Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN MAMAE ABERANS

DI RUANG IBS RSUD KAJEN

KABUPATEN PEKALONGAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah


Preseptor Klinik : Yudhi Susanto Kurniawan, S.Kep., Ns
Pembimbing Akademik : Santoso Tri Nugroho, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Eni Setiawati (NPM. 1421002921)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2021
A. TINJAUAN PUSTAKA

1.   DEFINISI 
Kanker payudara (Ca. Mamae) adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi

bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol,

sel-sel kanker bisa menyebar(metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase

bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat.

Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah

kulit.

Suatu keadaan di mana sel kehilangan kemampuannya dalam mengendalikan

kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya.Normalnya, sel yang mati sama

dengan jumlah sel yang tumbuh. Apabila sel tersebut sudah mengalami malignansi/

keganasan atau bersifat kanker maka sel tersebut terus menerus membelah tanpa

memperhatikan kebutuhan, sehingga membentuk tumor atau berkem bang

“tumbuh baru” tetapi tidak semua yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen. Ketika

sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali,

inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan

sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan besar dari jaringan yang tidak

terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi, tidak semua tumor

merupakan kanker karena sifatnya yang tidak menyebar atau mengancam nyawa.

Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau

menyerang jaringan sekitar disebut kanker atau tumor ganas. Teorinya, setiap

jenis jaringan pada payudara dapat membentuk kanker, biasanya timbul pada

saluran atau kelenjar susu (www.pitapink.com, situs resmi Yayasan Kanker

Payudara Jakarta, diakses tanggal 23 November 2021).

2.   PENYEBAB

Tidak ada satupun sebab spesifik, sebaliknya terdapat serangkaian faktor genetik,

hormonal dan kemudian kejadian lingkiungan dapat menunjang terjadinya kanker

 payudara. Tetapi ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya

keganasan payudara yaitu: virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan familial.

1. Wanita risiko tinggi daripada pria (99:1)

2. Usia: risiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun


3. Riwayat keluarga: ada riwayat keluarga kanker payudara pada ibu/saudara
 perempuan
4. Riwayat menstrual

- Early menarche (sebelum 12 tahun)


- Late menopause (setelah 50 tahun)

5. Riwayat kesehatan

6. Riwayat reproduksi: melahirkan anak pertama diatas 30 tahun, menggunakan alat

kontrasepsi oral yang lama, penggunaan terapi estrogen.

7. Terapi radiasi: terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen.

8. Life style: diet lemak tinggi, mengkonsumsi alcohol (minum 2x sehari), obesitas,

trauma payudara, status sosial ekonomi tinggi, merokok .

3.   TANDA&GEJALA

Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih sulit

ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika dudah teraba,

 biasanya oleh wanita itu sendiri.

1. Terdapat massa utuh (kenyal) Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam,

di

 bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat

digerakkan)

2. Nyeri pada daerah massa

3. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area mammae.

Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum

cooper. Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari

telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.

4. Edema dengan Peaut d’oramge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti
kulit

 jeruk)

5. Pengelupasan papilla mammae

6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan secara

spontan kadang disertai darah.

7. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.


4.   PATHWAY

5.   PEMERIKSAAN PENUNJANG

A.Laboratorium meliputi:
1.  Morfologi sel darah
2.  Laju endap darah
3.   Tes faal hati
4.   Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
5.  Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
spontan dari putting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
B. Tes diagnosis lain
    Non invasif
1.   Mamografi
Yaitu radiogram jaringan lunak sebagai pemeriksaan tambahan yang penting.
Mamografi dapat mendeteksi massa yang terlalu kecil untuk dapat diraba.
Dalam beberapa keadaan dapat memberikan dugaan ada tidaknya sifat
keganasan dari massa yang teraba. Mamografi dapat digunakan
sebagai pemeriksaan penyaring pada wanita-wanita yang asimptomatis dan
memberikan keterangan untuk menuntun diagnosis suatu kelainan.

2.   Radiologi (foto rontgen


thorak) 3.  USG
Teknik pemeriksaan ini banyak digunakan untuk membedakan antara massa
yang solit dengan massa yang kistik. Disamping itu dapat
menginterpretasikan hasil mammografi terhadap lokasi massa pada jaringan
 patudar yang tebal/padat.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan ini menggunakan bahan kontras/radiopaque melaui intra vena,


 bahan ini akan diabsorbsi oleh massa kanker dari massa tumor. Kerugian
 pemeriksaan ini biayanya sangat mahal.
5. Positive Emission Tomografi (PET)
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ca mamae terutama untuk mengetahui
metastase ke sisi lain. Menggunakan bahan radioaktif mengandung molekul
glukosa, pemeriksaan ini mahal dan jarang digunakan.

   Invasif

1. 

Biopsi
Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa payudara untuk
 pemeriksaan histology untuk memastikan keganasannya. Ada 4 tipe biopsy, 2
tindakan menggunakan jarum dan 2 tindakan menggunakan insisi
 pemmbedahan.
2.  Aspirasi biopsy
Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau
 padat, kista akan mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil
mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan massa

srlama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa
menetap/terbentuk kembali atau jika cairan spinal mengandung darah,maka
ini merupakan indikasi untuk dilakukan biopsy pembedahan.
3.   Tru-Cut atau Core biopsy
Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan stereotactic biopsy
mammografi dan computer untuk memndu jarum pada massa/lesi tersebut.

Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli bedah ataupun pasien karena lebih cepat,
tidak menimbulkan nyeri yang berlebihan dan biaya tidak mahal.
4.   Insisi biopsy
Sebagian massa dibuang

6.   TINDAKAN MEDIS

Penanganan secara medis dari pasien dengan kanker mamae ada dua macam yaitu
kuratif (dengan pembedahan) dan paliatif (non pembedahan).

Penanganan Keterangan

Pembedahan (kuratif) Mulai dari lumpektomi (pengangkatan


Mastektomi parsial (eksisi tumor  jaringan yang luas dengan kulit yang
local dan penyinaran) terkena) sampai kuadranektomi
(pengangkatan seperempat payudara),
 pengangkatan atau pengambilan contoh
 jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk
 penentuan stadium; radiasi dosis tinggi
mutlak perlu (5000-6000 rad)

Mastektomi total dengan diseksi Seluruh payudara, semua kelenjar limfe di


aksila rendah lateral otot pektoralis minor .

Mastektomi radikal yang Seluruh payudara, semua atau sebagian


dimodifikasi  jaringan aksila .

Mastektomi radikal Seluruh payudara, otot pektoralis mayor


dan minor di bawahnya, seluruh isi aksila
Mastektomi radikal yang diperluas 
Sama seperti masektomi radikal ditambah
kelenjar limfe mamaria interna
Non Pembedahan (paliatif) Pada payudara dan kelenjar limfe regional
Penyinaran yang tidak dapat direseksi pada kanker
Kemoterapi lanjut, pada metastase tulang, metastase
Terapi hormon dan endokrin kelenjar limfe, aksila, kekambuhan tumor
local atau regional setelah mastektomi
Adjuvan sistemik setelah mastektomi;
 paliatif pada penyakit yang lanjut
Kanker yang telah menyebar, memakai
estrogen

Diagnosa Keperawatan
1.  Cemas b.d Ancamaan terhadap pembedahan
2.  Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif

3.   Nyeri b.d post op pembedahan mastektomi


 

Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi


No Diagnosa Tujuan Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Cemas b.d Setelah 1.   mengukur tanda-
Ancaman dilakukan tanda vital
terhadap tindakan 2.   memberikan
 pembedahan keperawatan  posisi nyaman
Ds: diharapkan 3.  menganjurkan
-Klien cemas tehnik relaksasi
mengatakan  berkurang, nafas dalam dan
“merasa  pasien merasa  berdoa
khawatir dan lebih tenang, 4.  memberi
takut menjalani ekspresi wajah kesempatan
operasi” tenang, dengan  pasien bertanya
cara: 5.  melakukan sign
1.   ukur ttv in
2.    berikan
 posisi
nyaman
3.   berikan
 pasien
  kesempat
an
 bertanya
4.  lakukan
sign in
2 IntraOperasi Setelah 1. Memakai topi,
Resiko Infeksi dilakukan masker dan baju
 b.d efek tindakan 2.   indikator steril
 prosedur keperawatan dan eksternal
negatif diharapkan tidak 3. mengecek
terjadi kadarluarsa alat
 penyebaran steril
infeksi,vital sign 4.   mengukur vital
normal, leukosit sign
5000-10.000 µL 5.   mempertahankan
sterilisasi selama
 pembedahan
6.   melakukan cuci
tangan bedah
7.   menutup luka
dengan dresing
8.   mencuci luka
sampai bersih
9.   memberikan
antibiotik
ceftriaxone
3 Nyeri b.d Post Setelah 1.  
op mastektomy dilakukan Mengukur vital
tindakan sign
keperawatan 2.  
diharapkan nyeri berikan posisi
hilang,ttv dalam nyaman
 batas normal, 3.   mengajurkan
skala nyeri <3, klien tehnik
ekspresi wajah relaksasi nafas
rileks, pasien dalam
tidak 4.   kolaborasi
mengatakan  pemberian analgetik
nyeri 5.  evaluasi
 pemberian analgetik
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozi. 2018. Ca. Mamae. Available from https://bukusakudokter.org/2018/11/04/ca-


mamae-payudara/ diakses tanggal 23 November 2021 pukul; 19.00 WIB
 Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA. Yogyakarta: Media Action
Publishing 

Kusuma, Hardi&Amin Huda Nurarif. 2015.  Aplikasi Asuhan Keperawatab

Mansjoer, Arif dkk. 2011.  Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.  Jakarta: Media
Aesculapius FK UI

 Nanda International. 2015.  Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2016. Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga

Tim Pokja Sdki PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. JakartaSelatan.

Tim Pokja Slki PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Yayasan Kanker Payudara Jakarta. 2018. Kanker Payudara. Available from www.pitapink.com 
situs resmi Yayasan Kanker Payudara Jakarta diakses tanggal 23 november 2021
pukul 19.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai