dasar yang gangguan pernapasan, gangguan
irama jantung, gangguan hidrasi, gangguan aktivitas, kemampuan berkomunikasi, gangguan
eliminasi (Krisanty P, 2016).
Menurut Asyifaurohman, (2017), masalah yang menjadi perhatian utama adalah risiko
ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral, nyeri akut, dan ansietas. Masalah keperawatan
salah satunya nyeri akut post kraniotomi telah menjadi topik yang relatif terabaikan. Masalah
lain yang mungkin terjadi pada klien setelah pembedahan post kraniotomi adalah infeksi.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dari itu penulis bermaksud melakukan proses
keperawatan dengan melakukan pengkajian hingga evaluasi keperawatan gawat darurat pada
dengan masalah stroke di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui asuhan keperawatan dari pasien
dengan Stroke
2. Tujuan khusus
b. Penulis dapat memperluas ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang stroke
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik) disebabkan
oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah
yang mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang
mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan
lainnya, seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh
darah pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut
aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011).
Menurut Arum (2015), faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke antara lain :
b. Penyakit jantung
Penyakit jantung seperti koroner dan infark miokard (kematian otot jantung) menjadi
factor terbesar terjadinya stroke. Jantung merupakan pusat aliran darah tubuh. Jika
pusat pengaturan mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun menjadi
terganggu, termasuk aliran darah menuju otak.
c. Diabetes mellitus
Pembuluh darah pada penderita diabetes melltus umumnya lebih kaku atau tidak
lentur. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah
secara tiba-tiba sehingga dapat menyebabkan kematian otak.
d. Hiperkolesterlemia
Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, Hipertensi, Malformasi arteri venosa,
Aneurisma, Distrasia darah, Obat
Ketidakefektifan
perfusi jaringan Reflex menelan
Sel melepaskan cerebral menurun
mediator nyeri: Kerusakan neuromotorik
prostaglandin,
sitokirin
ADL dibantu kelemahan otot progresif anoreksia
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi akibat
perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau terjadinya gangguan
metabolik otak akibat hipoksia
d. Afasia (kesulitan dalam bicara) Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara,
termasuk dalam membaca, menulis dan memahami bahasa.
e. Disatria (bicara cedel atau pelo) merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi
sehingga ucapannya menjadi tidak jelas.
F. Manifestasi Klinik
Menurut Yuliana A, (2014) gejala klinis hemoragik stroke
1) Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma)
2) Kesulitan berbicara atau memahami orang lain
3) Kesulitan menelan
4) Kesulitan menulis atau membaca
5) Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, atau
kadang terjadi secara tiba-tiba
6) Kehilangan koordinasi
7) Kehilangan keseimbangan
8) Perubahan gerak, biasanya pada satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan
motorik
9) Mual dan muntah
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Robinson dan Saputra (2014) pemeriksaan penunjang pada pasien stroke antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Angiografi serebri
b. Lumbal fungsi
Biasanya pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan lumbal maka
terdapat tekanan yang meningkat disertai bercak darah. Hal itu akan menunjukkkan
adanya hemoragik pada subarachnoid atau pada intracranial
c. CT-Scan
Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang masuk ke ventrikel atau menyebar ke
permukaan otak.
Menurut Muttaqin (2011) data yang perlu dikaji pada pasien stroke hemoragik dengan
masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak efektif antara lain :
a. Pengkajian primer
1) Airway
Kaji adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk atau karena pangkal lidah yang jatuh ke belakang akibat
kerusakan neuroserebrospinal (N.IX Glosofaringeus).
2) Breathing
Kaji adanya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas tambahan, pola
napas abnormal, dan penggunaan otot bantu napas
3) Circulation
4) Disability
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, tempat tangal lahir, pekerjaan, status,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosis medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan factor yang sangat mendorong pasien untuk mencari
pertolongan. Keluhan yang sering didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, konvulsi(kejang), sakit kepala
yang hebat, nyeriotot, kaku kuduk, sakit punggung, tingkat kesadaran menurun
(GCS<15).
Pasien stroke non hemoragik diawali gangguan neurologis. Pada gangguan neurologis
riwayat penyakit sekarang yang mungkin didapat meliputi adanya riwayat trauma,
riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuhpada saat pasien sedang melakukan
aktivitas.
Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status neurologic setiap jam
jaringan serebral keperawatan diharapkan perfusi 2. Kaji tingkat kesadaran dengan
berhubungan dengan jaringan serebral pasien GCS
infark jaringan otak, menjadi efektif dengan kriteria 3. Kaji pupil, ukuran, respon
vasospasme serebral, hasil : terhadap cahaya, gerakan mata
edema serebral a. Tanda-tanda vital normal 4. Kaji reflek kornea
b. Status sirkulasi lancer 5. Evaluasi keadaan motorik dan
c. Pasien mengatakan nyaman sensori pasien
dan tidak sakit kepala 6. Monitor tanda vital setiap 1 jam
d. Peningkatan kerja pupil
Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan motorik
berhubungan dengan keperawatan diharapkan 2. Ajarkan pasien untuk melakukan
gangguan neuromuskuler, mobilitas fisik tidak terganggu ROM minimal 4x perhari bila
kelemahan anggota gerak kriteria hasil : mungkin
3. Bila pasien di tempat tidur,
1. Peningkatan aktifitas
lakukan tindakan untuk
fisik
meluruskan postur tubuh
2. Tidak ada kontraktur a. Gunakan papan kaki
otot b. Ubah posisi sendi bahu tiap 2-
4 jam
3. Tidak ada ankilosis pada
c. Sanggah tangan dan
sendi
pergelangan pada kelurusan
4. Tidak terjadi penyusutan alamiah
otot 4. Observasi daerah yang tertekan,
termasuk warna, edema atau
tanda lain gangguan sirkulasi
5. Inspeksi kulit terutama pada
daerah tertekan, beri bantalan
lunak
Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan asuhan a) Posisikan pasien untuk
jalan napas berhubungan keperawatan diharapkan memaksimalkan ventilasi
dengan obstruksi jalan bersihan jalan menjadi efektif b) Identifikasi kebutuhan
dengan kriteria hasil
napas yang tidak adekuat aktual/potensial pasien untuk
1. Status pernafasan :
a. Frekuensi pernafasan memasukkan alat membuka jalan
normal (16-25x/menit) nafas
b. Irama pernafasan c) Buang sekret dengan memotivasi
teratur pasien untuk melakukan batuk
2. Tanda-tanda vital: atau menyedot lender
a. Irama pernafasan teratur d) Auskultasi suara nafas
b. Tekanan darah normal
e) Posisikan untuk meringankan
(120/80mmHg)
sesak nafas
c. Tekanan nadi normal (60-
100x/menit)
DAFTAR PUSTAKA